Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DISPNEA DI

RUANGAN IGD RSUD KRATON KABUPATEN


PEKALONGAN

Disusun oleh :
Rivan Yoki Andrio Septo
NPM : 1415000211

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum yang dimaksud dengan dispneu adalah kesulitan
bernapas. Kesulitan bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot
pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan
tetapi dapat pula terjadi dengan cepat. Kesulitan bernapas disebabkan karena
suplai oksigen kedalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Dispneu, sensasi sesak napas atau pernapasan tidak memadai, adalah
keluhan yang paling umum dari pasien dengan penyakit kardiopulmonari.
Evaluasi keluhan rumit oleh fakta bahwa dalam beberapa keadaan sesak
napas adalah konsekuensi normal menguras tenaga. Lebih jauh lagi, persepsi
sesak napas bervariasi antara individu-individu pada tingkat yang sama
kebugaran dan bekerja dan bahkan dalam individu yang sama melakukan
pekerjaan yang sebanding pada waktu yang berbeda. Pada penyakit Negara,
persepsi dispneu dapat sangat bervariasi diantara individu. Akibatnya,
penilaian subyektif sensasi dispneu harus menyeimbangkan konsep kerja dan
ventilasi fisiologis permintaan dengan persepsi individu sesak napas.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan dengan Dispnea di Ruang IGD RSUD


KRATON KABUPATEN PEKALONGAN..

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Dispnea
b. Mengetahui etiologi dari Dispnea
c. Mengetahui manifestasi klinis dari Dispnea
d. Mengetahui patofisiologi dari Dispnea
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Dispnea
f. Mengetahui asuhan keperawatan dengan Dispnea

BAB II
T INJAUAN TEORI
A. Pengertian
Dispnea atau sesak nafas merupakan keadaan yang sering ditemukan
pada penyakit paru maupun jantung. Bila nyeri dada merupakan keluhan yang
paling dominan pada penyakit paru. Akan tetapi kedua gejala ini jelas dapat
dilihat pada emboli paru, bahkan sesak napas merupakan gejala utama pada
payah jantung.
Secara umum yang dimaksud dispnea adalah kesulitan bernapas,
kesulitan bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi dari otot-otot
pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan
tetapi dapat pula terjadi dengan cepat.

B. Etiologi
Penyebab dispnea menurut Djojodibroto (2009) adalah :
1. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
2. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal,
faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
3. Psikologis (kecemasan)
4. Hematologi (anemia kronik)
5. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot)

C. Manifestasi klinis
1. Manifestasi Pulmoner
Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat langsung maupun akibat
tidak langsung dari proses yang ada di paru. Manifestasi ini dapat berupa :
(a) manifestasi pulmoner primer, merupakan tanda yang ditimbulkan
langsung oleh proses setempat. (b) manifestasi pulmoner sekunder,
merupakan perubahan akibat kelainan paru yang dapat menimbulkan
gangguan dalam pertkaran gas dan penigkatan pembuluh darah.
2. Manifestasi Ekstrapulmoner
Berupa perubahan perubahan atau kelainan yang terjadi di luar paru
akibat dari penyakit yang ada di paru; (a) metastasis, merupakan
penyebaran penyakit paru ke luar paru seperti kanker paru menyebar ke
tulang, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. (b) non metastasis, merupakan
gejala sistemik yang dapat berupa gejala umum (panas, anorexia, rasa
lelah) dan gejala khusus (jari tabuh, osteoartropi).
D. Patofisiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan
pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan
ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal
ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada
orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan
meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas
juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas
darah arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG

G. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah
yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada
manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi
sekarang ini, riwayat perawatan dahulu, riwayat keluarga dan riwayat
psikososial.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan
oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk, peningkatan produksi
sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :
a. Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui
satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak
dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
b. Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu
predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin
dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
c. Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi
udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis
kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
5. Review Sistem (Head to Toe)
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi
duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
4) Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar,
lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis
dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau
pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi
yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas
dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation
(CAL)/COPD
8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1
: 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
9) Kelainan pada bentuk dada.
b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi thoraks untuk
mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi,
bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh
nyeri. Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan
suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
Bronchial : sering juga disebut dengan Tubular sound karena suara
ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti
diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau
daerah suprasternal notch.
Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial
dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang
sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar
di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan :
Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan
aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum
Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada
daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas
dalam.
Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah
yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang
digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien
batuk.
6. Pengkajian Psikososial
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan
berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul
akibat stress.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi)
Suatu kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan sistem
vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi)
Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan perubahan
pola nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan penurunan
PCO2
I. Rencana Keperawatan
NO
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas
jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang 1) Buka jalan napas pasien 1. Ventilasi maksimal membuka area atelectasis.
efektif, dengan kriteria hasil: 2) Posisikan pasien untuk 2. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru
memaksimalkan ventilasi. dan menurunkan upaya pernafasan.
3) Identifikasi Pasien untuk 3. Mencegah obstruksi/aspirasi.
Respiratory Status: Airway patency perlunya pemasangan alat jalan 4. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan
N Awa Tujuan napas buatan atelektasis. Ronki menunjukan akumulasi
Indikator
o l 1 2 3 4 5 4) Keluarkan secret dengan suction secret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
1. Pengeluaran 2 5) Auskultasi suara napas, catat nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot
sputum pada jalan bila ada suara napas tambahan aksesoris pernafasan dan peningkatan kerja
napas 6) Monitor rata-rata respirasi setiap pernafasan.
pergantian shift dan setelah
2. Irama napas sesuai 2
dilakuakan tidakan suction
yang diharapkan b. Suksion Jalan Napas
3. Frekuensi 2 1) Auskultasi jalan napas sebelum 1. Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat
pernapasan sesuai dan sesudah suction diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan
yang diharapkan 2) Informasikan keluarga tentang secret.
prosedur suction 2. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan
Keterangan: 3) Berikan O2 dengan atelektasis.
1. Keluhan ekstrim menggunakan nasal untuk 3.Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan
2. Keluhan berat memfasilitasi suksion meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas
3. Keluhan sedang nasotrakheal besar untuk dikeluarkan.
4. Keluhan ringan 4) Hentikan suksion dan berikan 4.Mencegah pengeringan mukosa, membantu
5. Tidak ada keluhan oksigen bila Pasien pengenceran sekret
menunjukkan bradikardi
peningkatan saturasi oksigen 6. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
5) Atur intake untuk cairan mengencerkan sekret, membuatnya mudah
mengoptimalkan keseimbangan. dikeluarkan.
6) Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas Airway management
jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan 1) Buka jalan napas Pasien 1) Pengkajian merupakan dasar dan data dasar
kriteria hasil: 2) Posisikan Pasien untuk berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
memaksimalkan ventilasi. mengevaluasi intervensi.
3) Identifikasi Pasien untuk 2) Memposisikan pasien semi fowler supaya
Respiratory Status: Ventilation perlunya pemasangan alat jalan dapat bernafas optimal.
N Awa Tujuan napas buatan 3) Deteksi terhadap pertukaran gas dan bunyi
Indikator
o l 1 2 3 4 5 4) Keluarkan secret dengan suction tambahan serta kesulitan bernafas (ada tidaknya
1. Auskultasi suara 2 5) Auskultasi suara napas, catat dispneu) untuk memonitor intervensi.
napas sesuai bila ada suara napas tambahan 4) Dapat memperbaiki/mencegah
2. Bernapas mudah 2 6) Monitor penggunaan otot bantu memburuknya hipoksia
pernapasan 5) Memberikan rasa nyamandan
3. Tidak didapatkan ot 7) Monitor rata-rata respirasi setiap mempermudah pernapasan
penggunaan o tamb pergantian shift dan setelah 6) Deteksi status respirasi
ahan dilakuakan tidakan suction
2
Vital sign monitoring Vital sign monitoring
Vital sign Status 1) Observasi adanya tanda tanda 1) Manifestasi distres pernapasan tergantung
N Awa Tujuan hipoventilasi pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status
Indikator kesehatan umum
o l 1 2 3 4 5 2) Monitor adanya kecemasan
1. Tanda Tanda vital 2 2) Takikardia biasanya ada sebagai akibat
pasien terhadap oksigenasi demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respons
dalam rentang 3) Monitor vital sign terhadap hipoksemia
normal (tekanan 4) Informasikan pada pasien dan 3) Selama periode waktu ini, potensial
darah, nadi, keluarga tentang tehnik relaksasi komplikasi fatal (hipotensi/syok) dapat terjadi.
pernafasan) untuk memperbaiki pola nafas. 4) Perubahan frekuensi jantung atau TD
Keterangan: 5) Ajarkan bagaimana batuk efektif menunjukkan bahwa pasien mengalami pasien
1. Keluhan ekstrim 6) Monitor pola nafas mengalami nyeri, khusunya bila alasan lain untuk
2. Keluhan berat perubahan tanda vital telah terlihat.
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan 1) Posisikan pasien untuk
kriteria hasil: 1. Ventilasi maksimal membuka area
memaksimalkan ventilasi
Respiratory Status : Gas exchange 2) Pasang mayo bila perlu atelectasis.
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit 3) Lakukan fisioterapi dada jika
Respiratory Status : ventilation
perlu
2. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
Vital Sign Status 4) Keluarkan sekret dengan batuk paru dan menurunkan upaya pernafasan.
N Awa Tujuan atau suction
Indikator
o l 1 2 3 4 5 5) Auskultasi suara nafas, catat 3.Mencegah obstruksi/aspirasi.
1. Mendemonstrasika 2 adanya suara tambahan 4. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan
n peningkatan 6) Atur intake untuk cairan
ventilasi dan mengoptimalkan keseimbangan. atelektasis. Ronki menunjukan akumulasi
oksigenasi yang 7) Monitor respirasi dan status O2 secret/ketidakmampuan untuk membersihkan
adekuat 8) Catat pergerakan dada,amati
2. Memelihara 2 kesimetrisan, penggunaan otot jalan nafas yang dapat menimbulkan
kebersihan paru tambahan, retraksi otot penggunaan otot aksesoris pernafasan dan
paru dan bebas supraclavicular dan intercostal
dari tanda tanda 9) Monitor suara nafas, seperti peningkatan kerja pernafasan.
distress pernafasan dengkur 5. Pemasukan cairan yang banyak membantu
10) Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, mengencerkan sekret, membuatnya mudah
hiperventilasi, cheyne stokes, dikeluarkan.
biot
11) Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
12) Monitor TTV, AGD, elektrolit
3. Mendemonstrasika dan ststus mental
n batuk efektif dan dak 13) Observasi sianosis khususnya
suara nafas yang a membran mukosa
bersih, tidak ada a
sianosis dan purs
dyspneu (mampu ed
mengeluarkan lips)
sputum, mampu 2
bernafas dengan
mudah,
4. AGD dalam batas 2
normal
5. Status neurologis 2
dalam batas
normal
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart.
Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
http://teguhsubianto.blogspot.com
Carpenito Lynda Jual, 2009, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Gallo, Hudak, 2010, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 2008, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 2007, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai