Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana

kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena

ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-

obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis

antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur

dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai

hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau

kadar gula darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3.3 mmol/L).

keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karenan aktivitas fisik

yang berat (Brunner & suddart,2005).

1
B. Etiologi/Predisposisi

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

 Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada

penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

 Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

3. Aktifitas terlalu berat.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

6. Penebalan di lokasi suntikan.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

9. Gangguan hormonal.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.

11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

2
C. Patofisiologik Klinik

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama

bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah

glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen

di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan

kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara

terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat

dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun,

maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan

mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di

bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah

10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga

dapat menghasilkan koma.

D. Manifestasi Klinik

Gejala-gejala hipoglikemi terdiri dari 2 fase, yaitu

 Fase 1, gejala-gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus

sehingga hormon epinefrin dilepaskan. Gejala awal ini merupakan

peringatan karena pada saat itu pasien masih sadar sehingga dapat

diambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemi lanjut.

 Fase 2, gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi

otak, segingga dinamakan gejala neurologis.

3
Gejala dan tanda hipoglikemia :

1. Gejala karena efek hipoglikemi pada saraf otonom

a. Banyak keringat walaupun udara dingin atau berkeringat dingin

b. Timbul rasa lapar

c. Parestesia pada bibir dan jari

d. Pucat

e. Palpitasi

f. Tremor

2. Gejala karena efek hipoglikemik pada sistem saraf pusat

a. Penglihatan kabur dan diplopia

b. Sakit kepala

c. Gerakan-gerakan yang bersifat spastik

d. Sering menguap

3. Perubahan psikis karena hipoglikemia

a. Depresi dan iritabel

b. Sering mengantuk tapi tidak dapat tidur pada malam hari

c. Tidak mampu konsentrasi

4
E. Pathways

5
F. Komplikasi

• Apnea

• Kerusakan sistem saraf

• Gawat napas

• Kejang

• Tremor

G. Penatalaksanaan Secara Medis

Anjuran yang lazim adalah pemberian gula per oral 10-15 g:

1) 2-4 preparat glukosa yang dijual bebas

2) 130-180 cc jus buah atau soda regular.

3) 6-10 lifesaver atau gula-gula keras

4) 2-3 sendok teh gula atau madu.

2.Hindari menambahkan gula kedalam jus, bahkan jus yang tidak dimaniskan

sekali pun, yang dapat menyebabkan peningkatan tajam kadar glukosa dan

pasien dapat mengalami hiperglikemia nantinya.

3. Ulangi pengobatan jika gejala menetap lebih dari 10 – 15 menit

Berikan makanan kecil yang mengandung protein dan zat tepung (susu, atau

keju dan krakers) setelah gejala menghilang.

4. Anjurkan untuk pasien diabetic untuk selalu membawa gula dalam bentuk

sederhana sepanjang waktu.

5. Jangan ajurkan makan makanan penutup tinggi kalori, tinggi lemak untuk

mengatasi hipoglikemia. Kandungan tinggi lemak dapat melambatkan

penyerapan glukosa.

6
H. Pengkajian

.a. Primery Survey

Air way : ( Inefektif jalan nafas )

Kemungkinan ada sumbatan jalan nafas, terjadi karena adanya penurunan

kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.

Dilakukan dengan chinlift, headthil, jawtrust.

Breathing : ( perubahan pola nafas )

Tachypnea, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

Dilakukan dengan look, listen, feel.

Circulation :

Menilai sirkulasi / peredaran darah

· Cek capillary refill

· Auskultasi adanya suara nafas tambahan

· Segera berikan bronkodilator,

· Cek frekuensi pernafasan

· Cek adanya tanda tanda sianosis, kegelisahan

· Cek tekanan darah

Disability : Cek kesadaran pasien dengan A-V-P-U

b. Secondary survey

7
B1 (Breath) : pernafasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat,

nafas berbau .

B2 (Blood) : takikardi, perubahan TD postural, hipotensi, nadi

menurun, ulkus

pada kaki dan penyembuhan luka yang lama.

B3 (Brain) : pusing, merasa kesemutan, disorientasi,

mengantuk, letargi.

B4 (Bladder) : Poliuria, nocturia, ISK, urine encer, dapat menjadi

oliguria/anuria

bila terjadi hipovolemia berat, glukosuria.

B5 (Bowel) : mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan,

diare, bising usus

meningkat, polifagi dan polidipsi.

B6 (Bone) : kelemahan, sulit bergerak, kulit/membrane

mukosa kering.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa

75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70 – 110 mg/dl

b. gula darah 2 jam post prandial

8
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140mg/dl/2jam

c. Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar

gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes

dalam waktu 2 – 3 bulan, HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin

terglikosilasi yang pada orang normal antara 4 – 6%. Semakin tinggi maka

akan menunjukkan bahwa orang tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut

menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

d. elektrolit, terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu

e. leukosit, terjadi peningkatan jika dampai terjadi infeksi.

9
I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : - Secret berlebihan Bersihan jalan

Do : nafas tidak

- Adanya sekret Obstruksi jalan napas efektif

- Suara nafas

ronkhi
Bersihan jalan nafas tidak

efektif

2. Ds : - Kelainan struktur kongenital Gangguan

Do : pertukaran gas

- sesak nafas Terkumpulnya sekret

- adanya sekret

- Clubbing finger Kuman berkembang dan infeksi

- ekspansi paru bakteri pada dinding bronkus

tidak simetris

Kerusakan pada jaringan otot dan

elastis

Kerusakan bronkus menetap

Gangguan pertukaran gas

3. Ds : - Infeksi Gangguam Pola

Do : Napas

10
- Sesak napas Destruksi Jaringan Paru

- Clubbing finger

- adanya suara Destruksi Paru

napas tambahan

ronkhi, whezing Emfisema

Dispnea

Gangguam Pola Napas

4. Ds : - Ansietas Nutrisi Kurang

Do : Dari Kebutuhan

- Mual, muntah Merangsang saraf simpatik nervus Tubuh

- Anoreksia Vagus

- Berat badan

menurun Produksi HCL meningkat

Mual, muntah, anoreksia

Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh

5. Ds : - Ansietas Intoleransi

Do : Aktivitas

- Mual, muntah Produksi HCL meningkat

11
- Lemah Mual, muntah, anoreksia

- Sesak nafas

- Pucat Kelemahan

Intoleransi Aktivitas

6. Ds : - Obstruksi saluran pernapasan Resiko Tinggi

Do : Infeksi

- Adanya sekret Tekanan Intra pleura

- Demam

Resiko Tinggi Infeksi

7. Ds : - Perubahan status kesehatan Ansietas

Do :

- Lemah Hospitalisasi

- Gelisah

Krisis situasi

Ansietas

8. Ds : - Perubahan status kesehatan Gangguan Pola

Do : Tidur

- Mual, muntah Hospitalisasi

- Gelisah

- Jam tidur Krisis situasi

berkurang

12
Ansietas

Gangguan Pola Tidur

9. Ds : - Mual, muntah, anoreksia Defisit

Do : Perawatan Diri

- Mual, muntah Kelemahan

- ADL dibantu

- Nafas bau Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Defisit Perawatan Diri

10. Ds : - Perubahan status kesehatan Kurang

Do : Pengetahuan

- Kurang Hospitalisasi

pengetahuan

tentang penyakit Informasi Inadekuat

yang diderita

- Gelisah Kurang Pengetahuan

13
J. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan kerja

pernaasan hipokmia secara reversible atau menetap

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dispnea

4. kebutuhan nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan kelemahan fisik

umum

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan bronkus

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas

9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

10. Kurang pengetahuan tentang prosedur perawatan diri berhubungan dengan

kurang terpajannya informasi

14
K. Intervensi

Diagnosa Tujuan Tindakan Keperawatan


No
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. 1.Bersihan 1.Tupan : 1.Mempertahan Mandiri 1.Beberapa

jalan nafas setelah 3x24 jam kan jalan napas 1.Auskultasi derajat spasme

tidak efektif diakukan paten dengan bunyi napas. bronkus terjadi

b.d obstruksi tindakan bunyi nafas 2. Kaji frekuensi dengan obstruksi

jalan nafas keperawatan bersih/ jelas. pernapasan. jalan napas.

berihan jalan 2.Menunjukan 3. Catat adanya 2. .Takipnea

napas efektif. perilaku untuk derajat dispnea biasanya ada

2.Tupen : memperbaiki 4. Kaji pasien pada beberapa

setelah 1x24 jam bersihan jalan untuk posisi derajat.

dilakukan napas yang nyaman 3. Disfungsi

tindakan pernapasan

keperawatan adalah variabel

ketidakefektifan yang tergantung

bersihan jalan pada tahap

napas teratasi proses kronis

sebagian. 4.Peninggian

kepala tempat

tidur .

15
2 Gangguan 1.Tupan : 1.Menunjukan Mandiri 1.Berguna dalam

pertukaran setelah 3x24 jam perbaikan 1.Kaji frekuensi, evaluasi derajat

gas dilakukan ventilasi dan kedalaman distres

berhubungan tindakan okseginasi prnapasan pernapasandan

dengan keperawatan 2.Berpartisipasi 2.Tinggikan kronisnya

peningkatan pertukaran gas dalam program kepala tempat 2.Pengiriman

kerja adekuat pengobatan tidur, oksigen dapat

pernaasan 2. Tupen : 3.Kaji/awai diperbaiki

hipokmia setelah 1x24 jam secara rutin kulit dengan posisi

secara dilakukan dan warna duduk tinggi

reversible tindakan membran 3.Sianosis

atau menetap keperawatan mukosa mungkin perifer

gangguan 4. Ausutasi (terlihat pada

pertukaran gas bunyi napas, kuku) atau

teratasi sebagian catat area sentral

penurunan aliran 4.Bunyi napas

udara dan bunyi mungkin reup

tambahan. karena

penurunanaliran

udara atau area

konsolidasi.

16
.

17
3. Pola napas 1.Tupan : 1.Menunjukan Mandiri

tidak efektif Setelah 3x24 pola napas 1.Kaji frekuensi, 1.Kecepatan

berhubungan jam dilakukan efektif dengan kedalaman biasanya

dengan tindakan frekuensi dan pernapasan dan meningkat.

infeksi keperawatan kedalaman ekspansi dada. 2.Bunyi napas

berulang pola napas dalam rentang 2.Auskultasi menurun/ tak ada

efektif. normal dan bunyi napas dan bila jalan napas

2.Tupen : paru jelas/ catat adanya obstruksi

Setelah 1x24 bersih. bunyi napas sekunder

jam dilakukan 2.Berpartisipasi 3.Tinggikan terhadap

tindakan dalam aktivitas/ kepala dan bantu perdarahan,

keperawatan perilaku mengubah 3. Duduk tinggi

pola napas tidak meningkatkan posisi. memungkinkan

efektif teratasi fungsi paru. 4. Berikan ekspansi paru

sebagian. oksigen dan

tambahan 4.memudahkan

pernapasan.

Memaksimalkan

bernapas dan

menurunkan

kerja napas.

18
4. Resiko 1.Tupan : 1.Menunjukan Mandiri 1.Paien distres

kebutuhan setelah 3x24 jam peningkatan 1.Kaji kebtuhan pernapasan akut

nutrisi dilakukan BB menuju diet, masukan sering anoreksia

kurang dari tindakan tujuan yang makanan . karena dispnea

kebutuhan keperawatan tepat. 2.Auskultasi 2.Penurunan/

tubuh kebutuhan 2.Menunjukan bising usus hipoaktif bising

berhubungan nutrisi sesuai perilaku 3.Berikan usus menunjukan

dengan kebutuhan perubahan pola perawatan oral penurunan

dispnea tubuh. hidup sering motilitas gaster

2.Tupen : 4. Dorong 3. mencegah

setelah 1x24 jam periode istirahat utama terhadap

diakukan selama 1 jam nafsu makan dan

tindakan sebelum dan dapat membuat

keperawatan sesudah makan. mual dan muntah

kebutuhan 4. Membantu

nutrisi kurang menurunkan

19
dari kebutuhan kelemahan

teratasi selama wakt

sebagian. makan

5. Intoleransi 1.Tupan : 1.Melaporkan Mandiri 1.Menetapkan

aktivitas Setelah 3x24 atau 1.Evaluasi kemampuan/

berhubungan jam dilakukan menunjukan respon pasien kebutuhan pasien

dengan tindakan peningkatan terhadap dan

kelemaan keperawatan toleransi aktivitas. memudahkan

menunjukan terhadap 2.Berikan pilihan

peningkatan aktivitas yang lingkungan intervensi.

toleransi dapat diukur tenang dan 2.Menurunkan

aktivitas. dengan tak batasi stres dan

2.Tupan : adanya dispnea, pengunjung rangsangan

Setelah 1x24 kelemahan 3.Jelaskan berlebihan.

20
jam dilakukan berlebihan, dan pentingnya 3.Tirah baring

tindakan tanda vital istirahat dalam dipertahankan

keperawatan dalam rentang rencana selama fase akut

intoleransi normal. pengobatan untuk

aktivitas teratasi 4. Bantu pasien menurunkan

sebagian memilih posisi kebutuhan

nyaman untuk 4.Pasien

istirahat dan mungkin nyaman

tidur dengan kepala

tinggi

6. Resiko tinggi 1.Tupan : 1.Menyatakan 1.Awasi suhu. 1.Demam dapat

terhadap setelah 3x24 jam pemahaman 2.Kaji terjadi karena

infeksi dilaukan penyebab/ pentingnya infeksi atau

berhubungan tindakan faktor resiko latihan napas, dehidrasi.

dengan keperawatan individu. batuk efektif 2.Aktivitas ini

proses tidak terjadi 2.Mengidentifi 3.Observasi menigkatkan

penyakit infeksi. kasi intervensi warna, karakter mobilisasi

2.Tupen : untuk dan bau sputum 3.Sekret berbau,

21
setelah 1x24 jam mencegah atau 4.Awasi kuning atau

dilakukan menurunkan pngunjung : kehijauan

tindakan resiko infeksi. berikan masker menunjukan

keperawatan sesuai indikasi. adanya infeksi

resiko infeksi paru

menurun. 4.Menurunkan

potensial

terpajan pada

penyakit

infeksius

7. Ansietas 1.Tupan : 1.Melaporkan Mandiri 1.Pemahaman

berhubungan Setelah 3x24 ansietas hilang 1.Catat ansietas. bahwa perasaan

dengan jam dilakukan atau menurun perasaannya. 2.Menghilangkan

perubahan tindakan sampai tingkat 2.Jelaskan ansietas karena

status keperawatan yang dapat proses penyakit ketidaktahuan

22
kesehatan ansietas hilang. ditangani. dan prosedur dan menurunkan

2.Tupen : 2.Penampilan 3.Tinggal takut

Setelah 1x24 rileks dan dengan pasien 3.Membantu

jam dilakukan istirahat/ tidur atau membuat dalam

tindakan dengan tepat. perjanjian menurunkan

keperawatan 4.Berikan ansietas yang

ansietas tindakan berhubungan

berkurang. kenyamanan dengan

misalnyapijatan penolakan

punggung dan adanya dispnea

perubahan 4. Alat untuk

posisi. menurunkan

stres

8. Gangguan 1. Tupan : 1.Mampu Mandiri 1.Karena

pola tidur Setelah 3x24 menciptakan 1.Berikan aktivitas fisik

berhubungan jam dilakukan pola tidur yang kesempatan dan mental yang

23
tindakan adekuat dengan untuk lama

keperawatan penurunan beristirahat/ mengakibatkan

gangguan pola terhadap tidur kelelahan

tidur teratasi. pikiran yang 2.Hindari 2.Resiko

2.Tupen : melayang- penggunaan gangguan

Setelah 1x24 melayang “pengikatan” sensori,

jam dilakukan (melamun). secara terus meningkatkan

tindakan 2.Tampak atau menerus. agitasidan

keperawatan melaporkan 3.Evaluasi menghambat

gangguan pola dapat tingkat stres/ 3.Peningkatan

tidur teratasi beristirahat orientasisesuai kebingungan,

sebagian. yang cukup. perkembangan disorientasi dan

4.Lengkapi tingkahlaku yang

jadwal tidu dan tidak kooferatif

ritual secara 4.Penguatan

teratur bahwa saatnya

tidur dan

mempertahankan

kestabilan

24
9. Defisit 1.Tupan : 1.Mendemonstr 1.Mandikan 1.Agar badan

perawatan setelah 3x24 jam asikan teknik/ pasien setiap menjadi segar,

diri dilaukan perubahan gaya hari sampai melancarkan

berhubungan tindakan hidup untuk klien mampu peredaran darah

dengan keperawatan memenuhi melaksakan 2 .Agar klien

kelemahan defisit kebutuhan sendiri merasa

perawatan diri perawatan diri. 2. Berikan tersanjung dan

teratasi. 2.Melakukan penjelasan lebih kooperatif

2.Tupen : aktivitas kepada klien dan 3. Klien merasa

setelah 1x24 jam perawatan diri keluarga tentang nyaman dan

dilakukan pentingknya tenun yang

tindakan kebersihan diri. bersih

keperawatan 3.Bersihkan dan

defisit atur posisi serta

perawatan diri tempata tidur

teratasi klien

sebagian.

25
10. Kurang 1.Tupan : 1.Menyatakan Mandiri 1.Menurunkan

pengetahuan setelah 3x24 jam pemahaman 1.Jelaskan ansietas dan

berhubungan dilaukan kondisi/ proses proses penyakit dapat

dengan tindakan penyakit dan individu. menimbulkan

kurang keperawatan tindakan. 2.Diskusikan partisipasi

informasi paham informasi 2.Mengidentifi obat prnapasan, 2. Pasien ini

tidak yang kasi hubungan efek samping sering

mengenal didapatnya. tanda/ gejala dan reaksi tak mendapatkan

sumber 2.Tupen : yang ada dari diinginkan obat pernapasan

informasi setelah 1x24 jam proses 3. Tunjukan banyak

dilakukan penyakitnya teknik 3. Penting bagi

tindakan penggunaan pasien

keperawatan dosis inhaler memahami

pengetahuan 4.Diskusikan perbedaan antara

tentang pentingnya efek samping

informasi menghindari 4. Menrunkan

bertambah. orang yang pemanjanan dan

sedang infeksi insiden

pernapasan mendapatkan

aktif. infeksi

26
.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marilynn & DKK. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawtan Pasien Edisi 3.

EGC: Jakarta.

NANDA, International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2012 – 2014. EGC: Jakarta.

Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahern.2011.Buku Saku Diagnosis

NANDA.Jakarta:EGC

Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan

Sistem Respirasi. Jakarta: Salemba Medika.

27
Taylor, M Cynthia. 2012. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan

(Nursing Diagnosis Cards) Edisi 10. EGC: Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai