Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

STROKE
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pembimbing : Ns. Ratnawati, M.Kep.Sp.Kep.Mat

Disusun oleh :

1. Herlina Mia Marizza (18.1449.S)


2. Kamilia Mardiana (18.1461.S)
3. Mu’izzul Hidayat (18.1477.S)
4. Pramesti Sindy Ariesty (18.1492.S)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan juga karunia-Nya kepada kita sehingga dapat berhasil menyelesaikan. Tugas Makalah
ini secara tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Stroke”.
Dengan dibuatnya Makalah ini penulis mengharapkan dapat memberikan informasi
kepada pembaca. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat baik dan membangun
selalu kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Kedungwuni, 10 Oktober 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................3
A. Definisi Stroke..................................................................................................................................3
B. Penyebab Stroke..............................................................................................................................3
C. Klasifikasi Stroke..............................................................................................................................5
D. Patofisiologi Stroke..........................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis Stroke..................................................................................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang Stroke.......................................................................................................9
G. Penatalaksanaan Stroke..................................................................................................................9
H. Komplikasi Stroke..........................................................................................................................10
I. Pathway Stroke..............................................................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA STROKE..............................................................................13
A. Pengkajian Stroke...........................................................................................................................13
B. Diagnosa Stroke.............................................................................................................................16
C. Intervensi Stroke............................................................................................................................16
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................19
A. Simpulan........................................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke atau Cerebro Vaskuler Ascident adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah keotak. Stroke adalah penyakit pada otak
berupa gangguan fungsi sarafserebral yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat.
Gangguan fungsi saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara lainkelumpuhan wajah
atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas, bisa menimbulkan perubahan
kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain.(Sylvia, 2012).
Stroke merupakan masalah neurologik primer di Amerika Serikat dan dunia,
meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa
tahun terakhir. Stroke merupakan peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju
mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke
selanjutnya. Dua juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa
kecacatan (Arif, 2014).
Stroke merupakan salah satu masalah gangguan neurologi yang ditemukan pada
data Riskesda Kemenkes RI tahun 2018 menunjukan propinsi Nusa Tenggara Timur
berada pada posisi ke 12 dengan angka 12,1% per 1000 penduduk (Kemenkes, 2018).
Penanganan stroke harus dilakukan dengan segera karena jika tidak segera
ditangani maka dapat menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian. Di unit gawat
darurat, pasien yang datang dengan serangan stroke penting dilakukan pengkajian dan
penatalaksanaan ABCDE agar dapat segera tertangani. Penderita stroke tidak dapat
disembuhkan secara total, namun apabila ditangani dengan baik maka akan meringankan
beban penderita, meminimalkan kecacatan dan mengurangi ketergantungan pada orang
lain dalam beraktivitas. Pasien stroke membutuhkan penanganan yang komprehensif,
termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka lama untuk menghindari
terjadinya serangan ulang (Haryono, 2004).

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari stroke


2. Sebutkan penyebab stroke
3. Sebutkan klasifikasi stroke
4. Bagimana patofisiologi stroke
5. Sebutkan manifestasi klinis stroke
6. Sebutkan pemeriksaan penunjang stroke
7. Sebutkan penatalaksanaan stroke
8. Sebutkan komplikasi stroke
9. Bagaimana pathways stroke
10. Bagaimana asuhan keperawatan kritis stroke

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui konsep teori serta asuhan keperawatan kritis
pada pasien stroke.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui definisi stroke
b. Untuk mengetahui penyebab stroke
c. Untuk mengetahui klasifikasi stroke
d. Untuk mengetahui patofisiologi stroke
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis stroke
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang stroke
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan stroke
h. Untuk mengetahui komplikasi stroke
i. Untuk mengetahui pathways stroke
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kritis stroke

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Stroke

Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa
kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler. Definisi ini
mencakup stroke akibat infark otak (stroke iskemik), perdarahan intraserebral (PIS) non
traumatic, perdarahan intraventrikuler dan beberapa kasus perdarahan subarachnoid
(PSA) (Warlow et.al., 2007).
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak baik lokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
(WHO,1999).
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat
gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam
jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang
dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu, aliran darah yang
berhenti juga membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga
sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

B. Penyebab Stroke

Stroke merupakan akibat gangguan peredaran darah otak. Penyebab stroke yang
sering terjadi yaitu:
1. Penyumbatan
Penyumbatan pada pembuluh darah arteri akibat endapan benda-benda darah pada
dinding pembuluh.

3
2. Pecah pembuluh darah
Pecah pembuluh darah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah atau kelainan
pada keadaan darah sendiri.
3. Endapan
Endapan pada dinding pembuluh darah atau pada dinding jantung yang terlepas dan
menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Endapan yang terlepas ini disebut
embolus.
4. Factor resiko
Faktor resiko yang paling sering ditemukan merupakan keadaan hipertensi. Keadaan
Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan terjadinya penebalan dinding
pembuluh darah. Penebalan ini dapat menyumbat atau merusak dinding pembuluh
darah yang kemudian dapat pecah. Penderita kencing manis dengan kadar gula darah
yang tidak terkontrol. Pada penderita ini sering terjadi stroke jenis iskemik atau
infrak karena sumbatan umumnya pada pembuluh darah kecil.
5. Usia tua
Makin tua umur seseorang makin besar resiko untuk mendapat stroke. Oleh karena
itu stroke digolongkan juga sebagai penyakit degeneratif. Selain itu jenis kelamin
laki-laki sering terkena stroke dibandingkan dengan perempuan, tetapi pada
perempuan yang telah mengalami menapouse resiko terkena stroke sama dengan
laki-laki.
6. Obesitas
Penambahan berat badan yang berlebih dapat memperbesar resiko untuk terkena
stroke.
7. Penyakit jantung
Terutama yang memberikan gejala gangguan irama jantung merupakan faktor resiko
untuk kejadian stroke.
8. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok telah terbukti antara lain dapat menggangu kemampuan darah
untuk meningkatkan oksigen dan merusak kelenturan sel darah merah. Kebiasaan ini
akan menambah resiko untuk menderita stroke.
9. Factor lainnya

4
Kebiasaan makan yang mengandung kolestrol tinggi misalnya makanan yang banyak
mengandung lemak hewani atau minyak goreng tertentu akan mempercepat proses
kerusakan dinding pembuluh darah (Enny, 2015).

C. Klasifikasi Stroke

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :


1. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
truma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler,
(Widjaja, 1994).
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :
a. Perdarahan Intraserebral, yaitu pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)
terutama karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intrserebral yang disebabkan karena hypertensi
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons dan serebelum (Siti Rohani,
2000).
b. Perdarahan Subarachnoid, yaitu perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma
berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak
(Jurwono, 1993:19). Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub arachnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya strukur peka nyeri dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (himeparese, gangguan hemi

5
sensorik, afasia, dll). (Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat
Bedah Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000).
2. Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
a. TIA (Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontas dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke Involasi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis
terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau
beberapa hari.
c. Stroke Komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai
dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

D. Patofisiologi Stroke

Otak mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dengan berat hanya 2% dari
berat badan, menggunakan 20% oksigen total dari 20% darah yang beredar. Pada keadaan
oksigenisasi cukup terjadi metabolisme aerobik dari 1 mol glukosa dengan menghasilkan
energi berupa 38 mol adenosin trifosfat (ATP) yang diantaranya digunakan untuk
mempertahankan pompa ion (Na-K pump), transport neurotransmitter (glutamat dll)
kedalam sel, sintesis protein, lipid dan karbohidrat, serta transfer zat-zat dalam sel,
sedang menghasilkan energi 2 ATP dari 1 mol glukosa (Alireza, 2009).
Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kurang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu,

6
dengan mean arterial blood presure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini
gagal bila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke
fase akut. Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih dari
160 mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atau
ensefalopati hipertensif. Selain itu terdapat mekanisme otoregulasi yang peka terhadap
perubahan kadar oksigen dan karbondioksida. Kenaikan kadar karbondioksida darah
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan kenaikan oksigen menyebabkan
vasokontriksi. Nitrik-oksid merupakan vasodilator lokak yang dilepaskan oleh sel
endotel vaskuler (Arbour et all, 2005)
Gangguan aliran darah otak akibat oklusi mengakibatkan produksi energi
menurun, yang pada gilirannya menyebabkan kegagalan pompa ion, cedera
mitokondria, aktivasi leukosit (dengan pelepasan mediator inflamasi), generasi 8
radikal oksigen, dan kalsium dalam sel, stimulasi phospolipase dan protease, diikuti
oleh pelepasan prostaglandin dan leukotrien kerusakan DNA dan sitoskeleton, dan
akhirnya terjadi kerusakan membran sel. Perubahan komponen genetik mengatur
unsur kaskade untuk mengubah tingkat cedera. AMPA (alpha amino 3 hidroksi 5 metil 4
isoxazole asam propionat) dan NMDA (N-metil d aspartat).
Tujuan utama dari intervensi adalah untuk memulihkan aliran darah normal otak
sesegera mungkin dan melindungi neuron karena mengganggu atau memperlambat
cascade iskemik. Studi menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan
positronemission tomography (PET) menunjukkan bahwa iskemia akan \ cepat
menghasilkan kerusakan jaringan otak yang permanen (ischemic core) dan dikelilingi
oleh hipoksia tetapi berpotensi untuk diselamatkan (penumbra) bila segera dilakukan
intervensi secepat mungkin.
Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai cadangan
oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolisme di otak 9 mengalami
perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3 sampai 10
menit. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat
menjadi infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang terserang
stroke secara permanen akan tergantung kepada daerah otak mana yang terkena.
Stroke itu sendiri disebabkan oleh adanya arteroskelorosis (Junaidi, 2011).

7
Arteroskelorosis terjadi karena adanya penimbunan lemak yang terdapat di
dinding-dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah kejaringan otak.
Arterosklerosis juga dapat menyebabkan suplai darah kejaringan serebral tidak
adekuat sehingga menyebabkan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (Nurarif et
all, 2013).

E. Manifestasi Klinis Stroke

Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit
neurologist, secaara mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila
embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia > 50 tahun. Menurut WHO dalam
International Statistic Dessification Of Disease and Realeted Health Problem 10th
revitoan, stroke hemoragik dibagi atas Pendarahan Intra Serebral (PIS) dan Pendarahan
Subaraknoid (PSA).
Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena
hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau emosi/marah, sifat nyeri
kepala hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan,
kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah
jam, 23% antara setengah jam s.d dua jam, dan 12% terjadi setelah dua jam, sampai 19
hari).
Pada pasien PSA gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan akut, kesadaran
sering terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsang maningeal, oedema
pupul dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
komunikans anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis tergantung pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah atau anggota badan
(hemiparesis yang timbul mendadak), gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota
badan (gangguan hemiparesik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium,
letargi, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan
memahami ucapan), disartria (bicara pelo/cadel), gangguan penglihatan

8
(hemianopia/monokuler, atau diplopia), ataksia (trunkal/anggota badan), vertigo, mual
dan muntah, atau nyeri kepala (Rendi, Margareth, 2015).

F. Pemeriksaan Penunjang Stroke

Menurut Padila (2015) pemeriksaan penunjang pasien stroke terdiri atas:


1. Diagnostik:
Scan kepala, angiografi serebral, EEG44, Fungsi lumbal, MRI, dan X-ray tengkorak.
2. Pemeriksaan laboratorium:
Hitung darah lengkap, kimia klinik, masa protombin, dan urinalisis.

G. Penatalaksanaan Stroke

1. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi rawat darurat dan merupakan
tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar keruskan jaringan otak
tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan
kristaloid/koloid;hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O.
Dilakukan pemeriksaan CT Scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer
lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia
darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisi gas darah. Tindakan lain
di instalasi gawat darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta
memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
2. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit.
Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah
sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasaan dan edukasi kepada keluarga
pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara
perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.
a. Stroke Iskemik
Terapi umum : Letakkan kepala pasien pada posisi 30ᵒ, kepala dan dada pada
satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2

9
liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan
intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari
penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten). Pemberian nutrisi peroral hanya jika fungsi menelannya
baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan
melalui selang nasogastrik. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan
pemberian obat-obatan sesuai gejala.
b. Stroke Hemoragik
Terapi umum : pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume
hematoma >30 Ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrocefalus, dan
keadaan klinis cenderung memburuk.
3. Stadium subakut
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanan komplikasi
c. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi, terapi wicara,
terapi kognitif, dan terapi okupasi
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan discharge planning

H. Komplikasi Stroke

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas
dan terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus.

10
I. Pathway Stroke

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA STROKE

A. Pengkajian Stroke

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa.
2. Keluhan utama
Menjelaskan keluhan saat ini seperti, kelemahan anggota gerak.
3. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi apakah klien sebelumnya pernah di rawat di RS, bagaimana riwayat
alerginya, riwayat penyakit sebelumnya seperti, hipertensi, diabetes militus,
riwayat trauma kepala, penggunaan obat-obatananti koagulan atu obat-obatan
lainnya.
4. Riwayat penyakit sekarang
Menejelaskan mengenai bagaiman stroke ini terjadi, gejala-gajala yang dialami
klien.
5. Pengkajian Primer
a. Neurological
1) Status kesadaran : bagaimana tingkat kesadaran klien apakah koma,
semi koma ataupun deilrium.
2) GCS : E 2 M 1 V 1 karena pasien stroke kritis mengalami
kelemahan nilai GCS.
3) Restrain : tidak dilakukan restrain
4) Nyeri : tidak ada rasa nyeri karena pasien tidak dapat merasakan
apapun.
5) Gag reflek : tidak ada
b. Respiratory
1) Airway : Apakah pasien dalam keadaan sadar atau tidak, ada
tidaknya cidera cedera servikal, bagaimana bunyi nafas klien.
2) Mucosa Oral : mukosa mulut kering

12
3) Batuk : kehilangan refleks batuk atau absen.
4) Respirasi : mengalami sesak nafas atau dispnea karena kelemahan
otot pernafasan.
5) Ekspansi Dada : asimetris
6) Trakhea : deviasi ke arah anggota tubuh yang mengalami
kelemahan.
7) Chest Tube : tidak ada.
c. Cardiovaskular
1) EKG : - rate : kurang lebih 350 bpm
a) Rate : kurang lebih 350 bpm
b) Ventrikular bervariasi
c) Rhythm : irregular
d) P waves : chaos atau tidak beraturan
e) PR interval : tidak dapat ditentukan
f) QRS : normal (0,06 – 0,10 sec)
2) Kulit (perifer) : kulit klien stroke adalah pucat dan kering
3) Oedema : anasarka
d. Gastrointestinal
1) Abdomen : guarding karena terdapat kelemahan otot perut
2) Bowel sound : decreased
3) Diet : diet rendah garam
4) Feeding Tube : tidak ada
5) Fesse : keras, warna coklat kehitaman, dan terjadi konstipasi.
6) Ostomy : tidak terpasang
7) Abdominal Drain : tidak ada
8) Drainage (deskripsikan) : tidak ada
e. Genitourinary
1) Gangguan : inkontinensia urine sementara
2) Inkontinensia : bladder
3) Catheter : terpasang
4) Urine : jernih, kekuningan.

13
5) Urethral / vaginal discharge : tidak ada
f. Integumen dan Muskuloskeletal
1) Mengalami hemiplegia.
2) Kondisi Kulit : pucat, turgor kulit tidak kembali cepat atau menurun
3) Temp (hangat / dingin) : dingin
4) Kekuatan otot : mengalami kelemahan atau hemiparese
5) Edema : oedem anasarka
6) CRT : >3 detik
7) Sensasi : Kesulitan dalam mengintepretasikan stimuli visual, taktil dan
auditorius.
g. Syaraf
1) Pengkajian tingkat kesadaran: berkisar antara tingkat letargi, stupor
dan semikomatosa.
2) Pengkajian fungsi serebral: meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal dan hemisfer.
3) Lobus Frontal: kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis. Lapang
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi. Emosi labil, depresi.
4) Hemisfer: stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese kiri, dan
stroke hemisfer kiri didapatkan hemiparese kanan perilaku lambat dan
sangat hati-hati, kelainan lapang pandang, disfagia global, afasia dan
mudah frustasi.
5) Pengkajian Syaraf kranial
 Nervus II: disfungsi persepsi visual
 Nervus III,IV dan VI. Jika stroke mengakibatkan paralisis satu
sisi otot-otot okularis didapatkan kemampuan gerakan konjugat
disisi yang sakit
 Nervus V: penurunan kemampuan koordinasi mengunyah,
penyimpangan rahang bawah kesisi ipsilateral dan kelumpuhan
satu sisi

14
 Nervus IX dan X: kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
h. Hasil laborat
1) Lumbal fungsi : pemeriksaan liqour merah pada perdarahan yang masif.
2) Pemeriksaan darah rutin.
3) Pemeriksaan kimia darah.
4) Pemeriksaan darah lengkap.
i. Riwayat penggunaan obat
Menggunakan obat penurun tekanan darah
j. Pemantauan cairan dan nutrisi
1. Pemenuhan kebutuhan cairan mengalami hipovolemia
2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak seimbang atau kebutuhan nnutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.

B. Diagnosa Stroke

1. Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan


aliran darah ke otak.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
C. Intervensi Stroke

1. Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan


aliran darah ke otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan otak dapat teratasi dengan
Kriteria hasil :
 Perfusi jaringan baik (normal)
 TTV dalam batas normal
 Status neurologi baik (normal)
 Kontrol resiko : stroke
Intervensi :

15
 Monitor tekanan intrakranial, monitor neurologi, monitor TTV.
R / untuk mengetahui TTV klien, tekanan intrakranial dan masalah neurologi.
 Management terapi trombolitik
R/ untuk mengurangi penurunan aliran darah ke otak
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian medikasi (obat).
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan
Kriteria hasil :
 Adaptasi terhadap disabilitas fisik
 Pergerakan sendi : pasif
 Partisipasi latihan konservasi energi
 Motivasi meningkat
Intervensi :
 Monitor neurologi
R/ untuk mengetahui masalah neurologi pada klien.
 Perawatan tirah baring
R/ untuk mengurangi resiko dekubitus.
 Ajarkan terapi latihan pergerakan sendi
R/ untuk membantu melakukan latihan mobilisasi sedikit demi sedikit
 Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk proses penyembuhan.
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan
Kriteria hasil :
 Klien dapat melakukan pergerakan ringan

16
 Penurunan otot dapat berkurang.
 Mengurangi tingkat ketergantungan klien.
Intervensi :
 Pantau tingkat kelemahan klien
R/ untuk mengetahui bagaimana tingkat kelemahan klien
 Melakukan management energi
R/ untuk memperbaiki manajemen energi klien.
 Melatih dan membantu perawatan diri
R/ untuk membantu klien melakukan perawatan diri.
 Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk proses penyembuhan.
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda
klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi
bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf
di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan itu, aliran darah yang berhenti juga membuat suplai
oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa
berfungsi sebagaimana mestinya.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang lebih tahu tentang kesehatan, kita dapat
menerapakan hidup sehat dengan menjaga kesehatan tubuh kita. Perawat harus
melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan baik pada pasien
penderita stroke sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai dengan baik. Perawat
maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari stroke dan ruang
lingkupnya sehingga dalam proses memberikan asuhan keperawatan pada pasien
penderita stroke dapat terlaksana dengan baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Haryono R. & Utami Maria, P.S. 2019. Keperawatan Medikal Bedah 2.


Yogyakarta: Pustaka Baru Pres

Rendy C. & TH. Margareth. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Wijaya A.S & Putri Y.M. 2017. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedahh
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika

S. Alchuriyah. (2016). Faktor Resiko Kejadian Stroke Usia Muda Pada.Surabaya.


jurnal berkala epidemiologi, 4(1) Departemen korespondensi FKM UA.

19

Anda mungkin juga menyukai