Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

DISPNEA ec. PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL

Disusun Oleh:
ARISYANUDIN PRASTYO, S. Kep
NPM : 3215002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN VIII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

DISPNEA ec. PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL

Tanggal :...................

Mahasiswa

(Arisyanudin Prastyo)

Menyetujui,
Pembimbing Klinik

Pembimbing Akademik

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum yang dimaksud dengan dispneu adalah kesulitan
bernapas. Kesulitan bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot
pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan
tetapi dapat pula terjadi dengan cepat. Kesulitan bernapas disebabkan karena
suplai oksigen kedalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Dyspnea merupakan gejala yang sering dan berbahaya yang
mempengaruhi lebih dari 50% pasien pergi ke rumah sakit dan seperempatnya
meminta pertolongan ambulans. Adanya gejala dyspnea merupakan prediktor
potensial dari kematian, yang lebih efektif daripada pemeriksaan fisiologis
yang biasa digunakan dalam menilai keadaan klinis pasien. Dyspnea dapat
bermanifestasi dari kondisi-kondisi klinis yang bermacam-macam. Diagnosis
dan treatment dari penyebab dyspnea merupakan jalan yang paling baik dalam
mengeliminasi dyspnea tetapi banyak pasien tidak ditemukan penyebab yang
jelas dan atau dyspnea yang masih ada walaupun sudah diberi pengobatan yang
optimal.
Pada pasien dengan dispnea sangat penting untuk menemukan etiologi
sesak nafas tersebut, supaya gejala sesak nafas itu dapat segera ditangani sesuai
dengan penyebabnya. Maka dari itu anamesa dan pemeriksaan fisik yang benar
sangat diperlukan. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika ada keraguan
dalam membedakan satu penyakit dengan penyakit lainnya.
B. Tujuan
1. Penulis mampu melakukan pengkajian kegawatdaruratan
pasien dengan dispnea
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan dispnea
3. Penulis mampu merencanakan asuhan keperawatan pasien
dengan dispnea

4. Penulis mampu melakukan implementasi pasien dengan


keluhan dispnea

BAB II LANDASAN TEORI


A. DEFINISI DISPNEA
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis.
Dispnea atau sesak nafas merupakan keadaan yang sering ditemukan pada
penyakit paru maupun jantung. Bila nyeri dada merupakan keluhan yang paling
dominan pada penyakit jantung. Akan tetapi kedua gejala ini jelas dapat dilihat
pada emboli paru,bahkan sesak napas merupakan gejala utama pada payah
jantung.
Secara umum yang dimaksud dispnea adalah kesulitan bernapas,kesulitan
bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi dari otot-otot pernapasan tambahan.
Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan tetapi dapat pula terjadi
dengan cepat.
B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan jenis dispnea yaitu :
a. Inspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu inspirasi yang
disebabkan oleh karena sulitnya udara untuk memasuki paru-paru.
b.

Ekspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu ekspirasi yang


disebabkan oleh karena sulitnya udara yang keluar dari paru-paru.

c. Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan primer penyakit jantung.


d. Exertional dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh karena olahraga.
e. Exspansional dispnea, dispnea yang disebabkan oleh karena kesulitan
exspansi dari rongga toraks.
f. Paroksismal dispnea, yakni dispnea yang terjadi sewaktu-waktu, baik pada
malam maupun siang hari.
g. Ortostatik dispnea, yakni dispnea yang berkurang pada waktu posisi duduk.
2. Berdasarkan etiologi maka dispnea dapat dibagi menjadi 4 bagian, yakni:
a. Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh karena adanya
kelainan pada jantung.

b. Pulmunal dispnea, dispnea yang terjadi pada penyakit jantung.


c. Hematogenous, dispnea yang disebabkan oleh karena adanya asidosis,
anemia atau anoksia, biasanya dispnea ini berhubungan dengan exertional
(latihan).
d. Neurogenik, dispnea terjadi oleh karena kerusakan pada jaringan otot-otot
pernapa
3. Berdasarkan waktu yaitu :
a. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
b. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan
pita suara.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari sesak nafas dapat dibagi menjadi 4 tipe :
1. Kardiak
Gagal jantung, penyakit arteri koroner, infark miokard, kardiomiopati,
disfungsi katup, hipertrofi ventrikel kiri, hipertrofi asimetrik sptum,
pertikarditis, aritmia
2. Pulmoner
Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Asma, Penyakit paru restriksi,
Gangguan penyakit paru, herediter, pneumotoraks
3. Campuran kardiak dan pulmoner
PPOK dengan hipertensi, pulmoner, emboli paru kronik, trauma
4. Non kardiak dan non pulmoner
Kondisi metabolik, nyeri, gangguan neuromuskular, gangguan panik,
hiperventilasi, psikogenik, gangguan asam basa, gangguan di saluran
pencernaan (reflux, spasme oesophagus, tukak peptic)

D. PATOFISIOLOGI

Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini
hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran
gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat
terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin
rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien tekanan
transmural

yang

harusdibentuk

selama

inspirasi

untuk

menghasilkan

pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa


bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat
fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama
E. PATWAY

Gg perfusi jaringan

F. MANIFESTASI KLINIK

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit
paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit
peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada, batuk adalah gejala
umum penyakit pernapasan. Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk
ke dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis
kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala
batuk yang mencolok (Chandrasoma, 2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit
paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya
infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum,
konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya. Hemoptisis
adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis berulang
biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan
dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar
kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses
paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat
meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan
pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas
besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis.
Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang.
Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang
mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit

jantung. Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh.
Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan
obstruksi parsial pada larink atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura
yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).
G. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum Dispnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal yang tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita
2. Terapi Non Farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergen
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Quick relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan
datang. Contoh : bronkodilator
b. Long relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk
jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi
c. Terapi inhalasi
Pemberian obat secara langsung ke dalam saluan napas melalui
hirupan. Ada tiga macam alat terapi inhalasi :
1) Nebulizer
2) MDI (Metered Dose Inhaler)
3) DPI (Dry Power Inhaler)
Keuntungan terapi inhalasi dibandingkan dengan obat oral atau
suntikan, yaitu langsung ke organ sasaran, waktu kerja lebih singkat, dosis
obat lebih kecil, dan efek samping juga kecil. Biasanya digunakan dalam
bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas. Pemakaian Spacer (alat
perenggang) untuk mengurangi deposisi (penumpukan obat dalam mulut)

H. PENGKAJIAN
1. Survey primari
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronki, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Nadi lemah, tidak teratur
2) Takikardi
3) TD/ meningkat/ menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat sianosis
8) Out put urine menurun
d. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS,
dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.

e. Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat,
tampak lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara
objektif.
2. Survey sekunder
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa
medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
2) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
3) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
4) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
c. Sistem kardiovaskuler

1)
2)
3)
4)

Takikardia, irama ireguler


S3S4/Irama gallop
Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
Hammans sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung

menandakan udara di mediastinum)


5) TD : hipertensi/hipotensi
d. Sistem pernafasan
1) Riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan,
lapar udara, batuk
2) Takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori,
penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi :
hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area
berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang,
reduksi ekskursi thorak.
e. Sistem integumen
Cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung,
stupor
f. Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4.
g. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
h. Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
i. Sistem neurologi
Sakit kepala
j. Sistem urologi
Penurunan haluaran urine
k. Sistem indera
1) Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau tanpa kebutaan
2)
3)
4)
5)

tiba-tiba.
Pendengaran : telinga berdengung
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap panas/dingin

tajam/tumpul baik.
l. Sistem abdomen

Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam.


m. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar
ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk. Melindungi
bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis

I. DIAGNOSA KEERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
4. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
5. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
J. RENCANA KEPERAWATAN
N
o
1

Diagnosa
Keperawatan
Bersihan Jalan
Nafas tidak
Efektif
Faktor-faktor
yang
berhubungan:
- Lingkung
an :
merokok,
menghiru
p asap
rokok,
perokok
pasifPOK,
infeksi
- Fisiologis
:

Tujuan dan criteria


Hasil
NOC :
Respiratory status
: Ventilation
Respiratory status
: Airway patency
Aspiration
Control
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan

Intervensi
NIC :
Airway suction

Pastikan kebutuhan oral /


tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction dilakukan.
Berikan
O2
dengan
menggunakan
nasal
untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakeal
Gunakan alat yang steril
sitiap melakukan tindakan

disfungsi
neuromus
kular,
hiperplasi
a dinding
bronkus,
alergi
jalan
nafas,
asma.
Obstruksi
jalan
nafas :
spasme
jalan
nafas,
sekresi
tertahan,
banyakny
a mukus,
adanya
jalan
nafas
buatan,
sekresi
bronkus,
adanya
eksudat di
alveolus,
adanya
benda
asing di
jalan
nafas.

Pola Nafas
tidak efektif
Faktor yang

mudah, tidak ada


pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang
normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasika
n dan mencegah
factor yang dapat
menghambat jalan
nafas

NOC :
Respiratory status :
Ventilation

Anjurkan
pasien
untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
Monitor
status
oksigen
pasien
Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suksion
Hentikan
suksion
dan
berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan


teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu

Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya


pemasangan alat jalan nafas
buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika


perlu

Keluarkan sekret dengan


batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat


adanya suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila


perlu

Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
NIC :
Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan

berhubungan :
Hiperv
entilasi
Defor
mitas
tulang
Kelain
an bentuk
dinding
dada
Penuru
nan
energi/kel
elahan
Perusa
kan/pelem
ahan
muskuloskeletal
Obesit
as
Posisi
tubuh
Kelela
han otot
pernafasa
n
Hipov
entilasi
sindrom
Nyeri
Kecem
asan
Disfun
gsi
Neuromus
kuler
Kerusa
kan
persepsi/k
ognitif
Perluk
aan pada
jaringan

Respiratory
status : Airway
patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang
normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam
rentang
normal (tekanan
darah,
nadi,
pernafasan)

teknik chin lift atau jaw thrust


bila perlu
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2

Terapi Oksigen

Bersihkan
mulut,
hidung dan secret trakea

Pertahankan
jalan
nafas yang paten

Atur
peralatan
oksigenasi

Monitor
aliran
oksigen

Pertahankan posisi
pasien

Onservasi
adanya
tanda tanda hipoventilasi

Monitor
adanya
kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

syaraf
tulang
belakang
Imatur
itas
Neurologi
s

Gangguan
Pertukaran gas
Faktor faktor
yang
berhubungan :
Ketidaksei
mbangan
perfusi
ventilasi
Perubahan
membran
kapileralveolar

NOC :
Respiratory
Status : Gas
exchange
Respiratory
Status
:
ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasik
an peningkatan
ventilasi
dan
oksigenasi yang
adekuat
Memelihara

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat
adanya
fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring,
duduk,
atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
NIC :
Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan


teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu

Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya


pemasangan alat jalan nafas
buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika


perlu

Keluarkan sekret dengan

kebersihan paru
paru dan bebas
dari tanda tanda
distress
pernafasan
Mendemonstrasi
kan batuk efektif
dan suara nafas
yang
bersih,
tidak
ada
sianosis
dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Tanda tanda vital
dalam
rentang
normal

Kelebihan
Volume Cairan

NOC :
Electrolit and

batuk atau suction


Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berika bronkodilator bial
perlu
Barikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2

Respiratory Monitoring

Monitor
rata

rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi

Catat pergerakan dada,amati


kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan,
retraksi
otot
supraclavicular dan intercostal

Monitor suara nafas, seperti


dengkur

Monitor pola nafas :


bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot

Catat lokasi trakea

Monitor
kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)

Auskultasi suara nafas, catat


area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan

Tentukan kebutuhan suction


dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
NIC :
Fluid management

Faktor-faktor
yang
berhubungan :
Mekan
isme
pengaturan
melemah
Asupa
n cairan
berlebihan
Asupa
n natrium
berlebihan

acid base balance


Fluid balance
Hydration

Kriteria Hasil:
Terbebas dari
edema, efusi,
anaskara
Bunyi nafas bersih,
tidak ada
dyspneu/ortopneu
Terbebas dari
distensi vena
jugularis, reflek
hepatojugular (+)

Memel
ihara tekanan vena
sentral,
tekanan
kapiler
paru,
output jantung dan
vital sign dalam
batas normal

Terbeb
as dari kelelahan,
kecemasan
atau
kebingungan

Menjel
askanindikator
kelebihan cairan

Timbang popok/pembalut jika


diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Pasang urin kateter jika
diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas urin )
Monitor status hemodinamik
termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher,
asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori
harian
Monitor status nutrisi
Berikan diuretik sesuai interuksi
Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan
berlebih
muncul
memburuk

Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia,
terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi
hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit
urine

Perfusi
jaringan tidak
efektif b/d
menurunnya
curah jantung,
hipoksemia
jaringan,
asidosis dan
kemungkinan
thrombus atau
emboli

NOC :
Circulation status
Tissue Prefusion :
cerebral
Kriteria Hasil :
a. mendemonstrasi
kan status
sirkulasi yang
ditandai
dengan :
Tekanan
systole
dandiastole
dalam
rentang yang
diharapkan
Tidak ada
ortostatikhip
ertensi
Tidak ada
tanda tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial
(tidak lebih

Monitor serum dan osmilalitas


urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor
tekanan
darah
orthostatik dan perubahan irama
jantung
Monitor
parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan
output
4Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
Beri
obat
yang
dapat
meningkatkan output urin

NIC :
Peripheral Sensation Management
(Manajemen sensasi perifer)
Monitor adanya daerah tertentu
yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese
Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada lsi
atau laserasi
Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi

dari 15
mmHg)
b. mendemonstrasi
kan kemampuan
kognitif yang
ditandai dengan:
berkomunik
asi dengan
jelas dan
sesuai
dengan
kemampuan
menunjukka
n perhatian,
konsentrasi
dan orientasi
memproses
informasi
membuat
keputusan
dengan
benar
c. menunjukkan
fungsi sensori
motori cranial
yang utuh :
tingkat
kesadaran
mambaik, tidak
ada gerakan
gerakan
involunter

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A PENGKAJIAN
Sumber Data
Tanggal/jam Pengkajian

: Klien, Keluarga, Rekam Medis


: 3 April 2016, Pukul 10.15 WIB

B IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama
Umur
Agama
Alamat
No Reg
Diagnosa Medik

: Tn. Y
: 64 tahun
: Islam
: Plumutan RT 03 Mulyodadi, Bambanglipuro, Btl
: 577153
: Obs, Dispnea, Chest Pain, Bronkopnemonia,
ec PPOK.

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama
Umur
Alamat
Hubungan

: Ny. S
: 56 tahun
: Plumutan RT 03 Mulyodadi, Bambanglipuro, Btl.
: Istri

3. Kategori triase
: Merah
C PENGKAJIAN PRIMER
a.

Airway
:
Terdapat dahak
b. Breathing :
RR : 40 x/ menit, terdengar suara nafas rhonchi pada paru kanan dan kiri, wheezing pada
c.

paru kanan dan kiri, irama nafas reguler, nafas dalam dan cepat.
Circulation :
TD : 110/70 mmHg, Nadi : 145 x/ menit, Nadi teraba kuat, akral dingin, SpO2 45 %,

sianosis pada tangan kanan dan kiri, tampak diaforesis. Capilary refill >2 detik
Dissability :
Tingkat kesadaran Alert
D PENGKAJIAN
e. Exposure : SEKUNDER
1 SAMPLE
Tidak terdapat jejas, luka, dan deformitas pada tubuh klien
d.

Sign & Symptoms

Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri.

P : Nyeri pada dada kiri


Q : Seperti diremas
R : Dada kiri, tidak menjalar ke punggung
S : Skala nyeri 4
T : Terasa hilang timbul

Klien tampak sesak nafas dan memegangi dada kiri, gelisah dan

Allergi
Medication

beberapa kali menanyakan tingkat keparahan penyakitnya.


Klien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan, obat atau cuaca.
Klien mengatakan sudah pergi ke puskesmas tetapi tidak kunjung

Past Illness

sembuh.
Klien mengatakan tahun 2002 pernah sakit karena sakit paru, klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung..

Pernah di operasi
Last Meal

( ) Ya , kapan: () Tidak
Klien mengatakan terakhir kali makan nasi dan sayur di rumah jam

Event

pada tanggal 2/4/2016 pukul 18.00 WIB.


Pasien datang ke IGD sadar dengan keluhan sesak nafas. Keluarga
klien mengatakan pasien sebelumnya batuk disertai dahak sejak 7 hari
yang lalu. sejak tadi pagi klien mulai merasa sesak nafas di sertai nyeri
dada. Keluarga mengatakan pasien sudah lama mengkonsumsi rokok.
Terdapat riwayat HT dan riwayat paru.

Pemeriksaan Keadaan Umum


a. Tingkat Kesadaran
Tgl / Jam
3/4/2016 Jam 10.15
b. Status Kesadaran
Tgl / Jam

CM

Eye (e)
4
Apatis

3/4/2016

Jam 10.15
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Kepala

Motorik (m)
6

Verbal (v)
5

Somnolen

Sopor

Total
15
Sopor
Coma
Coma
-

Bentuk : Mesochepal, rambut pendek hitam keriting, rambut terlihat


bersih, tidak ada cidera kepala
Mata : Konjungtiva berwarna merah muda, sclera tidak ikterik, pupil

Leher

isokor 3/3 reflek cahaya +/+.


Telinga : Tampak bersih, tidak terdapat gangguan pendengaran
Hidung : Tampak bersih, tidak ada luka
Mulut : Mukosa tampak lembab, gigi tampak bersih.
Pada leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. Bentuk leher

Dada

tampak simetris. Tidak tampak adanya lesi.


Paru :
I = Nafas dalam dan cepat, tak tampak retraksi dada.
P = Tidak teraba adanya benjolan, nyeri tekan tidak dirasakan
P = Sonor di semua lapang paru.

A = Terdengar Ronchi di paru kanan dan kiri, wheezing dapa paru


kanan dan kiri
Jantung :
I = Ictus cordis tidak tampak
P = Teraba iktus cordis di intercosta 5 midclavikula sinistra
P = Suara perkusi pekak
A = Suara jantung terdengar S1-S2 reguler.
Abdomen
I = Tak tampak adanya bekas luka, tak tampak spider navi
A = Bising usus terdengar, peristaltik 5 x/menit
P = Suara tympani pada kuadran I III abdomen
P = Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia
Ekstremitas Rentang gerak bebas, Kekuatan otot =
5
5

5
5

Edema

Integumen

Kulit lembab, turgor elastis, tampak sianosis, diaforesis, capillary refill


> 2 detik

E THERAPY
N
o
1.

Jenis Terapi

Dosis

Rute

Ketorolac

2.

NaCl

3.

Indikasi

1 x 30 mg

i.v

Analgetik

15 tpm

i.v

Menjaga
elektrolit

Furosemide

1 x 40 mg

i.v

Untuk gejala akibat produksi


asam lambung yang berlebihan

4.

Aspilet

1 x 160 mg

oral

Antitrombotik, dapat
digunakan untuk pencegahan
serangan jantung

5.

Azithromycin

1 x 500 mg

i.v

keseimbangan

Infeksi Saluran nafas atas dan


bawah
6.

Isosorbid dinitrat
(ISDN)

1 x 5 mg

Sublingua
l

obat golongan nitrat yang


digunakan sebagai vasodilator

(pelebar pembuluh darah)

F PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Jenis
Result
Unit
HEMATOLOGI
Hemoglobin
14,2
g/dl
Leukosit
47,56
10^3/ul
Eritrosit
3,76
10^6/ul
Hematokrit
43,1
Vol%
Trombosit
723
10^3/ul
HITUNG JENIS
Segmen N%
20
%
Limfosit%
3
%
Monosit%
3
%
Eosinofil%
0
%
Basofil%
0
%
Batang
70
%
FUNGSI GINJAL
Ureum
56
Kreatin
0,87
DIABETES
GDS
357
JANTUNG
CKMB
16
Troponin - I
< 0,01

ng/ml

Nilai Normal

Interpretasi

14,0 18,0
4,0 11.0
4,5 5,5
42,0 52,0
150 400

Normal
Tinggi
Normal
Normal
Tinggi

51 67
20 35
48
24
0 1
25

Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Tinggi

17 - 43
0,9 1,3

Tinggi
Rendah

80 - 200

Tinggi

7 -25
<1

Normal
Normal

2. Hasil EKG :
Sinus tachicardi, HR : 145 x / menit.
3. Hasil Rontgen
Udem Pulmo dengan bronchopnemonia
G ANALISA DATA
No
1.

Data
DS :
Keluarga mengatakan pasien memiliki
riwayat HT
Klien mengatakan nyeri pada dada
sebelah kiri.
- P : nyeri pada dada kiri

Masalah

Etiologi

Nyeri akut

Agen injuri biologis:


peningkatan
timbunan asam
laktat pada miocard

Q : seperti diremas
R : dada kiri, tidak menjalar ke
punggung
- S : skala nyeri 4
- T : terasa hilang timbul
DO :
- Klien tampak memegangi
dada kiri
- Nadi : 145 x / menit
- tampak gambaran EKG

sinus takikardi
2.

DS:
Keluarga klien mengatakan pasien
sebelumnya batuk disertai dahak
sejak 7 hari yang lalu, riw HT, dan
riw konsumsi rokok
DO :
klien tampak sesak nafas.
Klien tampak pucat,
TTV:
TD: 110/70 mmHg
N : 145x/m
RR: 40x/m
Wheezing +/+, rhochi +/+
Tampak sianosis
Hasil Rontgen : udem pulmo dg
Bronchopnemonia
AL : 47.560 /ul
DS:
Pasien datang ke igd mengeluhan
sesak nafas.
DO :
klien tampak sesak nafas.
Nafas dalam dan cepat
Klien tampak gelisah
TTV:
TD: 110/70 mmHg
N : 145x/m
RR: 40x/m
Wheezing +/+, rhochi +/+
Tampak sianosis
Hasil Rontgen : udem pulmo dg
Bronchopnemonia
AL : 47.560 /ul
DS :
Pasien datang ke igd mengeluhan
sesak nafas. Keluarga mengatakan ada
riw rokok, dan penyakit paru

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

Banyaknya mukus

Ketidakefektifan
pola napas

Kelelahan otot
pernafasan

Gangguan
pertukaran gas

Perubahan membran
kapiler alveolar

DO :
Wheezing +/+, rhochi +/+
Tampak sianosis
klien tampak sesak nafas.
Nafas dalam dan cepat
SppO2 : 45 %

H DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan banyaknya mukus
2 Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran kapiler alveolar
3 Ketidakefektifan pola napas b/d kelelahan otot pernafasan
4 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis : peningkatan timbunan
asam laktat pada miocard

RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN

NO
1

DIAGNOSA
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
berhubungan banyaknya mukus

NOC
NOC
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama 1 x 2
jam jalan napas klien efektif, dengan kriteria hasil :
Respiratory status : Airway patency (0410)
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor
yang dapat menghambat jalan nafas
4. Klien tidak sesak nafas

NIC
Airway manajemen ( 3140): Facilitation of patency of air
passages
1. Posisikan semifowler klien untuk memaksi-malkan
ventilasi
2. Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
3. Kolaborasi pemberian bronkodilator (combivent
2,5mg inhalasi)
4. Monitor respirasi dan status oksigen
Terapi Oksigen (3320): Administration of oxigen and
monitoring of its effectiveness
1. Pertahankan patensi jalan nafas
2. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Pilih peralatan yang sesuai ke-butuhan : kanul nasal
1-3 l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
5. Monitor aliran O2
6. Observasi tanda kekurangan O2 : gelisah, sianosis dll

Gangguan Pertukaran gas


Faktor faktor yang berhubungan :
Ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
Perubahan membran kapileralveolar

Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama 1 x 2 NIC :


jam masalah teratasi dengan kriteria hasil :
Airway Management
NOC :
Respiratory Status : Gas exchange

Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau


Respiratory Status : ventilation
jaw thrust bila perlu
Vital Sign Status

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


Kriteria Hasil :

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan


Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
nafas buatan
oksigenasi yang adekuat

Pasang mayo bila perlu


Memelihara kebersihan paru paru dan bebas

Lakukan fisioterapi dada jika perlu


dari tanda tanda distress pernafasan

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction


Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara


nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
tambahan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,

Lakukan suction pada mayo


mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
Berika bronkodilator bial perlu
pursed lips)

Barikan pelembab udara


Tanda tanda vital dalam rentang normal

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan


keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2


Respiratory Monitoring

Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha


respirasi
Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan,
retraksi
otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur

Ketidakefektipan pola napas


berhubungan dengan keletihan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2


jam ketidakefektipan pola napas dapat teratasi
dengan:
Respiratory Status (0415)
Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan irama teratur, prekuensi, dalam
rentang (14-24x/menit) normal dan tidak ada
suara tambahan (ronkhi atau wezhing)
2. Tidak menggunakan otot bantu napas dan retraksi
dinding dada.

Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,


kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

Catat lokasi trakea

Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan


paradoksis)

Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /


tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

Tentukan
kebutuhan
suction
dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Airway Management (Facilitation of patency of air
passage) (3140)
1. Observasi keadaan umum klien
2. Kaji pernapasan klien meliputi (suara, irama,
prekuensi napas dan kedalaman pernapasan)
3. Posisikan klien dengan posisi semipowler
4. Kolaborasikan pemberian oksigen
5. Beri letihan nafas diafrogma breathing

Tgl
3/4/16

Nyeri akut berhubungan dengan


agen injuri biologis : peningkatan
timbunan asam laktat pada
miocard

DX
1

Jam
10.15

Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama 1 x 2


jam nyeri teratasi, dengan kriteria hasil :
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 jam,
nyeri akut yang dialami klien berkurang, dengan
kriteria hasil :
Melaporkan bahwa skala nyeri berkurang dari 4
menjadi 2
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang

1.

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Ajarkan teknik nafas dalam
4.
Anjurkan klien untuk istirahat
5.
Ajarkan teknik relaksasi benson untuk
mengurangi nyeri
Analgesic Administration
6. Berikan kolaborasi analgetik untuk mengurangi nyeri

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi

10.20

1. Mengkaji keluhan klien


2. Menganjurkan klien nafas dalam be-berapa kali,
dikeluarkan dengan pelan-pelan dan batukkan di
akhir ekspirasi
3. Mengobservasi produksi sekret
4. Mengobservasi tanda kekurangan O2 : gelisah,
sianosis dll
5. Memberikan antibiotik IV azithromycin 500 mg

10.25

6. Menganalisa hasil rontgen thorax


7. Mengobservasi tanda tanda vital

10.16

NIC :
Pain Management

Evaluasi

Minggu, 3/4/16 Jam 12.00 WIB


S:
Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
klien mengatakan masih ada dahaknya
O:
klien terpasang O2 NRM 3 lpm, klien masih sesak
nafas, RR : 28 x/m, wheezing +/+, rhonchi +/+
klien antusias mempraktikan batuk efektif
pasien tampak mengeluarkan dahak
gelisah berkurang
A : Masalah teratasi sebagian

Paraf

3/4/16

P : pertahankan Intervensi (pindah bangsal)

10.15 1. Memotivasi mengeluarkan sekret dengan batuk


Minggu, 3/4/16 Jam 12.00 WIB
10.17 2. mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara S : Pasien mengatakan sesak berkurang
tambahan
O:
3. memberikan O2 NRM 10 l/m
Pasien tampak mengeluarkan sekret
4. Memonitor respirasi dan status O2
Sesak berkurang
10.20 5. Monitor pola nafas akan adanya bradipena, takipenia,
RR 28 x/m, SpO2 : 98%
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

Bradipnea, tampak sianosis


A : masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intrervensi (pindah bangsal)

3/4/16

1. Mengukur TD, nadi, suhu, dan RR

Minggu, 3/4/16 Jam 12.00 WIB


S:
Mengkaji suara paru
Klien mengatakan sesak berkurang
Mengkaji pola pernapasan abnormal
Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi
Mengkaji keluhan klien
semifowler
Memposisikan
pasien
semifowler
untuk O:
memaksimalkan ventilasi
Pasien tampak lemas
Memberikan terapi O2 NRM 10 l/mnt
Posisi semifowler terpasang O2 NRM 10 l/m
Memberikan latihan nafas diafragma breathing
Suara nafas rales, wheezing +/+, ronchi +/+
Memonitor saturasi oksigen
TD 120/80 mmHg, S: 37.0 C, SpO2 : 98 %
N: 145 x/menit, RR : 28 x/menit
Pasien antusias diajarkan diafragma breathing
A: Ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi (pindah bangsal)

10.15 2. Mengukur frekuensi dan irama pernapasan

3.
4.
10.16 5.
10.17 6.
10.17 7.
10.18 8.

9.

3/4/16

10.15

Mengkaji keluhan pasien

10.15

10.20

10.23
10.25
10.30

Melakukan pemeriksaan EKG


Minggu, 3/4/16 Jam 12.00 WIB
Pengambilan sample darah
S:
Klien mengatakan nyeri pada dada kiri sudah
Memberikan kolaborasi pemberian terapi NaCl 15 berkurang setelah disuntik pengurang sakit
tpm, injeksi ketorolac 30 mg, ISDN 5 mg, , Aspilet 1
- P : nyeri dada kiri
160 mg.
- Q : seperti di remas
Mengajarkan relaksasi bendon
- R : di dada kiri dan sudah tidak menjalar
Mengkaji ulang nyeri
- S : skala 2
Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- T : terasa kadang kadang
Mengukur vital sign
Klien mengatakan lebih nyaman setelah melakukan
relaksasi benson
O:
Klien tampak tenang, tak tampak meringis
kesakitan
Klien tampak antusian saat melakukan relaksasi
TD : 120/80 mmHg, Nadi 145 x/menit
RR : 28 x/menit, Suhu : 37,0 oC
Terpasang o2 NRM 10 lpm
A : Masalah nyeri akut teratasi, dengan indikator :
Skala nyeri berkurang dari 4 menjadi 2
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
P : Pertahankan intervensi, transport ke bangsal

BAB IV PEMBAHASAN
Dispneu, sensasi sesak napas atau pernapasan adalah keluhan yang paling
umum dari pasien dengan penyakit kardiopulmonari. Secara umum yang
dimaksud dispnea adalah kesulitan bernapas,kesulitan bernapas ini terlihat dengan
adanya kontraksi dari otot-otot pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya
terjadi dengan lambat, akan tetapi dapat pula terjadi dengan cepat
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Sesak nafas yang diderita Tn. Y diperparah dengan adanya mukus yang
kental sehingga akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan
nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paruparu. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan
asidosis.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan
dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar
kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses
paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat
meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006). Hal
ini juga terjadi kepada Tn. Y yang mengalami dispnea, ditemukan bahwa Tn. Y
terdapat sianosis pada jari jarinya.

BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dispnea atau sesak nafas adalah sensasi kesulitan bernafas, dan
merupakan keluhan utama pada pasien dengan kelainan paru atau jantung.
Keluhan sesak nafas ini dapat bervariasi pada setiap individu dan pada
berbagai aktivitas fisik. Selain dari penyakit jantung paru, sesak nafas juga
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti kelainan hematologi, gangguan
asam basa, dan gangguan metabolik. Reseptor-reseptor yang menangkap
sinyal-sinyal

dan

berpengaruh

pada

refleks

pernafasan.

Misalnya

chemoreceptor di badan karotid yang terstimulasi pada keadaan hipoksemia


yang menyebabkan pernafasan meningkat. Gangguan pada reseptor-reseptor
tersebut juga dapat menimbulkan sesak nafas.
B. SARAN
Pada pasien dengan dispnea sangat penting untuk menemukan etiologi
sesak nafas tersebut, supaya gejala sesak nafas itu dapat segera ditangani sesuai
dengan penyebabnya. Maka dari itu anamesa dan pemeriksaan fisik yang benar
sangat diperlukan. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika ada keraguan
dalam membedakan satu penyakit dengan penyakit lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli; Purwoto, Johanes. (2006). Gagal Napas Akut. Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simandibrata, M., Setiati, S (Eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jilid 1. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2005, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
edisi 9, Jakarta: EGC.
Latief, A. Said. (2002), Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intesif, Jakarta: FK UI.
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., (2006). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, volume 2, edisi 6, Jakarta : EGC.
Rahardjo, Sri. (2002). Gagal Napas. Modul Anestesi HSC UGM. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai