MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keperawatan Medikal Bedah 2
yang dibina oleh Bapak Achlish Abdillah, S. ST., M. Kes.
oleh :
Kelompok 6
1. Aprilia Ni’matus Solikha (06/162303101016)
2. Fidiatur Roifa (17/162303101047)
3. Inge Oktavioni (21/162303101061)
4. Muntiyatul Choiro Safitri (28/162303101081)
5. Novita Siti Fatimah (33/162303101092)
Tingkat 3A
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Gangguan Persarafan pada Klien dengan Stroke” ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu disampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Achlish Abdillah,
S. ST., M. Kes. selaku dosen matakuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 D3
Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang telah memberi tugas
mengenai “Asuhan Keperawatan Gangguan Persarafan pada Klien dengan Stroke”
dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan saran dan
kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Gangguan Persarafan pada Klien dengan Stroke” ini, dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
5
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis masalah tentang asuhan keperawatan gangguan
persarafan pada klien dengan stroke dalam konteks ilmu Keperawatan
Medikal Bedah.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari stroke.
b. Mengetahui etiologi stroke.
c. Mengetahui patofisiologi stroke.
d. Mengetahui manifestasi klinis stroke.
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik/ penunjang stroke.
f. Mengetahui penatalaksanaan stroke.
g. Mengetahui prognosis stroke.
h. Mengetahui konsep asuhan keperawatan gangguan persarafan pada klien
dengan stroke.
6
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Untuk pengembangan keilmuan di bidang pembelajaran Keperawatan
Medikal Bedah.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan gangguan
persarafan pada klien dengan stroke dalam konteks ilmu Keperawatan
Medikal Bedah.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Penulis
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis dapat berupa
pengalaman berharga dalam menyusun karya tulis ilmiah tentang stroke
ini, serta penulis juga bisa memperoleh informasi secara langsung dari
berbagai macam sumber ilmiah tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik/ penunjang, penatalaksanaan,
prognosis, dan konsep asuhan keperawatan gangguan persarafan pada
klien dengan stroke. Dengan demikian penulis akan lebih mengetahui
bahwa stroke merupakan penyakit yang sangat perlu diwaspadai karena
dapat menyebabkan kematian.
b. Manfaat Bagi Pembaca
Manfaat yang diperoleh pembaca dapat berupa informasi tentang definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik/
penunjang, penatalaksanaan, prognosis, dan konsep asuhan keperawatan
gangguan persarafan pada klien dengan stroke. Dengan demikian
diharapkan pembaca bisa mencegah dirinya agar terhindar dari penyakit
stroke.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu kejadian di bawah ini
diantaranya:
a. Trombus
Serebral Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehinnga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti disekitarnya (Muttaqin, 2008). Beberapa keadaan di
bawah ini yanga dapat menyebabkan trombus otak:
1) Aterosklerosis
2) Hiperkoagulasi pada polisitema
3) Arteritris (radang pada arteri)
4) Emboli (Muttaqin, 2008).
b. Hemoragi
Perdarahan intracranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subaracnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
7
8
2.1.3 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu diotak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Sampai darah keotak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme
vaskular) atau karena gangguan umum ( hipoksia karena gangguan paru dan
jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi
(Muttaqin, 2008).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan
pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami
kekurangan nurisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan oksigen
dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu asidosis akan mengakibatkan
natrium, klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan kalium meninggalkan sel
otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalsium akan masuk dan
memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan membran sel lalu
mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu mati (Esther, 2010).
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih
seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang
9
gangguan peredaran darah. Tanda dan gejala stroke tergantung pada luas dan
lokasi yang dipengaruhinya. Arteri serebral yang tersumbat oleh trombus atau
embolus dapat memperlihatkan tanda dan gejala sebagai berikut menurut Wahyu
Widagdo et al. (2008):
a. Sindroma arteri serebral media
1) Hemiplegia (flaccid pada luka, lengan dan tungkai pada sisi kontralateral
2) Gangguan sensorik (pada daerah yang sama sebagai hemiplegia)
3) Aphasia (aphasia global jika hemisfere dominan yang dipengaruhi)
4) Homonymous hemianopsia
5) Bingung sampai dengan koma (makin buruk tingkat kesadaran)
6) Ketidak mampuan menggerakkan mata terhadap yang sisi yang paralisis
7) Denial paralisis
8) Kemungkinan pernafasan cheynestokes
9) Sakit kepala
10) Paresis vasomotor
b. Sindroma arteri serebral anterior
1) Paralisis dari telapak kaki dan tungkai
2) Gangguan dalam berjalan
3) Paresis kontralateraldari lengan
4) Kontralateral grasp reflek dan sucking reflek
5) Hilang fungsi sensorik secara berlebihan pada ibu jari kaki, telapak kaki
dan tungkai.
6) Abulia (ketidakmampuan melakukan kegiatan, pergerakan yang terkontrol
atau membuat keputusan)
7) Gangguan mental
8) Serebral paraplegia (bila keduanya dipengaruhi) sering dikombinasi
dengan ataksia dan akinetik mutism
9) Inkontinen urin (biasanya berlangsung beberapa minggu)
Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama. Paralis wajah
(karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas.
3) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit verbal
1) Afasia ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu bicara
dalam respons kata tunggal.
2) Afasia reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu berbicara tetapi
tidak masuk akal.
3) Alasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
d. Defisit kognitif
Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan
abstrak buruk, dan perubahan penilaian.
e. Defisit emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosiona,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres, depresi, menarik diri,
rasa takut, bermusuhan dan marah, serta perasaan isolasi.
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Farmakologis
15
2.1.7 Prognosis
Secara umum 80% pasien dengan stroke hidup selama satu bulan dengan
10 year survival rate sekitar 35%. Setengah hingga sepertiga pasien yang mampu
17
melewati fase akut stroke mampu mendapatkan fungsi yang kembali normal,
hanya 15% membutuhkan perawatan institusional.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) dalam Ariani (2012)
adalah sebagai berikut.
a. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari pertama).
1) Pneumonia: akibat immobilisasi lama.
2) Infark miokard.
3) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke, sering kali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
4) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat.
2) Keluhan utama
Sering menjadi alas an lien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intracranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsive,
dan koma.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obatan anti koagulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat
adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia,
penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5) Riwayat Pengkajian Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderits hipertensi, diabetes mellitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
6) Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan
klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
19
3) B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg).
4) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang
rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pda system
lainnya.
5) Pengkajian Tingkat Kesadaran.
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat
keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator paling
sensitive untuk disfungsi system persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
21
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma,
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
6) Pengkajian Fungsi Serebral.
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal, dan hemisfer.
22
23
Defisit perawatan diri (mandi Perawatan diri: status Bantuan perawatan diri:
berpakaian , makan, eliminasi) a. Mendemonstrasikan perubahan Independen
teknik dan gaya hidup untuk a. Kaji kemampuan dan tingkat defisit (skala 0 sampai
Definisi: memenuhi kebutuhan perawatan diri. 4) untuk melaksanakan tugas sek mencapai tugas
Hambatan kemampuan untuk b. Melaksanakan aktivitas perawatan sehari-hari
melakukan atau menyelesaikan diri dalam tingkat kemampuan b. Hindari melakukan hal-hal untuk klien yang dapat
aktifitas mandi, berpakaian, makan, sendiri. klien lakukan sendiri, beri bantuan sesuai kebutuhan
eliminasi mandiri. c. Mengidentifikasi sumber personal c. Waspadai perilaku impulsif atau tindakan yang
dan komunitas yang dapat menunjukkan gangguan penilaian
Batasan karakteristik: memberikan bantuan sesuai d. Pertahankan sikap suportif yang tegas. Beri waktu
q. Ketidakmampuan untuk mandi kebutuhan. yang cukup kepada klien untuk mencapai tugas
r. Hambatan kemampuan untuk e. Beri umpan balik positif untuk upaya dan
berpakaian pencapaian.
s. Ketidakmampuan untuk f. Buat rencana untuk defisit visual yang ada seperti
27
berpakaian berikut:
t. Ketidakmampuan untuk makan 1) Letakkan makanan dan perlengkapan makan pada
u. Ketidakmampuan untuk nampan di sisi tubuh klien yang tidak terganggu.
melakukan higiene eliminasi 2) Atur tempat tidur sehingga sisi tubuh klien yang
v. Ketidakmampuan untuk tidak terganggu menghadap ruangan dengan sisi
melakukan eliminasi di toilet tubuh klien yang terganggu pada dinding.
3) Posisikan furnitur menempel pada dinding, diluar
Faktor yang berhubungan: dari alur lalu-lalang.
a. Kerusakan neuromuskular, g. Beri alat swabantu, seperti kancing atau kaitan
kelemahan, status mobilitas racleting, kombinasi pisau-garpu, sikat berganggang
b. Kerusakan persepsi atau panjang, alat penyambung/ekstensi untuk mengambil
kognitif barang-barang dari lantai, peninggi toilet, tas tungkai
c. Nyeri ketidak nyamanan untuk kateter, dan kursi sower. Bantu dan dorong
pakaian yang baik dan kebiasaan berias.
h. Dorong orang dekat untuk membiarkan klien
melakukan tindakan sebanyak mungkin untuk
dirinya sendiri.
i. Kaji kemampuan klien untuk mengkomunikasikan
kebutuhan untuk berkemih dan kemampuan
menggunakan pispot berkemih atau pispot
berdefekasi. Bawa klien ke kamar mandi dengan
sering dan jadwalkan interval untuk berkemih jika
tepat.
j. Indentifikasi kebiasaan usus sebelumnya dan tetap
kembali regimen yang normal. Tingkatkan serap
dalam diet. Dorong asupan cairan dan tingkatkan
aktivitas.
Kolaboratif
28
d. Nyeri epigastrik atau nyeri ulu mulut dengan memberi sedikit tekanan pada bibir
hati atau bawah dagu jika diperlukan.
e. Hematemesis k. Letakkan makanan dengan konsistensi tepat disisi
f. Hiperekstensi mulut yang tidak terganggu.
g. Bangun atau batuk di malam l. Sentuh bagian pipi dengan spatel lidah atau
hari tempelkan es pada lidah yang lemah.
h. Muntah m. Beri makanan secara perlahan, beri waktu selama30
i. Tampak mengalami kesulitan sampai 45 menit untuk makan.
dalam menelan n. Tawarkan makanan padat pada waktu berbeda.
Gangguan fase mulut o. Batasi atau hindarai penggunaan sedotan umum
1. Batuk, tersedak, dan muntah meminum cairan.
sebelum menelan p. Dorong orang dekat untuk membawa makanan
2. Makanan jatuh dari mulut favorit.
3. Ketidakmampuan q. Pertahankan posisi tegak selama 45 sampai 60 menit
membersihkan rongga mulut setelah makan.
4. Penutupan bibir tidak sempurna r. Pertahankan pencatatan asupan makanan dan cairan
5. Kurang mengunyah secara akurat; catat jumlah kalori jika di indikasikan.
6. Kurangnya aktivitas lidah s. Dorong partisipasi dalam program latihan aktivitas.
untuk membentuk bolus Kolaboratif
7. Waktu makan lama dengan a. Tinjau hasil studi radiografik, sepertifluroskopi
konsumsi sedikit vidio
8. Sialorea atau pengeluaran air b. Beri catatan intravena (IV), nutrisi parenteral , atau
liur pemberian makanan melalui siang.
9. Isapan lemah c. Koordinasikan pendekatan multidisiplin untuk
mengembangkan rencana terapi yang memenuhi
Faktor yang berhubungan: kebutuhan individual.
a. Kerusakan neuromuskular
penurunan refleks muntah,
30
Gangguan eliminasi alvi a. Pembentukan dan pengeluaran feses a. Membentuk dan mempertahankan pola defekasi yang
(konstipasi) b. Kecukupan air di dalam teratur
kompartemen intrasel dan ekstrasel b. Membantu pasien untuk melatih usus untuk defekasi
Definisi: tubuh pada intervensi tertentu
Penurunan frekuensi normal c. Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat.
defekasi yang disertai pengeluaran
feses yang sulit atau tidak lampias
atau pengeluaran feses yang sangat
keras dan kering.
Batasan karakteristik:
Subjektif
a. Nyeri abdomen
b. Anoreksia
c. Perasaan penuh atau tekanan
pada rektum
d. Nyeri saat defekasi
Objektif
a. Perubahan pada pola defekasi
b. Penurunan frekuensi
c. Distensi abdomen
d. Feses yang kering, keras, dan
padat
31
Batasan karakteristik
Subjektif
a. Disuria
b. Urgensi
Objektif
a. Sering berkemih
b. Mengalami kesulitan di awal
berkemih
c. Inkontinensia
d. Nokturia
e. Retensi
3.1 Simpulan
Stroke didefinisikan sebagai kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel
otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
kejadian di bawah ini diantaranya trombus, hemoragi dan iskemia (penurunan
aliran darah ke area otak) (Smeltzer & Bare, 2005). Gejala stroke yang timbul
akibat gangguan peredaran darah diotak bergantung pada berat ringannya
gangguan pembulu darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah. Tanda dan
gejala stroke tergantung pada luas dan lokasi yang dipengaruhinya.
Asuhan keperawatan pada pasien stroke meliputi tahap pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Diagnosis
keperawatan yang muncul pada pasien stroke antara lain yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan/ kontrol
otot, penurunan daya tahan, hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan
kelemahan sistem muskuloskeletal, defisit perawatan diri berhubungan dengan
kerusakan neuromuscular, kelemahan status mobilitas, gangguan menelan
berhubungan dengan kerusakan neuromuscular penurunan reflek muntah, paralisis
wajah gangguan perceptual, gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan
kelemahan otot abdomen, dan gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
retensi urine.
3.2 Saran
Makalah yang kami susun semoga dapat membantu kita untuk lebih
memahami tentang asuhan keperawatan gangguan persarafan pada klien dengan
stroke. Dan sebagai mahasiswa keperawatan yang kedepannya akan melakukan
pelayanan keperawatan, maka kita harus lebih memahami tentang asuhan
keperawatan gangguan persarafan pada klien dengan stroke. Sehingga diharapkan
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Nina, 2009. Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Smeltzer & Bare, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah. Jakarta: EGC.
Sudoyo, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.