Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT STROKE

Dosen: Alfyan Rahim, S.Kep., Ns., MSN

Mata Kuliah: Keperawatan Gawat Darurat

KELOMPOK 3

KELAS A

1. RISNAWATI. S (A1C220001)
2. IRNA AGUSTIANI (A1C220006)
3. SYAFIRA NUR AMALIA (A1C220007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2022/2023

i
KATA PENGANTA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konsep dan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, 8 November 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................2

BAB II KONSEP MEDIS..............................................................................4

A. Defenisi stroke.....................................................................................4
B. Jenis-jenis ...........................................................................................4
C. Etiologi ................................................................................................5
D. Patofisiologi.........................................................................................5
E. Manifestasi klinis................................................................................6
F. Komplikasi ..........................................................................................8
G. Pemeriksaan penunjang ....................................................................9
H. Penatalaksanaan ................................................................................11
BAB III KONSEP KEPERAWATAN..........................................................12
A. Pengkajian Keperawatan ..................................................................13
B. Diagnosis Keperawatan .....................................................................16
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................18
D. Implementasi Keperawatan ..............................................................21
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................22

BAB IV SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ..................................23

BAB V ANALISIS JURNAL MENGGUNAKAN METODE PICOTI.....24

iii
BAB VI PENUTUP.........................................................................................30

A. Kesimpulan..........................................................................................30
B. Saran ...................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja( Mutaqqin, 2008). Stroke atau
serangan otak (brain attack) adalah deficit neurologis mendadak susunan
saraf pusat yang di sebabkan oleh peristiwa iskhemik atau hemorargik.
Sehingga stroke di bedakan menjadi dua macam yaitu stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik.
Stroke non hemoragik biasa disebut dengan stroke iskemik yaitu
suplai darah kebagian otak terganggu akibat aterosklerosis atau bekuan
darah yang menyumbat pembuluh darah. Sedangkan pada stroke
hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
normal dan menyebabkan darah merembes pada area otak dan
menimbulkan kerusakan.
Penyakit stroke sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian
besar masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi
(jumlah kasus baru) kasus stroke yang terjadi di masyarakat. Insidensi
stroke setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke.
Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Dikawasan Asia
tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke (WHO, 2010).
Berdasarkan data Riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi
stroke tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9). Sementara itu di
Sumatera Utara prevalensi kejadian stroke sebesar 6,3%. Prevalensi
penyakit stroke juga meningkat seiring bertambahnya usia. Kasus stroke
tertinggi adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan lebih banyak pria (7,1%)
dibandingkan dengan wanita (6,8%) (Depkes, 2013), dalam jurnal
hubungan karakteristik dan dukungan keluarga lansia dengan kejadian
stroke pada lansia.
Cara mengatasi masalah ini diperlukan strategi penanggulangan
stroke yang mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
dengan menggunakan system asuhan keperawatan yang komprehensif dan
berkesinambungan. Aspek promotif antaralain seperti tindakan
penyuluhan tentang stroke, penyebab dan tanda gejala. Untuk tindakan
preventif yaitu bisa dilakukan dengan menyarankan kepada masyarakat
supaya merupakan pola hidup sehat dan rajin cek tekanan darah.Tindakan
kuratif yaitu penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat di rumah sakit
yang maksimal dan untuk tindakan rehabilitasi yaitu pemulihan aktivitas
pasca stroke yang bisa berkolaborasi dengan terapis (Siti, 2015).
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari stroke ?
b. Apa jenis-jenis penyakit stroke ?
c. Bagaimana etiologi penyakit stroke ?
d. Bagaimana patofisiologi penyakit stroke ?
e. Bagaimana manifestasi klinis penyakit stroke ?
f. Apa saja komplikasi penyakit stroke ?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit stroke ?
h. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Stroke ?
i. Bagaimana Pengkajian Keperawatan penyakit stroke ?
j. Bagaimana Diagnosis Keperawatan penyakit stroke ?
k. Bagaimana Intervensi Keperawatan penyakit stroke?
l. Bagaimana Implementasi Keperawatan penyakit stroke?
m. Bagaimana Evaluasi Keperawatan penyakit stroke ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi stroke
b. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit stroke
c. Untuk mengetahui etiologi penyakit stroke
d. Untuk mengetahui patofisiologi stroke
e. Untuk mengetahui manifestasi klins stroke
f. Untuk mengetahui komplikasi stroke
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang stroke
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan stroke
i. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan
j. Untuk mengetahui diagnosis keperawatan
k. Untuk mengetahui intervensi keperawatan
l. Untuk mengetahui implementasi keperawatan
m. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Defenisi Stroke
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bias terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Stroke/penyakit serebro vaskuler menunjukkan adanya beberapa kelaianan
otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebakan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Wijaya & Putri, 2013).
Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana
ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit
neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama
selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Menurut Padila (2015)
istilah stroke lebih dikenal daripada Cerebro Vaskuler Accident (CVA),
kelainan ini terjadi pada organ otak. Lebih tepatnya adalah ganguan
pembuluh darah otak. Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak
yang menyebabkan angka kematian yang tinggi. Kejadiansebagian besar
dialami oleh kaum laki-laki dan usianya umumnya diatas 55 tahun.
Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak
sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut . Hal ini
menyebabkan gangguan fungsi saraf ( Haryono , 2019 ).
B. Jenis Stroke
Menurut Uchino et al (2011) stroke dibagi menjadi 2 yaitu:
a. stroke Hemoragik adalah kondisi medis yang ditandai dengan
pecahnya satu atau lebih pembuluh darah di dalam otak. Darah keluar
melalui pembuluh yang pecah di sekeliling jaringan otak,
berakumulasi dan menekan jaringan otak di sekitarnya.
b. Stroke Iskemik atau Stroke Non Hemoragik adalah kematian jaringan
otak karena gangguan aliran darah ke daerah otak, yang disebabkan
oleh tersumbatnya arteri serebral atau servikal atau mungkin
tersumbatnya vena serebral
C. Etiologi
Penyebab stroke menurut Rendi dan Margareth (2015) :
a. Infark otak (80%).
1) Emboli
Emboli kardiogenik, fibrilasi atrium dan aritmia lain, thrombus
mural dan ventrikel kiri, penyakait katub mitral atau aorta,
endokarditis (infeksi atau non infeksi).
2) Emboli paradoksal
Emboli arkus aorta, aterotrombotik (penyakit pembuluh darah
sedang-besar), penyakit eksrakanial, arteri karotis interna, arteri
vertebralis.
3) Penyakit intracranial
Arteri karotis interna, arteri serebri interna, arteri basilaris, lakuner
(oklusi arteri perforans kecil).
b. Pendarahan intraserebral (15%).
Hipertensi, malformasi arteri-vena, angipati amiloid
c. Pendarahan subaraknoid (5%).
d. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark/pendarahan).
Trobus sinus dura, diseksi arteri karotis/vertebralis, vaskulitis
sistem saraf pusat, penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intra
cranial yang progresif), migren, kondisi hiperkoagulasi,
penyalahgunaan obat, dan kelainan hematologist (anemia sel sabit,
polisistema, atau leukemia), serta miksoma atrium.
D. Patofisiologi
Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti
yang terjadi pada kasus stroke, makaotak akan mengalami perubahan
metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen. (Mozaffarian et al.,
2015). Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah arteri serebral
dan arteri karotis interna yang 11 ada di leher.(Guyton & Hall, 2014).
Adanya gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera
pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menimbulkan
penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang dapat
mengakibatkan iskemik.
b. Pecahnya dinding pembuluh darah yang dapat menimbulkan
hemoragik.
c. Pembesaran satu atau lebih pembuluh darah yang dapat menekan
jaringan otak.
d. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang
interstitial
Awalnya penyempitan pembuluh darah otak menyebabkan
perubahan pada aliran darah lalu setelah terjadi stenosis yang cukup hebat
dan melampaui batas krisis maka terjadi pengurangan darah secara drastis
dan cepat. Obtruksi suatu pembuluh darah arteri di otak akan
menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya
masih mempunyai peredaran darah yang baik berusaha membantu suplai
darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi
pada kortek akibat oklusi pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna
darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan
arteriola. (America Health Association., 2015). Penyempitan atau
penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan
kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit sensorik
(hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan 2
postsentralis.(America Health Association., 2015)
E. Manifestasi klinis
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah
timbulnya defisit neurologist, secaara mendadak/subakut, di dahului gejala
prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya
kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya
terjadi pada usia > 50 tahun. Menurut WHO dalam International Statistic
Dessification Of Disease And Realeted Health Problem 10th revitoan,
stroke hemoragik dibagi atas Pendarahan Intra Serebral (PIS) dan
Pendarahan Subaraknoid (PSA) (Rendi, Margareth, 2015).
Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau
emosi/marah, sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering
terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplagi biasa terjadi
pada permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk
koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah jam s.d
2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari)
Pada pasien PSA gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan
akut, kesadaran sering terganggu & sangat bervariasi, ada gejala/tanda
rangsangan maningeal, oedema pupil dapat terjadi bila ada subhialoid
karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterio atau arteri
karotis interna.
Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis
yang timbul mendadak)
b. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
(gangguan hemiparesik)
c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
stupor, atau koma)
d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan
memahami ucapan
e. Disartria (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau diplopia)
g. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala. (Wijaya & Putri,
2013)
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat stroke diantaranya bisa
menyebabkan aspirasi, paralitic illeus, atrial fibrilasi, diabetus insipidus,
peningkatan TIK, dan hidrochepalus (Padila, 2015).
Komplikasi stroke menurut Tarwoto (2007) adalah :
a. Hipertensi
b. Kejang
c. Peningkatan Tekanan Intrakranial (Tik)
d. Kontraktur
e. Tonus Otot Abnormal
f. Malnutrisi
g. Aspirasi
Komplikasi stroke menurut Setyanegara (2008) :
a. Komplikasi Dini ( 0 - 48 jam pertama)
1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan
akhirnya akan menimbulkan kematian.
2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke
stadium awal.
b. Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari/7-14 hari pertama)
1) Pneumonia: akibat immobilisasi lama
2) Infark miokard
3) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke,
seringkali pada saat penderita mulai mobilisasi.
4) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat
c. Komplikasi Jangka Panjang Stroke rekuren, infark miokard, gangguan
vaskuler lain: penyakit vaskuler perifer. Komplikasi yang terjadi pada
pasien stroke, yaitu:
1) Hipoksia serebral diminimalkan dengan member
2) Penurunan darah serebral
3) Embolisme serebral
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke
menurut Tarwoto (2007) adalah sebagai berikut:
a. Head CT Scan Tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik,
perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid.
Pemeriksaan ini sudah harus dilakukan sebelum terapi spesifik
diberikan.
b. Elektro Kardografi (EKG) Sangat perlu karena insiden penyakit
jantung seperti: atrial fibrilasi, MCI (myocard infark) cukup tinggi
pada pasienp-asien stroke.
c. Ultrasonografi Dopller. Dopller ekstra maupun intrakranial dapat
menentukan adanya stenosis atau oklusi, keadaan kolateral atau
rekanalisasi. Juga dapat dimintakan pemeriksaan ultrasound
khususnya (echocardiac) misalnya: transthoracic atau
transoespagheal jika untuk mencari sumber thrombus sebagai
etiologi stroke.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin (darah perifer lengkap dan hitung
petelet, INR, APTT, Serum elektrolit, Gula darah, CRP dan
LED, Fungsi hati dan fungsi ginjal).
2) Pemeriksaan khusus atau indikasi: (Protein C, S, AT III
Cardioplin antibodies, Hemocystein Vasculitis-screnning (ANA,
Lupus AC), CSF).
e. Pada pasien stroke diperlukan pemeriksaan lain seperti tingkat
kesadaran, kekuatan otot, tonus otot, pemeriksaan radiologi, dan
laboratorium (Rasyid 2008). Pada pemeriksaan tingkat kesadaran
dilakukan pemeriksaan yang dikena sebagai Glascow Coma Scale
untuk mengamati pembukaan kelopak mata, kemampuan bicara,
dan tanggap motorik (gerakan).
Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah dengan pemeriksaan yang
dikenal sebagai Glascow Coma Skale (GCS) menurut Tarwoto
(2007) yaitu sebagai berikut:
1) Membuka mata
 Membuka spontan : 4
 Membuka dengan perintah : 3
 Membuka mata dengan rangsang nyeri : 2
 Tidak mampu membuka mata : 1
2) Kemampuan berbicara
 Orientasi dan pengertian baik : 5
 Pembicaraan yang kacau : 4
 Pembicaraan yang tidak pantas dan kasar : 3
 Dapat bersuara, merintih : 2
 Tidak bersuara : 1
3) Tanggapan motoric
 Menanggapi perintah : 6
 Reaksi gerakan lokal terhadap rangsang : 5
 Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri : 4
 Tanggapan fleksi abnormal : 3
 Tanggapan ekstensi abnormal : 2
 Tidak ada gerakan : 1
f. Untuk pemeriksaan kekuatan otot adalah sebagai berikut:
0: Tidak ada kontraksi otot
1: Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan nyata
2: Pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki
3: Mampu angkat tangan, tidak mampu menahan
Gravitasi
4: Tidak mampu menahan tangan pemeriksa
5: Kekuatan penuh
g. Fungsi saraf kranial menurut Smeltzer (2006) adalah sebagai
berikut:
1) Saraf Olfaktorius ( N I ) : Sensasi terhadap bau-bauan
2) Saraf Optikus ( N II ) : Ketajaman penglihatan dan lapang
pandang
3) Saraf Okulomotorius ( N III ) : Mengatur gerakan kelopak
mata, kontriksi otot pada pupil dan otot siliaris dengan
mengontrol akomodasi pupil.
4) Saraf Toklear ( N IV ) : Gerakan ocular menyebabkan
ketidakmampuan melihat ke bawah dan ke samping.
5) Saraf Trigeminus ( N V ): Sensasi wajah
6) Saraf Abdusen ( N VI ) : Mengatur gerakan-gerakan mata
7) Saraf Fasial ( N VII ) : Gerakan otot wajah, ekspresi wajah,
sekresi airmata dan ludah.
8) Saraf Vestibulokoklear ( N VIII ): Keseimbangan dan
pendengaran.
9) Saraf Glosofaringeus ( N IX ) : Reflek gangguan faringeal
atau menelan.
10) Saraf Vagus ( N X ) : Kontraksi faring, gerakan simetris
dan pita suara gerakan simetris pallatum mole, gerakan dan
sekresi visem torakal dan abdominal.
11) Saraf Aksesorius Spinal ( N XI ) : Gerakan otot
stemokleidomastoid dantrapezius.
12) Saraf Hipoglosus ( N XII ): Gerakan lidah.
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Padila (2015), stroke dapat dilakukan pengobatan dengan cara:
a. Konservatif
1) Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
2) Mencegah peningkatan TIK dengan obat antihipertensi,
deuritika, vasodiator perifer, antikoagulan, diazepam bila kejang,
anti tukak misal cimetidine, kortikosteroid (pada kasus ini tidak
ada manfaatnya karena pasien akan mudah terkena infeksi,
hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung), dan manitol
untuk mengurangi edema otak.
b. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial
yang menetap akan membahayakan kehidupan pasien.
c. Pada fase sub akut/pemulihan (>10 hari) perlu :
Terapi wicara, terapi fisik dan stoking anti embolisme.
I. Pathway
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengakajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai
dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien
(Tarwoto, 2013). Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
b. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosis
medis.
c. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
d. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.
e. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,
diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma

13
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan
kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi,
antilipidemia, penghambat beta dan lainnya. Adanya riwayat
merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.

f. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu.
g. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa
dimensi yang memungkinkan perawat untuk rnemperoleh
persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan
perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan
klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat
h. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Pemeriksaan persistem
3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan 5 indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4. Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS,
refleks bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat)
5. Sistem pernapasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara,
dan jalan nafas)
6. Sistem kardiovaskular (nilai TD, nadi dari irama, kualitas,
dan frekuensi)
7. Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peristaltik, eliminasi)
8. Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit
pasien)
9. Sistem reproduksi
10. Sistem perkemihan (nilai frekuensi BAK, volume BAK)
i. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pada klien
hipertensi terdapat juga kebiasaan untuk merokok, minum
alkohol dan penggunaan obat-obatan
2. Pola aktivitas dan latihan: pada kien hipertensi
terkadang mengalami/merasa lemas, pusing, kelelahan,
kelemahan otot dan kesadaran menurun
3. Pola nutrisi dan metabolisme: pada pasien hipertensi
terkadang mengalami mual dan muntah
4. Pola tidur dan istirahat
5. Pola kognitif dan perseptual
6. Pola Persepsi diri/konsep diri
7. Pola toleransi dan koping stres: pada pasien hipertensi
biasa mengalami stres psikologi
8. Pola seksual reproduktif
9. Pola hubungan dan peran
10. Pola nilai dan keyakinan
B. Diagnose Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2017).
Diagnosa yang akan muncul pada kasus stroke hemoragik dengan
menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu:
a. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054).
1) Defenisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri.
2) Penyebab
 Ketidakbugaran fisik
 Penurunan kekuatan otot
 Gangguan neuromuskular
 Nyeri
 Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
 Gangguan kognitif
 Gangguan sensori persepsi
3) Batasan Karakteristik

Gejala dan tanda Subjektif Objektif


Mayor 1. Mengeluh sulit 1. Tampak
menggerakan kekuatan otot
ekstremitas menurun
2. Rentang gerak
(ROM) menurun.
Minor 1. Nyeri saat 1. Tampak sendi
bergerak kaku
2. Enggan 2. Gerakan tidak
melakukan terkoordinasi
pergerakan 3. Gerakan terbatas
3. Merasa cemas 4. fisik lemah
saat bergerak

4) Kondisi klinis terkait


a. stroke
b. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017).
1) Defenisi
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.
2) Penyebab
 Embolisme
 Hipertensi
3) Kondisi klinis terkait
a. Stroke
c. Defisit Nutrisi (D.0019).
1) Defenisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
2) Penyebab
 Ketidakmampuan menelan makanan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
3) Batasan karakteristik

Tanda dan gejala Subjektif Objektf


Mayor Tidak tersedia 1. Berat badan
menurun minimal
10 % di bawah
rentang ideal
Minor 1. Cepat 1. Bising usus
kenyang hiperaktif
setelah makan 2. Otot pengunyah
2. Kram/nyeri lemah
abdomen 3. Otot menelan
3. Nafsu makan lemah
menurun 4. Membrane mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin
turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diaere

4) Kondisi klinis terkait


a. Stroke
b. Kerusakan neuromuskuler
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada pasien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar
masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi (Nurarif
Huda, 2016).

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan (I.05173)
berhubungan selama … jam 1. Identifikasi
dengan diharapkan mobilitas adanya keluhan
gangguan fisik (L.05042) klien nyeri atau fisik
neuromuskular meningkat dengan lainnya
(D.0054). kriteria hasil: 2. Identifikasi
1. Pergerakan kemampuan dalam
ekstremitas melakukan
meningkat pergerakkan
2. Kekuatan otot 3. Monitor
meningkat keadaan umum
3. Rentang gerak selama melakukan
(ROM) meningkat mobilisasi
4. Kelemahan fisik 4. Libatkan
menurun keluarga untuk
membantu klien
dalam meningkatkan
pergerakan
5. Anjurkan
untuk melakukan
pergerakan secara
perlahan
6. Ajarkan
mobilisasi sederhana
yg bisa dilakukan
seperti duduk
ditempat tidur,
miring kanan/kiri,
dan latihan rentang
gerak (ROM)
2. Risiko Perfusi Setelah dilakukan Manajemen
Serebral Tidak tindakan keperawatan Peningkatan tekanan
Efektif selama .... jam intrakranial (I.06194)
dibuktikan diharapkan perfusi 1. Identifikasi
dengan serebral (L.02014) penyebab
Embolisme dapat peningkatan tekanan
(D.0017). adekuat/meningkat intrakranial (TIK)
dengan Kriteria 2. Monitor
hasil : tanda gejala
1. Tingkat kesadaran peningkatan tekanan
meningkat intrakranial (TIK)
2. Tekanan Intra 3. Monitor
Kranial (TIK) status pernafasan
menurun pasien
3. Tidak ada tanda 4. Monitor
tanda pasien intake dan output
gelisah. cairan
4. TTV membaik 5. Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
6. Berikan
posisi semi fowler
7. Pertahankan
suhu tubuh normal
8. Kolaborasi
pemberian obat
deuretik osmosis
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan (I.03119)
dengan selama … jam 1. Identifikasi status
ketidakmampuan diharapkan ststus nutrisi
menelan nutrisi (L.03030) 2. Monitor asupan
makanan adekuat/membaik makanan
(D.0019). dengan kriteria hasil: 3. Berikan makanan
1. Porsi makan ketika masih hangat
dihabiskan/mening 4. Ajarkan diit sesuai
kat yang diprogramkan
2. Berat badan 5. Kolaborasi dengan
membaik ahli gizi dalam
3. Frekuensi makan pemberian diit yang
membaik tepat
4. Nafsu makan
membaik
5. Bising usus
membaik
6. Membran mukosa
membaik

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap
untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan
kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya (Wilkinson, 2012).
Komponen tahap implementasi antara lain:
1. Tindakan keperawatan mandiri.
2. Tindakan keperawatan edukatif
3. Tindakan keperawatan kolaboratif.
4. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah 54 ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa dua
jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan
segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif,
objektif, analisis data dan perencanaan.
1) S (Subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia
2) O (Objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan
oleh perawat.
3) A (Analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (Perencanaan) : Perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang
maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan
yang 55 telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait
dengan pencapaian
Tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau
klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien
hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada
kemajuan sama sekali.
BAB IV

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Stroke


Sub Pokok Bahasan :1. Pengertian Stroke
2. Jenis Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan Gejala Stroke
5. Akibat Stroke
6. Pencegahan Stroke
Sasaran : Masyarakat
Hari/ Tanggal : Selasa, 08 November 2022
Waktu : 60 menit
Tempat : Antang Raya

a. Latar Belakang
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bias terjadi
pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Stroke/penyakit serebro
vaskuler menunjukkan adanya beberapa kelaianan otak baik secara fungsional
maupun struktural yang disebakan oleh keadaan patologis dari pembuluh
darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Wijaya & Putri,
2013).
Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan
global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih
dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vascular.
b. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini selama ±30 menit, diharapkan keluarga
mampu memahami tentang penyakit stroke.

25
c. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ±30 menit diharapkan dapat menjelaskan
tentang :
1. Pengertian Stroke
2. Jenis Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan gejala Stroke
5. Komplikasi Stroke
6. Pencegahan Stroke
d. Metode
Ceramah dan diskusi
e. Media
Leaflet
f. Proses pelaksanaan
No Kegiatan Respon peserta waktu Metode &
Media
1 a. Pendahuluan
1. Memperkenalka 1. Menjawab salam 5 menit Ceramah
n diri 2. Memperbaiki dan dan Tanya
2. Menyampaikan menjawab jawab
tujuan dan topik pertanyaan
dilaksanakannya
penyuluhan
3. Menggali
pengetahuan
sasaran

2 b. Penyajian
1. Menjelaskan 1. Mendengarkan 20 menit Ceramah,
definisi stroke 2. Mengajukan Tanya
dan jenis stroke pertanyaan jawab dan
2. Menjelaskan seputar materi video
tentang
penyebab stroke
3. Menyebutkan
tanda dan gejala
terjadinya stroke
4. Menyebutkan
komplikasi
stroke
5. Menjelaskan
pencegahan
stroke
3 c. Penutup  Menyampaikan
1. Membuka jawaban 5 menit ceramah
waktu untuk  Mendengarkan
diskusi  Menjawab
2. Mengevaluasi salam
hasil
penyuluhan
3. Memberikan
umpan balik
4. Salam penutup

g. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta diharapkan duduk menghadap ke arah penyaji
b. Peserta turut serta dalam kegiatan
2. Evaluasi proses
a. Peserta tidak meninggalkan tempat selama kegiatan
b. Peserta berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji
3. Evaluasi hasil
a. mampu menyebutkan pengertian stroke
b. Dapat mengetahui penyebab stroke
c. Dapat memahami tanda dan gejala stroke
d. Mampu memahami pencegahan stroke
h. Lampiran Leaflet
BAB V
ANALISIS JURNAL MENGGUNAKAN METODE PICOTI

“POSISI LATERAL 30 DERAJAT


TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN PASIEN STROKE”

Terdapat 85% pasien mengalami komplikasi setelah stroke dan


51% diantaranya meninggal 30 hari pertama pasca stroke karena
imobilitas. Berbagai komplikasi yang timbul adalah bahaya
tekanan, berkurangnya saturasi oksigen darah, infeksi paru,
P
embolisme paru, infeksi saluran kemih, konstipasi, menurunnya
(Population)
pergerakan, atrofi otot, kontraktur sendi, tekanan darah
ortostatik, edema dan masalah psikologis (Storr 2012).
Perubahan posisi yang tepat dan berkesinambungan dapat
mencegah terjadinya luka tekan, perubahan posisi bertujuan
untuk mendistribusikan tekanan dan meningkatkan kenyamanan.

Variabel independen adalah pemberian posisi lateral 30 derajat


I adalah pemberian posisi pada saat pasien berbaring miring 30
(Intervention) derajat baik ke kiri ataupun kekanan yang disokong dengan
penyanggah (bantal) dengan interval waktu tiap dua jam.
Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat
kenyamanan

C Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding antara jurnal yang
(Comparation) satu dengan yang lain.

Hasil analisis hubungan antara pemberian posisi dengan

29
kenyamanan diperoleh bahwa pada kelompok intervensi ada 10
orang (62,5 %) yang merasakan nyaman sedangkan pada
kelompok kontrol hanya ada 4 orang yang merasakan nyaman
O (25%). Nilai p diperoleh 0,075 maka dapat disimpulkan bahwa
(Outcome) tidak ada pengaruh pemberian posisi miring 30 derajat terhadap
tingkat kenyamanan, dengan nilai OR = 5. Hasil analisis
hubungan pengalaman stroke dan prognosis dengan tingkat
kenyamanan didapatkan bahwa pengalaman stroke tidak
berhubungan dengan kenyamanan dengan nilai p = 0,43
sedangkan untuk prognosis didapatkan ada hubungan dengan
tingkat kenyamanan dengan nilai p = 0,02. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 8,75, artinya responden dengan
prognosis baik memiliki peluang 8,75 kali untuk merasakan
nyaman dibanding dengan responden dengan prognosis buruk.

T Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai dari bulan Juli –


(Time) September 2015.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja( Mutaqqin, 2008). Stroke atau serangan otak
(brain attack) adalah deficit neurologis mendadak susunan saraf pusat yang di
sebabkan oleh peristiwa iskhemik atau hemorargik.
Stroke di bedakan menjadi dua macam yaitu :
a. stroke hemoragik,
b. stroke non hemoragik.
Penyebab stroke menurut Rendi dan Margareth (2015) :
a. infark otak (80%)
b. pendarahan intraserebral (15%)
c. pendarahan subaraknoid (5%)
d. penyebab lain (dapat menimbulkan infark/pendarahan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan di atas

31
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Haryono, R., & Utami, M. P. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta:


PT Pustaka Baru.

Kozier dkk. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC.

Mutaqqin A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persyrafan.Jakarta: Salemba Medika

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter & Perry. (2010). Fundamental of nursing. Fundamental keperawatan Buku


3. edisi &. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik.Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Rendy, M. C., & TH, M. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Satyanegara. (2008). Ilmu Bedah Saraf Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Siti Nur Hartini. (2015). Asuhan Keperawatan Tn.R dengan Stroke Non
Hemoragik di Ruang Anggrek 2 Irna 1 RSUP.Dr Sardijito .Yogyakarta:
Stikes Wirahusada Yogyakarta.

32
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 vol 3. Jakarta: EGC.

Tarwoto. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.


Sagungseto. Jakarta: EGC.

World Health Organization, (2010). WHO STEPS Stroke Manual: The WHO
STEP wise Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai