Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBUDAYAAN SUKU TOLAKI

Dosen Pembimbing :
Sitti Aisa, AM.Keb., M.Pd.

Oleh :
CICILIA RAMADANTI
P00324020058

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI


D-III KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT., karna atas berkat,
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami diberi kesehatan untuk
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KEBUDAYAAN SUKU TOLAKI”.
Shalawat serta salam kita kirimkan kepada baginda Rasulullah Saw, keluarga,
sahabatnya yang telah berjuang dalam menegakkan Islam sehingga kita bisa
merasakan indahnya Islam dan nikmatnya iman sampai saat ini.
Pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terimah kasih kepada semua
pihak terutama dosen mata kuliah Antropologi Kesehatan yakni ibu Sitti Aisa,
AM.Keb., M.Pd yang telah memberikan tugas kepada saya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.Untuk itu, saya meminta kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini bisa lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk pembaca.

Kendari, 26 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
A. Ciri-Ciri Fisik......................................................................................4
B. Persiapan Menikah..............................................................................5
C. Persiapan Pada Saat Menikah.............................................................7
D. Persiapan Pada Saat Hamil.................................................................7
E. Persiapan Pada Saat Menjalankan Kehamilan....................................8
F. Persiapan Pada Saat Melahirkan Normal...........................................8
G. Persiapan Pada Masa Nifas.................................................................8
H. Persiapan Pada Saat Menyusui Bayi...................................................9
I. Sehat dan Sakit...................................................................................9
J. Kesehatan Reproduksi Remaja...........................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku Tolaki adalah etnis terbesar yang berada di provinsi Sulawesi
Tenggara. Suku Tolaki merupakan etnis yang berdiam di jazirah tenggara
pulau Sulawesi. Suku Tolaki merupakan suku asli daerah Kota Kendari
dan Kabupaten Kolaka. Suku Tolaki tersebar di 7 kabupaten/kota di
provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi Kota
Kendari, KabupatenKonawe, KonaweSelatan, KonaweUtara, Kolaka, Kola
ka Utara dan Kolaka Timur.
Masyarakat Tolaki sejak zaman prasejarah telah memiliki jejak
peradaban, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan arkeologi
di beberapa gua atau kumapo di Konawe bagian utara maupun beberapa
gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua-gua di daerah ini umumnya
terletak di Konawe bagian Utara seperti Asera, Lasolo, Wiwirano,
Langgikima, Lamonae, diantaranya gua Tanggalasi, gua Tengkorak I, gua
Tengkorak II, gua Anawai Ngguluri, gua Wawosabano, gua Tenggere dan
gua Kelelawar serta masih banyak situs gua prasejarah yang belum
teridentifikasi.
Dari hasil penelitian tim Balai Arkeologi Makassar dari tinggalan
materi uji artefak di Wiwirano berupa sampel dengan menggunakan
metode uji karbon 14 di laboratorium Arkeologi Miami University
Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa daripada artefak di Wiwirano
Konawe Utara berumur sekitar 7000 tahun yang lalu atau dengan evidensi
ini maka peradaban Tolaki di Konawe telah berlangsung sejak 5000 tahun
Sebelum Masehi. Di dalam gua-gua tersebut menyimpan banyak artefak
baik tengkorak manusia, alat kerja seperti alat-alat berburu, benda
pemujaan, guci, tempayan, gerabah, porselin baik itu buatan China,
Thailand, VOC, Hindia Belanda, batu pemujaan, terdapat beberapa
gambar atau adegan misalnya binatang, tapak tangan, gambar berburu,
gambar sampan atau perahu, gambar manusia, gambar perahu atau
sampan, patung, terakota, dan sebagainya. Secara linguistik bahasa Tolaki
merupakan atau masuk kedalam rumpun bahasa Austronesia, secara
Antropologi manusia Tolaki merupakan Ras Mongoloid, yang datang
ditempat ini melalui jalur migrasi dari Asia Timur, masuk daerah
Sulawesi, hingga masuk daratan Sulawesi Tenggara.
Sebelum kerajaan Konawe muncul, telah ada beberapa kerajaan
kecil yaitu: Padangguni berkedudukan di Abuki pada saat itu yang menjadi
rajanya adalah mokole Bunduwula. Kerajaan Besulutu di Besulutu dengan
rajanya bernama Mombeeti, dan kerajaan Wawolesea di Toreo dengan
rajanya Wasangga. Berdasarkan oral tradition atau tradisi lisan masyarakat
Tolaki jauh sebelum kerajaan Konawe terbentuk. Di daerah ini telah
berdiri beberapa kerajaan kecil. Kemudian berintegrasi menjadi satu
konfederasi yaitu kerajaan Konawe. Gejala terintegrasinya kerajaan kecil
membentuk satu konfederasi kerajaan terjadi juga di beberapa kerajaan di
daerah ini seperti halnya kerajaan Wolio terbentuk merupakan gabungan
dari beberapa kerajaan kecil seperti Kamaru, Tobe-Tobe, dan beberapa
kerajaan kecil lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan ciri-ciri fisik suku Tolaki
2. Jelaskan persiapan menikah pada suku Tolaki
3. Jelaskan persiapam saat menikah pada suku Tolaki
4. Jelaskan persiapan pada saat hamil pada suku Tolaki
5. Jelaskan persiapan pada saat menjalankan kehamilan pada suku Tolaki
6. Jelaskan persiapan pada saat melahirkan normal pada suku Tolaki
7. Jelaskan persiapan pada masa nifas pada suku Tolaki
8. Jelaskan persiapan pada saat menyusui bayi pada suku Tolaki
9. Jelaskan konsep sehat dan sakit pada suku Tolaki
10. Jelaskan kesehatan reproduksi remaja pada suku Tolaki
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri fisik suku Tolaki
2. Untuk mengetahui persiapan menikah pada suku Tolaki
3. Untuk mengetahui persiapan saat menikah pada suku Tolaki
4. Untuk mengetahui persiapan pada saat hamil pada suku Tolaki
5. Untuk mengetahui persiapan pada saat menjalankan kehamilan pada
suku Tolaki
6. Untuk mengetahui persiapan pada saat melahirkan normal pada suku
Tolaki
7. Untuk mengetahui persiapan pada masa nifas pada suku Tolaki
8. Untuk mengetahui persiapan pada saat menyusui bayi pada suku
Tolaki
9. Untuk mengetahui konsep sehat dan sakit pada suku Tolaki
10. Untuk mengetahui kesehatan reproduksi remaja pada suku Tolaki
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri Fisik Suku Tolaki
Orang tolaki memiliki warna kulit putih dan sawo matang karena
suku tolaki keturunan Jepang dan China. Tingginya beragam ada yang
tinggi dan nada juga yang pendek. Rambutnya lurus dan memiliki hazel
mata dominan berwana kecoklatan
B. Persiapan Menikah Pada Suku Tolaki
Suku Tolaki dengan kekayaan budaya dan adat istiadatnya
mengenal tata cara perkawinan yang cukup kompleks dan relatif masih
dipatuhi penyelenggaraannya hingga sekarang. Salah satu aspek yang
masih dilakukan adalah tradisi penyerahan onggoso. Terkait peristilahan,
ada yang menyebutkannya dengan istilah onggoso tekonggoa atau
onggoso ndekonggoa. Pada tulisan ini digunakan istilah onggoso yang
lebih umum digunakan dalam masyarakat. Istilah ini mengacu pada
tanggungan pengadaan biaya atau materi untuk persiapan penyelenggaraan
acara yang ada dalam rangkaian adat perkawinan. Bertolak dari pendapat
bahwa pesan dan pikiran masyarakat pemilik folklor salah satunya
dititipkan dalam cerita-cerita lisan dan sebagai pendalaman dari penelitian
terdahulu, diangkatlah permasa- lahan mengenai bagaimana tradisi
onggoso terepresentasi di dalam mitos Oheo. Tujuannya adalah
menelusuri tradisi onggoso dalam adat perkawinan Suku Tolaki melalui
mitos Oheo.
Penelusuran mengenai muasal sebuah tradisi melalui cerita lisan
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan nilai mitologis cerita tersebut.
Mitos Oheo bernilai mitologis yang cukup kuat bagi masyarakat Tolaki.
Gunung Oheo di Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara menjadi
salah satu entitas alam yang diyakini terjadi dari batu besar yang
dijatuhkan dari kayangan oleh Raja Dewa untuk mencelakai Oheo dan
keluarganya. Mitos Oheo sudah ditransformasikan dari bentuk asalnya
sebagai cerita lisan melalui sebuah buku hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sande (1986). Dalam buku ini disebutkan bahwa penyebaran cerita
ini meliputi seluruh masyarakat Tolaki yang ada di daratan Sulawesi
Tenggara. Artinya, berdasarkan pe- nelitian Sande diketahui bahwa mitos
Oheo dimiliki oleh suku Tolaki secara keseluruhan. Perbedaan versi hanya
terletak pada detail kisahnya seperti penyebutan ahua (telaga) dan sungai
sebagai tempat di mana Anawaingguluri dan saudara-saudaranya mandi
(Hastuti, 2013).
Hukum dan aturan adat perkawinan dalam bahasa Tolaki disebut
sara ine tina (Koodoh, 2011). Ada empat syarat adat yang harus dipenuhi
oleh pihak laki-laki sebagai peminang sebelum diresmikan dalam akad
nikah. Keempat syarat adat itu adalah puuno (pokok adat), popolono
(mahar), sara peana (sejumlah barang/materi penebus jasa ibu), dan
onggoso (biaya pesta). Pada awalnya, ada pembedaan antara penyerahan
biaya untuk acara peminangan (mowawo niwule) dan biaya untuk acara
pesta pernikahan (mowindahako). Biaya untuk peminangan disebut ana
nggoso, sedangkan biaya untuk pesta pernikahan disebut onggoso. Ana
nggoso berupa bahan keperluan pesta seperti sapi atau kerbau, beras,
kelapa, dan lain-lain diantarkan pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan
sebelum dilakukan acara peminangan. Dalam perkembangannya, banyak
masyarakat Tolaki yang menyederhanakan penyerahan biaya pesta ini
menjadi hanya satu, yaitu onggoso.
Onggoso demikian penting dalam sebuah proses perkawinan. Suku
Tolaki mengenal beberapa istilah untuk proses perkawinan, baik yang
didahului dengan proses yang wajar atau pun yang tidak wajar, misalnya
kawin lari atau perkawinan yang dilaksanakan karena kasus perzinaan
(umoapi). Di dalam perkawinan karena umoapi pun onggoso menjadi
salah satu poin yang harus dipenuhi (Handrawan, 2016). Sebelum tahun
1960-an, onggoso diserahkan dalam bentuk barang-barang keperluan
pesta. Penyerahan onggoso dalam bentuk uang baru dilakukan setelah
tahun 60- an (Su’ud, 2011). Selain berupa penggabungan ana nggoso
dengan onggoso, penyederhanaan juga terjadi pada jenis materi yang
diserahkan, yaitu berupa uang. Penyederhanaan ini dilakukan demi alasan
kepraktisan. Namun, pada praktiknya onggoso harus ditunaikan sesuai
kesepakatan kedua belah pihak. Tidak menutup kemungkinan onggoso
seluruhnya berupa uang, barang, atau uang dan barang. Semua diputuskan
melalui musyawarah.
C. Persiapan Pada Saat Menikah
Mowindahako dapat diterjemahkan pesta perkawinan, setelah tiba hari
yang telah disepakati, maka diantarlah pengantin laki-laki ketempat
upacara perkawinan dengan usungan (Sinamba Ulu) atau kendaraan lain.
Rombongan pengantin laki-laki dalam memasuki ruang upacara utama,
pintu pagar, pintu utama, pintu kamar tidur, pembuka kelambu dan mata
pengantin perempuan masih tertutup. Untuk membuka hal-hal tersebut
diatas, maka pihak laki-laki harus menebusnya sesuai dengan kesepakatan
dengan masing-masing penjaga. Hal ini dimaksudkan agar memeriahkan
acara perkawinan, serta sebagai symbol ketulusan dari pihak laki-
laki.disaat upacara ini pula semua kesepakatan peminangan dipenuhi serta
ditampilkan secara transparan didepan masing-masing juru bicara,
Puutabo, pemerintah, serta para undangan.
Setelah hal-hal tersebut dilakukan, kemudian kedua mempelai duduk
bersila dan siap mengikuti upacara adat Mowindahako. Acara ini
dilakukan dengan cara juru bicara pihak laki-laki menyesuaikan duduknya
dengan mengarahkan Kalonya kehadapan Puutobu atau pemerintah
setempat dan maju maksimal 4 kali sampai berhadapan langsung dengan
penerima Kalo sebagai permohonan izin untuk memulai upacara adat.
Dalam prosesi ini, juru bicara pihak laki-laki mengucapkan salam kepada
Puutobu atau pemerintah setempat serta menyampaikan maksud kehadiran
yang kemudian dijawab oleh Puutobu atau pemerintah tersebut. Setelah itu
penerima Kalo mengembalikan kepada juru bicara. Kemudian juru bicara
laki-laki mohon diri untuk kembali ketempat semula dan berhadap-
hadapan dengan juru bicara dari pihak perempuan.
Acara berikutnya juru bicara laki-laki mengarahkan kehadapan juru
bicara perempuan dengan meletakkan Kalo untuk melanjutkan acara
Mowindahako. Bersamaan itu pula di sebelah kanan juru bicara laki-laki
disuguhkan salopa tempat sirih, pinang, rokok atau tembakau oleh masing-
masing ibu yang ditugaskan untuk Mosoro niwule.Setelah kedua petugas
Mosoro niwule menyodorkan salopa maka juru bicara laki-laki membuka
kesunyian dengan mengucapkan salam dan dijawab oleh yang
mendengarkan
Akhir acara atau penutup dilakukan Moheu osara atau pengukuhan
adat. Makna dari acara ini adalah agar dalam melaksanakan tugasnya, juru
bicara harus berlaku adil dan jujur serta sehat sepanjang hidupnya, bila
sebaliknya akan terkena sanksinya dan mendoakan kedua rumpun keluarga
mempelai agar hidup rukun, damai, bahagia, sehat, beriman, bertakwa
kepada tuhan, dimurahkan rezekinya, melahirkan keturunan saleh, sehat,
berilmu, dan beriman sampai akhir hayat. Kemudian dilanjutkan dengan
saling menyuguhkan minuman sebagai pertanda upacara perkawinan telah
selesai.
Setelah acara adat telah selesai, maka selanjutnya dilakukan akad
nikah oleh petugas agama yang didahului penyerahan perwalian dari orang
tua perempuan kepada imam (pemuka agama islam) yang akan
menikahkan. Dan tahapan berikutnya adalah membawa pengantin laki-laki
ke kamar pengantin perempuan untuk pembatalan wudhu. Dalam acara
pembatalan wudhu, jempol kanan pengantin laki-laki ditempelkan diantara
kedua kening atau dibawah tenggorokan pengantin perempuan.
Pada acara selanjutnya, kedua pengantin keluar kamar menuju kedua
orang tua untuk melaksanakan Meanamotuo atau sembah sujud sebagai
tanda syukur dan hormat kepada kedua orang tua yang telah melahirkan
dan memelihara mereka. Setelah itu barulah dilakukan acara resepsi dan
hiburan yang diisi dengan tarian lulo, pada zaman dulu tarian ini dilakukan
pada upacara-upacara adat seperti pernikahan, pesta panen raya dan
upacara pelantikan raja, yang diiringi oleh alat musik pukul yaitu gong.
Tarian ini dilakukan oleh pria, dan yang terpenting dari semua itu adalah
arti dari tarian Lulo sendiri, yang mencerminkan bahwa masyarakat Tolaki
adalah masyarakat yang cinta damai dan mengutamakan persahabatan dan
persatuan dalam menjalani kehidupannya.
Demikianlah keterangan tentang prosesi pernikahan adat suku tolaki,
semoga keterangan tersebut diatas dapat bermanfaat bagi pihak yang
peduli pada suku tolaki khususnya yang ingin mengetahui lebih jauh
mengenai prosesi pernikahan adat suku Tolaki.
D. Persiapan Pada Saat Hamil
Pada usia 4 bulan kehamilan biasanya ibu hamil melakukan
pemijatan (mepiu) ke dukun beranak untuk mengecek apakah keadaan
bayi sungsang atau tidak dan biasanya meminum jamu untuk memperkuat
janin
E. Pada Saat Menjalankan Kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinykomplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatajanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
faktor sosial budaya ibu hamil suku toladalam berpantang makan pada
masyarakat pesisir Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan
penelitiakualitatif dengan pendekatan studi kasus. Cara mendapatkan
informasi melalui wawancara mendalam daobservasi lapangan. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat kepercayaan berpantang makanan masih
adhingga saat ini, beberapa jenis makanan yang dipantang oleh suku tolaki
di Kota Kendari adalah jenis sayuranangka, terong, papaya, nenas, dan
pisang mentah. Jenis minuman yang dipantang yakni minum susu
daminum air es. Makanan yang manis-manis seperti gula merah juga
dipantang termasuk makanan bersantadan berminyak. Dari jenis hewani
dipantang makan ikan masak karena dikhawatirkan akan membuat
Aberbau busuk dan amis. Makanan yang dianjurkan adalah jenis kacang
tanah, sayur bening dan ikan pangganUntuk perilaku perawatan kehamilan
ibu hamil dilarang keluar rumah kecuali membawa jimat yang
dipercaybisa melindungi ibu hamil dan bayinya dari roh jahat. Dilarang
pula makan didalam kamar dan ketika makaharus memberitaukan ke
suami agar ibu tidak memberaki dirinya saat melahirkan. Kesimpulan
penelitian iadalah masih terdapat budaya berpantang makanan selama
kehamilan pada suku tolaki juga masih terdaptata cara perawatan
kehamilan pada ibu hamil berupa perilaku berpantangan dan anjuran
selama kehamilan.
F. Pada Saat Melahirkan Normal
Setelah plasenta lahir, plasenta tersebut di bersihkan sampai darah
hilang kemudian plasenta di letakkan dalam wadah yang sudah dibaluri
garam dan asam yang dari manga dan dibungkus dengan menggunakan
kain berwarna putih setelah itu di kubur disamping pohon pisang
G. Persiapan Masa Nifas
Suku Tolaki adalah suku terbesar yang menempati daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara yang masih melakukan praktik perawatan secara
budaya khususnya perawatan ibu postpartum. Perawatan postpartum Suku
Tolaki disebut mewoinahu yaitu perawatan dengan mandi air panas
dengan rangkaian kegiatan pijat rahim. Pengalaman ibu postpartum Suku
Tolaki menjalani tradisi mewoinahu yaitu terjadi perubahan fisik dan
perubahan psikologis. Keterpaksaan karena pengaruh orang lain dan takut
akan sakit. Ibu tidak dapat menghubungi dan menceritakan masalah
kesehatan yang dialami kepada tenaga kesehatan. Dukun dipilih
berdasarkan pengalaman sebelumnya, hubungan kekerabatan, kenyamanan
dan kurangnya pemeriksaan lanjutan oleh tenaga kesehatan. Keluarga
membantu memenuhi kebutuhan sosial dan pengambilan keputusan.
H. Pada Saat Menyusui Bayi
Jika puting susu ibu tidak muncul dilakukan tindakan penyedotan
menggunakan bambu agar putting susu ibu muncul supaya memudahkan
bayi untuk menyusu. Ibu juga dianjurkan mengonsumsi kacang tanah yang
sudah digoreng dan daun kacang panjang agar mempermudah untuk
produksi ASI.
I. Sehat dan Sakit
konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari
penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum
tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik
fisik, mental, maupun sosial.
Biasanya orang tolaki melakukan tulabala ke pak imam untuk
meminta kesehatan, keselamatan, panjang umur, dan terhindar dari segala
marabahaya.
Sakit adalah pandangan atau persepsi seseorang bila merasa
kesehatannya terganggu. Sakit adalah hal yang tidak mengenakan atau
nyeri yang pasti dirasakan seseorang. Penyakit adalah proses fisik dan
patofisiologis yang sedang berlangsung dan dapat menyebabkan keadaan
tubuh atau pikiran menjadi abnormal.
Biasanya orang tolaki jika mengalami sakit pergi ke orang pintar
untuk mowai niombu gunanya untuk mencegah mosalaki (keteguran)
setelah itu baru minum obat.
J. Kesehatan Reproduksi Remaja
Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting,
terutama pada remaja. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk
membangun kebiasaan baik menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset
dalam jangka panjang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah orang
yang berusia 12 hingga 24 tahun. Masa remaja merupakan peralihan dari
kanak-kanak menjadi dewasa. Artinya, proses pengenalan dan
pengetahuan kesehatan reproduksi sebenarnya sudah dimulai pada masa
ini. Secara sederhana, reproduksi berasal dari kata “re” yang berarti
kembali dan “produksi” yang artinya membuat atau menghasilkan.
Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum
tersebut, seringnya reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual
atau hubungan intim. Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak
nyaman untuk membicarakan masalah tersebut pada remaja. Padahal,
kesehatan reproduksi, terutama pada remaja merupakan kondisi sehat yang
meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi
nyatanya bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu
hal yang sering terjadi karena kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah
penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang
berakibat pada hilangnya nyawa remaja. Nyatanya peran orangtua
merupakan satu hal yang penting dalam edukasi seksual pada remaja.
Apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli terhadap risiko-
risiko yang bisa menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut. Mulai dari
ancaman HIV/AIDS, angka kematian ibu yang meningkat karena
melahirkan di usia muda, hingga kematian remaja perempuan karena nekat
mengambil tindakan aborsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kendari terdiri dari beberapa suku bangsa, salah satunya adalah
suku bangsa Tolaki. Suku ini merupakan suku asli di daratan Sulawesi
Tenggara selain suku Muna dari Pulau Muna dan Suku Buton yang berasal
dari pulau Buton. Sekitar abad ke-10 daratan Sulawesi Tenggara memiliki
dua kerajaan besar yaitu kerajaan Konawe (wilayah Kabupaten Konawe)
dan Kerajaan Mekongga (Wilayah Kabupaten Kolaka) secara umum kedua
Kerajaan ini serumpun dan dikenal sebagai suku Tolaki. Dalam artikel ini
saya akan membahas secara singkat tentang Kebudayaan masyarakat
Tolaki.
Ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan mereka terdapat
satu simbol peradaban yang mampu mempersatukan dari berbagai masalah
atau persoalan yang mampu mengangkat martabat dan kehormatan mereka
disebut: “KALO SARA” serta kebudayaan Tolaki ini yang lahir dari budi,
tercermin sebagai cipta rasa dan karsa akan melandasi ketentraman,
kesejahteraan kebersamaan dan kehalusan pergaulan dalam bermasyarakat.
B. Saran
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.Untuk itu, saya meminta kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini bisa lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tolaki
https://hendrasilondae.wordpress.com/tag/budaya-suku-tolaki/
https://pdfcoffee.com/makalah-kebudayaan-ibu-nifas-dalam-suku-tolaki-pdf-
free.html

Anda mungkin juga menyukai