Anda di halaman 1dari 4

Menurut kementrian kesehatan kasus HIV/ AIDS di Indonesia yang ditemukan sepanjang 2017

Kementerian Sosial mencatat angka penderita HIV/AIDS (ODHA) yang ada di


Indonesia sudah sangat memprihatinkan yakni lebih dari 276 ribu orang.

“Jumlah ini tercatat di Kemensos yang terdiri dari 198 ribu orang lebih
menderita HIV, dan 78 ribu orang lebih menderita AIDS. Totalnya mencapai 276
ribu orang di Indonesia menderita atau mengidap HIV/AIDS,” kata Menteri
Sosial Khofifah Indar Parawansa di Bekasi, Jumat (20/1/2017).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Dirjen Pencegahan Dan


Pengendalian Penyakit HM Subuh menuturkan sampai dengan
November 2017, ditemukan kurang lebih menemukan 220.000 orang
dengan HIV/AIDS. Hal itu diungkapkannya pada puncak peringatan Hari
AIDS Sedunia (HAS) 2017 berlangsung di Sumatra Selatan (Sumsel),
Selasa (5/12).

"Kita terus meningkatkan pelayanan mendeteksi sejak dini. Kita imbau


agar masyarakat mau dan mampu secara sukarela memeriksakan diri
untuk mengetahui status HIV di dirinya, sehingga dapat segera diobati
jika ternyata hasilnya positif," katanya.

Tahun 2017, Kemenkes telah melakukan pemeriksaan sebanyak 7,5


juta orang, tahun 2018 ditargetkan meningkat dengan melakukan
pemeriksaan kurang lebih 10 juta orang. Pada 2020 mendatang kurang
lebih 20 juta populasi Indonesia yang berhasil di melakukan tes, ujar
Subuh.

Dirjen HM Subuh menjelaskan, tujuan pencegahan dan pengendalian


HIV/AIDS adalah untuk mewujudkan target three zero pada 2030, yaitu
tidak ada lagi penularan HIV, tidak ada lagi kematian akibat AIDS, dan
tidak ada lagi stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA).

Pada puncak peringatan HAS 2017, Direktorat Jendral P2P


mencanangkan Fast Track 90-90-90 atau strategi akselerasi Temukan,
Obati dan Pertahankan (TOP) untuk mencapai target tahun 2030.

Adapun Fast Track 90-90-90 terdiri dari 90 persen dari orang yang hidup
dengan HIV (ODHA) mengetahui status HIV mereka melalui tes atau
deteksi dini 90 persen dari ODHA yang mengetahui status HIV untuk
memulai pengobatan Antiretroviral (ARV) dan 90 persen ODHA yang
dalam pengobatan ARV telah berhasil menekan jumlah virusnya
sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV serta tidak ada lagi
stigma dan diskriminasi ODHA.

HM Subuh juga mengingatkan, stigma yang paling mengganggu


program terdapat tiga macam, diantaranya stigma dari ODHA itu sendiri.
Kalau ODHA-nya sendiri tidak mampu mengakui mengidap AIDS maka
akan sulit, penularannya akan sangat cepat, Untuk menghilangkan
stigma ini dengan berani memeriksakan diri dan mengakui merupakan
langkah awal yang harus kita lakukan, kata HM Subuh.

Stigma kedua, kalau masyarakat mengucilkan dan menyampingkan


mereka, penularan akan cepat dan terus terjadi. Ketiga stigma
dari stakeholder. "Tiga stigma ini yang terus diperbaiki, digiatkan dengan
baik," pesannya.
Kemenkes mencatat hingga Juni 2017 terdapat 255 ribu kasus HIV di Indonesia. Sebanyak 72,4 persennya
disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak terproteksi. (Foto: Thinkstock/IPGGutenbergUKLtd)

Jakarta, CNN Indonesia -- Penyakit AIDS akibat infeksi virus HIV tak dimungkiri jadi sorotan dunia,
dan setiap 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia.

Secara global, diperkirakan ada sekitar 36,7 juta orang yang hidup dengan HIV hingga 2016. Jumlah
ini ditengarai meningkat tiap tahunnya.

Menurut Wiendra Waworuntu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Kementerian Kesehatan RI, hingga Juni 2017 dilaporkan ada lebih dari 255 ribu kasus kejadian HIV
di Indonesia. Sebanyak 72,4 persen kejadian HIV di Indonesia disebabkan oleh hubungan seksual
yang tidak terproteksi.

"Di Indonesia, ada 255.527 kasus HIV. Kalau melihat laporan dari tiap provinsi di Indonesia, ada
sekitar 100 ribu kasus per hari. Ini kebanyakan karena seks berisiko secara heterogen maupun
homogen," ujar Wiendra dalam perayaan Hari AIDS Sedunia di Plaza Senayan, Jakarta Pusat,
Senin (27/11).

Lihat juga:
Warga Kampus Perlu Sadar Bahaya HIV dan Aids

Wiendra prihatin karena kasus kebanyakan terjadi pada mereka yang berusia produktif antara 21-29
tahun. Upaya pemerintah, lanjutnya, dirasa cukup optimal melalui promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi. Namun, semua tak akan berarti tanpa adanya keterlibatan masyarakat.

Harapannya, pada 2030 mendatang, Indonesia mencapai 3Zero yakni tidak ada lagi kasus kejadian
HIV, tidak ada yang meninggal akibat AIDS, dan tidak ada stigma buruk maupun diskriminasi
terhadap ODHA atau orang dengan HIV/AIDS. Hal ini juga perlu didukung unit-unit pelayanan
kesehatan demi akses kesehatan yang lebih baik.

Di sisi lain, kini stigma buruk terkait HIV/AIDS semakin luntur. Wiendra berkata, orang kini lebih
terbuka sehingga harapannya, tidak akan ada lagi stigma buruk bagi ODHA. ODHA biasanya
merasa didiskriminasi masyarakat karena pandangan buruk masyarakat akan HIV/AIDS. Padahal,
lanjut Wiendra, HIV/AIDS merupakan penyakit kronis dan selayaknya ODHA diperlakukan sama
dengan mereka yang memiliki penyakit kronis lain.

"Penyakit kronis itu seperti hipertensi, diabetes, cuma bedanya penyakit-penyakit tadi obatnya lebih
mudah didapat di pasaran," tambah Wiendra.

Lihat juga:
Nilai 'Plus-Plus' Kondom Dibanding Kontrasepsi Lain

Mengutip data dari Laporan Perkembangan HIV/AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Triwulan 2 2017, jumlah orang yang terinfeksi HIV ada
sebanyak 23.204. Jumlah ini mencakup 14.970 orang laki-laki dan 8.234 orang perempuan. Apabila
dibandingkan dengan total orang yang terinfeksi pada 2016, jumlah ini lebih rendah. Tahun lalu, total
41.250 orang dilaporkan terinfeksi HIV.

"Selain seks berisiko, perhatian lebih juga perlu ditujukan pada penyakit menular seksual. Mereka
yang terkena penyakit menular seksual, punya risiko 3 - 5 kali lipat lebih besar terkena AIDS,"
ucapnya. (rah/rah)

Anda mungkin juga menyukai