Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DYSPNEA

DI RUANG IGD RSD IDAMAN BANJARBARU

Oleh :

Ahmad Mawahib

P07120121005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ahmad Mawahib


NIM : P07120121005
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dyspnea di
Ruang IGD RSD Idaman Banjarbaru

Banjarbaru, 23 November 2023

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

H. Zainal Arifin, S.Kep. Ners Dr. Agus Rachmadi, S Pd, A.Kep., M.Si.Med
LEMBAR KONSUL

Nama : Ahmad Mawahib

NIM : P07120121005

Prodi : DIII Keperawatan

Ruang : IGD

Hari, Tanggal Revisi Paraf CI


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADAPASIEN DENGAN DYSPNEA
DI RUANG IGD RSD IDAMAN BANJARBARU

A. KONSEP DASAR KASUS


1. DESKRIPSI

Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat terganggunya pertukaran

oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang berisi cairan. Dispnea akan semakin parah

apabila melakukan aktivitas yang berat seperti naik tangga dan mengangkat beban yang

berat. (Bradero et al, 2008). Sedangkan pengertian dispnea menurut Djojodibroto (2009)

dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya

untuk mendapatkan udara pernapasan. Karena dispnea sifatnya subjektif sehingga dispnea

tidak dapat diukur. Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai

dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat

ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau

alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma),

kecemasan.

2. ETIOLOGI

Sesak napas merupakan gejala penyakit, bukan penyakit itu sendiri. Dengan demikian,

etiologinya dapat ditetapkan sebagai timbul dari empat kategori utama: pernafasan, jantung,

neuromuskular, psikogenik, penyakit sistemik, atau kombinasi dari semuanya.

Penyebab pernapasan mungkin termasuk asma, eksaserbasi akut atau gangguan paru

obstruktif kongestif kronik (PPOK), pneumonia, emboli paru, keganasan paru,

pneumotoraks, atau aspirasi.


Penyebab kardiovaskular mungkin termasuk gagal jantung kongestif, edema paru, sindrom

koroner akut, tamponade perikardial, kelainan katup jantung, hipertensi pulmonal, aritmia

jantung, atau pirau intrakardiak.

Penyebab neuromuskular mungkin termasuk trauma dada dengan patah tulang atau flail

chest, obesitas masif, kyphoscoliosis, disfungsi sistem saraf pusat (SSP) atau sumsum tulang

belakang, kelumpuhan saraf frenikus, miopati, dan neuropati. Penyebab psikogenik

mungkin termasuk sindrom hiperventilasi, dispnea psikogenik, sindrom disfungsi pita suara,

dan aspirasi benda asing. Penyakit sistemik lainnya mungkin termasuk anemia, gagal ginjal

akut, asidosis metabolik, tirotoksikosis, sirosis hati, anafilaksis, sepsis, angioedema, dan

epiglottitis

Penyebab dispnea menurut Djojodibroto (2009) adalah :

a. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung

b. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal, faktor

mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)

c. Psikologis (kecemasan)

d. Hematologi (anemia kronik)

e. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot

3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada dyspnea adalah

a. Manifestasi Pulmoner

Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat langsung maupun akibat tidak

langsung dari proses yang ada di paru. Manifestasi ini dapat berupa :
1). Manifestasi pulmoner primer, merupakan tanda yang ditimbulkan langsung

oleh proses setempat.

2). Manifestasi pulmoner sekunder, merupakan perubahan akibat kelainan paru

yang dapat menimbulkan gangguan dalam pertkaran gas dan penigkatan

pembuluh darah.

b. Manifestasi Ekstrapulmoner

Berupa perubahan – perubahan atau kelainan yang terjadi di luar paru akibat

dari penyakit yang ada di paru;

1) Metastasis, merupakan penyebaran penyakit paru ke luar paru seperti

kanker paru menyebar ke tulang, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.

2) Non metastasis, merupakan gejala sistemik yang dapat berupa gejala

umum (panas, anorexia, rasa lelah) dan gejala khusus (jari tabuh,

osteoartropi).

4. JENIS DYSPNEA

Jenis dyspnea terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Dyspnea Akut

Dyspnea akut dengan awal tiba – tiba merupakan penyebab umum kunjungan

ke ruang gawat darurat. Penyebabnya penyakit pernapasan, penyakit jantung atau

trauma dada.

b. Dyspnea Kronis
Dyspena kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru

Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru – paru, tumor atau kelainan

pita suara.

5. KOMPLIKASI

Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru

interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,

bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti

asma, penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat

disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk kronisnya, sesak

napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti asma, emfisema,

berupa penyakit paru – paru lain.

6. PATOFISIOLOGIS

Sesak napas merupakan keluhan subjektif dari seorang yang menderita penyakit paru.

Keluhan ini mempunyai jangkauan yanga luas, sesuai dengan interpretasi seseorang

mengenai arti sesak napas tadi. Pada dasarnya, sesak napas baru akan timbul bila

kebutuhan ventilasi dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti aktivitas jasmani yang

bertambah atau panas badan yang meningkat.

Kejadian sesak napas tergantung dari tingkat keparahan dan sebabnya. Perasaan itu

sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls ke otak dari saraf yang berakhir di paru –

paru, tulang iga, otot dada atau diafragma, ditambah dengan persepsi dan interpretasi
pasien. Pada bebrapa kasus, sesak napas diperhebat karena kegelisahan memikirkan

penyebabnya. Pasien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara, sesak napas yang

tidak menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada, merasa tercekik, atau

rasa kejang di otot dada.

7. PATHWAY

8. PENATALAKSANAAN TERAPI DAN PENGOBATAN

a. Oksigenasi

1) Penanganan Umum Dispnea


a). Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan

bantal yang tinggi.

b).Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya.

c). Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita.

2) Terapi Farmako

a. Olahraga teratur

b. Menghindari alergen

c. Terapi emosi

3) Farmako

a). Quick relief medicine

b). Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran pernapasan,

memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan datang. Contoh :

bronkodilator

c). Long relief medicine

d). Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas,

mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka

waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

a. Identitas klien, meliputi : Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis


kelamin,status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Keluhan utama saat MRS dan Pengkajian
c. Riwayat kesehatan sekarang,
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : baik, kesadaran komposmentis. Pada saat ini diperhatikan


pulabagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara berjalan. Apakah
cenderung membungkuk, terdapat lordosis, kifosis, skoliosis, atau berjalan
pincang dan sebagainya.
2) Rambut : Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan
berketombeatau tidak.
3) Muka : Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema,
adakah cloasma gravidarum.
4) Mata : Untuk mengetahui apakah conjungtiva pucat, sclera putih.
5) Hidung : Untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip adakah
hidungtersumbat.
6) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada caries dan
karanggigi tidak, ada stomatitis atau tidak.
7) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, simetris atau tidak, adakah serumen.
8) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor
danpembesaran getah bening.
9) Dada : Ukurannya simetris kanan dan kiri, adakah kesulitan dalam menyusui.
10) Abdomen : Adakah bekas oprasi
11) Genetalia : Untuk mengetahui atau melihat kebersihan pada genetalia
12) Ekstrimitas atas dan bawah
13) Kulit

g. Kebutuhan Fisik dan Psikososial : Nutrisi, Eliminasi, Personal


Hygine,Istirahat/tidur,aktifitas,psikososial

h.Kebutuhan Spiritual : agama, Kegiatan yang di lakukan, Dampak penyakit


terhadapkeyakinan
i.Data Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau hiperventilasi.
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan
membran kapiler alveolar

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan &


Intervensi
Keperawat Kriteria Hasil Rasional
an
Pola nafas tidak Setelah Pemantauan 1. Untuk mengetahui
efektif dilakukan respirasi(1.01014) frekuensi , irama,
tindakan Observasi kedalaman, dan upaya
keperawatan 1.Monitor frekuenasi, napas
selama 1x6 jam irama, kedalaman dan 2. Untuk mengetahui pola
diharapkan upaya napas napas
keluha berkurang 3.Untuk mengetahui
2. Monitor saturasi
dengan kriteria kemampuan batuk efektif
oksigen
hasil : 4. Untuk Mengetahui
Pola nafas pasien Terapeutik adanya sputum
kembali normal
5. Untuk mengetahui
3.Atur interval perkembangan saturasi
pemantauan respirasi oksigen
sesuai kondisi pasien 6. Mengetahui apakah ada
4.Dokumentasikan hasil sumbatan jalan napas
pemantauan 7. Agar pasien tahu tujuan
5.Posisikan semifowler dari tindakan
atau fowler

Edukasi

6.Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
7.Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen - Untuk mengetahui
keepatan aliran
pertukaran gas intervensi
Observasi oksigen
b.d keperawatan - Mengetahui posisi alat
- Monitor kecepatan terapi oksigen
ketidakseimban selama 1x6 jam,
aliran oksigen - Mengetahui aliran
gan perfusi maka pertukaran - Monitor posisi alat oksigen secara
terapi oksigen periodik dan pastikan
ventilasi, gas meningkat,
- Monitor aliran oksigen fraksi yang diberikan
perubahan dengan kriteria secara periodik dan cukup
pastikan fraksi yang - Mengetshui
membrane hasil:
diberikan cukup keefektifitas terapi
kapiler alveora - Monitor efektifitas oksigen
terapi oksigen (mis. - Mengetahui
- Sesak napas Oksimetri, Analisa gas kemampuan
menurun darah), jika perlu melepaskan oksigen
- Monitor kemampuan saat makan
- Wheezing melepaskan oksigen - Mengetahui tanda-
menurun saat makan tanda hipoventilasi
- Monitor tanda-tanda - Mengetahui tanda dan
- Takikardia hipoventilasi gejala toksikasi
menurun - Monitor monitor tanda oksigen dan atelektasis
dan gejala toksikasi - Mengetahui tingkat
- PCO2 membaik oksigen dan atelektasis kecemasan akibat
- PO2 membaik - Monitor tingkat terapi oksigen
kecemasan akibat - Mengetahui integritas
- pH arteri membai terapi oksigen mukosa hidung akibat
k. - Monitor integritas pemasangan oksigen
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik


(Edisi 1,cetakan III). Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat persatuan Perawat Nasional
Indonesia.PPNI. 2018.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan


(Edisi1,cetakan II). Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat persatuan Perawat Nasional
Indonesia. PPNI. 2019.

Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan(Edisi 1,cetakan II). Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN


GAWAT
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1557/1/KARYA%20TULIS%2
0ILMIAH.pdf

Anda mungkin juga menyukai