Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN KRITIS

ASKEP KRITIS HIPERGLIKEMIA

Dosen Pengampuh : Hansen M Su , S.Kep ., Ners ., MA ., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

Ade Riko Maulana (201702001A)


Irtan Henderika Sikowai (201702042A)
Hawana (201702040A)
Lely Setiawati Lina (201702046A)
Fidelia C Busso (201702031A)
Gracetya Dwi Santoso (201702037A)
Asinta Y.A. Ulim (201702013A)
Dwita Uryaan (201602020A)
Margareta Bame (201602046A)
Nur Indah Rosmalia (201702099A
YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2020

BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hiperglikemi

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang


kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160
mg /100 ml darah ( Elizabeth J. Corwin, 2001 ). Hiperglikemia, hiperglikemia, atau
gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah yang berlebihan glukosa
beredar dalam plasma darah. Ini umumnya merupakan tingkat glukosa darah 10 +
mmol / l (180 mg / dl), tetapi gejala mungkin tidak memulai untuk menjadi terlihat
sampai nomor kemudian seperti 15-20 + mmol / l (270-360 mg / dl) atau 15,2 -32,6
mmol / l. Namun, tingkat kronis melebihi 125 mg / dl dapat menghasilkan kerusakan
organ.

Kadar glukosa bervariasi sebelum dan sesudah makan, dan pada berbagai waktu
hari, definisi "normal" bervariasi di kalangan profesional medis. Secara umum, batas
normal bagi kebanyakan orang (dewasa puasa) adalah sekitar 80 sampai 110 mg / dl
atau 4 sampai 6 mmol / l. Sebuah subjek dengan rentang yang konsisten di atas 126
mg / dl atau 7 mmol / l umumnya diadakan untuk memiliki hiperglikemia, sedangkan
kisaran yang konsisten di bawah 70 mg / dl atau 4 mmol / l dianggap hipoglikemik.
Dalam puasa orang dewasa, darah glukosa plasma tidak boleh melebihi 126 mg / dl
atau 7 mmol / l. Berkelanjutan tingkat yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan gula
darah ke pembuluh darah dan ke organ-organ mereka suplai, yang mengarah ke
komplikasi diabetes.

B. Etiologi

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan


insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau
langerhans. Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita
hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.

C. Menifestasi klinik :

Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah):

1. Poliplagi, merasa lapar, ingin makan terus


2. Polidipsi, merasa haus terus
3. Poliuri, kencing yang sering dan banyak
4. Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering
5. Rasa kesemutan, kram otot
6. Visus menurun
7. Penurunan berat badan
8. Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh

D. Patofisiologi

Sindrome Hiperglikemia mengambarkan kekurangan hormon insulin dan


kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan
glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan
hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar
glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi
hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang
dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi
haus akan menyebabkan kekurangan cairan. Tingginya kadar glukosa serum akan
dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria yang dapat mengakibatkan
diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan
menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium
dan phospat.

Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga
pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun
mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar
hiperglikemik.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa


ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam
tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang
disebut poliphagia. Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan
mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan
dehidrasi berat.  Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke
otak dan cenderung menjadi koma.Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas
darah dimana dapat mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark
cerebral, jantung.
Pathway hiperglikemia

E. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas


insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :

a)      Diet

1)       Komposisi makanan

2)        Jumlah kalori perhari

3)       Penilaian status gizi

b)      Latihan jasmani

c)      Penyuluhan

d)     Obat berkaitan Hipoglikemia


1)       Obat hipoglikemi oral

2)       Insuli

F. Pengkajian

1. Pengkajian Primer 
a. Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah
ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :

a) Chin lift/ Jaw thrust


b) Suction
c) Guedel Airway
d) Instubasi Trakea

b. Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :

a) Beri oksigen
b) Posisikan semi Flower

c. Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah

a) Cek capillary refill


b) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
c) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
d) Cek Frekuensi Pernafasan
e) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
f) Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil


d. Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.
Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan
ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

2. Pengkajian Sekunder 

Data dasar yang perlu dikaji adalah :

1.      Keluhan utama :

Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
asfiksia, kejang, sepsis.

2.      Riwayat :

a. ANC
b. Perinatal
c. Post natal
d. Imunisasi
e. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f. Pemakaian parenteral nutrition
g. Sepsis
h. Enteral feeding
i. Pemakaian Corticosteroid therapi
j. Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
k. Kanker
3.      Data fokus

Data Subyektif:

a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas


b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
c. Rasa lapar (bayi sering nangis)
d. Nyeri kepala
e. Sering menguap
f. Irritabel

Data obyektif:

a. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
b. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
c. Plasma glukosa < 50 gr/

G.    Diagnosa Keperawatan 

1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan
mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma
hipoglikemi
2. Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
4. Kelelahan b/d penurunan energi metabolik

H. Intervens Keperawatan

1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental,
gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi.
a.Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
b. Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
c.Monitor vital sign
d. Monitor kesadaran
e.Monitor tanda gugup, irritabilitas
f. Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
g. Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
h. Cek BB setiap hari
i. Cek tanda-tanda infeksi
j. Hindari terjadinya hipotermi
k. Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
l. Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit

2. Diagnosa keperawataan: Defisit volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan.

Kriteria hasil:

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik.


b. Hipoglikemia dapat dimanifestasikan oleh takikardia
c. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. 
RR/ Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
d. Ukur berat badan setiap hari. 
RR/Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
e. Catat hal-hal yang sering di laporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah
dan distensi lambung. 
RR/Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang
seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan
kekurangan cairan dan elektrolit.
f. Kolaborasi
Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi, normal salin atau setengah
normal salin dengan atau tanpa dekstrosa. RR/Mengembalikan cairan yang
adekuat.

3. Diagnosa Keperawatan : Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan


glukosa.

Kriteria Hasil : 

a. Mempertahankan tingkat mental biasanya.


b. Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental. 


RR/Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi mental.
b. Panggil pasien dengan nam, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya, misalnya terhadap tempat, orang, dan waktu. 
RR/Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak
dengan realitas.
c. Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran
pasien terganggu. Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan
jalan nafas buatan yang lunak jika pasien kemungkinan mengalami kejang. 
RR/Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan timbulnya
cedera, terutama amalam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
d. Berikan tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan kaki/tangan, hindari
terpajan terhadap air panas atau dingin atau penggunaan bantalan atau
pemanas. 
RR/Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan
kulit karena panas.
e. Kolaborasi
Pantau nilai laboratorium, glukosa darah. 
RR/Keseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi mental.

4. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan


oral

Kriteria Hasil :

a. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.


b. Menunjukkan tingkat energi biasanya.
c. Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang
biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. 


RR/Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi dan
utilitisnya).
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien. 
RR/Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
c. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian
cairan melalui oral. 
RR/Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika paien sdar dan fungsi
gastrointestinalnya baik.
d. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi.
RR/ Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
e. Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli diet. 
RR/Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

5. Diagnosa Keperawatan : Kelelahan b/d penurunan energi metabolik

Kriteria Hasil :

a. Mengungkapkan peningkatkan energi.


b. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. 


RR/Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktifitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
b. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas. RR/Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat
ditoleransi secara fisiologis.
c. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi. 
RRMeningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

a)      Data subyektif :

-          Riwayat Kesehatan Keluarga: Adakah keluarga yang menderita penyakit


seperti klien

-          Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya:

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

b)      Data obyektif

1)   Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,


tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

2)   Sirkulasi:

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.

3)   Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

4)   Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.


5)   NeurosensorI

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.

6)   Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

7)   Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

8)   Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

9)   Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria.

10)   Integritas ego

Stess, ansietas

B.      Diagnosa dan Rencana Keperawatan

1.      Defisit volume cairan b.d diuresis osmotic akibat hiperglikemia

Batasan karakteristik:

a.       Peningkatan urin output

b.      Kelemahan, rasa haus, penurunan BB secara tiba-tiba

c.       Kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit buruk.

d.      Hipotensi, takikardia, penurunan capillary refill.

Kriteria Hasil:
a.       Tanda vital stabil (nadi 80-88 x/menit, tekanan datrah 100-140/80-90 MmHg,
suhu tubuh 36,5-37,40C, respiratory rate 20-22 x/menit)

b.      Nadi perifer teraba pada arteri radialis, arteri brakialis, arteri dorsalis pedis.

c.       Turgor kulit dan capillary refill baik dibuktikan dengan capillary refill kurang
dari 2 detik

d.      Keluaran urine dalam kategori aman (lebih dari 100cc/hari sampai batas normal
1500cc-1700cc/hari)

e.       Kadar elektrolit urin dalam batas normal dengan nilai natrium 130-220meq/24
jam, kalium 25-100 meq/24 jam, klorida 120-250 meq/liter, magnesium 1,2-2,5 mg/dl

INTERVENSI RASIONAL

1)           Pertahankan untuk Mempertahankan komposisi cairan


memberikan cairan 1500-2500 ml atau dalam tubuh, volume sirkulasi dan
dalam batas yang dapat ditoleransi menghindari over load jantung 
jantung jika pemasukan cairan melalui
oral sudah dapat diberikan

2)           Pantau masukan dan Memberikan perkiraan kebutuhan akan


pengeluaran, catat berat jenis urin cairan pengganti dan membaiknya
fungsi ginjal

3)           Pantau tanda-tanda vital, catat Penurunan volume cairan darah


adanya perubahan tekanan darah (hipovolemi) akibat dieresis osmosis
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi,
takikardi, nadi teraba lemah

4)           Pantau suhu, warna, turgor Dehidrasi yang disertai demam akan


kulit, dan kelembabannya teraba panas, kemerahan, dan kering di
kulit. Sedangkan penurunan turgor kulit
sebagai indikasi penurunan volume
cairan pada sel

5)           Pantau nadi perifer, pengisian Nadi yang lemah, pengisian kapiler


kapiler, turgor kulit dan membrane yang lambat sebagai indikasi
mukosa penurunan cairan dalam tubuh.
Semakin lemah dan lambat dalam
pengisian, semakin tinggi derajat
kekurangan cairan

2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak cukupan insulin

Batasan Karakteristik :

1. Berat badan tidak normal (lebih rendah 10% dari berat badan ideal)
2. Lingkar lengan < 10 cm
3. Kelemahan, mudah lelah, tonus otot buruk
4. Kadar gula darah > 150 mg/dl

Kriteria hasil:

1. Pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan


2. Peningkatan berat badan atau berat badan ideal/normal
3. Lingkar lengan meningkat atau mendekati 10 cm
4. Nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13 -16 gr/dl, untuk wanita 12-
14 gr/dl
5. GDS 60-110 mg/.dl, kolesterol total 150-250 mg/dl, protein total 6-7
gr/dl

INTERVENSI RASIONAL
1)            Berikan pengobatan insulin Insulin regular memiliki awitan cepat dan
secara teratur dengan teknik karenanya dengan cepat pula dapat
intravena secara intermitten atau membantu memindahkan ke dalam sel,
secara kontinyu  pemberian melalui intravena merupakan
rute pilihan utama karena absorbs dari
jaringan sub kutan mungkin tidak
menentu/sangat lambat 

2)            Berikan diet 60% Intake kompleks karbohidrat(jagung,


karbohidrat, 20% protein, dan 20% wortel, brokoli, buncis, gandum)
lemak dan penataan makan dan berdampak pada penekanan kadar glukosa
pemberian makanan tambahan darah, kebutuhan insulin, menurunkan
kadar kolesterol, dan meningkatkan rasa
kenyang

3)            Timbang berat badan atau Mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan


ukur lingkar lengan setiap hari nutrisi dan menentukan jumlah kalori yang
sesuai indikasi harus dikonsumsi

4)            Libatkan keluarga pasien Meningkatkan partisipasi keluarga dan


dalam memantau waktu makan, mengontrol masukan nutrisi sesuai dengan
jumlah nutrisi kemampuan untuk menarik glukosa dalam
sel

5)            Pantau tanda-tanda Karena metabolism karbohidrat mulai


hipoglikemi (perubahan tingkat terjadi, gula darah akan berkurang dan
kesadaran, kulit lembab/dingin, sementara pasien tetap diberikan insulin
denyut nadi cepat, lapar, peka maka hipoglikemi dapat terjadi
rangsang, cemas, sakit kepala,
pusing)

6)            Pantau pemeriksaan Gula darah akan menurun perlahan dengan


laboratorium seperti glukosa darah, penggunaan terapi insulin terkontrol.
aseton, pH, dan HCO3 Dengan pemberian insulin dosis optimal
glukosa dapat masuk ke dalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori.
Peningkatan aseton, pH, dan HCO3 sebagai
indikasi kelebihan bahan keton.

3.      Resiko infeksi b.d kadar glukosa darah tinggi

Batasan karakteristik :

1. Angka leukosit > 11.000 ul


2. Suhu tubuh kadang mengalami periode naik dari 370C
3. Akral teraba hangat/panas
4. GDS > 150 gr/dl
5. Glukosa urin positif

Kriteria hasil

1. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan infeksi seperti rubor, calor,


dolor, tumor, fungtioleisa, dan angka leukosit dalam batas 5000-11000ul
2. Suhu tubuh tidak tinggi (36,50C – 370C)
3. Kadar GDS 60-100 mg/dl
4. Glukosa urin negative

INTERVENSI RASIONAL

1)            Berikan pengobatan insulin Insulin regular memiliki awitan cepat dan


secara teratur dengan teknik intravena karenanya dengan cepat pula dapat
secara intermitten atau secara membantu memindahkan ke dalam sel,
kontinyu  pemberian melalui intravena merupakan
rute pilihan utama karena absorbs dari
jaringan sub kutan mungkin tidak
menentu/sangat lambat

2)            Pantau pemeriksaan Gula darah akan menurun perlahan


laboratorium seperti glukosa darah, dengan penggunaan terapi insulin
aseton, pH, dan HCO3 terkontrol. Dengan pemberian insulin
dosis optimal glukosa dapat masuk ke
dalam sel dan digunakan untuk sumber
kalori. Peningkatan aseton, pH, dan
HCO3 sebagai indikasi kelebihan bahan
keton.

3)            Libatkan keluarga pasien Meningkatkan partisipasi keluarga dan


dalam memantau waktu makan, mengontrol masukan nutrisi sesuai dengan
jumlah nutrisi kemampuan untuk menarik glukosa dalam
sel

4.      Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual (penglihatan, pendengaran)


b.d perubahan kimia endogen (ketidakseimbangan glukosa-insulin dan elektrolit)

Batasan karakteristik :

1. Pasien mengeluh penglihatannya kabur atau diplopia


2. Visus dengan snellen card kurang dari 6 meter
3. Pasien mengeluh kepalanya pusing
4. Pasien mengeluh telinganya berdenging atau tidak jelas mendengar
5. Pasien mengeluh letih, pelupa
6. Nilai laboratorium natrium darah < 135 meq/dl
7. Kalsium darah < 3,5 meq/l
8. Klorida darah < 100 meq/l

Kriteria evaluasi

1. Pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur/diplopia lagi


2. Visus 6/6
3. Nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas : natrium 135-
147 meq/l, kalsium darah 9-11 mg/dl, kalium darah 3,5-5,5 meq/l, klorida
darah 100-106 meq/l

INTERVENSI RASIONAL

1)               Pastikan akses penggunaan Meningkatkan  pendengaran dan


alat bantu sensori , seperti alat bantu penglihatan yang masih tersisa
dengar, dan kacamata

2)               Bantu pasien dalam ambulasi Meningkatkan keamanan pasien untuk


atau perubahan posisi dan secara beraktivitas. Aktivitas dapat
bertahap dinaikkan derajatnya meningkatkan sirkulasi dan fungsi
jantung

3)               Buat jadwal intervensi Meningkatkan tidur dapat menurunkan


keperawatan bersama pasien agar tidak rasa letih dan dapat memperbaiki daya
mengganggu waktu istirahat pasien fikir

4)               Pantau tanda-tanda vital dan Sebagai dasar untuk membandingkan


status mental temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi
fungsi mental

5)               Pantau pemasukan elektrolit Meningkatkan eksitasi persarafan dan


melalui makanan maupun minuman mencegah kelebihan elektrolit

6)               Pantau nilai laboratorium Ketidakseimbangan nilai laboratorium


seperti glukosa darah, elektrolit, ureum ini dapat menurunkan fungsi mental
kreatinin

5.      Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolic


Batasan karakteristik :

1. Pasien mengeluh badannya terasa lemah


2. Skor kekuatan otot ekstremitas baik kanan dan kiri, atas maupun bawah
kurang dari 4
3. Ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan harian seperti mandi, gosok
gigi, berjalan
4. Pasien terlihat terhuyung atau mau jatuh saat berdiri

Kriteria hasil :

1. Pasien mengatakan badannya tidak lemah lagi


2. Skor kekuatan otot ekstremitas kanan, kiri, atas, serta bawah 5
3. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas seperti mampu berdiri dan berjalan

INTERVENSI RASIONAL

1)               Buat jadwal perencanaan dengan Aktivitas akan lebih terarah dan


pasien dan indikasi aktivitas yang menghindari kelelahan yang
menimbulkan kelelahan berlebihan

2)               Berikan aktivitas alternatif Memberi kesempatan untuk


dengan periode istirahat yang cukup/tanpa mencukupkan produksi energi
diganggu untuk aktivitas

3)               Tekankan pentingnya Membantu menciptakan gambaran


mempertahankan periksaan gula darah setiap nyata dari produksi energy
hari metabolic dari unsur glukosa

4)               Pantau nadi, frekuensi Mengindikasikan tingkat


pernapasan dan tekanan darah pemenuhan energi dengan tingkat
sebelum/sesudah melakukan aktivitas aktivitas

5)               Pantau aktivitas pasien dan Aktivitas yang tidak sesuai dengan


jumlah bahan energy yang masuk jumlah energi yang mempu
diproduksi pasien dapat
meningkatkan kelelahan

6.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

Batasan karakteristik :

a.       Mengakui perasaan putus asa

b.      Ketidak mampuan mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

c.       Ketidak mampuan membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan


secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Kriteria hasil

a.       Mengakui perasaan putus asa

b.      Mampu mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

c.       Mampu membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara


mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri

INTERVENSI RASIONAL

1)                  Anjurkan pasien/keluarga Mengidentifikasi area perhatiannya


untuk mengekspresikan perasaannya dan memudahkan cara pemecahan
tentang perawatan di rumah sakit dan masalah
penyakitnya secara keseluruhan.

2)                  Tentukan tujuan/harapan dari Harapan yang tidak realistis atau


pasien atau keluarga adanya tekanan dari orang lain atau
diri sendiri dapat mengakibatkan
perasaan frustasi.kehilangan kontrol
diri dan mungkin mengganggu
kemampuan koping

3)                  Berikan dukungan pada Meningkatkan perasaan kontrol


pasien untuk ikut berperan serta dalam terhadap situasi
perawatan diri sendiri dan berikan umpan
balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.

4)                  Berikan dukungan pada Meningkatkan perasaan kontrol


pasien untuk ikut berperan serta dalam terhadap situasi.
perawatan diri sendiri

7.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi

Batasan karakteristik :

a.       Ketidakmampuan mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

b.      Ketidakmampuan mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses


penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

c.       Tidak dapat  melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan

Kriteria hasil:

a.       Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

b.      Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan


menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

c.       Mampu melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.

INTERVENSI RASIONAL
1)                  Ciptakan lingkungan saling Menanggapai dan
percaya memperhatikan perlu
diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar

2)                  Diskusikan dengan klien Memberikan pengetahuan


tentang penyakitnya dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan
dalam memilih gaya hidup

3)                  Diskusikan tentang rencana Kesadaran tentang


diet, penggunaan makanan tinggi serat. pentingnya kontrol diet
akan membantu pasien
dalam merencanakan
makan/mentaati program

4)                  Diskusikan pentingnya untuk Membantu untuk


melakukan evaluasi secara teratur dan mengontrol proses penyakit
jawab pertanyaan pasien/orang terdekat dengan lebih ketat.

C.    EVALUASI

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada
pasien dengan diabetes mellitus adalah :

1)      Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.

2)       Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi.
3)      Infeksi tidak terjadi

4)      Tidak terjadi perubahan sensori perseptual

5)      Rasa lelah berkurang

6)      Penurunan rasa lelah

7)      Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses


pengobatan.

8)      Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN 

Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam,


sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan
hipoglikemia adalah:

Hipoglikemi murni      : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl

Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya 
dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl

Koma hipoglikemi       : koma akibat gula darah < 30 mg/dl

Hipoglikemi reaktif     : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.


Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang kadar
puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100
ml darah ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )

B. SARAN 

1. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien


dengan kegawat daruratan endokrin diharapkan mampu memahami konsep dasar
hipoglekemia dan diabetic ketoasidosis serta konsep asuhan keperawatan.

2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan


dengan penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC

Isselbacher, K,dkk, editor Asdie,H.(2000).Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit


Dalam.Jakarta:EGC

Kidd, Pamela S, Patty Ann Sturt dan Julia Fultz.(2010).Pedoman Keperawatan


Emergensi. Jakarta:EGC

Lippincot williams and Wilkins.(2011).Nursing the series for clinical excellence,


Memahami berbagai macam penyakit. Jakarta: PT Indeks

Mansjoer,Arif dkk.(2007).Kapita Selecta Kedokteran jilid 1.jakarta: Media


Aesculapius FKUI
Setiadi.(2007).Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yokyakarta:Graha Ilmu

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.

Soegondo,Sidartawan dkk.(2011).Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Terpada.Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi


delapan.Jakarta : EGC

Scanlon,Valerie C. Sanders,Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi


ketiga. Jakarta:EGC

Emedicine Journal, Emergency medicine.http://doctorsjournals.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai