Anda di halaman 1dari 16

B.

Konsep Asuhan Keperawatan Asma


Ashan Keperawatan merupakan bentuk pelayanan keperawatan
profesional kepada klien dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara
langsung perawat bersama klien secara untuk menentukan masalah
keperawatan sehingga membutuhkan asuhan keperawatan, membuat
perencanaan dan rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan (Gaffar, La Ode Jumadu, 2013). Proses keperawatan terdiri
dari lima tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari
proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau
informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa
untuk menentukan diagnosa keperawatan (Gaffar, 2014 ; 57).
Dibawah ini pengkajian yang dilakukan pada penyakit asma, yaitu
sebagai berikut :
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Pada pasien dengan status asma ditemukan adanya
penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan
penyumbatan jalan napas sehingga status asma ini
memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan
akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.
2) Breathing
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan
bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen
yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus
pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas.
Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien
tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak
napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu
kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.
Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari
25 x / menit. Pantau adanya mengi.
3) Circulation
Pada kasus status asma ini adanya usaha yang kuat untuk
memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk
memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula
penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus
paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi ( APE
) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah
dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan
oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap
circulation ini.
4) Dissability
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien
dengan status asmatikus mengalami penurunan kesadaran.
Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat
mengeluarkan kalimat yang terbata-bata dan tidak mampu
menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang
dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan. Namun
pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik pasien
unrespon.
b. Pengkajian Sekunder
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang
sistematik tentang pasien (Allen, 2013 ; 22)
1) Pengumpulan data
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS, nomor rekam
medik, ruangan, diagnosa medis, tanggal pengkajian.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan klien.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama berupa sesak napas yang hebat dan mendadak,
diikuti dengan gejala-gejala lain seperti whezzing, penggunaan
otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan keasadaran,
sianosis, dan perubahan tekanan darah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama secara terperinci
dengan menggunakan PQRST
P : Provoaktive/ palliative adalah faktor pencetus terjadinya
penyakit, apa saja yang dapat mengurangi dan memperberat
gejala
Q : Quality/ quantity adalah bagaimana gejala dirasakan
R : Region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan
S : Severity scale/ skala adalah derajat keganasan atau keparahan
keluhan dirasakan
T : Time adalah waktu dimana keluhan dirasakan
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah di derita masa-masa dahulu seperti adanya
infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel,
sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi,
waktu dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus
serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada pasien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota
keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini
lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan (Hood
Alsagaf, 2012).
5) Pemeriksaan fisik Head to toe
a) Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien,
kecemasan, kegelisahan, kelemahan, suara bicara, denyut
nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir
lengket, dan posisi istirahat klien.
b) Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat
postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan
diameter antriorposterior, sifat dan irama pernafasan, dan
frekuensi pernafasan.
c) Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi,
(mengembang).
d) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
e) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat di sertai dengan
ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih 3 kali inspirasi, dengan
bunyi nafas tambahan utama whezzing pada akhir ekspirasi.
f) Data penunjang
(1) Pemeriksaan spirometri
Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer)
golongan adrenergik.
(2) Pemeriksaan tes kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik
dalam tubuh.
(3) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakkan bila ada kecurigaan
terhadap proses patologik di paru atau komplikasi asma,
seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis,
dan lain-lain.
(4) Pemeriksaan gas darah
Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada
penderita dengan serangan asma berat
(5) Pemeriksaan eoslnofil
Pada penderita asma, jumlah eoslnofil total dalam darah
sering meningkat. Jumlah eoslnofil total dalam darah
membantu untuk membedakan asma dari bronchitis
kronik (Sundaru, 2011).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan
status atau masaslah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah
mengidentifikasi : pertama, adanya masalah aktual berdasarkan respon
kien terhadap masalah atau penyakit ; kedua, faktor-faktor yang
berkonstribusi atau penyebab adanya masalah ; ketiga, kemampuan
klien mencegah atau menghilangkan masalah (Gaffar, 2014 ; 61).
Pada asma dapat ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
dalam jumlah berlebihan, peningkatan produks mucus, eksudat
dalam alveoli dan bronkospasme
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan laju metabolic, dispnea saat makan, kelelahan
otot pengunyah.

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah
penentuan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan
sasaran penempatan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan (Gaffar, 2014 ; 63).

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai
dengan rencana detelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tekhnikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisisen pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan (Gaffar,2014 ; 66)
Beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan asuhan
keperawatan antara lain fasilitas peralatan yang dibutuhkan, kerjasama
antar prawat, dan kerjasama dengan tim kesehatan lain yang terakit.

5. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah
keakuratan, kelengkapan dankualitas data, teratasi atau tidaknya
masalah klien, serta pencapaian tujuan, serta ketepatan intervensi
keperawatan. Akhirnya penggunaan proses keperawatan secara tepat
pada praktek keperawatan akan memberi keuntungan pasa klien dan
perawat (Gaffar, 2014 ; 67).
Terdapat dua tipe dokumntasi evaluasi yaitu evaluasi formatif
yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera, dan evaluasi sumatif yang merupakan
rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien pada waktu
tertentu.
Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP, sebagai berikut :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analias ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah yang baru atau ada
data yang kontradikdi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindakan lanjt berdasarkan hasil analisa pada
respon klien.

Modifikasi rencana dan tindakan mengikuti perubahan keadaan


pasien. Pada teknik ini catatan perkembangan dapat menggunakan
bentuk SOAPIER, yaitu sebagai berikut :
S : Data subjektif
O : Data objektif
A : Data subjektif dan objektif dinilai dan dianalisa, apakah berkembang
ke arah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat
menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau
adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnos
keperawatan baru.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien berdasarkan pada hasil analisis yang
berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal
tidak efektif.
I : Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana
E : Evaluasi
Penilaian sejauh mana rencana tindakan dan implementasi telah
dilakukan dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi
R : Reassesment
Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian
ulang perlu dilakukan kembali melalui proses pengumpulan data
subjektif dan objektif dan proses analisisnya.
Tabel 2.1
Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Asma

No Diagnosa Keperawatan Tujaun dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Ketdiakefektifan NOC Mandiri Mandiri
bersihan jalan napas 1. Respiratory status : 1. Auskultasi bunyinafas, 1. Beberapa derajat spasme
Definisi : Ventilation catat adanya bunyi nafas bronkus terjadi dengan
Ketidakmampuan untuk 2. Respiratory status : misalnya: mengi, ronchi obstruksi jalan nafas dan
membersihkan sekresi Airway patency dapat/ tidak
atau obstruksi dari saluran Kriteria Hasil : dimanifestasikan adanya
pernapasan untuk 1. Mendemonstrasikan batuk bunyi nafas adventisius
mempertahankan efektif dan suara nafas
kebersihan jalan napas. yang bersih, tidak ada 2. Kaji atau pantau frekuensi 2. Takipnea biasanya ada
Batasan karakteristik : sianosis dan dyspneu pernafasan, catat rasio pada beberapa derajat
1. Tidak ada batuk (mampu mengeluarkan inspirasi/ ekspirasi dan dapat ditemukan
2. Suara napas tambahan sputum, mampu bernapas padapenerimaan atau
3. Perubahan frekuensi dengan mudah, tidak ada selama stress
napas pursed lips)
4. Perubahan irama 2. Menunjukkan jalan napas
napas yang paten (klien tidak 3. Pertahankan polusi 3. Pencetus tipe reaksi
5. Sianosis merasa tercekik, irama lingkungan minimum alergi pernafasn yang
6. Kesulitan berbicara napas, frekuensi misalnya : debu, asap dapat mentriger episode
atau mengeluarkan pernapasan dalam rentang yang berhubungan dengan akut
suara kondisi individu
7. Penurunan bunyi normal, tidak ada suara 4. Dorong/ bantu latihan 4. Memberikan pasien
napas napas abnormal) nafas abdomen atau bibir beberapa cara untuk
8. Dispneu 3. Mampu mengidentifikasi mengatasi dan
9. Sputum dalam jumlah dan mencegah faktor yang mengontrol dispnea dan
yang berlebihan dapat menghambat jalan menurunkan jebakan
10. Batuk yang tidak napas udara
efektif
11. Orthopneu
12. Gelisah 5. Observasi karakteristik 5. Batuk dapat menetap
13. Mata terbuka lebar batuk misal mantep, batuk tapi tidak efektif
pendek dan basah terutama pada lansia
Faktor-faktor yang sakit akut atau
berhubungan : kelemahan
1. Lingkungan
a. Perokok pasif 6. Anjurkan klien untuk 6. Meningkatkan ekspansi
b. Mengisap asap posisi semi fowler paru dan membuka area
c. Merokok atelektasis
2. Obstruksi jalan nafas
a. Spasme jalan
napas Kolaborasi Kolaborasi
b. Mokus dalam 7. Berikan obat sesuai 7. Merilekskan otot halus
jumlah indikasi dan menurunkan
berlebihan kongesti lokal.
c. Eksudat dalam menurunkan produksi
jalan alveoli mukus dan mengi
d. Materi asing 8. Berikan humidifikasi 8. Kelembaban
dalam jalan napas tambahan misal : menurunkan sekret dan
e. Adanya jalan nebulizer ultranik mempermudah
napas buatan pengeluaran
f. Sekresi bertahan/
sisasekresi
g. Sekresi dalam
bronki
3. Fisiologis :
a. Jalan napas
alergik
b. Asma
c. Penyakit paru
obstruktif kronik
d. Hiperplasi
dinding bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi
neuromuskular
No Diagnosa Keperawatan Tujaun dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Ketdiakefektifan pola NOC Mandiri : Mandiri :
napas 1. Respiratory status : Gas 1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Berguna dalam evaluasi
Definisi : exchange pernafasan dan derajat distres
Kelebihan atau defisit 2. Respiratory status : penggunaan otot aksesoris pernafasan
pada oksigenasi dan/ atau Ventilation
eliminasi karbon dioksida 3. Vital sign status 2. Tinggikan kepala tempat 2. Pengiriman oksigen
pada membran alveolar- Kriteria Hasil : tidur, bantu pasien untuk dapat diperbaiki dengan
kapiler 1. Mendemostrasikan memilih posisi yang posisi duduk tinggi
Batasan Karakteristik : peningkatan ventilasi dan mudah untuk bernafas
1. PH darah arteri oksigenasi yang adekuat
normal 2. Memelihara kebersihan 3. Kaji atau awasi secara 3. Sianosis mungkin
2. PH arteri abnormal paru-paru dan bebas dari rutin kulit dan warna perifer (pada kuku) atau
3. Pernapasan abnormal tanda-tanda distress membran mukosa sentral (bibir atau daun
(mis. kecepatan. pernapasan tellinga)
irama, kedalaman) 3. Mendemostrasikan batuk
4. Warna kulit abnormal efektif dan suara napas 4. Dorong mengeluarkan 4. Kental, tebal dan
(Mis. Pucat, yang bersih, tidak ada sputum banyaknya sekresi
kehitaman) sianosis dan dyspneu adalah sumber utama
5. Konfusi (mampu menegluarkan gangguan pertukaran gas
6. Sianoisi (pada sputum, mampu bernapas pad ajalan nafas kecil
neonatus saja) dengan mudah, tidak ada
7. Penurunan pursed lips) 5. Anjurkan klien untuk 5. Meningkatkan ekspansi
karbondioksida 4. Tanda-tanda vital dalam posisi semi fowler paru dan membuka area
8. Diaforesis rentang normal atelektasis
9. Dispnea Kolaborasi : Kolaborasi :
10. Sakit kepala saat 1. Berikan oksigen tambahan 1. Dapat memperbaiki atau
bangun yang sesuai dengan mencegah
11. Hiperkapnia indikasi memburuknya hipoksia
12. Hipoksemia
13. Hipoksia 2. Berikan penekanan SSP 2. Digunakan utnuk
14. Iritabilitas misal : sedatif atau mengontrol ansietas atau
15. Napas cuping hidung narkotik dengan hati-hati gelisah yang
16. Gelisah meningkatkan konsumsi
17. Samnolen oksigen
18. Takikardi
19. Gangguan
penglihatan

Faktor yang
berhubungan :
1. Perubahan membran
alveolar-kapiler
2. Ventilasi-perfusi
No Diagnosa Keperawatan Tujaun dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Ketdiakseimbangan NOC Mandiri : Mandiri :
nutrisi kurang dari 1. Kognisi 1. Kaji kebiasaan diet, 1. Pasien distres
kebutuhan tubuh 2. Orientasi kognisi masukkan makanan saat pernafasan akut sering
Definisi : 3. Konsentrasi ini anoreksia karena
Asupan nutrisi tidak 4. Pengambilan keputusan dispnea, produksi
cukup unntuk memenuhi 5. Pengendalian diri sputum
kebutuhan metabolik terhadap pikiran distorsi
Batasan Karakteristik : 6. Identitas 2. Auskultasi bunyi usus 2. Penurunan bising usus
1. Kram abdomen 7. Pemproses informasi menunjukkan
2. Nyeri abdomen 8. Memori penurunan motilitas
3. Menghindari 9. Status neurologi gaster
makanan kesadaran
4. Berat badan 20% atau Kriteria Hasil : 3. Berikan perawatan oral, 3. Rasa tidak enak, bau
lebih dibawah berat 1. Mempertahankan atau buang sekret berikan dan penampilan adalah
badan ideal meningkatkan kognisi, wadah khsusu untuk pencegahan utama
5. Kerapuhan kapiler konsentrasi, sekali pakai terhadap nafsu makan
6. Diare pengambilan keputusan, dan dapat membuat
7. Kehilangan rambut pengendalian diri mual dan muntah
berlebihan terhadap pikiran distorsi,
8. Bising usus hieraktif memproses informasi, 4. Hindari makanan 4. Dapat menghasilkan
9. Kurang makanan dan memori penghasil gas dan distensi abdomen yang
10. Kurang informasi 2. Menunjukkan minuman karbonat mengganggu nafas
11. Kurang minat pada penururnan minimal abdomen
makanan dalam orientasi kognitif
12. Penurunan berat 3. Tidak mengalami 5. Timbang berat badan 5. Berguna untuk
badan dengan asupan kehilangan identitas sesuai indikasi menentukan kebutuhan
makanan adekuat 4. Status neurologis, kalori dan evaluasi
13. Kesalahan konsepsi kesadaran tidak keadekuatan rencana
14. Kesalahan informasi terganggu nutrisi
15. Membran mukosa 5. Berrespons terhadap
pucat isyarat visual dari Kolaborasi : Kolaborasi :
pendengaran, 6. Konsultasi ahli gizi atau 6. Metode makanan dan
Faktor-faktor yang menggambarkan sebuah nutrisi pendukung tim kebutuhan kalori
berhubungan : lingkaran, serta untuk memberikan didasarkan pada situasi
1. Faktor biologis mempertahankan makanan yang mudah atau kebutuhan
2. Faktor ekonomi perhatian dicerna individu
3. Ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi 7. Berikan oksigen 7. Menurunkan dispnea
nutrien tambahan selama makan dan meningkatkan
4. Ketidakmampuan sesuai indikasi energi untuk makan
untuk mencerna dan meningkatkan
makanan masukan
5. Ketidakmampuan
menelan makanan
6. Faktor psikologis

Anda mungkin juga menyukai