Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat
serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat
nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,
kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan pengetahuan tentang kegawatdaruratan system pernapasan
(Dyspnea) , semua ini di rangkup dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, membaca akan
masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan, saran dan makalah ini.
kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pinrang, 8 Desember 2020


DAFTAR ISI

Halama

n
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian..............................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Tanda dan Gejala....................................................................................................7
D. Patofisiologi...........................................................................................................9
E. Terapi.................................................................................................................11
F. Konsep Dasar AsuhanKeperawatan……………………………………..………........12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................................................13
B. SARAN................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan globalisasi ini fenomena tingkat penyakit Dyspnea

sangatlah tinggi, penyakit ini sekarang tidak mengenal usia dikarenakan

kurangnya pengetahuan dan pola hidup yang kurang sehat. Kesehatan

merupakan hal yang sangat berharga bagi seluruh umat manusia tanpa

terkecuali, baik orang dewasa, anak-anak, sampai kepada bayi sekalipun

dapat mengalami gangguan kesehatan. Sebagai komponen yang tidak

terpisahkan dari masyarakat, keluarga memiliki peran signifikan dalam

status kesehatan. Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar

negeri menunjukkan bahwa angka kejadian Dyspnea terus meningkat

tajam beberapa tahun terakhir. Disamping itu banyak dilaporkan

permasalahan kesehatan lain yang berkaitan dengan Dyspnea tetapi

kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut tampaknya sangat

penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan, tetapi masih perlu

penelitian lebih jauh. Dalam tatalaksana Dyspnea tidak optimal, baik

dalam diagnosis, penanganan dan pencegahannya. Banyak kasus Dyspnea

tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala batuknya, bisa

dengan atau tanpa wheezing (mengi). Pada tahun 2018 jumlah kasus

Dyspnea di Kabupaten Pinrang sebanyak 7 orang, pada tahun 2019 jumlah

kasus Dyspnea di Kabupaten Pinrang mencapai 33 orang, dan pada tahun

2020 jumlah kasus Dyspnea di Kabupaten Pinrang sebanyak 15 orang

(Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang 2020. Profil Kesehatan Kabupaten

Pinrang. Pinrang : Dinas Kesehatan. https://siformas.pinrangkab.go.id/# 30

April 2020 pukul 10.25 WITA.


B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Dyspnea?
b. Apa penyebab dari Dyspnea?
c. Apa saja tanda dan gejala Dyspnea
d. Apa patofisiologi dari Dyspnea?
e. Apa terapi yang digunakan pada penderita Dyspnea?
f. Bagaiaman ASKEP pada penderita Dyspnea ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Dyspnea
b. Untuk mengetahui penyebab dari Dyspnea
c. Untuk mengetahui saja tanda dan gejala Dyspnea
d. Untuk mengetahui patofisiologi daro Dyspnea
e. Untuk mengetahui terapi yang digunakan pada penderita Dyspnea
f. Untuk memahami ASKEP pada penderita Dyspnea
A. Konsep Dasar Dyspnea
1. Pengertian Dyspnea
Dyspnea sering disebut sebagai Shortness Of Breath (SOB) merupakan
sensasi yang dirasakan ketika bernafas tetapi rasanya tidak cukup.
Pengertian Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas
ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit
paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan wilson, 2006).

2. Etiologi
Dyspnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini
hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasan maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga
akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dyspnea.
Dyspnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan
terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance
paru maka makin besar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama
inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab
menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya
jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang
sama.
3. Patofisiologi
Dyspnea berkaitan dengan ventilasi. Ventilasi dipengaruhi oleh kebutuhan
metabolic dari konsumsi oksigen dan eliminasi karbondioksida. Frekuensi
ventilasi bergantung pada rangsangan pada kemoreseptor yang ada di badan
karotid dan aorta. Selain itu, frekuensi ini juga dipengaruhi oleh sinyal dari
reseptor neural yang ada di parenkim paru, saluran udara besar dan
kecil, otot pernapasan, dan dinding toraks.
- Tensioninappropriateness yang menyatakan defek dasar dari Dypsnea
adalah ketidakcocokan antara tekanan yang dihasilkan otot pernafasan dengan
volume tidal (perubahan panjang). Kapanpun perbedaan tersebut muncul, Muscle
Spindle dari otot interkostal mentransmisikan sinyal yang membawa kondisi
bernapas menjadi sesuatu yang disadari. Reseptor jukstakapiler yang terlokasi di
interstitium alveolar dan disuplai oleh serat saraf vagal tidak termielinisasi akan
distimulasi oleh terhambatnya aktivitas paru. Segala kondisi tersebut akan
mengaktivasi refleks Hering - Breuer dimana usaha inspirasi akan dihentikan
sebelum inspirasi maksimal dicapai dan menyebabkan pernapasan yang cepat dan
dangkal. Reseptor jukstakapiler juga bertanggung jawab terhadap munculnya
Dyspnea pada situasi dimana terdapat hambatan pada aktivitas paru, seperti pada
edema pulmonal.

4. Manifestasi Klinis
 Batuk dan produksi skutum
Batuk adalah pengeluaran udara secara paksa yang tiba - tiba dan biasanya
tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
 Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada.
 Mengi
Mengi merupakan bunyi pich yang tinggi saat bernapas. Mengi adalah
tanda seseorang mengalami kesulitan bernapas, Napas yang pendek dan
penggunaan otot bantu pernapasan
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas
darah arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.

6. Komplikasi

Dyspnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli

paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada,

penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas

dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah

pada paru - paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat disebabkan karena

kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk kronisnya, sesak napas atau

dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti asma, emfisema,

berupa penyakit paru – paru lain.


BAB II PEMBAHASAN

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok (Haryanto 2014). Pengkajian harus
dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis,
sosial, maupun spiritual.
a) Identitas klien
b) Identitas penanggung jawab
c) Keluhan utama
d) Riwayat Kesehatan Sekarang
e) Riwayat Penyakit Dahulu
f) Riwayat Keluhan Keluarga
g) Riwayat kesehatan
h) Faktor psikososial
i) Pemeriksaan fisik

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa diangkat pada pasien Dyspnea diantaranya
adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret berlebih.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
3. Intervensi
1) Diagnosa I
1) Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret berlebih.
2) Tujuan : Kebutuhan oksigen klien dapat terpenuhi
3) Kriteria hasil :
 Sesak berkurang
 Suara paru normal
 Pola nafas normal
4) Intervensi :
a) Observasi TTV
b) Aukultrasi paru- paru setiap 2 jam sekali
c) Berikan posisi semi fowler
d) Ajarkan klien nafas dalam
e) Ajarkan cara batuk efektif
5) Rasional :
a) Mengetahui keadaan umum klien
b) Mengetahui akumulasi secret
c) Oksigen lebih banyak masuk
d) Membantu mengurangi sesak dan melebarkan jalan nafas
e) Mengurangi sesak nafas, member kenyamanan
2) Diagnosa II
1) Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mencapai napas
efektif
3) Kriteria hasil :
 mudah Tanda – tanda vital normal
 Klien lebih bernafas
 Tidak didapatkan penggunaan otot tambahan saat bernafas
4) Intervensi :
a) Observasi TTV
b) Posisikan Pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
c) Auskultasi suara napas, catat bila ada suara napas tambahan
d) Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi
e) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
5) Rasional :
a) Mengetahui keadaan umum klien
b) Memposisikan pasien semi fowler supaya dapat bernafas optimal.
c) Deteksi terhadap pertukaran gas dan bunyi tambahan serta kesulitan
bernafas (ada tidaknya dispneu) untuk memonitor intervensi
d) Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi
e) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
3) Diagnosa III
1) Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan pertukaran gas
teratasi.
3) Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan Dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah)
 AGD dalam batas normal
4) Intervensi :
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Observasi TTV
c) Berikan O2 sesuai indikasi
d) Pantau AGD Pasien
e) Pantau pernapasan
5) Rasional :
a) Ventilasi maksimal membuka area atelectasis.
b) Mengetahui keadaan umum klien
c) Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat memperbaiki
hipoksemia jaringan.
d) Nilai AGD yang normal menandakan pertukaran gas semakin
membaik
e) Untuk evaluasi distress pernapasan
4. Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan
keluarga.
Mengarahkan dan melaksankan rencana asuhan secara efesien dan aman.
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.
Tahapannya yaitu:
 Mengakui kembali klien/pasien
 Melakukan dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada
 Melakukan tindakan keperawatan

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau proses akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan tercapai atau tidak .
Tabel 4.1 Tabel Grid

N Peneliti Tujuan Desain Responden Pengumpulan Hasil Penelitian


O ( Tahun ) dan Penelitian
Judul Penelitian Data

1 Mugihartadi mengetahui Deskriptif Tn. S (umur 22 tahun) dan Tn. P (32 Pengumpulan Berdasarkan hasil
dan Mei Rika penerapan
Handayani pemberian tahun) alamat Kebumen, Jawa Tengah, data tentang observasi yang
(2020), terapi
Pemberian oksigenasi agama pemberian didapatkan dari
Terapi dalam
oksigenasi mengurangi yangdianutadalahagamaislam,tanggalm terapi Tn. P dan Tn S
Dalam ketidakefektifan
Mengurangi pola nafas pada asuk oksigenasi menunjukkan
Ketidakefektif pasien
an Pola Nafas Congestive rumahsakitpadaTn.S24Juni2019sedang dalam bahwa ada
Pada Pasien Heart Failure
Congestive (CHF) di kan mengurangi perubahan pola
Heart Failure Ruang
(CHF) Di ICU/ICCU padaTn.Ppadatanggal25Juni2019,diagn ketidakefektif nafas menjadi
Ruang RSUD DR.
ICU/ICCU Soedirman osa medis congestive an pola nafas lebih baik, tidak
RSUD Dr. Kebumen.
Soedirman heart pada pasien mengalami sesak
Kebumen.
failure(CHF).
Congestive dan frekuensi

Heart Failure pernafasan normal

(CHF), yaitu: setelah diberikan

Observasi, terapi oksigenasi.

Pengukuran,

Wawancara

dan

Dokumentasi.

Instrumen

pengumpulan

data yang

meliputi:

Memasang

nasal kanul
Oksigen

menggunakan

SOP Rumah

Sakit.

Pedoman

observasi

respiratory

rate (RR) atau

frekuensi

nafas.

2 Endah untuk eksperimen Sampel penelitian adalah sebagian menggunakan Hasil penelitian
Suprihatin, mengidentifika
Masamah Al si perbedaan semu pasien sindrom koroner akut yang lembar diperoleh tidak
Mahmuda, perubahan
Karno Efendi gambaran dengan diberi oksigen dengan nasal kanul yang observasi ada pengaruh
(2013), EKG pada
Perubahan pasien metode one dirawat di RSUD Arjawinangun Data pemberian
Gambaran sindroma
EKG Pasien koroner akut group Cirebon pada bulan Mei 2012 dianalisis oksigen melalui
Sindroma setelah
Koroner Akut pemberian pretest- dengan uji nasal kanul
Setelah oksigen
Pemberian dengan nasal posttest statistik terhadap
Oksigen Nasal kanul di
Kanul. RSUD McNemar perubahan
Arjawinangun
Cirebon. gambaran EKG

(P=0,250>α=0,05)

. Gambaran EKG

Pasien sindroma

koroner akut di

ruang ICU/ICCU

RSUD

Arjawinangun

sebelum
pemberian

oksigen melalui

nasal kanul

sebagian besar

(70%) adalah ST

Elevasi dan hanya

30% yang

menunjukkan ST

Depresi.

Gambaran EKG

Pasien sindroma

koroner akut di

ruang ICU/ICCU

RSUD
Arjawinangun

setelah diberikan

oksigen melalui

nasal kanule

sebagian kecil

(40%) mengalami

gambaran EKG

ST elevasi dan

30% sudah

menunjukkan

gambaran EKG

isoelektrik

3 Febriyanti W. untuk quasi Teknik pengambilan sampel yaitu Instrumen Hasil penelitian
Takatelide mengetahui
Lucky T. pengaruh eksperimen consecutive sampling dengan jumlah yang menggunakan
Kumaat oksigenasi
Reginus T. nasal prong dengan 16 sampel. digunakan paired t test SaO2
Malara (2017), terhadap
Pengaruh perubahan rancangan untuk sebelum dan
Terpi saturasi
Oksigenasi oksigen pasien time series. intervensi sesudah 10 menit
Nasal Prong cedera kepala
Terhadap di Instalasi penelitian pertama, 10 menit
Perubahan Gawat Darurat
Saturasi RSUP Prof. adalah untuk pertama dan 10
Oksigen Dr. R. D.
Pasien Cedera Kandou pengukuran menit kedua
Kepala Di Manado.
Instalasi nilai saturasi didapat nilai p-
Gawat Darurat
RSUP Prof. oksigen value = 0,000 < α
Dr. R. D.
Kandou menggunakan 0,05. Hasil uji
Manado
alat pulse antara 10 menit

oxymetri. kedua dan 10

Sedangkan ketiga didapat

instrumen nilai p-value =

pengumpulan 0,005 < α 0,05


data nilai serta uji repeated

saturasi ANOVA

oksigen

berupa

lembar

observasi.

4 Fachri Tujuan Desain Populasi pada penelitian semua pasien Data Hasil penelitian
Toharudin penelitian
(2016), untuk penelitian asma yang di UPT Puskesmas Puri dikumpulkan menunjukkan
Pengaruh mengetahui
Teknik pengaruh ini quasy Kabupaten Mojokerto sebanyak 32 dengan terdapat
Relaksasi teknik
Nafas Dalam relaksasi nafas eksperimen orang. Sampel diambil dengan teknik instrument perbedaan
Terhadap dalam
Frekuensi terhadap dengan simple random sampling sebanyak 24 kuesioner dan frekuensi gejala
Sesak Nafas frekuensi
Pada Penderita sesak nafas pendekatan responden diolah dengan asma yang
Asma Di pada penderita
Wilayah Kerja asma di time series uji wilcoxon. dialami oleh
UPT wilayah kerja
Puskesmas UPT design. penderita asma
Puri Puskesmas
Kabupaten Puri sebelum dan
Mojokerto Kabupaten
Mojokerto. sesudah

pemberian

relaksasi nafas

dalam dimana

terdapat

penurunan gejala

asma yang

dialami oleh

responden.

Berdasarkan uji

T-Test didapatkan

nilai ρ = 0,000,
Hal ini

menunjukkkan

bahwa nilai ρ < α

= 0,05 sehingga

terdapat pengaruh

teknik relaksasi

nafas dalam

terhadap frekuensi

sesak nafas pada

penderita asma di

UPT Puskesmas

Puri

Mojokerto.Tindak

an terapi relaksasi
nafas dalam

efektif dalam

membantu pasien

mengeluarkan

sputum yang

sudah mengental

di saluran

pernafasan atas

dimana tanda ini

dapat dilihat dari

perubahan

frekuensi nafas

responden
5 Sugih Penelitian ini Jenis Dilakukan pada 16 responden dengan Pengumpulan Hasil penelitian
Wijayati, untuk penelitian ini tehnik total sampling yang memenuhi
Dian adalah Pra kriteria inklusi.
Hardiyanti Experimental
Ningrum,
Putrono
(2019),
Pengaruh mengetahui dengan Data penelitian di analisa menggunakan data di
Posisi Tidur pengaruh
Semi Fowler posisi tidur rancangan uji dependent t– test. dengan
45° terhadap semi Fowler
Kenaikan Nilai 45° terhadap Pre and wawan
Saturasi kenaikan nilai
Oksigen pada saturasi Post Test dan obs
Pasien Gagal oksigen pada
Jantung pasien gagal One Group
Kongestif di jantung
RSUD kongestif di Design.
Loekmono RSUD dr.
Hadi Kudus Loekmono
Hadi Kudus.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa masalah keperawatan dengan ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan hiperventilasi dapat teratasi dengan terapi

pemberian oksigen

2. Berdasarkan hasil pembahasan pemberian oksigen melalui nasal

kanul dapat merubah sebagian kecil gambaran EKG isoelektrik.

3. Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui pemberian oksigen

melalui nasal prong selama 30 menit saturasi oksigen berada dalam

kondisi normal yaitu 95% - 100% yg artinya semakin lama

pemberian oksigenasi nasal prong semakin meningkat nilai saturasi

oksigen.

4. Berdasarkan pembahasan di atas pemberian terapi relaksasi nafas

dalam dapat membantu menurunkan frekuensi pernafasan dari

sesak menjadi tidak sesak.

5. Berdasarkan hasil pembahasan pemberian posisi semi fowler pada

pasien gangguan pernafasan dapat meningkatkan nilai saturasi

oksigen dalam tubuh.

B. Saran

Bagi Petugas Kesehatan (Perawat) : disarankan perawat hendaknya dapat

menggunakan terapi pemberian oksigen dan pemberian posisi semi fowler

serta mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.


DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC.
Doengoes, E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. III. Jakarta :
EGC
DepKes RI. (2004). Profil Kesehatan Indonesia 2002. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta
Elfindri, dkk. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama.
Baduose Media. Jakarta.
Harahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal
Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing outcome
classification (NOC). Philadelphia: Mosby.
McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing intervention classification
(NIC). USA : Mosby.
Muttaqin. (2005). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan.
Salemba Medika: Jakarta.
NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi. Jakarta: EGC.
Nurarif, A H dan Hardhi K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Nurjannah I dan Roxana D T. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC).
Jakarta: Elsevier.
Pamungkas, P N. (2015). Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Jurnal Keperawatan, hlm.3
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Rosdahl, C B dan Mary T. Kowalski. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar.
Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Ed. 8. Vol. 3. Jakarta : EGC
Sudoyo AW, Setiohadi B, dkk. (2009).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna.
Smeltzer, Suzanne. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Stillwell, Susan B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC
Syandi, Janrizky Praerda. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi pada Tn. S Di Ruang Inayah Pku Muhammadiyah Gombong
Jurnal Stikes Muhammadiyah Gombong.
Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Mugihartadi, Mei Rika Handayani. "PEMBERIAN TERAPI OKSIGENASI DALAM
MENGURANGI KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG ICU/ICCU RSUD DR.
SOEDIRMAN KEBUMEN." Nursing Science Journal (NSJ) 1.1 (2020): 1-6.
( http://journal.akperkabpurworejo.ac.id/index.php/nsj/article/view/13 )
Suprihatin, Endah, and Masamah Al Mahmuda Karno Efendi. "PERUBAHAN
GAMBARAN EKG PASIEN SINDROMA KORONER AKUT SETELAH
PEMBERIAN OKSIGEN NASAL KANUL THE PATIENT'S EKG CHANGES
IN ACUTE CORONARY SYNDROME AFTER NASAL CANNULA OXYGEN
ADMINISTERED." JURNAL KEPERAWATAN 6.3 (2013): 120-123.
( http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/12/ )
Takatelide, Febriyanti W., Lucky T. Kumaat, and Reginus T. Malara. "Pengaruh
Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen
Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. RD Kandou
Manado." Jurnal Keperawatan 5.1 (2017).
( http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/14052 )

Toharudin, Fachri. "PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


TERHADAP FREKUENSI SESAK NAFAS PADA PENDERITA ASMA DI
WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS PURI KABUPATEN
MOJOKERTO." SKRIPSI KEPERAWATAN (2018).
( http://103.38.103.27/repository/index.php/S1-KEP/article/view/1106 )

Wijayati, Sugih, Dian Hardiyanti Ningrum, and Putrono Putrono. "Pengaruh Posisi
Tidur Semi Fowler 450 Terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen Pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSUD Loekmono Hadi Kudus." Medica
Hospitalia: Journal of Clinical Medicine 6.1 (2019): 13-19.
(http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/vie
w/372 )

Anda mungkin juga menyukai