Disusun Oleh:
ARISYANUDIN PRASTYO, S. Kep
NPM : 3215002
Tanggal :...................
Mahasiswa
(Arisyanudin Prastyo)
Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum yang dimaksud dengan dispneu adalah kesulitan
bernapas. Kesulitan bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot
pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan
tetapi dapat pula terjadi dengan cepat. Kesulitan bernapas disebabkan karena
suplai oksigen kedalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Dyspnea merupakan gejala yang sering dan berbahaya yang
mempengaruhi lebih dari 50% pasien pergi ke rumah sakit dan seperempatnya
meminta pertolongan ambulans. Adanya gejala dyspnea merupakan prediktor
potensial dari kematian, yang lebih efektif daripada pemeriksaan fisiologis
yang biasa digunakan dalam menilai keadaan klinis pasien. Dyspnea dapat
bermanifestasi dari kondisi-kondisi klinis yang bermacam-macam. Diagnosis
dan treatment dari penyebab dyspnea merupakan jalan yang paling baik dalam
mengeliminasi dyspnea tetapi banyak pasien tidak ditemukan penyebab yang
jelas dan atau dyspnea yang masih ada walaupun sudah diberi pengobatan yang
optimal.
Pada pasien dengan dispnea sangat penting untuk menemukan etiologi
sesak nafas tersebut, supaya gejala sesak nafas itu dapat segera ditangani sesuai
dengan penyebabnya. Maka dari itu anamesa dan pemeriksaan fisik yang benar
sangat diperlukan. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika ada keraguan
dalam membedakan satu penyakit dengan penyakit lainnya.
B. Tujuan
1. Penulis mampu melakukan pengkajian kegawatdaruratan
pasien dengan dispnea
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan dispnea
3. Penulis mampu merencanakan asuhan keperawatan pasien
dengan dispnea
D. PATOFISIOLOGI
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini
hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran
gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat
terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin
rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien tekanan
transmural
yang
harusdibentuk
selama
inspirasi
untuk
menghasilkan
Gg perfusi jaringan
F. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit
paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit
peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada, batuk adalah gejala
umum penyakit pernapasan. Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk
ke dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis
kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala
batuk yang mencolok (Chandrasoma, 2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit
paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya
infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum,
konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya. Hemoptisis
adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis berulang
biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan
dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar
kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses
paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat
meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan
pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas
besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis.
Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang.
Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang
mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit
jantung. Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh.
Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan
obstruksi parsial pada larink atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura
yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).
G. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum Dispnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal yang tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita
2. Terapi Non Farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergen
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Quick relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan
datang. Contoh : bronkodilator
b. Long relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk
jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi
c. Terapi inhalasi
Pemberian obat secara langsung ke dalam saluan napas melalui
hirupan. Ada tiga macam alat terapi inhalasi :
1) Nebulizer
2) MDI (Metered Dose Inhaler)
3) DPI (Dry Power Inhaler)
Keuntungan terapi inhalasi dibandingkan dengan obat oral atau
suntikan, yaitu langsung ke organ sasaran, waktu kerja lebih singkat, dosis
obat lebih kecil, dan efek samping juga kecil. Biasanya digunakan dalam
bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas. Pemakaian Spacer (alat
perenggang) untuk mengurangi deposisi (penumpukan obat dalam mulut)
H. PENGKAJIAN
1. Survey primari
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronki, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Nadi lemah, tidak teratur
2) Takikardi
3) TD/ meningkat/ menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat sianosis
8) Out put urine menurun
d. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS,
dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
e. Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat,
tampak lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara
objektif.
2. Survey sekunder
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa
medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
2) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
3) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
4) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
c. Sistem kardiovaskuler
1)
2)
3)
4)
tiba-tiba.
Pendengaran : telinga berdengung
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap panas/dingin
tajam/tumpul baik.
l. Sistem abdomen
Diagnosa
Keperawatan
Bersihan Jalan
Nafas tidak
Efektif
Faktor-faktor
yang
berhubungan:
- Lingkung
an :
merokok,
menghiru
p asap
rokok,
perokok
pasifPOK,
infeksi
- Fisiologis
:
Intervensi
NIC :
Airway suction
disfungsi
neuromus
kular,
hiperplasi
a dinding
bronkus,
alergi
jalan
nafas,
asma.
Obstruksi
jalan
nafas :
spasme
jalan
nafas,
sekresi
tertahan,
banyakny
a mukus,
adanya
jalan
nafas
buatan,
sekresi
bronkus,
adanya
eksudat di
alveolus,
adanya
benda
asing di
jalan
nafas.
Pola Nafas
tidak efektif
Faktor yang
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Anjurkan
pasien
untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
Monitor
status
oksigen
pasien
Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suksion
Hentikan
suksion
dan
berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
berhubungan :
Hiperv
entilasi
Defor
mitas
tulang
Kelain
an bentuk
dinding
dada
Penuru
nan
energi/kel
elahan
Perusa
kan/pelem
ahan
muskuloskeletal
Obesit
as
Posisi
tubuh
Kelela
han otot
pernafasa
n
Hipov
entilasi
sindrom
Nyeri
Kecem
asan
Disfun
gsi
Neuromus
kuler
Kerusa
kan
persepsi/k
ognitif
Perluk
aan pada
jaringan
Respiratory
status : Airway
patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang
normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam
rentang
normal (tekanan
darah,
nadi,
pernafasan)
Terapi Oksigen
Bersihkan
mulut,
hidung dan secret trakea
Pertahankan
jalan
nafas yang paten
Atur
peralatan
oksigenasi
Monitor
aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Onservasi
adanya
tanda tanda hipoventilasi
Monitor
adanya
kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
syaraf
tulang
belakang
Imatur
itas
Neurologi
s
Gangguan
Pertukaran gas
Faktor faktor
yang
berhubungan :
Ketidaksei
mbangan
perfusi
ventilasi
Perubahan
membran
kapileralveolar
NOC :
Respiratory
Status : Gas
exchange
Respiratory
Status
:
ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasik
an peningkatan
ventilasi
dan
oksigenasi yang
adekuat
Memelihara
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
kebersihan paru
paru dan bebas
dari tanda tanda
distress
pernafasan
Mendemonstrasi
kan batuk efektif
dan suara nafas
yang
bersih,
tidak
ada
sianosis
dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Tanda tanda vital
dalam
rentang
normal
Kelebihan
Volume Cairan
NOC :
Electrolit and
Respiratory Monitoring
Monitor
rata
rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Monitor
kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Faktor-faktor
yang
berhubungan :
Mekan
isme
pengaturan
melemah
Asupa
n cairan
berlebihan
Asupa
n natrium
berlebihan
Kriteria Hasil:
Terbebas dari
edema, efusi,
anaskara
Bunyi nafas bersih,
tidak ada
dyspneu/ortopneu
Terbebas dari
distensi vena
jugularis, reflek
hepatojugular (+)
Memel
ihara tekanan vena
sentral,
tekanan
kapiler
paru,
output jantung dan
vital sign dalam
batas normal
Terbeb
as dari kelelahan,
kecemasan
atau
kebingungan
Menjel
askanindikator
kelebihan cairan
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia,
terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi
hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit
urine
Perfusi
jaringan tidak
efektif b/d
menurunnya
curah jantung,
hipoksemia
jaringan,
asidosis dan
kemungkinan
thrombus atau
emboli
NOC :
Circulation status
Tissue Prefusion :
cerebral
Kriteria Hasil :
a. mendemonstrasi
kan status
sirkulasi yang
ditandai
dengan :
Tekanan
systole
dandiastole
dalam
rentang yang
diharapkan
Tidak ada
ortostatikhip
ertensi
Tidak ada
tanda tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial
(tidak lebih
NIC :
Peripheral Sensation Management
(Manajemen sensasi perifer)
Monitor adanya daerah tertentu
yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese
Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada lsi
atau laserasi
Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi
dari 15
mmHg)
b. mendemonstrasi
kan kemampuan
kognitif yang
ditandai dengan:
berkomunik
asi dengan
jelas dan
sesuai
dengan
kemampuan
menunjukka
n perhatian,
konsentrasi
dan orientasi
memproses
informasi
membuat
keputusan
dengan
benar
c. menunjukkan
fungsi sensori
motori cranial
yang utuh :
tingkat
kesadaran
mambaik, tidak
ada gerakan
gerakan
involunter
B IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama
Umur
Agama
Alamat
No Reg
Diagnosa Medik
: Tn. Y
: 64 tahun
: Islam
: Plumutan RT 03 Mulyodadi, Bambanglipuro, Btl
: 577153
: Obs, Dispnea, Chest Pain, Bronkopnemonia,
ec PPOK.
: Ny. S
: 56 tahun
: Plumutan RT 03 Mulyodadi, Bambanglipuro, Btl.
: Istri
3. Kategori triase
: Merah
C PENGKAJIAN PRIMER
a.
Airway
:
Terdapat dahak
b. Breathing :
RR : 40 x/ menit, terdengar suara nafas rhonchi pada paru kanan dan kiri, wheezing pada
c.
paru kanan dan kiri, irama nafas reguler, nafas dalam dan cepat.
Circulation :
TD : 110/70 mmHg, Nadi : 145 x/ menit, Nadi teraba kuat, akral dingin, SpO2 45 %,
sianosis pada tangan kanan dan kiri, tampak diaforesis. Capilary refill >2 detik
Dissability :
Tingkat kesadaran Alert
D PENGKAJIAN
e. Exposure : SEKUNDER
1 SAMPLE
Tidak terdapat jejas, luka, dan deformitas pada tubuh klien
d.
Klien tampak sesak nafas dan memegangi dada kiri, gelisah dan
Allergi
Medication
Past Illness
sembuh.
Klien mengatakan tahun 2002 pernah sakit karena sakit paru, klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung..
Pernah di operasi
Last Meal
( ) Ya , kapan: () Tidak
Klien mengatakan terakhir kali makan nasi dan sayur di rumah jam
Event
CM
Eye (e)
4
Apatis
3/4/2016
Jam 10.15
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Kepala
Motorik (m)
6
Verbal (v)
5
Somnolen
Sopor
Total
15
Sopor
Coma
Coma
-
Leher
Dada
5
5
Edema
Integumen
E THERAPY
N
o
1.
Jenis Terapi
Dosis
Rute
Ketorolac
2.
NaCl
3.
Indikasi
1 x 30 mg
i.v
Analgetik
15 tpm
i.v
Menjaga
elektrolit
Furosemide
1 x 40 mg
i.v
4.
Aspilet
1 x 160 mg
oral
Antitrombotik, dapat
digunakan untuk pencegahan
serangan jantung
5.
Azithromycin
1 x 500 mg
i.v
keseimbangan
Isosorbid dinitrat
(ISDN)
1 x 5 mg
Sublingua
l
F PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Jenis
Result
Unit
HEMATOLOGI
Hemoglobin
14,2
g/dl
Leukosit
47,56
10^3/ul
Eritrosit
3,76
10^6/ul
Hematokrit
43,1
Vol%
Trombosit
723
10^3/ul
HITUNG JENIS
Segmen N%
20
%
Limfosit%
3
%
Monosit%
3
%
Eosinofil%
0
%
Basofil%
0
%
Batang
70
%
FUNGSI GINJAL
Ureum
56
Kreatin
0,87
DIABETES
GDS
357
JANTUNG
CKMB
16
Troponin - I
< 0,01
ng/ml
Nilai Normal
Interpretasi
14,0 18,0
4,0 11.0
4,5 5,5
42,0 52,0
150 400
Normal
Tinggi
Normal
Normal
Tinggi
51 67
20 35
48
24
0 1
25
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
17 - 43
0,9 1,3
Tinggi
Rendah
80 - 200
Tinggi
7 -25
<1
Normal
Normal
2. Hasil EKG :
Sinus tachicardi, HR : 145 x / menit.
3. Hasil Rontgen
Udem Pulmo dengan bronchopnemonia
G ANALISA DATA
No
1.
Data
DS :
Keluarga mengatakan pasien memiliki
riwayat HT
Klien mengatakan nyeri pada dada
sebelah kiri.
- P : nyeri pada dada kiri
Masalah
Etiologi
Nyeri akut
Q : seperti diremas
R : dada kiri, tidak menjalar ke
punggung
- S : skala nyeri 4
- T : terasa hilang timbul
DO :
- Klien tampak memegangi
dada kiri
- Nadi : 145 x / menit
- tampak gambaran EKG
sinus takikardi
2.
DS:
Keluarga klien mengatakan pasien
sebelumnya batuk disertai dahak
sejak 7 hari yang lalu, riw HT, dan
riw konsumsi rokok
DO :
klien tampak sesak nafas.
Klien tampak pucat,
TTV:
TD: 110/70 mmHg
N : 145x/m
RR: 40x/m
Wheezing +/+, rhochi +/+
Tampak sianosis
Hasil Rontgen : udem pulmo dg
Bronchopnemonia
AL : 47.560 /ul
DS:
Pasien datang ke igd mengeluhan
sesak nafas.
DO :
klien tampak sesak nafas.
Nafas dalam dan cepat
Klien tampak gelisah
TTV:
TD: 110/70 mmHg
N : 145x/m
RR: 40x/m
Wheezing +/+, rhochi +/+
Tampak sianosis
Hasil Rontgen : udem pulmo dg
Bronchopnemonia
AL : 47.560 /ul
DS :
Pasien datang ke igd mengeluhan
sesak nafas. Keluarga mengatakan ada
riw rokok, dan penyakit paru
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Banyaknya mukus
Ketidakefektifan
pola napas
Kelelahan otot
pernafasan
Gangguan
pertukaran gas
Perubahan membran
kapiler alveolar
DO :
Wheezing +/+, rhochi +/+
Tampak sianosis
klien tampak sesak nafas.
Nafas dalam dan cepat
SppO2 : 45 %
H DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan banyaknya mukus
2 Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran kapiler alveolar
3 Ketidakefektifan pola napas b/d kelelahan otot pernafasan
4 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis : peningkatan timbunan
asam laktat pada miocard
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NO
1
DIAGNOSA
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
berhubungan banyaknya mukus
NOC
NOC
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama 1 x 2
jam jalan napas klien efektif, dengan kriteria hasil :
Respiratory status : Airway patency (0410)
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor
yang dapat menghambat jalan nafas
4. Klien tidak sesak nafas
NIC
Airway manajemen ( 3140): Facilitation of patency of air
passages
1. Posisikan semifowler klien untuk memaksi-malkan
ventilasi
2. Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
3. Kolaborasi pemberian bronkodilator (combivent
2,5mg inhalasi)
4. Monitor respirasi dan status oksigen
Terapi Oksigen (3320): Administration of oxigen and
monitoring of its effectiveness
1. Pertahankan patensi jalan nafas
2. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Pilih peralatan yang sesuai ke-butuhan : kanul nasal
1-3 l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
5. Monitor aliran O2
6. Observasi tanda kekurangan O2 : gelisah, sianosis dll
Tentukan
kebutuhan
suction
dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Airway Management (Facilitation of patency of air
passage) (3140)
1. Observasi keadaan umum klien
2. Kaji pernapasan klien meliputi (suara, irama,
prekuensi napas dan kedalaman pernapasan)
3. Posisikan klien dengan posisi semipowler
4. Kolaborasikan pemberian oksigen
5. Beri letihan nafas diafrogma breathing
Tgl
3/4/16
DX
1
Jam
10.15
1.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi
10.20
10.25
10.16
NIC :
Pain Management
Evaluasi
Paraf
3/4/16
3/4/16
3.
4.
10.16 5.
10.17 6.
10.17 7.
10.18 8.
9.
3/4/16
10.15
10.15
10.20
10.23
10.25
10.30
BAB IV PEMBAHASAN
Dispneu, sensasi sesak napas atau pernapasan adalah keluhan yang paling
umum dari pasien dengan penyakit kardiopulmonari. Secara umum yang
dimaksud dispnea adalah kesulitan bernapas,kesulitan bernapas ini terlihat dengan
adanya kontraksi dari otot-otot pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya
terjadi dengan lambat, akan tetapi dapat pula terjadi dengan cepat
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Sesak nafas yang diderita Tn. Y diperparah dengan adanya mukus yang
kental sehingga akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan
nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paruparu. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan
asidosis.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan
dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar
kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses
paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat
meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006). Hal
ini juga terjadi kepada Tn. Y yang mengalami dispnea, ditemukan bahwa Tn. Y
terdapat sianosis pada jari jarinya.
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dispnea atau sesak nafas adalah sensasi kesulitan bernafas, dan
merupakan keluhan utama pada pasien dengan kelainan paru atau jantung.
Keluhan sesak nafas ini dapat bervariasi pada setiap individu dan pada
berbagai aktivitas fisik. Selain dari penyakit jantung paru, sesak nafas juga
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti kelainan hematologi, gangguan
asam basa, dan gangguan metabolik. Reseptor-reseptor yang menangkap
sinyal-sinyal
dan
berpengaruh
pada
refleks
pernafasan.
Misalnya
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli; Purwoto, Johanes. (2006). Gagal Napas Akut. Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simandibrata, M., Setiati, S (Eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jilid 1. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2005, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
edisi 9, Jakarta: EGC.
Latief, A. Said. (2002), Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intesif, Jakarta: FK UI.
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., (2006). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, volume 2, edisi 6, Jakarta : EGC.
Rahardjo, Sri. (2002). Gagal Napas. Modul Anestesi HSC UGM. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada