Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Topik: Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi

Dosen Pengampuh: Ibu Loriana L. Manalor,SST,.M.Kes

OLEH

NAMA : WINDI R M W SELAN

KELAS : 2 REGULAR B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur sayai panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini
berjudul konsep dasar kesehatan reproduksi. .Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas yang diberihkan oleh dosen mata kuliah sekaligus untuk menambah
pengetahuan pembaca khususnya penulis mengenai konsep pemberdayaan perempuan dan
ketahanan keluarga.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kupang , 08 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Kesehatan Reproduksi

B. Ruang Lingkup kesehatan reproduksi

C. Hak-hak yang terkait dalam kesehatan reproduksi

D. Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini
sangat mendukung dalam kehidupan manusia di indonesia bahkan di dunia, penemuan
yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam penelitiannya demi
kemajuan dan kemudahan dalam beraktifitas.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali
teori-teori serta kelimuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan
reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban
tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan
kelancaran pasien dalam menjalankan kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan
atau spesialis tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri
atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan
kesejahteraan mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi ?
2. Apa saja ruang lingkup kesehatan reproduksi ?
3. Apa saja hak-hak yang terkait dengan kesehatan reproduksi ?
4. Apa saja konsep gender dalam kesehatan reproduksi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui hak yang terkait dengan kesehatan reproduksi
4. Untuk mengetahui konsep gender dalam kesehatan reproduksi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi kesehatan reproduksi


Defenisi Sehat (WHO)
Keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh. Jadi sehat berarti bukan
sekedar tidak ada penyakit ataupun kecacatan, tetapi juga kondisi psikis dan sosial
yang mendukung perempuan untuk melalui proses reproduksi. Baik perempuan
maupun laki-laki berhak mendapatkanKeadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang
utuh. Jadi sehat berarti bukan sekedar tidak ada penyakit ataupun kecacatan, tetapi
juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan untuk melalui proses
reproduksi. Baik perempuan maupun laki-laki berhak mendapatkanKeadaan sejahtera
fisik, mental, dan sosial yang utuh. Jadi sehat berarti bukan sekedar tidak ada penyakit
ataupun kecacatan, tetapi juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan
untuk melalui proses reproduksi.
Baik perempuan maupun laki-laki berhak mendapatkan standar kesehatan
yang setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang telah
diakui dunia internasional.

Defenisi kesehatan Reproduksi

Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh
yang berfungsi untuk reproduksi wanita.

Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan


secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.

Menurut ICPD (1994) kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir


keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta
proses reproduksi.

Menurut Drs. Syaifuddin kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan


kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang
khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel kelamin
perempuan.

Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 kesehatan reproduksi adalah


kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur
kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan
bayi tanpa resiko apapun (well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan
kesehatan dalam batas normal.

Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,


mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup


fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari
penyakit, melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan sebelum menikah dan sesudah menikah.

B. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan


Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya
sangat luas.
Secara lebih luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penangulangan infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk
PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan Penangulangan Komplikasi Aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan infertilitas
7. Kanker pada usia lanjud dan Osteoporosis
8. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dll.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan


reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan serta
kesinambungan antar-fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan
reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditanggani
dengan baik maa hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

1. Ibu hamil dan konsepsi


2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjud
C. Hak-hak reproduksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik
laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur,
agama,dll) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri,
keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan
waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hal reproduksi ini didasarkan pada
pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui didunia internasional (Depkes RI,
2002).
1. Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara
praktis, antara lain :
1) Setiap orang berhak untuk memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan
klien, sehingga menjamin keselamatan dan keamanan klien.
2) Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau sebagai
individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan
tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan atau mengatasi masalah
kesehatan reproduksi
3) Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan
tak melawan hukum.
4) Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkan sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
5) Setiap anggota pasangan suami-istri berhak memiliki hubungan yang didasari
penghargaan
6) Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi
yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
7) Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berprilaku sehat dalam
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab
8) Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan informasi dengan mudah,
lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
2. Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain:
1) Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3) Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4) Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
6) Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pemerkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
8) Ha mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi
9) Hak atas kerahasiaan pribadi, berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya
10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi.
3. Menurut Piagam IPPF/PKBI tentang hak-hak reproduksi dan seksual adalah
1) Hak untuk hidup
2) Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3) Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4) Hak privasi
5) Hak kebebasan berpikir
6) Hak atas informasi dan edukasi
7) Ha memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8) Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10) Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11) Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
12) Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan
D. Konsep gender dalam kesehatan reproduksi
Gender merupakan suatu pandangan masyarakat tentang perbedaan peran,
fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil
konstruksi sosial budaya dan dapat berubah dan diubah sesuai dengan perkembangan
jaman. Gender memiliki arti sebagai jenis kelamin, namun dalam konteks
pembahasannya, gendes bukan membahas tentang jenis kelamin secara seks
biologisnya saja, melainkan sosial budaya psikologis, tetapi lebih memfokuskan
perbedaan peranan antara pria dan wanita, hal ini dibentuk dengan norma sosial dan
nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
1. Budaya yang mempengaruhi Gender
Salah satu budaya yang berkembang di masyarakat adalah antara lain bahwa laki-
laki lebih berhak untuk bekerja dibandingkan wanita sehingga wanita hanya perlu
memperhatikan bagaimana kelangsungan hidup keluarganya saja seperti
memasak, mencuci, dan mengurus anak (Prijatni, I, Rahayu, 2016). Hal ini
bertolak belakang dengan pengertian sebenarnya dari arti kata gender sehingga
budaya yang berkembang ini harus di putus dengan memberikan banyak
penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat bahwa adanya kesetaraan gender bagi
mereka. Keyakinan masyarakat yang dibentuk oleh budaya, diturunkan secara
turun temurun.
2. Peran Gender
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan
kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara
pria dan wanita dapat berbeda diantara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke
masa, karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain.
Hal itu berarti, peran gender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita (Agung
Aryani, 2002 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana.2003).
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut :
a. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi
maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran
disektor publik
b. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan
yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan
urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan
alat-alat rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah dan lain-lain. Peran
reproduksi ini disebut juga peran disektor domestik
c. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk
berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong
dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan
bersama. (Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi
Wanita Universitas Udayana, 2003)

Peran Kodrati
Wanita :
1. Menstruasi
2. Mengandung
3. Melahirkan
4. Menyusui dengan air susu Ibu
5. Menopause

Pria

Membuahi sel telur wanita


Peran Gender

1. Mencari nafkah
2. Memasak
3. Mengasuh anak
4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong royong dalam menyelesaikan
pekerjaan milik bersama
6. Dan lain-lain
3. Diskriminasi Gender
Adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya sistem (struktur)
sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan)menjadi korban.
Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan
sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa
kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari banyak dialami oleh
perempuan.
4. Bentuk-bentuk ketidakadilan Gender
a. Marginalisasi (peminggiran).
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya banyak
perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik dari
segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini
terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang
pendidikan. Peminggiran dapat terjadi dirumah, tempat kerja, masyarakat,
bahkan oleh negara yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan
pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi)
b. Subordinasi (penomorduaan)
Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cenggeng dan
lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki
c. Stereotip (citra buruk)
Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut
malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya
d. Violence (kekerasan)
Serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan mengalami
kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun
stereotip diatas. Pemerkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh
kekerasan paling banyak dialami perempuan
e. Beban kerja berlebihan
tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya,
seseorang perempuan selain melayani suami(seks), hamil, melahirkan,
menyusui, juga harus menjaga rumah, disamping itu, kadang ia juga ikut
mencari nafkah (drumah), dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan
tugas dan tanggung jawab di atas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental, dan kehidupan sosial, yang berkaitan dengan alat
fungsi serta proses reproduksi.
Ruang lingkup kespro meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga berencana
3. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR)
termasuk PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan dan penanganan infertilitas
7. Kanker pada usia lanjud dan osteoporosit
8. Berbagi aspek kesehatan lain misalnya kanker serviks, mutilasi genetalia,
fistula dll.

Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap
pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi
dan cara untuk melakukannya.

B. Saran
Setiap orang harus mempunyai pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi. Untuk seorang bidan bisa memberikan pengetahuan dan wawasan
tentang kespro kepada masyarakat dengan cara sosialisasi supaya masyarakat
lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nessi Meilan,SST,M.Kes, dkk.2019. Kesehatan Reproduksi Remaja Implementasi


PKPR dalam Teman Sebaya. Malang.Wineka Media
www.academia.educati diakses pada tanggal 8 September 2020 jam 20:20

Anda mungkin juga menyukai