Anda di halaman 1dari 88

Perkemas

“SKN”
SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Makalah ini disusun sebagai syarat


Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perawatan Kesehatan Masyarakat

Oleh :

1.Achmad Sholehduddin 3A/162303101002


2. Ade Irniawati 3B/162303101003
3. Ekayani Dewi Saputri 3C/152303101050

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Sistem Kesehatan Nasional Page 1
Perkemas
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Perawatan Kesehatan Masyarakat kami dengan
judul “Sistem Kesehatan Nasional”.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan
hambatan sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan,
dorongan semangat dari berbagai pihak. Dan akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam
memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama penyusunan
makalah ini.
Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan
semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa kami selaku
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Penulis berharap semoga hasil makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua,

Lumajang, 10 Maret 2019


Penulis

Sistem Kesehatan Nasional Page 2


Perkemas
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
PEMBAHASAN........................................................................................... 5
A. Sejarah SKN ............................................................................................ 5
B. Definisi................................................................................................... 17
C. Dasar Pembangunan SKN...................................................................... 19
D. Dasar SKN ............................................................................................. 23
E. Dasar Hukum Sistem Kesehatan Nasional ............................................. 27
F. Elemen SKN........................................................................................... 28
G. Strategi dan Tujuan SKN ....................................................................... 31
H. Manfaat Sistem Kesehatan Nasional ..................................................... 32
I. Peran Perawat Dalam SKN .................................................................... 33
J. Permasalahan Pembangunan Kesehatan ................................................. 36
K. Kedudukan SKN .................................................................................... 40
L. Subsistem SKN ...................................................................................... 41
M. Tata Hubungan Antar Subsistem dan Lingkungannya.......................... 45
N. Hubungan Sistem Kesehatan Daerah Terhadap SKN............................ 47
O. Kedudukan SKN Terhadap System Nasional Lain................................ 49
P. Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia ............................................. 50
Q. Pembiayaan Kesehatan .......................................................................... 52
R. Cara Penyelenggaraan SKN................................................................... 63
S. Pelaksanaan SKN ................................................................................... 69

Sistem Kesehatan Nasional Page 3


Perkemas
T. Dukungan Penyelenggara Sistem Kesehatan nasional ........................... 70
U. Tata Penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional ................................... 75
V. Sumber Daya Penyelenggaraan SKN .................................................... 77
W. Kerja Sama Internasional ...................................................................... 80
X. Reformasi Pelayanan Kesehatan Publik Bidang Kesehatan di
Indonesia......................................................................................................81
Y. Fenomena Pelayanan Publik Dalam Kerangka Sistem Kesehatan
Nasional ...................................................................................................... 82
Z. Paradigma “The New Publik Service” dalam Pelayanan Publik bidang
Kesehatan di Indonesia ............................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 86
PROFIL PENULIS ..................................................................................... 88

Sistem Kesehatan Nasional Page 4


Perkemas

PEMBAHASAN
A. Sejarah SKN
Sistem kesehatan dijelaskan berdasarkan batasan sistem dan
komponen-komponen yang berpengaruh dan membenuk sistem kesehatan
itu sendiri. Mengenai sistem kesehatan di Indonesia, terdapat perbandingan
antara Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 19882, SKN 2004, SKN 2009,
SKN 2012 serta alasan perlunya dilakukan reformasi sistem kesehatan yag
selama ini kurang signifikan memperbaiki status kesehatan. Sebagai
tambahan aka disampaikan permasalahn kesehatan yang sekarang sedang
terjadi beserta per;unya suatu hubungan yang terintegrasi antara sistem
kesehatan nasional. Disisi lain akan dikenalkan sistem-sistem kesehatan
berbagai negara di dunia secara umum dan tipe-tipe kebijakan pemerintah
terhadap market kesehatan di negaranya sebagai bahan perbandingan
sejauh mana pertumbuhan sistem kesehatan di Indonesia (Adisasmoto,
2014).
Untuk mempelajari reformasi kesehatan makan diperlukan undang-
undang khusus sistem kesehatan sehingga memayungi semua komponen
dalam melakukan fungsinya sebagai buah sistem kesehatan yang lebih baik
dan dapat diandalkan bagi seluruh masayarakat (Adisasmoto, 2014).

Sistem Kesehatan Nasional (Adisasmoto, 2014)


Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan
sumber daya manusia mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta

Sistem Kesehatan Nasional Page 5


Perkemas
sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa
yang mempunyadi derajat kesehatan yang tinggi. Pembangunan manusia
seutuhnya harus mencangkup aspek jasmani dan kejiwaannya di samping
spiritual, kepribadian dan kejuangan. Untuk itu menurut Sujudi (1997),
embangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan manusia yangs ehat,
cerdas dan produktif (Adisasmoto, 2014).
Di dalam Rencana Strategi Kementerian Kesehatan (Renstra
Kemenkes) tahun 2010-2014 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan di
Indonesia yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah cukup berhasil
meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian, derajat kesehatan di
Indonesia tersebut masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan
negara-negara tetangga. Memasuki milenium ketiga, Indonesia menghadapi
berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik internal
maupun eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan
pembangunan nasional termasuk pembangunan kesehatan (Kemenkes,
2010).
Berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasar seperti
globalisasi, demokratisasi, krisis multidimensi serta pemahaman kesehatan
sebagai hak asasi da investasi mendorong terjadinya revisi terhadap isitem
kesehatan yang selama ini menjadi dasar pembangunan kesehatan di
Indonesia. Pembangunan kesehatan Indonesia meskipun secara status
mengalami peningkatan, namun secara sistem hak itu belum menunjukkan
adanya daya relationship semua stakeholders yang menjamin sistem
kesehatan yang sustainable degan dasar mengupayakan sistem pelayanan
kesehatan bagi semua kalangan terutama masyarakat yang tidak mampu
(Adisasmoto, 2014).
Secara global, yang terjadi di dunia selama ini adalah adanya variasi
outcomes antara potnsi sistem kesehatan dan perfomance sebenarnya di
berbagai negara terutama negara berkembang adahal memiliki sumber dan
kesempaan yang relatif sama. Hal ini sangat terkait dengan keefektifan dan
kemampuan sistem yang digunakan dalam memberdayakan semua sumber
daya untuk menghasilkan outcomes yang diinginkan. Berbicara kesehatan
dan permasalahannya, sebenarnya hal itu merupakan bagian dari sebuah
Sistem Kesehatan Nasional Page 6
Perkemas
sistem yang didalamnya erdiri dari komponen-komponen yang saling
berkaitan satu sama lain. Untuk memahami sistem kesehatan maka
pendekatan sistemik dimana masalah kesehatan yang terjadi tidak terlepas
sistem yang membentuk kesehatan itu sendiri. Sistem menurut Shrode dan
Voich (1974): “A system is a set of interrelated parts,workig independently
and joinly, in pursuit of common objectives of the whle, within a complex
environment”, dalam hal ini ditekankan lima hal penting yaitu (1)
himpunan bagian-bagian, (2) bagian-bagian yang saling berikatan, (3)
masing-masih bagian bekerja secara mandiri dan bersama-sama, satu sama
lain saling mendukung (4) semuanya ditujukan pada pencapaian tujuan, dan
(5) terjadi di dalam lingkungan yang rumit (Adisasmoto, 2014).
Sementara sehat dalam definisi WHO (1957), yaitu suatu keadaan
sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas
pada ebbas dari penyakit dan kelemahan dirasa tidak sesuai atau tidak
lengkap lagi. Konsep sehat ini beluam mengakomodasikan dimensi
produktivitas dari kelompok umur yang berbeda seperti balita, remaja,
dewasa, dan usia lanjut. Dalam Ottawa Charter tahun 2986 disebutkan
bahwa sehata itu bukan tujuan hidup terapi adalah alat untuk dapat hidup
produktif (Adisasmoto, 2014).
Dari definisi-definisi diatas, maka WHO (2000) mendifinisikan bahwa
sistem kesehatan (health system) merupakan semua aktivitas yang memiliki
tujuan utama adalah meningkatkan, memperbaiki atau merawat kesehatan.
Batasan sistem dalam definisi ini adalah semua jenis pelayanan kesehatan
formal, profesional di bidang kesehatan ataupun personal yang berdedikasi
terhadap pengobatan baik dengan resep ataupun tidak, termasuk sistem
pendidikan yang mendukung sistem kesehatan. Dalam perkembangannya,
para ahlis mengganti istilah health system ini menjadi health care system
karena lingkupnya yang sangat tergantung dengan kebijakan di suatu
negara (Adisasmoto, 2014).
Lassey (1997) mendefinisikan, health care system merupakan
kombinasi anatara intitusi kesehatan, sumber daya manusia pendukung,
mekanisme finansial, sistem informasi, mekanisme jaringan organisasi, dan

Sistem Kesehatan Nasional Page 7


Perkemas
manajemen struktur termasuk administrasi, dalam upaanya mendukung
penyediaan jasa pelayanan kesehatan bagi pasien (Adisasmoto, 2014).
Indonesia sebenarnya telah memiliki sistem kesehatan sejak 1982
melalui Sistem Kesehatan Nasional. Untuk Indonesia batasan tentang
Sistem Kesehatan yang dikenal dengan nama Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan RI omor
131/Menkes/SK/II/2004 sebagai pengganti SKN tahun 1982 yang sudah
tidak relevan akibat perubahan iklim politik di Indonesia serta
diterapkannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undnagan (UU)
No.22 Tahun 1999. Pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem kesehatan Nasional, pengertian sistem Kesehatan Nasional pada
Pasal 1 ayat 2 adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
semua kompoen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Adisasmoto, 2014).
Pada SKN tahu 2009, Sistem Kesehatan Nasioal (SKN) didefiisikan
sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah
guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesehajteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undnaga Dasar 1945. Sedangkan pada SKN 2004 disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan SKN adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945. Sedangkan pada SKN sebelunya, yaitu SKN
tahun1982, pengertian SKN merupakan suatu tatanan yang mencerminkan
upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat
kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesehateraan umum seperti
yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
(Adisasmoto, 2014).
SKN 2012 merupakan perkembangan dari SKN sebelunya terutama
SKN 2009 yang saat itu masih berupa Keputusan Menteri Kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional Page 8
Perkemas
Sistem Kesehatan Nasional 2009 tidak lepas dari pembangunan kesehatan
sebagai upaya yang dilaksanakan dengan tujuan utnuk meningkatkan
kesadaran, kemauan da kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan status derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat. Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan
dalam konteks Pembangunan Kesehatan secara keseluruahn dengan
mempertimbangkan determinan sosial, seperti kondisi kehidupn sehari-hari,
tingkat pendidikan, pendapatakan keluarga, distribusi kewenangan
keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga
kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut (Adisasmoto, 2014).

Tabel Kemungkinan Relasi Antara Kondisi Ekonomi dan Penyediaan


Jasa Kesehatan di Suatu Sistem Kesehatan (Adisasmoto, 2014)

Secara implemenasi, sistem kesehatan bersifat dinamis dan sangat


dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan budaya suatu negara hingga
sangat dimungkinkan sistem kesehatan mengalami perubahan seiring
waktu. Berbagai variasi kombinasi yang mungkin karena masalah sosial,
ekonomi dan politik terhadap sistem kesehatan. Pada kondisi tertentu,
bentuk kebijakan sistem kesehatan di suatu negara mungkin saja sumber
pendanaan berasal dari publik dibayarkan untuk penyediaan jasa kesehatan
publik (kondisi A) atau untuk jasa swasta (kondisi B). Kemungkinan
lainnya mungkin saja pendanaan swasta diberikan untuk penyediaan jasa
kesehatan publik (kondisi C) atau untuk jasa kesehatan swasta. Keempat
alternatif ini merupakan bentuk-bentuk utama sistem kesehatan nasional
(RI, 2012).

Sistem Kesehatan Nasional Page 9


Perkemas
Adanya sistem kesehatan yang solid dan didukung oleh semua
stakeholders, maka pembangunan kesehatan akan terselenggara sesuai
dengan visi dan misinya yang diiringi dengan kemitraan dan kepemimpinan
yang transformatif dalam rangka meingkatkan pemerataan upaya kesehatan
yang terjangkau dan bermutu. Dalam visinya mewujudkan Visi Indonesia
Sehat 2010, upaya terkoordinasi semua stakeholders sistem kesehatan
menjadi hal yang krusial sehingga semua elemen berjalan sinergis untuk
mewujudkan cita-cita nasional tersebut. Beberapa misi pembangunan
kesehatan yang sudah ditetapkan Kemenkes (2010) yaitu:
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan untuk
dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab
program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbngan
kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Perilaku sehat


dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendaatkan pelayanan
kesehtan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan
kesehatan

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermtuu,


meratsa dan terjangkau. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan
adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatn yang bermutu, merata
dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehata
tidak hanya berada di tangan pemeirntah, melainkan mengikutsertakan
masyarakat dan potensi swasta

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan


masyarakat beserta lingkungannya. Untuk terselenggaranya tugas
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah
bersifat promotif dan preventis yang didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif (Adisasmoto, 2014).

Sistem Kesehatan Nasional Page 10


Perkemas
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Terciptanya masyarakat Indonesia
seperti ini ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang optimak di seluruh wilayah Indonesia (Adisasmoto, 2014).
Di Indoensia, reformasi di bidang sistem kesehatan perlu dilakukan
mengingat lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan
kesehatan saat ini. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.
Kedua, temuan-temuan ilmu dan teknologi keodkteran. Ketiga, tantangan
global sebagai akibat dan kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi,
telekomunikasi dan transportasi. Keempat, perubahan lingkungan. Kelima,
demokratis politik dan kebijakan (Adisasmoto, 2014).
Selain karena faktor diatas, secara riil indikator-indikator makro
pembangunan sumber daya manusia Indonesia masih tertinnggal dibanding
negara lai. Salah satunya yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/
Human Development Index (HDI) yang merupakan cermin prestasi suatu
negara dalam mengangun manusia dari segi pendidikan, kesehatan, dan
pendapatan per kapita. Dalam laporan UNDP tahun 1998, IPM Indonesia
adalah 0,679 meingkat dari 0,586 pada tahun 1995, dimana Indoesia
beradapada tingkat urutan 96 dari 174 negara. Dari data terakhir pada tahun
2003 ternyata IPM Indonesia menurun ke peringkat 112 dari 175 negara
(Adisasmoto, 2014).

Sistem Kesehatan Nasional Page 11


Perkemas

Gambar Trend HDI Negara-Negara ASEAN (Adisasmoto, 2014)


Awal orde baru sampai akhir dekade 1980, Indonesia mencapai
percepatan HDI yang signifikan dibandingkan Malaysia, Thailand, dan
Filipina. Namun pasca krisis ekonomi percepatan tersebut berubah ,enjadi
lambat dan inilah yang membuat pretasi sumber saya manusia Indonesia
semakin terpuruk hingga sekarang. Sulitnya recovery sistem eksehatan
menuju sistem yang agresif emmperbaiki kualitas hidup membuat HDI
Indonesia semakin tertinggal oleh negara-negara ASEAN lainnya. Dalam
perspektif lain di dalam sistem, peran Kementerian Kesehatan sebagai
institusi yang menjadi tumpuan harapan perbaikan sistem Kesehatan lebih
banyak berfungsi sebagai pengatur daripada sebagai penyedia pelayanan
langsung. Padahal fungsi utama kementerian kesehatan seharusnya sebagai
sistem asuransi sosial dengan membentuk jaringan penyedia pelayanan
kesehatan nasional bagi seluruh warga negara. Beberapa fungsi lainnya
kementerian kesehatan dalam melaksanakan tugasnya yaitu sebagai
pelaksanaan penelitian dan pengembangan terapan serta pendidikan dan
pelatihan tertentu dalam rangka mendukung kebijaksanaan di bidang
kesehatan dan sebagai pelaksanaan pengawasan fungsional (Adisasmoto,
2014).
Disetiap negara, sistem kesehatan dapat dengan mudah diidentifikasi
relasinya antar lima komponen pembentuk sistem yaitu:
1. Tersedianya jenis sumber daya (manusia maupun fisik).

Sistem Kesehatan Nasional Page 12


Perkemas
2. Berdasarkan sumber daya yang ada maka organisasi melakukan
program untuk mendapatkan market yang ada
3. Sumber pembiayaan dari berbagai sumber digunakan untuk mebiayai
antara penyediaan sumber daya dan jasa pelayanan
4. Untuk mendapatkan jenis pelayanan yang feasible baik untuk publik
maupun swasta, maka manejemen oerganisasi sangat diperlukan
5. Tersedianya pelayanan jasa kesehatan bagi semua orang
Di berbagai negara, perbaikan kesehatan dimulai dengan komponen
susbsitem kesehatan yang berlaku di negaranya. Dari beberapa penelitian
dan pengembangan di beberapa negara yang cukup lama, maka terdapat
beberapa komponen yang saling berakaitan dalam membentuk sistem
kesehatan (Adisasmoto, 2014).

Gambar Komponen, Fungsi, dan Keterkaitan Dalam Sistem Kesehatan


(Adisasmoto, 2014)
Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat
hidup masyarakat, maka semua negara termasuk Indonesia berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya, agar dicapai
derajad kesehatan masyarakat yang optimal, dan pada akhirnya dapat
dicapai keadaan sehat, karena di dalam badan yang sehat, terdapat juga jiwa
yang sehat. Kesehatan mengenal dua macam pembagian, yakni kesehatan
masyarakat maupun kesehatan perorangan, sehingga Hukum Kesehatan
membedakan antara Hukum Kesehatan Masyarakat dan Hukum Kesehatan
Perorangan (Hukum Kedokteran). Hukum Kesehatan Masyarakat lebih
memfokuskan pada pengaturan yang berkaitan dengan kesehatan
Sistem Kesehatan Nasional Page 13
Perkemas
masyarakat yang bersifat hubungan hukum makro sosial yang berlaku
antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi atau komunitas tertentu
yang diberikan berdasarkan hak untuk mendapatkan pemeliharaan
kesehatan yang sama. Hukum Kesehatan Perorangan lebih kepada
pengaturan tentang pelayanan kesehatan yang mengatur hubungan hukum
antara orang sakit dengan sumber daya kesehatan, yakni sarana kesehatan
dan sumber daya manusia kesehatan dalam upaya kesehatan yang kuratif,
promotif dan rehabiltaitf, bukan berarti mengabaikan upaya kesehatan
preventtif, namun upaya kesehatan preventif ini lebih menjadi tanggung
jawab Pemerintah cq Departemen Kesehatan (Christiawan, 2017).

Kesehatan itu sendiri merupakan kebutuhan mendasar bagi


manusia . Ditinjau dari segi fisik keberadaan sarana kesehatan baik
puskesmas serta sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang
dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
namun harus diakui bahwa persebaran fisik tersebut belum diikuti
sepenuhnya dengan peningkatan pelayanan publik. Pelayanan publik
merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, baik itu di pusat, di Daerah, dan dilingkungan Badan Usaha
Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik
maupun pelayanan jasa. Dewasa ini masyarakat semakin terbuka dalam
memberikan kritik bagi pelayanan publik. Oleh sebab itu substansi
administrasi sangat berperan dalam mengatur dan mengarahkan seluruh
kegiatan organisasi pelayanan dalam mencapai tujuan. Salah satu bentuk
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pemenuhan
kebutuhan kesehatan masyarakat. Reformasi dibidang kesehatan
dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya
lebih efisien, efektif serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,
seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RepublikIndonesia No. 951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu menegaskan bahwa
“tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Sistem Kesehatan Nasional Page 14


Perkemas
Dalam pelaksanaan pelayanan rujukan telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat
pertama/primer adalah pelayanan kesehatan dimana terjadi kontak pertama
secara perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan memberikan
penekanan pada pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan
upaya peningkatan dan pencegahan, termasuk didalamnya pelayanan
kebugaran dan gaya hidup sehat. Tingkat kedua/sekunder adalah pelayanan
kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan kesehatan
perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus, spesimen, dan ilmu
pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang merujuk. Dan tingkat ketiga/tersier adalah dokter subspesialis atau
dokter spesialis yang telah mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan
dan mempunyai izin praktik dan didukung oleh tenaga kesehatan lainnya
yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan pelayanan rujukan tidak berdiri sendiri-sendiri


namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan
kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer
maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di
atasnya, demikian seterusnya. Salah satu bentuk pelaksanaan dan
pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional adalah
rujukan . Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil
guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian
tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem
rujukan (Ramah, 2015).

Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan merupakan elemen yang


sangat penting dan berpengaruh terhadap peningkatan seluruh aspek dalam
sistem pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelaksana
kebijakan jaminan kesehatan adalah unit-unit pelayanan kesehatan, mulai
dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan (Helmizar, 2013). SDM
pelaksana pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
adalah dokter/ spesialis, dokter gigi, perawat, dan bidan (Mukti, 2013).

Sistem Kesehatan Nasional Page 15


Perkemas
Data dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
(BPPSDM) Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, jumlah SDM kesehatan
di Indonesia masih kurang dan distribusinya belum merata. Pada tahun
2014 kebutuhan dokter umum dan dokter gigi di puskesmas masing-masing
766dan 383 orang serta 1.042 dan 255 di rumah sakit. Kekurangan perawat
dan bidan masingmasing 4.213 dan 2.298 orang di puskesmas serta 10.370
dan 1.830 orang di rumah sakit. Tenaga kesehatan masyarakat juga
mengalami kekurangan yaitu 383 orang (Saputra et al., 2015)

Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta


meningkat dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak
pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan
kewajiban untuk menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan
keperawatan dengan mutu yang secara profesional dapat
dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada upaya lain yang
perlu dilakukan keculai mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap
mutu layanan keperawatan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan
didukung oleh pengembangan teori-teori keperawatan, salah satunya adalah
teori Caring menurut Jean Watson. Caring adalah sentral untuk praktek
keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis,
dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada
klien. Kunci dari kualitas pelayanan asuhan keperawatan adalah
perhatian,empati dan kepedulian perawat. Hal ini sangat sesuai dengan
tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu mengharapkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas (Muhlisin & ichsan, 2008)

Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yaitu :

1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan


kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang
pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami
ganggunan kesehatan atau kecelakaan.

Sistem Kesehatan Nasional Page 16


Perkemas
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health
care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih
lanjut atau rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit,
mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan Rumah sakit kelas A.
(Juanita, 2002).

B. Definisi
Sistem kesehatan nasional (SKN) adalah bentuk & cara
penyelenggaraan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Perpres
72/2012 Pasal 1 dan 2).

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara


penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar
1945 ( Depkes RI, 2004).

Sistem Kesehatan Nasional pada prinsipnya terdiri dari dua bagian


besar yaitu sistem pendanaan dan sistem layanan kesehatan. Subsistem
pendanaan kesehatan menggambarkan dan mengatur sumber-sumber
keuangan yang diperlukan untuk terpenuhinya kebutuhan kesehatan
penduduk. Pendanaan kesehatan dapat bersumber dari :
1. Pendanaan langsung dari masyarakat (out of pocket)
2. Pendanaan dari Pemerintah baik pusat maupun daerah
3. Pembayaran iuran asuransi social yang wajib sebagaimana diatur
dalam
4. Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional No.40 tahun 2004
5. Pendanaan oleh pihak ketiga, baik oleh pemberi kerja maupun
peserta asuransi
6. dan

Sistem Kesehatan Nasional Page 17


Perkemas
7. Bantuan pendanaan dari berbagai sumber baik dalam maupun luar
negeri (Situmorang,2012).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem didefinisikan sebagai:


1) perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas, 2) susunan yang teratur dari pandangan, teori,
asas dan 3) metode.

Sistem kesehatan telah dikonseptualisasikan dan didefinisikan dalam


berbagai cara. Secara tradisional, sistem kesehatan dijelaskan dengan
berbagai hal terkait kapasitas indikator, dan kegiatan (misalnya jumlah
tempat tidur rumah sakit, dokter dan perawat, program pemerintah).
Menurut Roemer, sistem kesehatan harus dijelaskan oleh lima karakteristik,
yaitu sumber daya produktif, organisasi program, mekanisme dukungan
ekonomi, metode manajemen, dan pelayanan. Hurst mengambil pendekatan
yang berbeda dengan mendefinisikan sistem kesehatan sebagai rangkaian
aliran dana dan metode pembayaran anatara kelompok penduduk dan
lembaga (OECD, 1992). Kedua pendekatan cukup informatif namun
memiliki kelemahan tidak menjelaskan mengapa dan bagaimana sistem
tertentu menghasilkan suatu hasil (Adisasmoto, 2014).
Menurut WHO (2000) Sistem Kesehatan didefinisikan dengan
membatasi cangkupan aktivitas mereka. Sebuah sistem kesehatan terdiri
dari seluruh organisasi, orang dan aksi yang tujuan utamanya adalah
mempromosikan, meningkatkan, atau menjaga kesehatan, termasuk upaya
untuk memengaruhi faktor-faktor di bidang kesehatan serta kegiatan
kesehatan secara langsung. Oleh karena itu, sebuah sistem kesehatan lebih
dari sebuah piramida fasilitas yang dimiliki publik yang memberikan
pelayanan kesehatan pribadi. Hal tersebut, misalnya, seorang ibu yang
merawat anak sakit di rumah, penyedia layanan swasta, program perubahan
perilaku, kampanye vektor-kontrol, organisasi asuransi kesehatan,
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk tindakan lintas sektoral oleh
staf kesehatan, misalnya, mendorong kementerian pendidikan untuk

Sistem Kesehatan Nasional Page 18


Perkemas
mempromosikan pendidikan perempuan yang termasuk sebagai penentu
kesehatan yang lebih baik (Adisasmoto, 2014).
Dalam batas-batas yang telah didefinisikan, tujuan sistem kesehatan
adalah (Hsiao, 2013):
1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya bayak, antara
lain Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayu (AKB), angka
kejadian penyakit dan berbagai indikator lainnya.

2. Meningkatkan kesensitivan terhadap harapa masyarakat. Dalam hal ini


masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan kesehatan. Sistem
Kesehatan diaharpakan memberikan proteksi dalam bentuk jaminan
pembiayaan kesehatan bagi yang membutuhkan.

Pada SKN tahu 2009, Sistem Kesehatan Nasioal (SKN) didefiisikan


sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah
guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesehajteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945 (Adisasmoto, 2014).

C. Dasar Pembangunan SKN


1. Hak Asasi Manusia (HAM)
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan
bangsa dan kesejahteraan rakyat, maka setiap penyelenggaraan SKN
berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Undang-undang Dasar
1945 pasal 28 H ayat 1 antara lain menggariskan bahwa setiap rakyat
berhak atas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya tanpa membedakan suku,
golongan, agama, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi. Setiap anak
dan perempuan berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Sistem Kesehatan Nasional Page 19
Perkemas

2. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis


Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai
tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan
Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun
dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini,
maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan
prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan
sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan
menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah
dan masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi
yang dimiliki masing-masing. Kemitraan tersebut diwujudkan dengan
mengembangkan jejaring yang berhasil guna dan berdaya guna, agar
diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

3. Komitmen dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)


Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi,
dukungan, dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk
menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik
(good governance). Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara
demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan), rasional,
profesional, serta bertanggung-jawab dan bertanggung-gugat
(akuntabel).

4. Dukungan Regulasi
Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi
berupa adanya berbagai peraturan perundangan yang mendukung
penyelenggaraan SKN dan penerapannya (law enforcement).

5. Antisipatif dan Pro Aktif

Sistem Kesehatan Nasional Page 20


Perkemas
Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan
antisipasi atas perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada
pengalaman masa lalu atau pengalaman yang terjadi di negara lain.
Dengan mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku pembangunan
kesehatan perlu lebih proaktif terhadap perubahan lingkungan strategis
baik yang bersifat internal maupun eksternal.

6. Responsif Gender
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana
kebijakan dan program serta dalam pelaksanaan program kesehatan
harus menerapkan kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan gender
dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki
dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan kesehatan serta kesamaan dalam memperoleh manfaat
pembangunan kesehatan. Keadilan gender adalah suatu proses untuk
menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan dalam pembangunan
kesehatan.

7. Kearifan Lokal
Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan
menggunakan potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan
hasil guna dan daya guna pembangunan kesehatan, yang dapat diukur
secara kuantitatif dari meningkatnya peran serta masyarakat dan secara
kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup jasmani dan rohani. Dengan
demikian kebijakan pembangunan daerah di bidang kesehatan harus
sejalan dengan SKN, walaupun dalam prakteknya, dapat disesuaikan
dengan potensi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat di daerah
terutama dalam penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi rakyat.

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun


2005-2025 (RPJP-N), pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Sistem Kesehatan Nasional Page 21
Perkemas
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengacu pada dasar:
1. Perikemanusiaan
Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga
kesehatan harus berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan
selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan serta memiliki kepedulian sosial terhadap
lingkungan sekitar.

2. pemberdayaan dan kemandirian;


Setiap orang dan masyarakat bersama dengan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berperan, berkewajiban, dan bertanggung jawab
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Pembangunan kesehatan
harus mampu meningkatkan dan mendorong peran aktif masyarakat.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada
kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri, kepribadian bangsa,
semangat solidaritas sosial, gotong royong, dan penguatan kesehatan
sebagai ketahanan nasional.

3. adil dan merata; dan


Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa
memandang suku, agama, golongan, dan status sosial ekonominya.
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang, serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

4. pengutamaan dan manfaat.

Sistem Kesehatan Nasional Page 22


Perkemas
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan perorangan atau golongan.
Upaya kesehatan yang bermutu diselenggarakan dengan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih
mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada
dasar kemitraan atau sinergisme yang dinamis dan tata penyelenggaraan
yang baik, sehingga secara berhasil guna dan bertahap dapat memberi
manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, beserta lingkungannya. Pembangunan kesehatan diarahkan
agar memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain:
ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat miskin. Perlu
diupayakan pembangunan kesehatan secara terintegrasi antara pusat dan
daerah dengan mengedepankan nilai-nilai pembangunan kesehatan,
yaitu: berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerja sama tim,
integritas yang tinggi, dan transparansi serta akuntabilitas.

D. Dasar SKN
Dalam penyelenggaraan, SKN harus mengacu pada dasar-dasar atau
asas-asas sebagai berikut (Peraturan Presiden Republik Indonesia, 2012) :
1. perikemanusiaan;
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dilandasi atas
perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa. Setiap tenaga
pengelola dan pelaksana SKN harus berbudi luhur, memegang teguh
etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2. keseimbangan;
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dilaksanakan dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan spiritual.

Sistem Kesehatan Nasional Page 23


Perkemas
3. manfaat;
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat
bagi setiap warga negara.

4. perlindungan;
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan
perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.

5. keadilan;
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat
dengan pembiayaan yang terjangkau tanpa memandang suku, agama,
golongan, dan status sosial ekonominya.

6. penghormatan hak asasi manusia;


Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejahteraan rakyat, maka
setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus berdasarkan pada
prinsip hak asasi manusia. Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain mengamanatkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dengan tanpa membedakan suku, agama, golongan,
jenis kelamin, dan status sosial ekonomi. Begitu juga bahwa setiap anak
dan perempuan berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.

7. sinergisme dan kemitraan yang dinamis;


Sistem Kesehatan Nasional Page 24
Perkemas
SKN akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi
Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar
pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem
lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor
terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan, dan pendidikan perlu
berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan
nasional. Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan
menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah
dan masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang
dimiliki masing-masing. Kemitraan tersebut diwujudkan dengan
mengembangkan jejaring yang berhasil guna dan berdaya guna, agar
diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

8. komitmen dan tata pemerintahan yang baik (good governance);


Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan,
dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance).
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis,
berkepastian hukum, terbuka (transparan), rasional, profesional, serta
bertanggung jawab dan bertanggung gugat (akuntabel).

9. legalitas;
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus didasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi berupa adanya
berbagai peraturan perundang-undangan yang responsif, memperhatikan
kaidah dasar bioetika dan mendukung penyelenggaraan SKN dan
penerapannya (law enforcement) dalam menjamin tata tertib pelayanan
kesehatan untuk kepentingan terbaik bagi masyarakat.

10. antisipatif dan proaktif;

Sistem Kesehatan Nasional Page 25


Perkemas
Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan
antisipasi atas perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada
pengalaman masa lalu atau pengalaman yang terjadi di negara lain.
Dengan mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku pembangunan
kesehatan perlu lebih proaktif terhadap perubahan lingkungan strategis
baik yang bersifat internal maupun eksternal.

11. gender dan nondiskriminatif; dan


Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan dan
program serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus responsif
gender. Kesetaraan gender dalam pembangunan kesehatan adalah
kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan kesehatan serta kesamaan
dalam memperoleh manfaat pembangunan kesehatan.
Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-
laki dan perempuan dalam pembangunan kesehatan. Setiap pengelolaan
dan pelaksanaan SKN tidak membedakan perlakuan terhadap
perempuan dan laki-laki.

12. kearifan lokal.


Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan
menggunakan potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan
hasil guna dan daya guna pembangunan kesehatan, yang dapat diukur
secara kuantitatif dari meningkatnya peran serta masyarakat dan secara
kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup jasmani dan rohani. Dengan
demikian kebijakan pembangunan daerah di bidang kesehatan harus
sejalan dengan SKN, walaupun dalam praktiknya, dapat disesuaikan
dengan potensi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat di daerah
terutama dalam penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi rakyat
(Peraturan Presiden Republik Indonesia, 2012) .

Sistem Kesehatan Nasional Page 26


Perkemas
E. Dasar Hukum Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional terus menerus mengalami perubahan sesuai
dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. Seperti yang telah kami
jelaskan pada latar belakang di atas bahwa SKN ditetapkan pertama kali
pada tahun 1982. Lalu pada tahun 2004 terdapat SKN 2004 sebagai
pengganti SKN 1982. SKN 2004 ini kemudian diganti dengan SKN 2009
hingga akhirnya SKN 2009 ini dimutakhirkan menjadi SKN 2012.
Penyusunan SKN tersebut mengacu pada dasar-dasar hukum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain:
1. SKN 1982
Dasar hukum SKN Tahun 1982 adalah KEPMENKES Nomor
99a/MENKES/SK/III/1982 tentang Berlakunya SKN.
2. SKN 2004
Dasar hukum SKN Tahun 2004 adalah KEPMENKES Nomor
131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional
3. SKN 2009
Dasar hukum SKN Tahun 2009 adalah KEPMENKES RI Nomor
374/MENKES/SK/V/2009, serta UU 36 tahun 2009 Pasal 167 (4)
tentang Kesehatan.
4. SKN 2012
Dasar hukum SKN Tahun 2012 adalah PERPRES Nomor 72 Tahun
2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun
2005-2025 merupakan arah pembangunan kesehatan yang
berkesinambungan.
6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan ( RPJP-K)
2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun
2005-2025 dan SKN merupakan dokumen kebijakan pembangunan
kesehatan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional Page 27


Perkemas

F. Elemen SKN
Berdasarkan pengertian bahwa System is interconnected parts or
elements in certain pattern of work, maka di sistem kesehatan ada dua hal
yang perlu diperhatikan, yakni: (1) elemen, komponen atau bagian
pembentuk sistem yang berupa aktor-aktor pelaku; dan
(2) interconnection berupa fungsi dalam sistem yang saling terkait dan
dimiliki oleh elemen-elemen sistem. Secara universal fungsi di
dalam Sistem Kesehatan berdasarkan berbagai referensi dapat dibagi
menjadi (Syafrudin, 2015):
1. Pelayanan kesehatan
2. Pembiayaan kesehatan
3. Pengembangan sumberdaya
Sistem kesehatan Nasional di Indonesia tersusun atas beberapa
komponen atau subsistem, diantaranya (Syafrudin, 2015) :
1. Subsistem Upaya Kesehatan: yaitu langkah-langkah kesehatan yang
ditempuh untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan langkah promotif (promosi),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif
(pemulihan). Dalam prosesnya, subsistem upaya kesehatan
mengintegrasikan 2 hal: Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), yang menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, terjangkau, bermutu dan berjenjang; mengikuti prinsip
profesional, ekonomis, sesuai moral dan etika bangsa; dan didasarkan
atas perkembangan mutakhir iptek kedokteran dan kesehatan. Subsistem
upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk penyelenggaraan subsistem
tersebut diperlukan berbagai upaya dengan menghimpun seluruh potensi
bangsa Indonesia. Upaya kesehatan tersebut dilaksanakan melalui
berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Berbagai upaya tersebut
memerlukan dukungan penelitian dan pengembangan kesehatan,
pembiayaan, sumber daya manusia kesehatan, ketersediaan sediaan

Sistem Kesehatan Nasional Page 28


Perkemas
farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat

2. Pembiayaan Kesehatan: pendanaan merupakan hal yang sangat vital


dan elemen konstitutif dalam keberlangsungan sebuah system.
Pembiayaan kesehatan saat ini lebi banyak dikeluarkan dari uang
pribadi, dimana 75-80% pembiayaan kesehatan berasal dari uang
pribadi. Minimnya Anggaran pemerintah dalam sektor kesehatan
menjadi faktor penentunya. Terlebih lagi, cakupan asuransi masih
sangat terbatas, hanya sekitar sepertiga penduduk yang dilindungi oleh
asuransi kesehatan formal. Meskipun demikian, mereka yang
mendapatkan asuransi pun masih harus mengeluarkan sejumlah dana
pribadi untuk sebagian pelayanan kesehatan, sehingga masyarakat
miskin jadi kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang dibiayai
pemerintah. Akibatnya, sebanyak 20 persen penduduk termiskin di
negara ini menerima kurang dari 10 persen dari total subsidi kesehatan
pemerintah sementara 20 persen penduduk terkaya menikmati lebih
dari 40 persen, sangat ironis. Subsistem pembiayaan kesehatan adalah
bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya penggalian,
pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tersedianya
pembiayaan yang memadai juga akan menunjang terselenggaranya
subsistem SDM kesehatan, subsistem perbekalan kesehatan, subsistem
pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen kesehatan. Tujuan
dari penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan adalah
tersedianya pembiayaan kesehatan dalam jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, merata dan termanfaatkan secara berhasilguna
dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
3. Sumberdaya Manusia Kesehatan: sumber daya manusia atau
suprastruktur dari sebuah system merupakan actor yang bermain dalam
Sistem Kesehatan Nasional Page 29
Perkemas
pelaksanaan system tersebut, kualitas sebuah system kesehatan
ditentukan oleh kualitas kinerja SDMnya. Selain kualitas, distribusi
tenaga kesehatan juga menjadi isu hangat permasalahan kesehatan
Indonesia. Tenaga kesehatan lebih terkonsentrasi pada kota-kota besar,
sementara di pelosok-pelosok negeri ini masih banyak yang
kekurangan tenaga kesehatan. Wajib PTT bagi lulusan baru merupakan
sebuah langkah jitu dalam pengadaan kesehatan di daerah-daerah
terpencil. Subsistem SM kesehatan diselenggarakan gunamenghasilkan
tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah yang mencukupi,
terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan sesuai
dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan & makanan Minuman: termasuk
didalamnya berbagai infrastruktur yang diperlukan dalam
penyelenggaraan kesehatan. Pemerataan distribusi fasilitas kesehatan
public ke daerah-daerah masih menjadi wacana besar yang harus
diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Pemerintah perlu bekerjasama
denga pihak swasta dalam sektor pengadaan fasilitas kesehatan ini,
sebagai contoh, lebih dari setengah rumah sakit merupakan rumah sakit
swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan kesehatan
diberikan oleh pihak swasta. Pengadaan obat dari industri farmasi juga
perlu diregulasi, agar masyarakat kecil juga dapat menikmati obat-
obatan dengan kualitas baik dan harga terjangkau. Subsistem obat dan
pembealan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
ketersediaan obat dan pembekalan kesehatan yang mencakupi, aman,
bermutu, dan bermanfaat serta terjangkau oleh masyarakat, sehingga
upaya kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan
berdaya guna
5. Manajemen & Informasi Kesehatan: pengelolaan sektor kesehatan
merupakan hal yang cukup esensial dalam system kesehatan.
Kemudahan mendapatkan akses informasi kesehatan juga harus menjadi
target system, karena dengan mudahnya akses informasi, masyarakat
akan semakin mandiri dan promosi kesehatan menjadi semakin mudah.
Sistem Kesehatan Nasional Page 30
Perkemas
Kebijakan desentralisasi membuat pola pengeluaran kesehatan menjadi
lebih responsif terhadap kondisi lokal dan keragaman pola penyakit,
akan tetapi hal ini juga berdampak pada hilangnya skala ekonomis,
meningkatnya ketimpangan pembiayaan kesehatan secara regional dan
berkurangnya informasi kesehatan yang penting.
6. Pemberdayaan Masyarakat: keterlibatan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan menjadi salah satu faktor kunci suksesnya
system kesehatan. melalui pembentukan kader kesehatan di desa-desa
dan penyuluhan rutin ke masyarakat merupakan upaya strategis yang
dapat dilakukan Subsistem perberdayaan masyarakat diselenggarakan
guna menghasilkan individu, kelompok, dan masyarakat, umum yang
mampu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan(Syafrudin, 2015).

G. Strategi dan Tujuan SKN


Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan
adalah (Notoatmodjo, 2007):
1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara
lain Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian
penyakit dan berbagai indikator lainnya.
2. Meningkatkan respon penanganan terhadap masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan
diharapkan memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan
kesehatan bagi yang membutuhkan.
Pembangunan kesehatan adalah bagian intergral dari pembangunan
nasional. Kosep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan,
yaiutu yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak
positif maupun negatif setiap kegiatan terhadap kesehatan masyarakat.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas
kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit di samping
penye penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional Page 31


Perkemas
Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan ditengah beban dan
permasalahan kesehatan yang semakin pelik, dibutuhkan strategi jitu untuk
menghadapinya. Maka strategi pembangunan kesehatan yang akan
ditempuh contoh Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan,
Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah, Pemberdayaa Sumber Daya
Kesehatan Manusia (Adisasmoto, 2014).
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh
semua komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta
secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Peraturan Presiden
Republik Indonesia, 2012) .
Sistem kesehatan nasional diupayakan agar mampu menyesuaikan
dengan perkembangan dan dinamika pembangunan kesehatan yang
dihadapi dalam penyelenggaraannya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Bila terjadi perubahan paradigma dan lingkungan
strategis. Sistem kesehatan nasional dapat disesuaikan dan disempurnakan
dengan kondisi dan situasi yang berkembang. (SKN 2012, Haspara, 2011).

H. Manfaat Sistem Kesehatan Nasional


Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009
dengan berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat
dipergunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan kesehatan baik oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan
hukum, badan usaha, dan lembaga swasta.

Tersusunnya SKN ini mempertegas makna pembangunan kesehatan


dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan
pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-
K), memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif,
melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,

Sistem Kesehatan Nasional Page 32


Perkemas
meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan
nasional.

SKN ini merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan sebagai


acuan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan ( Perpres 72, 2012)

I. Peran Perawat Dalam SKN


1. Perawat profesional
Secara sederhana yang dimaksud dengan perawat profesional
(professional nurse) adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
formal profesi keperawatan. Sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan,
tugas dan tanggungjawab utama seorang perawat profesional adalah
menyelenggarakan pelayanan keperawatan (nursing services).
Pengertian pelayanan keperawatan mencakup bidang yang amat luas
sekali. Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
membantu orang sakit maupun sehat, dari sejak lahir sampai meninggal
dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan
yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara
optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan
bantuan dan/ataupun tergantung pada orang lain (Henderson, 1980).

Berbeda halnya dengan seorang dokter yang pada waktu


menyelenggarakan pelayanan kedokteran lebih menitikberatkan
perhatiannya pada penyembuhan penyakit, maka perhatian utama seorang
perawat profesional pada waktu menyelenggarakan pelayanan keperawatan
adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Untuk ini dipelajarilah pelbagai faktor yang melatarbelakangi dan/atau


yang menjadi penyebab utama tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
tersebut, untuk kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan pelbagai upaya
untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dimaksud, yakni dengan
memanfaatkan pelbagai sumber yang tersedia (Konsorsium Ilmu-Ilmu
Kesehatan, DEPDIKBUD RI, 1991).
Sistem Kesehatan Nasional Page 33
Perkemas

Ruang lingkup kebutuhan dasar manusia yang menjadi subjek dan objek
kajian utama seorang perawat profesional menyangkut bidang yang amat
luas pula. Ruang lingkup yang dimaksud tidak hanya yang menyangkut
kebutuhan dasar biologik manusia saja, tetapi juga kebutuhan dasar
psikologis, sosial serta spiritual manusia, baik dalam keadaan sehat dan
terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit.

Apabila pelayanan keperawatan dapat diselenggarakan dengan baik,


dalam arti dapat dikenali serta dipenuhi semua kebutuhan dasar manusia,
baik dalam keadaan sehat dan terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit, akan
banyak manfaat yang akan diperoleh. Bagi orang sakit akan mempercepat
kemandirian dan kesembuhan penyakit, sedangkan bagi orang sehat akan
lebih meningkatkan derajat kesehatan dan bahkan kesejahteraan hidup
secara keseluruhan.

2. Peran Perawat Profesional dalam SKN


Dari uraian tentang perawat profesional serta sistem kesehatan
sebagaimana dikemukakan diatas, jelaslah peran perawat profesional dalam
sistem kesehatan tidak lain adalah berupaya mewujudkan sistem kesehatan
yang baik, sedemikian rupa sehingga di satu pihak penyelenggaraan
pelayanan kesehatan (health services) sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat, serta di pihak
lain biaya pelayanan kesehatan (health cost) sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat (ability to pay).

Untuk dapat terselenggaranya sistem kesehatan yang baik, yang


perawat profesional serta pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari
kunci pokoknya, semua elemen peran perawat profesional, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper (1982), yakni
a. pemberiasuhan keperawatan,
b. advokat,
c. konselor,
Sistem Kesehatan Nasional Page 34
Perkemas
d. pendidik,
e. koordinator,
b. kolaborator,
c. konsultan,
d. pembawa perubahan,
harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja aplikasinya
tidak terbatas hanya pada waktu berhadapan dengan klien dikamar praktek
saja (sehat atau sakit), tetapi yang terpenting lagi adalah pada waktu
menyelenggarakan sub-sistem pelayanan kesehatan serta sub-sistem
pembiayaan kesehatan secara keseluruhan.

Untuk terselenggaranya sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik,


kedelapan elemen peran perawat profesional sebagaimana dikemukakan
diatas, harus dapat diarahkan sedemikian rupa sehingga pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah pelayanan
keperawatan, dapat memenuhi kedelapan syarat sub-sistem pelayanan
kesehatan yang baik, yakni tersedia (available), menyeluruh
(comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (countinue),
wajar (appropriate), dapat diterima (acceptable), tercapai (accesible), serta
bermutu (quality). Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih
rendahnya peran perawat tersebut. Beberapa diantaranya yang dipandang
penting adalah:
a. Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi
keperawatan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika
Florence Nightingale untuk pertama kali memperkenalkan teori
keperawatan yang menekankan pentingnya faktor lingkungan. Dalam
keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem
kesehatan tampak belum menonjol.

b. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan


profesional. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran
perawat dalam sistem kesehatan tampak belum optimal

Sistem Kesehatan Nasional Page 35


Perkemas
c. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan
keperawatan profesional. Karena sampai saat ini harus diakui,
kejelasan pelayanan keperawatan memang belum dimiliki. Tidak
hanya yang menyangkut bentuk praktek keperawatan, tetapi juga
kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak mengherankan
jika sampai saat ini, peran perawat profesional dalam sistem
kesehatan tampak belum begitu berarti.

J. Permasalahan Pembangunan Kesehatan


Beberapa permasalahan yang terkait erat dengan pembangunan
kesehatan di Indonesia (Adisasmoto, 2014):
1. Disparitas status kesehatan
Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat,
akan tetapi disparitas status kesehatan antartingkat sosial ekonomi,
antarkawasan dan antarperkotaan-perdesaan masih cukup tinggi. Angka
kematian bayi dan angkata kematian balita pada golonga termiskin hampir
empat lebih tinggi dari pada golongan terkaya. Selain itu, angka kematian
bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi did aerah perdesaan,
dikawasan timur Indonesia, serta penduduk dengan tingkat pendidikan
rendah. Menurut estimasi SUAS 1995, angka kematian bayi perprovinsi
sangat bervariasi. Angka kematian bayi terendah sebesar 19 bayu per 1000
kelahiran di DI Yogyakarta dan tertinggi 74 di Sulawesi Barat (Kemenkes,
2011). Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di
daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan cakupan imunisasi pada
golongan miskin lebih rendah dibandingkan dengan golongan kaya.

2. Beban ganda penyakit


Di Indoensia telah terjadi transisi epidemiologi sehingga di Indonesia
menghadapi bebdan ganda waktu bersamaan (double burdens) yang
ditandai dengan adanya penyakit infeksi menular yang diderita oleh
masyarakat. Namun, pada waktu bersamaan terjadi peningkatan penyakit
yang tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta
Sistem Kesehatan Nasional Page 36
Perkemas
diabetes mellitus dan kanker. Selain itu Indonesia juga menghadapi
emerging disease seperti demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS,
chikungunya, Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS). Terjadinya
beban ganda yang disertai dengan meningkatnua penduduk usia produktif
dan usia lanjut akan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa datang.

3. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah


Kinerja pelayanan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti proporsi
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang
mendapatkan imunisasi campak dan proporsi penemuan kasus (Case
Detection Rate) tuberculosis paru. Pada tahun 2011, cangkupan persalinan
oleh tenaga kesehatan baru mencapai 86,38%. Cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan tertinggi di Bali sebesar 97,46% dan terendah di Papua
53,42%. Pada tahun 2011, cakupan imuniasai campak mencapai 93,65%
dengan cangkupan tertinggi sebesar 100% di DKI Jakarta, Sulawesi
Selatan, dan Bengkulu sedangkan cakupan terendah sebesar 69,90% di
Papua. Sedangkan proporsi penemuan kasus penderita tuberculosis paru
pada tahun 2011 baru mencapai 194.780 kasus (Kemenkes, 2011).

4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan


sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor
penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku
masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat dari kebiasan merokok,
rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi
kurang dan gizi lebih pada anak balita,serta kecenderungan meningkatnya
jumlah penderita HIV/AIDS, penderita penyalahgunaan narkotka,
psikotropika, zat adiktif (NAPZA) dan kematian akibat kecelakaan.
Pada tahun 2011, persentase bayi usia 0-6bulan yang memperoleh ASI
eksklusif mencapai 61,5%. Persentase gizi kurang ada anak ballita 17,9%
Sistem Kesehatan Nasional Page 37
Perkemas
(2011) sementara gizi-lebih mencapai 5,8%. Jumlah kasus HIV/AIDS baru
pada tahun 2011 sebanyak 4.162 kasus dngan 29.879 kasus kumulatif
(Kemenkes, 2011). Kecelakaan termasuk sepuluh besar penyebab ke-8
pada tahun 1995 dan meningkat menjadi penyebab ke-6 pada tahun 2001
(RPJMN, 2005)

5. Rendahnya Kondisi Kesehatan lingkungan


Salah satu faktor entig lainnya yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat adalah kondisi llingkungan yang tercermin antara
lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada
tahun 2011, persentase rumah tangga terhada sanitasi dasar baru mencapai
52%. Kesehatan Lingkungan yang merupakan kegiatan lintas sektor belum
dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan (Kemenkes, 2011).

6. Rendahnya kualitas,pemerataan dan keterjangkauan pelayanan


kesehatan
Rata-rata setiap 100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 3,5
puskesmas. Selain jumlahnya yang kurang, kualitas, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan di puskesmas masih menjadi kendala.
Terdapat 1.215 Rumah Sakit (RS) yang terdiri dari 953 rumah sakit umum
(RSU) dan 262 rumah sakit khusus(Kemenkes, 2004). Jumlah seluruh
tempat tidur (TT) di RS sebanyak 127.217 TT atau rata-rata 61 TT
melayani 100.000 penduduk. Walaupun RS terdapat di hampir semua
kabupaten/kota namun kualitas pelayanan sebagian besar RS pada
umumnya masih dibawah standar. Pelayanan kesehatan rujukan belum
optimal dan belum memenuhi harapan rumah sakit. Masyarakat merasa
kurang puas dengan mutu pelayanan, kesulita administrasi dan lamaya
waktu tunggu. Perlindungan masyarakat di bidang obat dan makanan masih
rendah. Dalam era perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat
semakin rentasn akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan
makanan yang tidak memenuhi pesyaratan mutu dan keamanan (RPJMN,
2005).
Sistem Kesehatan Nasional Page 38
Perkemas

7. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata


Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga
kesehatan yang diperlukan. Diperkirakan per 100.000 penduduk baru dapat
dilayani oleh 7,9 dokter umum, 2,0 dokter gigi, 2,86 dokter spesialis, dan
25,91 bidan. Untuk tenaga kesehatan masyarakat per 100.00 penduduk baru
dilayani oleh 1,27 sarjana Kesehatan Masyarakat, 3.42 apoteker, 3,22 ahli
gizi, dan 1,39 tenaga sanitasi. Banyak puskesmas belum memliki dokter
dan tenaga kesehatan masyarakat. Keterbatasan ini diperburuk oleh
distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata. Misalnya lebih dari dua er
tiga dokter spesialis berada di Jawa dan Bali. Dipsaritas rasio dokter umum
per 100.000 penduduk antar wilayah juga masih tinggi dan berkisar dari 2,3
di Lampung hingga 28 di DIY (Notoatmodjo, 2007).

8. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin


Di tingkat bawah, angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah
61 dibandingkan dengan 17 per 1000 kelahiran hidup pada kelompok
terkaya. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada
bayi dan anak balita seperti ISPA, diare, tetanus neonaturum, dan penyakit
kelahiran lebih sering terjadi pada penduudk miskin adalah penakit
tuberculosis paru, malaria, dan HIV/AIDS. Rendahnya status kesehatan
penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap
pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost
barrier).

Datas SDKI 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar (48,7%) masalah


untuk mendapatkan pelayanan kesehatan adalah kaena kendala biaya, jarak
dan transportasi. Utilisasi rumah sakit masih didominasioleh golongan
mampu sedangkan masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan
hanya di puskesmas. Dalam RPJMN (2005) diketahui bawha tenaga
kesehatan yang menyebar pada penduduk miskin hanya 39,1% dibanding

Sistem Kesehatan Nasional Page 39


Perkemas
82,3% pada penduudk kaya. Dari data tersebut ternyata penduduk miskin
belum terjangkau oleh sistem jaminna/asuransi kesehatan.

PrograM, pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan beberapa


dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup
signifikasnn walupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang
teta memengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan, oleh karena itu,
tetap diperlukan adaya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi
ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan
antargolongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan
dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

K. Kedudukan SKN
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Ketahanan Nasional. SKN bersama
dengan berbagai sistem nasional lainnya diarahkan untuk mencapai tujuan
bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Dalam kaitan ini, undang-undang yang berkaitan
dengan kesehatan merupakan kebijakan strategis dalam pembangunan
kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
2. Kedudukan KSN dalam Sistem Nasional Lainnya
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak
hanya menjadi tanggung jawab sektor/urusan kesehatan, melainkan juga
tanggung jawab berbagai sektor/urusan terkait. Dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, SKN perlu menjadi acuan bagi sektor/urusan lain.
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, SKN dapat bersinergi
secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya, seperti: Sistem
Sistem Kesehatan Nasional Page 40
Perkemas
Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan
Pangan Nasional, Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional
(Hankamnas), dan sistem nasional lainnya. Pelaksanaan pembangunan
nasional harus berwawasan kesehatan dengan mengikutsertakan seluruh
sektor/urusan terkait kesehatan sejak awal perencanaan agar dampak
pembangunan yang dilakukan tidak merugikan derajat kesehatan
masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.

3. Kedudukan SKN Terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan


di Daerah
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan
sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam
berbagai sistem kemasyarakatan. Di lain pihak, sebagai sistem
kemasyarakatan yang ada, termasuk potensi swasta berperan aktif sebagai
mitra dalam pembangunan kesehatan yang dilaksanakan sesuai SKN.
Dalam kaitan ini SKN dipergunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif
swasta. Dalam kaitan ini potensi swasta merupakan bagian integral dari
SKN. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan perlu digalang
kemitraan yang setara, terbuka, dan saling menguntungkan dengan berbagai
potensi swasta. Sistem Kesehatan Nasional dapat mewarnai potensi swasta,
sehingga sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang berwawasan
kesehatan.

L. Subsistem SKN
Pendekatan pengelolaan kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya
di masa depan adalah kombinasi dari pendekatan sistem, kontingensi, dan
sinergi yang dinamis. Mengacu pada perkembangan komponen pengelolaan
kesehatan dewasa ini serta pendekatan pengelolaan kesehatan tersebut di
atas, maka subsistem SKN dikelompokkan sebagai berikut:
1. subsistem upaya kesehatan;
Sistem Kesehatan Nasional Page 41
Perkemas
2. subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan;
3. subsistem pembiayaan kesehatan;
4. subsistem sumber daya manusia kesehatan;
5. subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
6. subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;
7. subsistem pemberdayaan masyarakat.

(1) Subsistem Upaya Kesehatan


Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar
dan/atau data kesehatan yang berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan
penelitian dan pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh
potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengelolaan
penelitian dan pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan
pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik, teknologi intervensi kesehatan
masyarakat, dan humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Penelitian dan pengembangan kesehatan dikoordinasikan
penyelenggaraannya oleh Pemerintah.

(2) Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar
dan/atau data kesehatan yang berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan
penelitian dan pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh
potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengelolaan
penelitian dan pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan
pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik, teknologi intervensi kesehatan
masyarakat, dan humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Penelitian dan pengembangan kesehatan dikoordinasikan
penyelenggaraannya oleh Pemerintah.

(3) Subsistem Pembiayaan Kesehatan

Sistem Kesehatan Nasional Page 42


Perkemas
Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu
sendiri. Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan
berkesinambungan memegang peran yang vital untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
kesehatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang
publik (public good) yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan
untuk pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat privat,
kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi
tanggung jawab pemerintah. Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan
diselenggarakan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan dengan
mekanisme asuransi sosial yang pada waktunya diharapkan akan mencapai
universal health coverage sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

(4) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan


Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta
terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga kesehatan, sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang
dimiliki terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan
dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga
kesehatan lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan.
SKN memberikan fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan guna menjamin ketersediaan,
pendistribusian, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan.
Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan
meliputi perencanaan kebutuhan dan program sumber daya manusia yang
diperlukan, pengadaan yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan
pelatihan sumber daya manusia kesehatan, pendayagunaan sumber daya
Sistem Kesehatan Nasional Page 43
Perkemas
manusia kesehatan, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan
pembinaan serta pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan.

(5) Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan


Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek
keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan
yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta
upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber
daya dalam negeri.

(6) Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan


Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen
kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi,
regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN agar
efektif, efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut.
Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi
pengadaan data, informasi, dan teknologi komunikasi untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan, pengembangan sumber daya manusia,
dan kegiatan lainnya, yang kegiatannya dapat dikelompokkan, antara lain:
pengelolaan sistem informasi;pelaksanaan sistem informasi; dukungan
sumber daya; dan pengembangan dan peningkatan sistem informasi
kesehatan.

(7) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan
semata-mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga
sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan.
Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar
Sistem Kesehatan Nasional Page 44
Perkemas
masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai
pelaku pembangunan kesehatan. Dalam pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat meliputi pula upaya peningkatan lingkungan sehat
oleh masyarakat sendiri dan upaya peningkatan kepedulian sosial dan
lingkungan sekitar. Upaya pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat akan berhasil pada hakekatnya apabila kebutuhan dasar
masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan masyarakat dan upaya
kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari pembangunan kesehatan.

M. Tata Hubungan Antar Subsistem dan Lingkungannya


Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antar unsur-unsur SKN
sebagai suatu tata hubungan yang efektif. Keterkaitan tersebut dijabarkan
berikut ini:
1. Subsistem upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk penyelenggaraan
subsistem tersebut diperlukan berbagai upaya dengan menghimpun
seluruh potensi bangsa Indonesia. Upaya kesehatan tersebut
dilaksanakan melalui berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan.
Berbagai upaya tersebut memerlukan dukungan penelitian dan
pengembangan kesehatan, pembiayaan, sumber daya manusia
kesehatan, ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan, serta pemberdayaan
masyarakat.

2. Subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan diselenggarakan


untuk memberikan data dan informasi di bidang kesehatan yang
berbasis bukti. Tersedianya data dan informasi di bidang kesehatan yang
berdasarkan hasil penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan
produk teknologi kesehatan akan dijadikan dasar perumusan strategi,
kebijakan, dan program upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumber daya manusia kesehatan, ketersediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan,
serta pemberdayaan masyarakat.
Sistem Kesehatan Nasional Page 45
Perkemas

3. Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan


ketersediaan pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk terselenggaranya upaya kesehatan secara merata,
terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat. Tersedianya
pembiayaan yang memadai juga akan menunjang terselenggaranya
subsistem upaya kesehatan, subsistem penelitian dan pengembangan
kesehatan, subsistem sumber daya manusia kesehatan, subsistem
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, subsistem manajemen,
informasi, dan regulasi kesehatan, serta subsistem pemberdayaan
masyarakat.

4. Subsistem sumber daya manusia kesehatan diselenggarakan guna


menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah dan jenis
yang mencukupi, terdistribusi secara adil, dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna serta dikembangkan, sehingga upaya
kesehatan dapat diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan seluruh
lapisan masyarakat. Tersedianya tenaga kesehatan yang mencukupi dan
berkualitas juga akan menunjang terselenggaranya subsistem upaya
kesehatan, subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan,
subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan, subsistem manajemen, informasi, dan regulasi
kesehatan, serta subsistem pemberdayaan masyarakat.

5. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan


diselenggarakan guna menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu
semua produk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
beredar; menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial, perlindungan masyarakat dari penggunaan yang
salah dan penyalahgunaan obat, dan penggunaan obat yang rasional,
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
Sistem Kesehatan Nasional Page 46
Perkemas
makanan saling terkait dengan subsistem upaya kesehatan, subsistem
penelitian dan pengembangan kesehatan, subsistem pembiayaan
kesehatan, subsistem sumber daya manusia kesehatan, subsistem
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan, serta subsistem
pemberdayaan masyarakat, sehingga pengelolaan kesehatan dapat
diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.

6. Subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan


diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang
memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan
secara berhasil guna dan berdaya guna. Dengan manajemen kesehatan
yang berhasil guna dan berdaya guna dapat diselenggarakan subsistem
upaya kesehatan, subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan,
subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem sumber daya manusia
kesehatan, subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
serta subsistem pemberdayaan masyarakat, sebagai suatu kesatuan yang
terpadu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

7. Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna


menghasilkan individu, kelompok, dan masyarakat umum yang mampu
berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Masyarakat
yang berdaya akan berperan aktif dalam penyelenggaraan subsistem
upaya kesehatan, subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan,
subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem sumber daya manusia
kesehatan, subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
serta subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan.

N. Hubungan Sistem Kesehatan Daerah Terhadap SKN


Sistem Kesehatan Daerah (SKD) disuusn untuk menyesuaikan sistem
kesehatan di daerah dengan berbagai perubahan dan tantangan eksternal
dan internal sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penyelenggraan
Sistem Kesehatan Nasional Page 47
Perkemas
kesehatan di daerah sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan
nasional. Menurud Wiludjeng (2006), Sistem Kesehatan Daerah adalah
suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat,
dan sektor swasta di daerah secara terpadu dan saling mendukung gia
menjamin tercapainya derajat kesehatan yang steinggi-tiggiya (Adisasmoto,
2014).
Seiring berkembangnya era otonomi di daerah maka perlu
dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) yang merupakan bagian
dari integral dari sistem kesehatan. SKD menguraikan secara spesifik
unsur-unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat da manajemen kesehatan sesuai dengan potensi da kodsi
daerah. SKD merupakan acuan bagi berbagai pihakk dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan did aerah (Adisasmoto, 2014).
SKN sebagai wujud penyelenggaraan kesehatan nasional yang terdiri
dari keseluruhan Sistem Kesehatan Provinsi (SKP) dan masing-masing
SKP terdiri dari berbagai Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota (SKK) dalam
wilayah provinsi. Oleh karena itu, SKN merupakan suprasistem dari SKD
atau sebagai bagian integral dari SKN. SKD menguraikan subsistem dalam
SKN secara spesifik dsesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKN yang
ada merupakan fasilitator bagi pengembangan SKD dengan mengacu pada
SK dan mempertimbangkan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik
daerah. Dalam penyusunan SKD tersebut perlu memperhatikan komitmen
dilaksanakannya Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan dan juga
komitmen global dalam pembangunan kesehatan, seperti pecaaian
Milenium Development Goals, Macro-economic dan Health, Sustainable
Development, Provrty Reduction Strategic Paper, dan A Wolrd Fit for
Children (Adisasmoto, 2014).
Menurut Wiludjeng (2006) beberapa fungsi Sistem Kesehatan Daerah
dapat digunakan untuk:
1. Sebagai acuan bagi setiap individu maupun kelompok atau lembaga
yang terkait dengan ksehatan dalam penyelenggaraan kebijakan,
program maupun kegiatannya.

Sistem Kesehatan Nasional Page 48


Perkemas
2. SKD sebagai pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.
3. SKD merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai
sistem lainnya, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti perkembangan
4. Keberhaslan pelaksanaan SKD sangat tergantung pada semangat,
dedikasi, ketekunan, kerja keras, kemampuan da ketulusan para
penyelenggara demikian pula diperlukan komitmen dan kemauan dari
seluruh stakeholder dalam menyikap SKD.
SKD merupakan bukti secara tidak langsung adanya keinginan bangsa
Indonesia untuk mengganti pola sistem kesehatan nasional yang
sentralistik. Selama hampir tiga dasawarsa menikmasti sistem kesehatan
yang sentralistik, pembangunan baik secara fisik, ekonomi, dan sosial
diakui mengalami peningkatan. Namun hal itu sebenarya belum mampu
membuat pemerataan yang berkeadilan untuk semua kawasan. Di sisi lain
diakui setelah beberapa tahun sistem desentralisasi berjalan ternyata
permasalahan disparitas kesehatan masih terjadi baik dari aspek sosial
ekonomi, antar kawasan maupun antar perkotaan-pedesaa yang masih
tinggi. Upaya sistematis yang berorientasi desentralisasi harus dilakukan
guna fungsi-fungsi desentralisasi yang berkorelasi sistem kesehatan dapat
tersentuh oleh kebijakan yang ada did aerha. Dukungan sistem kesehatan
daerah yang bagus maka secara sinergis dan dilakukan oleh seluruh
pemerintah di daerah maka akan membentuk jaringan sistem kesehatan
nasional yang handal, terkendali, dan sesuai dengan sistem negara kesatuan
(Adisasmoto, 2014).

O. Kedudukan SKN Terhadap System Nasional Lain


Terwujudya keadaan sehat di pengaruhi oleh berbagai factor,yang tidak
hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan,melainkan juga tanggung
jawab sebagai sector lain yang terkait dan terwujud dalam berbagai bentuk
system nasional .Dengan demikian ,SKN harus berintraksi secara harmonis
dengan berbagai system nasional tersebut, seperti (Mubarak, 2014) :
1. Sistem pendidikan nasional.
2. Sistem Perekonomian nasional.
Sistem Kesehatan Nasional Page 49
Perkemas
3. Sistem Ketahanan Pangan Nasional, Dan
4. Sistem-sistem nasional lainnya.
Dalam keterkaitan dan interaksinya,SKN harus dapat mendorong
kebijakan dan upaya dari berbagai sistem nasional sehingga berwawasan
kesehatan. Dalam arti system-sistem nasional tersebut berkontribusi positif
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Mubarak, 2014).
Terdapat 3 landasan dari SKN, yaitu:
1. Ladasan idiil
Pancasila merupakan landasan idiil dari pelaksanaan SKN di Indonesia
2. Landasan konstitusional
Landasan konstitusional adalah UUD 1945, terutama pasal 28A, pasal
28B (ayat1), pasal 28H (ayat 1 dan 3), serta pasal 34 (ayat 2 dan 3)
3. Landasan operasional
Landasan operasional meliputi UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
dan ketentuan peraturan perundang undangan yang lainnya yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Mengingat pentingnya Sistem Kesehatan Nasional dalam mendukung
peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, maka SKN yang pada
tahun 2009 ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam bentuk
KEPMENKES telah berubah menjadi PERPRES yang ditetapkan oleh
Presiden pada tahun 2012. Diharapkan dengan hal tersebut, program SKN
menjadi tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia dan dengan demikian,
kedudukan SKN menjadi sejajar dengan Sistem Ketahanan Nasional yang
lain antara lain Sistem Pendidikan Nasional, Sistem Ketahanan Pangan
Nasional dan sistem-sistem lainnya.

P. Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia


Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan
yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar
dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya
tertuju pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih
Sistem Kesehatan Nasional Page 50
Perkemas
penting adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya
puskesmas atau balkesmas saja, tetapi juga bentukbentuk kegiatan lain,
baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada
peningkatan kesehatan (Setyawan, 2015).
Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan,
yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami
ganggunan kesehatan atau kecelakaan.
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health
care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan
lebih lanjut atau rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah
sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan Rumah sakit kelas
A.
Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap
kesehatan banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara umum dapat dibedakan 9
(sembilan) syarat penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik, yakni
tersedia (available), menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan
(countinues), terpadu (integrated), wajar (appropiate), dapat diterima
(acceptable), bermutu (quality), tercapai (accessible) serta terjangkau
(affordable) (Setyawan, 2015).
Dampak krisis ekonomi di Indonesia sampai saat ini meluas ke seluruh
bidang kehidupan, termasuk bidang pelayanan kesehatan. Dilema yang
dihadapi pelayanan kesehatan, disatu pihak pelayanan kesehatan harus
menjalankan misi sosial, yakni merawat dan menolong yang sedang
menderita tanpa memandang sosial, ekonomi, agama dan sebagainya.
Namun dipihak lain pelayanan kesehatan harus bertahan secara ekonomi
dalam menghadapi badai krisis tersebut. Oleh sebab itu pelayanan
kesehatan harus melakukan reformasi, reorientasi dan revitalisasi.

Sistem Kesehatan Nasional Page 51


Perkemas
Reformasi kebijakan pembangunan kesehatan telah selesai dilakukan
sebagaimana telah tertuang dalam Visi, Misi, Strategi dan Paradigma baru
pembangunan kesehatan yang populer dengan sebutan Indonesia Sehat.
Reformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah memberi arah baru
pembangunan kesehatan di Indonesia. Jika diperhatikan kebijakan dan
sistem baru hasil reformasi tersebut tampak banyak perubahan yang akan
dilakukan, dua diantaranya yang terpenting adalah perubahan pada
subsistem upaya kesehatan dan perubahan pada subsistem pembiayaan
kesehatan (Setyawan, 2015).
Penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan
dalam subsistem pembiayaan kesehatan dilakukan untuk membiayai UKM
dan UKP penduduk miskin dengan mobilisasi dan dari masyarakat,
pemerintah dan public-private mix. Sedangkan untuk penduduk mampu,
pembiayaan kesehatan masyarakat terutama dari masyarakat itu sendiri
dengan mekanisme jaminan kesehatan baik wajib maupun sukarela
(Setyawan, 2015).

Q. Pembiayaan Kesehatan
1. Defiisi
Subsistem pembiayaan kesehatan adalah pengelolaan berbagai upaya
penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Mubarak &
Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2009).
2. Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan adalah
tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil, merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya
guna, tersalurkan sesuai peruntukannya untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
3. Unsur-Unsur subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari dana
a. dana;
Sistem Kesehatan Nasional Page 52
Perkemas
Dana digali dari sumber Pemerintah, Pemerintah Daerah
baik dari sektor kesehatan dan sektor lain terkait, dari masyarakat,
maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat
dipertanggungjawabkan serta dipertanggunggugatkan.
b. sumber daya; dan
Sumber daya dari subsistem pembiayaan kesehatan,
meliputi: sumber daya manusia pengelola, sarana, standar, regulasi,
dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya
guna dalam upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan
dana kesehatan untuk mendukung terselenggaranya pembangunan
kesehatan.
c. pengelolaan dana kesehatan.
Prosedur/mekanisme pengelolaan dana kesehatan adalah
seperangkat aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan
oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah secara lintas sektor, swasta,
maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian,
pengalokasian, pembelanjaan dana kesehatan, dan mekanisme
pertanggungjawabannya.
4. Prinsip-prinsip subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari:
a. kecukupan;
Pembiayaan kesehatan pada dasarnya merupakan tanggung jawab
bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan swasta.
Alokasi dana yang berasal dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah
untuk pengelolaan kesehatan dilakukan melalui penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja, baik pusat maupun daerah, terus
diupayakan peningkatan dan kecukupannya sesuai kebutuhan
menuju besaran persentase sebagaimana ditentukan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pembiayaan kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu
merupakan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Sistem Kesehatan Nasional Page 53
Perkemas
Dana kesehatan diperoleh dari berbagai sumber, baik dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, maupun swasta yang
harus digali dan dikumpulkan serta terus ditingkatkan untuk
menjamin kecukupan agar jumlahnya dapat sesuai dengan
kebutuhan, dikelola secara adil, transparan, akuntabel, berhasil
guna dan berdaya guna, tersalurkan secara tepat memperhatikan
subsidiaritas dan fleksibilitas, berkelanjutan, serta menjamin
terpenuhinya ekuitas.
b. efektif dan efisien; dan
Dalam menjamin efektifitas dan efisiensi penggunaan dana
kesehatan, maka pembelanjaannya dilakukan melalui kesesuaian
antara perencanaan pembiayaan kesehatan, penguatan kapasitas
manajemen perencanaan anggaran dan kompetensi pemberi
pelayanan kesehatan. Sistem pembayaran pada fasilitas pelayanan
kesehatan perlu dikembangkan menuju bentuk pembayaran
prospektif.
c. adil dan transparan.
Dana kesehatan yang terhimpun baik dari Pemerintah,
Pemerintah Daerah, maupun masyarakat dimanfaatkan secara adil
dalam rangka menjamin terpeliharanya dan terlindunginya
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Dana
kesehatan digunakan secara bertanggung jawab dan bertanggung
gugat berdasarkan prinsip tata pemerintahan yang baik (good
governance), transparan, dan mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Penyelenggaraan
Subsistem pembiayaan kesehatan merupakan suatu proses yang terus
menerus dan terkendali, agar tersedia dana kesehatan yang mencukupi
dan berkesinambungan, bersumber dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah, swasta, masyarakat, dan sumber lainnya. Perencanaan dan
pengaturan pembiayaan kesehatan dilakukan melalui penggalian dan
pengumpulan berbagai sumber dana yang dapat menjamin
kesinambungan pembiayaan pembangunan kesehatan,
Sistem Kesehatan Nasional Page 54
Perkemas
mengalokasikannya secara rasional, serta menggunakannya secara
efisien dan efektif. Dalam hal pengaturan penggalian dan pengumpulan
serta pemanfaatan dana yang bersumber dari iuran wajib, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah harus melakukan sinkronisasi dan sinergisme
antara sumber dana dari iuran wajib, dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dana dari masyarakat, dan sumber lainnya.
Penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari:
a. penggalian dana;
Penggalian dana untuk pembangunan kesehatan yang bersumber
dari Pemerintah/Pemerintah Daerah dilakukan melalui pajak
umum, pajak khusus, bantuan atau pinjaman yang tidak mengikat,
serta berbagai sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dana yang bersumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan
prinsip kemitraan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat yang didukung dengan pemberian insentif. Penggalian
dana yang bersumber dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh
masyarakat sendiri atau dilakukan secara pasif dengan
memanfaatkan berbagai dana yang sudah terkumpul di masyarakat.
Penggalian dana untuk pelayanan kesehatan perorangan dilakukan
dengan cara penggalian dan pengumpulan dana masyarakat dan
didorong pada bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan.
b. pengalokasian dana; dan
Pengalokasian dana Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilakukan
melalui perencanaan anggaran dengan mengutamakan upaya
kesehatan prioritas secara bertahap dan terus ditingkatkan jumlah
pengalokasiannya sehingga sesuai dengan kebutuhan. Hal ini
termasuk program bantuan sosial dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan
tidak mampu (Program Jaminan Kesehatan Masyarakat).
Dana Pemerintah untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk
membiayai upaya kesehatan primer, sekunder, dan tersier dengan
Sistem Kesehatan Nasional Page 55
Perkemas
mengutamakan masyarakat rentan dan miskin, daerah terpencil,
perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak
diminati swasta, termasuk program-program kesehatan yang
mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Pengalokasian dana untuk pelayanan
kesehatan perorangan dilakukan melalui kepesertaan dalam
jaminan pemeliharaan kesehatan yang diatur oleh Pemerintah.
Pengalokasian dana yang dihimpun dari masyarakat dilaksanakan
berdasarkan asas gotong-royong sesuai dengan potensi dan
kebutuhannya.
c. pembelanjaan.
Pemanfaatan dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan
aspek teknis maupun alokatif sesuai peruntukannya secara efisien
dan efektif untuk terwujudnya pengelolaan pembiayaan kesehatan
yang transparan, akuntabel, serta menerapkan prinsip
penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance).
Pembelanjaan dana kesehatan diarahkan terutama melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan, baik yang bersifat wajib maupun sukarela
serta dalam upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan.
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan
kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua
sudut yaitu berdasarkan (Setyawan, 2015):
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider), adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan,
maka dilihat pengertian ini bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia
pelayanan adalah persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak
swasta, yakni pihak-pihak yang akan menyelenggarakan upaya
kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan kesehatan lebih

Sistem Kesehatan Nasional Page 56


Perkemas
menunjuk kepada seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh
biaya operasional (operational cost).
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer), adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal
ini biaya kesehatan menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan, namun dalam batas-batas tertentu pemerintah juga turut
serta, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Besarnya dana bagi
pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus
dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya
kesehatan.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan
memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari
pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan
pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan
pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi
kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting
kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya
kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan
efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai
(health care financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk
dapat memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan,
mengalokasikannya secara rasional serta menggunakannya secara efisien
dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan
pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and pro
poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal.
Pada aspek yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan
mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi. Pelayanan
kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik pada
negara maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang
berlebihan dari pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah
Sistem Kesehatan Nasional Page 57
Perkemas
satu penyebab utamanya. Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan
pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service)
dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan
pelayanan itu sendiri (poor management of resources and services)
(Setyawan, 2015).
Pelayanan kesehatan memiliki beberapa ciri yang tidak memungkinkan
setiap individu untuk menanggung pembiayaan pelayanan kesehatan pada
saat diperlukan:
1. Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul secara sporadik dan tidak dapat
diprediksikan, sehingga tidak mudah untuk memastikan bahwa setiap
individu mempunyai cukup uang ketika memerlukan pelayanan
kesehatan.
2. Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu juga sangat mahal,
misalnya pelayanan di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan
canggih (operasi dan tindakan khusus lain), kondisi emergensi dan
keadaan sakit jangka panjang yang tidak akan mampu ditanggung
pembiayaannya oleh masyarakat umum.
3. Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkau pelayanan kesehatan,
tetapi juga lebih membutuhkan pelayanan kesehatan karena rentan
terjangkit berbagai permasalahan kesehatan karena buruknya kondisi
gizi, perumahan.
4. Apabila individu menderita sakit dapat mempengaruhi kemampuan
untuk berfungsi termasuk bekerja, sehingga mengurangi kemampuan
membiayai.

Berdasarkan karakteristik tersebut, sebuah sistem pembiayaan pelayanan


kesehatan haruslah bertujuan untuk (Setyawan, 2015):
1. Risk spreading, pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran
resiko biaya sepanjang waktu sehingga besaran tersebut dapat
terjangkau oleh setiap rumah tangga. Artinya sebuah sistem pembiayaan
harus mampu memprediksikan resiko kesakitan individu dan besarnya
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu (misalnya satu tahun).

Sistem Kesehatan Nasional Page 58


Perkemas
Kemudian besaran tersebut diratakan atau disebarkan dalam tiap bulan
sehingga menjadi premi (iuran, tabungan) bulanan yang terjangkau.
2. Risk pooling, beberapa jenis pelayanan kesehatan (meskipun resiko
rendah dan tidak merata) dapat sangat mahal misalnya hemodialisis,
operasi spesialis (jantung koroner) yang tidak dapat ditanggung oleh
tabungan individu (risk spreading). Sistem pembiayaan harus mampu
menghitung dengan mengakumulasikan resiko suatu kesakitan dengan
biaya yang mahal antar individu dalam suatu komunitas sehingga
kelompok masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak terjangkit
sakit, tidak membutuhkan pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi
kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Secara
sederhana, suatu sistem pembiayaan akan menghitung resiko terjadinya
masalah kesehatan dengan biaya mahal dalam satu komunitas, dan
menghitung besaran biaya tersebut kemudian membaginya kepada
setiap individu anggota komunitas. Sehingga sesuai dengan prinsip
solidaritas, besaran biaya pelayanan kesehatan yang mahal tidak
ditanggung dari tabungan individu tapi ditanggung bersama oleh
masyarakat.
3. Connection between ill-health and poverty, karena adanya keterkaitan
antara kemiskinan dan kesehatan, suatu sistem pembiayaan juga harus
mampu memastikan bahwa orang miskin juga mampu pelayanan
kesehatan yang layak sesuai standar dan kebutuhan sehingga tidak harus
mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak proporsional dengan
pendapatan. Pada umumnya di negara miskin dan berkembang hal ini
sering terjadi. Orang miskin harus membayar biaya pelayanan kesehatan
yang tidak terjangkau oleh penghasilan mereka dan juga memperoleh
pelayanan kesehatan di bawah standar.
4. Fundamental importance of health, kesehatan merupakan kebutuhan
dasar dimana individu tidak dapat menikmati kehidupan tanpa status
kesehatan yang baik.
Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi
pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan

Sistem Kesehatan Nasional Page 59


Perkemas
utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area
sebagai berikut:
1. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang
kesehatan
2. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan
permeliharaan kesehatan masyarakat miskin
3. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya
asuransi kesehatan sosial
4. Penggalian dukungan nasional dan internasional
5. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
6. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada
data dan fakta ilmiah
7. Pemantauan dan evaluasi.

Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan


kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program
kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan
(out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan,
peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta
kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara
garis besar berasal dari:
1. Anggaran pemerintah.
2. Anggaran masyarakat.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri.
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat.

Tingginya biaya kesehatan disebabkan oleh beberapa hal, beberapa


yang terpenting diantaranya sebagai berikut:
1. Tingkat inflasi

Sistem Kesehatan Nasional Page 60


Perkemas
Apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara otomatis
biaya investasi dan juga biaya operasional pelayanan kesehatan akan
meningkat pula, yang tentu saja akan dibebankan kepada pengguna jasa.
2. Tingkat permintaan
Pada bidang kesehatan, tingkat permintaan dipengaruhi sedikitnya oleh
dua faktor, yaitu meningkatnya kuantitas penduduk yang memerlukan
pelayanan kesehatan, yang karena jumlahnya lebih atau bertambah banyak,
maka biaya yang harus disediakan meningkat pula. Faktor kedua adalah
meningkatnya kualitas penduduk. Dengan tingkat pendidikan dan
penghasilan yang lebih baik, mereka akan menuntut penyediaan layanan
kesehatan yang baik pula dan hal ini membutuhkan biaya pelayanan
kesehatan yang lebih baik dan lebih besar.
3. Kemajuan ilmu dan teknologi
Sejalan dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (penggunaan peralatan kedokteran
yang modern dan canggih) memberikan konsekuensi tersendiri, yaitu
tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam berinvestasi. Hal ini
membawa akibat dibebankannya biaya investasi dan operasional tersebut
pada pemakai jasa pelayanan kesehatan.
4. Perubahan Pola Penyakit
Meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi adanya perubahan pola
penyakit, yang bergeser dari penyakit yang sifatnya akut menjadi penyakit
yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan berbagai penyakit akut,
perawatan berbagai penyakit kronis ternyata lebih lama. Akibatnya biaya
yang dikeluarkan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit ini akan
lebih besar. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingginya biaya kesehatan.
5. Perubahan pola pelayanan kesehatan Perubahan pola pelayanan
kesehatan ini terjadi akibat perkembangan keilmuan dalam bidang
kedokteran sehingga terbentuk spesialisasi dan subspesialisasi yang
menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotakkotak (fragmented
health service) dan satu sama lain seolah tidak berhubungan. Akibatnya
sering terjadi tumpang tindih atau pengulangan metoda pemeriksaan yang
sama dan pemberian obat-obatan yang dilakukan pada seorang pasien, yang
Sistem Kesehatan Nasional Page 61
Perkemas
tentu berdampak pada semakin meningkatnya beban biaya yang harus
ditanggung oleh pasien selaku pengguna jasa layanan kesehatan ini. Selain
itu, dengan adanya pembagian spesialisasi dan subspesialisasi tenaga
pelayanan kesehatan, menyebabkan hari perawatan juga akan meningkat.
6. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien Sistem kekeluargaan
yang dulu mendasari hubungan dokter-pasien seakan sirna. Dengan adanya
perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan berbagai
peralatan yang ditunjang dengan kemajuan ilmu dan teknologi,
mengakibatkan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien,
hal ini tentu saja membuat pasien menuntut adanya kepastian pengobatan
dan penyembuhan dari penyakitnya. Hal ini diperberat dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan pasien selaku pengguna jasa layanan
kesehatan, yang mendorong semakin kritisnya pemikiran dan pengetahuan
mereka tentang masalah kesehatan. Hal tersebut diatas mendorong para
dokter sering melakukan pemeriksaan yang berlebihan (over utilization),
demi kepastian akan tindakan mereka dalam melakukan pengobatan dan
perawatan, dan juga dengan tujuan mengurangi kemungkinan kesalahan
yang dilakukan dalam mendiagnosa penyakit yang diderita pasiennya.
Konsekuensi yang terjadi adalah semakin tingginya biaya yang dibutuhkan
oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
7. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya Kurangnya peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan untuk mengatur dan membatasi
pemakaian biaya pelayanan kesehatan menyebabkan pemakaiannya sering
tidak terkendali, yang akhirnya akan membebani penanggung (perusahaan)
dan masyarakat secara keseluruhan.
8. Penyalahgunaan asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan (health
insurance) sebenamya merupakan salah satu mekanisme pengendalian
biaya kesehatan, sesuai dengan anjuran yang diterapkan oleh pemerintah.
Tetapi jika diterapkan secara tidak tepat sebagaimana yang lazim
ditemukan pada bentuk yang konvensional (third party sistem) dengan
sistem mengganti biaya (reimbursement) justru akan mendorong naiknya
biaya kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional Page 62


Perkemas
R. Cara Penyelenggaraan SKN
Pengelolaan kesehatan mencakup kegiatan perencanaan, pengaturan,
pembinaan dan pengawasan serta evaluasi penyelenggaraan upaya
kesehatan dan sumber dayanya secara serasi dan seimbang dengan
melibatkan masyarakat.
Penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Adanya sumber daya dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan ditujukan untuk keberhasilan
penyelenggaraan upaya kesehatan. Sumber daya dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan meliputi terutama tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan,
perbekalan kesehatan, dan teknologi serta produk teknologi.
Pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukan
dengan memperhatikan nilai-nilai:
1. prorakyat;
2. inklusif;
3. responsif;
4. efektif;
5. bersih.
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat
pusat sampai daerah. Pemerintah membuat kebijakan yang dapat
dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Penyelenggaraan SKN mempertimbangkan komitmen global dan
komponennya yang relevan dan berpengaruh secara mendasar dan
bermakna terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
1. Subsistem Upaya Kesehatan
a. Definisi
Subsistem upaya kesehatan adalah pengelolaan upaya kesehatan yang
terpadu, berkesinambungan, paripurna, dan berkualitas, meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, yang
diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan

Sistem Kesehatan Nasional Page 63


Perkemas
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem upaya kesehatan adalah
terselenggaranya upaya kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan
bermutu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
c. Unsur-unsur
Unsur-unsur subsistem upaya kesehatan terdiri dari
(1) upaya kesehatan
Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan
kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer melalui pendidikan dan
pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan, kualitas, dan
bermanfaat.
Pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer dilaksanakan
secara sinergi dan integrasi dengan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer diarahkan
untuk mengembangkan lingkup keilmuan (body of knowledge) supaya
sejajar dengan pelayanan kesehatan.
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai daya
ungkit tinggi dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya
penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan
masyarakat miskin.
(2) fasilitas pelayanan kesehatan;
Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, yang
diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI/POLRI), pemerintah
daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau masyarakat yang sifatnya sesuai
dengan kondisi geografis dan kebutuhan masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik
peningkatan, pencegahan, pengobatan, maupun pemulihan yang dilakukan
oleh pemerintah dan/atau masyarakat, termasuk swasta.
Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut meliputi pelayanan kesehatan tingkat
pertama/primer, pelayanan kesehatan tingkat kedua/ sekunder dan
Sistem Kesehatan Nasional Page 64
Perkemas
pelayanan kesehatan tingkat ketiga/tersier. Ketentuan persyaratan fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut ditetapkan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) sumber daya upaya kesehatan;
Sumber daya upaya kesehatan terdiri dari sumber daya manusia
kesehatan, fasilitas kesehatan, pembiayaan, sarana dan prasarana, termasuk,
sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta manajemen, informasi, dan
regulasi kesehatan yang memadai guna terselenggaranya upaya kesehatan.
Fasilitas kesehatan menyelenggarakan keseluruhan upaya kesehatan yang
terdiri dari penyelenggaraan upaya kesehatan tidak langsung yang
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan langsung.
(4) dan pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan.
Pelayanan kesehatan harus diberikan berdasarkan standar pelayanan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan masukan
dari Pemerintah Daerah, organisasi profesi, dan/atau masyarakat.
Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan dilakukan secara berjenjang
melalui standarisasi, sertifikasi, lisensi, akreditasi, dan penegakan hukum
yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan organisasi profesi dan
masyarakat.
d. Prinsip
Prinsip-prinsip subsistem upaya kesehatan terdiri dari:
(1) terpadu, berkesinambungan, dan paripurna;
Upaya kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan secara terpadu,
berkesinambungan, dan paripurna meliputi upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan antar
tingkatan upaya.
(2) bermutu, aman, dan sesuai kebutuhan;
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus berkualitas, terjamin
keamanannya bagi penerima dan pemberi upaya, dapat diterima
masyarakat, efektif dan sesuai, serta mampu menghadapi tantangan
global dan regional.
(3) adil dan merata;

Sistem Kesehatan Nasional Page 65


Perkemas
Pemerintah wajib menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
berkeadilan dan merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
bidang kesehatan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan di luar negeri dalam kondisi tertentu.
(4) nondiskriminasi;
Setiap penduduk harus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan medis, bukan status sosial ekonomi dan tidak
membedabedakan suku/ras, budaya dan agama, dengan tetap
memperhatikan kesetaraan dan pengarusutamaan gender serta
perlindungan anak.
(5) terjangkau;
Ketersediaan dan pembiayaan pelayanan kesehatan yang bermutu harus
terjangkau oleh seluruh masyarakat.
(6) teknologi tepat guna; dan
Upaya kesehatan menggunakan teknologi tepat guna yang berbasis
bukti. Teknologi tepat guna berasas pada kesesuaian kebutuhan dan
tidak bertentangan dengan etika dan norma agama.
(7) bekerja dalam tim secara cepat dan tepat.
Upaya kesehatan dilakukan secara kerjasama tim, melibatkan semua
pihak yang kompeten, dilakukan secara cepat dengan ketepatan/ presisi
yang tinggi.
e. Penyelenggaraan
Penyelenggaraan subsistem upaya kesehatan terdiri dari:
(1) upaya kesehatan; dan
Upaya kesehatan mencakup kesehatan fisik, mental, termasuk
intelegensia dan sosial. Upaya kesehatan dilaksanakan dalam tingkatan
upaya sesuai dengan kebutuhan medik dan kesehatan. Terdapat tiga
tingkatan upaya, yaitu upaya kesehatan tingkat pertama/primer, upaya
kesehatan tingkat kedua/sekunder, dan upaya kesehatan tingkat
ketiga/tersier.
Upaya kesehatan diselenggarakan secara terpadu, berkesinambungan, dan
paripurna melalui sistem rujukan. Penyelenggaraan upaya kesehatan

Sistem Kesehatan Nasional Page 66


Perkemas
dilakukan melalui kegiatan: pelayanan kesehatan; pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer; peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit; penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;
pelayanan kesehatan reproduksi; pelayanan keluarga berencana; upaya
kesehatan sekolah; upaya kesehatan olahraga; pelayanan kesehatan pada
bencana; pelayanan darah; pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran; upaya
kesehatan matra; pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan; pengamanan makanan dan minuman; pengamanan zat adiktif;
pelayanan forensik klinik dan pelayanan bedah mayat; upaya kesehatan ibu,
bayi, anak, remaja, lanjut usia dan penyandang cacat; upaya perbaikan gizi;
upaya kesehatan jiwa; upaya pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan penyakit menular dan upaya pencegahan, pengendalian dan
penanganan penyakit tidak menular; upaya kesehatan lingkungan; dan
upaya kesehatan kerja.
Peningkatan kesehatan dilakukan melalui kegiatan penyuluhan,
penyebarluasan informasi dan/atau kegiatan lain untuk menunjang
tercapainya hidup sehat.
Pencegahan penyakit dilakukan untuk menghindari atau
mengurangi resiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.
Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara berdaya guna dan
berhasil guna serta diterima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab,
untuk mendukung tercapainya penduduk tumbuh seimbang.
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat
kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih
apapun. Untuk penyelenggaraan bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh
bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak
ditujukan untuk mengubah identitas. Sedangkan pada penggunaan sel
punca dilarang digunakan untuk tujuan reproduksi.

Sistem Kesehatan Nasional Page 67


Perkemas
Dalam penyelenggaraan kesehatan reproduksi terdapat
batasanbatasan yang ketat dalam melakukan aborsi karena pada hakikatnya
aborsi itu dilarang.
Penyelenggaraan pelayanan darah ditujukan untuk tujuan kemanusiaan dan
tidak untuk tujuan komersial. Rujukan di bidang upaya kesehatan
perorangan dalam bentuk pengiriman pasien, spesimen, dan pengetahuan
tentang penyakit dengan memperhatikan kendali mutu dan kendali biaya,
serta rujukan di bidang upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan secara
bertanggung jawab oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang
serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Dalam rangka peningkatan upaya kesehatan yang melibatkan lintas sektor
dipandang penting adanya pelayanan kesehatan tingkat internasional,
pelayanan kesehatan turisme, rehabilitasi medis penderita ketergantungan
obat, pendidikan profesionalitas tenaga kesehatan, dan kerja sama lainnya
yang terkait. Penyelenggaraan upaya kesehatan lainnya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) pembinaan dan pengawasan.
(a) Pembinaan Upaya Kesehatan
Pembinaan upaya kesehatan ditujukan untuk menjamin mutu pelayanan
kesehatan, harus didukung dengan standar pelayanan yang selalu dikaji
dalam periode tertentu sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kebutuhan.
Pemerintah menetapkan kebijakan upaya kesehatan termasuk fasilitas
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan masukan dari Pemerintah
Daerah, organisasi profesi, dan/atau masyarakat. Pemerintah provinsi
melakukan bimbingan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan
upaya kesehatan. Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan kebijakan
upaya kesehatan.
Perizinan fasilitas pelayanan kesehatan menurut tingkatannya ditetapkan
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Sistem Kesehatan Nasional Page 68


Perkemas
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
sebagai penanggung jawab pelaksanaan pembangunan kesehatan di
wilayahnya, berkewajiban melakukan pembinaan terhadap semua fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk swasta, sehingga semua fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan laporan kegiatannya.
Pembinaan upaya kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah bersama dengan organisasi profesi dan masyarakat termasuk
swasta.
(b) Pengawasan Upaya Kesehatan
Pengawasan ditujukan untuk menjamin konsistensi penyelenggaraan
upaya kesehatan dan dilakukan secara intensif, baik internal maupun
eksternal serta dapat melibatkan masyarakat dan swasta.
Hasil pengawasan digunakan untuk perlindungan terhadap masyarakat dan
tenaga kesehatan selaku penyelenggara upaya kesehatan.
S. Pelaksanaan SKN
1. Pasal 5
SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan perencanaan
sampai dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.
2. Pasal 6
(1) Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan
kemandirian masyarakat, profesionalisme sumber daya
manusia kesehatan, serta upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
(2) (2) Profesionalisme sumber daya manusia kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dibina oleh Menteri
hanya bagi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya
dalam upaya dan manajemen kesehatan. (3)Pelaksanaan SKN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan:
a. cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan merata;
b. pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada
rakyat;
Sistem Kesehatan Nasional Page 69
Perkemas
c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan
melindungi kesehatan masyarakat;
d. kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan
kesehatan;
e. inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang etis dan terbukti bermanfaat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan
sistem rujukan;
f. pendekatan secara global dengan mempertimbangkan
kebijakan kesehatan yang sistematis, berkelanjutan, tertib,
dan responsif gender dan hak anak;
g. dinamika keluarga dan kependudukan;
h. keinginan masyarakat;
i. epidemiologi penyakit;
j. perubahan ekologi dan lingkungan; dan
k. globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan
semangat persatuan dan kesatuan nasional serta kemitraan
dan kerja sama lintas sektor.

T. Dukungan Penyelenggara Sistem Kesehatan nasional


SKN diupayakan agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan
dan dinamika pembangunan kesehatan yang dihadapi dalam
penyelenggaraannya yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Bila
terjadi perubahan paradigma dan lingkungan strategis, SKN dapat
disesuaikan dan disempurnakan dengan kondisi dan situasi yang
berkembang.
1. Proses penyelenggaran Sistem Kesehatan nasional (SKN)
Penyelenggara SKN menerapkan pendekatan kesisteman yang meliputi
masukan, proses, iuran, dan lingkungan serta keterkaitanya satu sama lain,
sebagai berikuut:
a. Masukan dalam SKN meliputi subsistem pembiayaa kesehatan dan
subsistem sedian farmasi, alat kesehatan, dan makanan.

Sistem Kesehatan Nasional Page 70


Perkemas
b. Proses dalam SKN meliputi subsitem upaya kesehatan, subsistem
pemberdayaan masyarakat dan subsistem manajemen informasi
dan regulasi kesehatan.
c. Luaran dari SKN adalah terselenggaranya pembngunan kesehatan
yang berhasil guna dan berdaya guna, bermutu, merata, dan
berkeadilan.
d. Lingkungan SKN meliputi berbagai keadan yang menyangkut
ideologi, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan tehnologi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan baik nasional, regional maupun
global dan tingkat fisik/alam yang berdampak terhadap
pembangunan kesehatan. Pancasila Undang Undang Dasar 1945,
Wawasan Nusantara, dan ketahanan Nasional merupakan landasan
bagi penyelenggara SKN (Rachmat, 2017).

Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi,


integrasi, sinkronisasi, dan sinergisme yang dinamis, baik antar pelaku,
antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar
SKN.
SKN dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah, dengan
pengaturan:
a. Pemerintah pusat menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria bidang kesehatan
b. Pemerintah daerah provinsi membimbing dan mengendalikan
norma, standar, prosedur, dan kriteria pengembangan bidang
kesehatan
c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyelenggarakan bimbingan
dan pengendalian operasionalisasi bidang kesehatan
Pengelolaan kesehatan mencakup kegiatan perencanaan, pengaturan,
pembinaan dan pengawasan serta penilaian penyelenggaraan upaya
kesehatan dan sumber dayanya secara sistematis, berjenjang, transparan,
akuntabel, dan berkelanjutan dengan memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-
K).

Sistem Kesehatan Nasional Page 71


Perkemas

Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap, sebagai berikut:


a. penetapan SKN;
b. sosialisasi dan advokasi SKN;
c. fasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah.

2. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak,
SKN perlu ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Berbagai materi SKN yang terpilih dapat digunakan untuk penyusunan
dan penetapan peraturan perundang-undangan pada tingkat kebijakan
strategis, kebijakan manajerial, dan kebijakan teknis operasional.
a. Sosialisasi dan Advokasi SKN
SKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku
pembangunan kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan
kesehatan untuk memperoleh komitmen dan dukungan dari semua
pihak.
Sasaran sosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu
kebijakan, baik di pusat maupun daerah, baik di sektor publik
maupun di sektor swasta.
b. Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah
Dalam pembangunan kesehatan di daerah perlu dikembangkan
kebijakan kesehatan, seperti: Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJM-D), Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang penyelenggaraannya
disesuaikan dengan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik daerah
dalam kerangka SKN. Pemerintah memfasilitasi pengembangan
kebijakan kesehatan di daerah, memfasilitasi pengukuhannya
dalam bentuk peraturan perundang-undangan daerah, serta
memfasilitasi sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di daerah sesuai kebutuhan.
Sistem Kesehatan Nasional Page 72
Perkemas
Dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan perlu
adanya registrasi sumber daya, registrasi komoditi, standar
pelayanan, sinergi pelaksanaan kegiatan dan adanya pencatatan
serta pelaporan yang dilaksanakan secara tertib.

Penyelenggaraan SKN dalam kaitannya dengan pengembangan kebijakan


kesehatan di daerah dilakukan dengan berbagai kegiatan, yaitu:
a. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di
daerah diwujudkan dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, baik secara nasional maupun dalam lingkup daerah;
b. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di
daerah diselenggarakan melalui penataan ulang ketujuh
subsistemnya secara bertahap, sistematis, terpadu, dan
berkelanjutan;
c. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di
daerah didukung dengan penyusunan kebijakan, standar, dan
pedoman dalam bentuk berbagai peraturan perundang-undangan;
d. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan
kesehatan di daerah diselenggarakan sesuai dengan asas
desentralisasi yang bertanggung jawab, demokratisasi, dan good
governance dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan global, regional,


nasional, dan lokal yang dinamis dan cepat berubah, maka dilakukan
pengendalian dan penilaian SKN sebagai berikut:
a. pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di
daerah bertujuan untuk memantau dan menilai keberhasilan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan berdasarkan sistem
kesehatan yang berlaku;
b. pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan
didaerah diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan

Sistem Kesehatan Nasional Page 73


Perkemas
dengan menggunakan tolok ukur keberhasilan pembangunan
kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah;
c. pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di
daerah perlu didukung dengan pengembangan sistem monitoring
dan evaluasi di tingkat nasional dan daerah secara terpadu.
Setiap tahun seluruh pelaku pembangunan kesehatan dengan koordinasi
pemerintah melakukan pengukuran pencapaian/kinerja SKN dengan
beberapa indikator yang akurat dan terpercaya.
Indikator kinerja SKN menjadi rekomendasi untuk upaya perbaikan
yang harus didokumentasikan dan disebarluaskan. Indikator tersebut
menjadi acuan segenap pelaku pembangunan kesehatan di tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota sampai ke tingkat desa, guna penyesuaian
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berbasis fakta.

SKN dilakukan secara berjengjang dipusat dan daerah, dengan pengaturan:

a. Pemerintah Pusat menetapkan norma, standar, prosedur, dan


kriteria kesehatan
b. Pemerintah daerah Provinsi membimbing dan mengendalikan
norma, standar,prosedur dan kriteria bidang kesehatan
c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyelenggarakan bimbingan
dan pengendalian operasional bidang kesehatan.
Penyelenggara SKN dilaksanakan secara bertahap, sebgai berikut;
1. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua
pihak, SKN perlu ditetapkan dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku. Berbagai materi SKN yang terpilih
dapat digunakan untuk penyusunan dan penetapan peraturan
perundang undngan pada tingkat kebijakan strategis, kebijakan
manajeril dan kebijakan teknik operasional.
2. Sosialisasi dan Advokasi SKN
Sistem Kesehatan Nasional perlu disosialisasi dan diadvokasi
keseluruh pelaku pembangunan kesehatan dan seluruh

Sistem Kesehatan Nasional Page 74


Perkemas
pemangku kepentingan. Kesehatan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan dari semua pihak . sasaran sosialisasi
dan advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan baik
dipusat maupun daerah, baik sektor publik maupun di sektor
swasta.
3. Fasilitas Pengembangan kebijakan Kesehatan Daerah
4. Dalam pembangunan kesehatan didaerah perlu dkembnagkan
kebijakan kesehatan seperti ; rencana pembangunan jangka
panjang(RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJM), rencana strategis satuan kerja perngakat
daerah(Renstra SKPD) ysng menyelenggarakan disesuaikan
dengan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik daerah dalam
kerangka SKN (Rachmat, 2017).

U. Tata Penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional


Penyelenggara SKN harus memperhatikan semua peraturan perundang
undagan yang berlaku. Dalam penyelenggara pembangunan kesehatan
didaerah harus memperhatikan SKN dan peraturan daerah sete mpat.

Secara operasional, semua peraturan perundang undagna yang


berkaitan harus dilaksanakan secara konsisten dengan tata pemerintahan
yang baik. Adapununsur dari tata pemerrintahan yang baik meliputi :
partisipasi, berorientasi pada konsensus, efektif, efisien ,inklusif, transparan
dan mengikuti kaidah hukum yang berlaku. Untuk menjaga kepentingan
rakyat penyelnggaraan SKN memerlukan peran regulasi dari pemerintah
sesuai dengan tingkatannya (pusat,provinsi,kabupaten/kota). Tata
pemerintahan yang baik disertai regulasi pada ke eenam subsistem SKN
merupaka langkah menuju kesinambungan pelaksanaan sistem keseahatan.
Selain tata pemerintahan yang baik, pemerintah juga harus secara konsisten
dan konsekuen mengawasi kepatuahan hukum masyrakat swasta dan

Sistem Kesehatan Nasional Page 75


Perkemas
organisasi bukan pemerintah lainnya . pelakunya pelanggaran peraturan
harus ditindik secara tugas.

Dalam penyelenggaran SKN perlu kejelasan dan ketegasan tentang


pelimpahan urusan pemerintahan dibidang kesehatan yang luas sampai
kabupaten/kota termasuk SDM nasional yang melaksanakannya . Pedoman
tentang norma,standart perosedur da kriteria dan kementrian kesehatanperlu
dikoordinasi dengan kementrian dalam negri. Masyarakat madani dan
seluruh sektor terkait perlu secra jelas dan tegas diberi peran dalam
pelaksanaan berbagai subsitem SKN. (Rachmat, 2017).

Pemerintah daerah, dalam konteks desentralisasi perlu jelas dan


tegas dalam memberikan arahan untuk pembangunan kesehatan di
daerahnya.
1. Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah:
individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, media massa, organisasi profesi,
akademisi, praktisi, serta masyarakat luas, termasuk swasta yang
berperan dalam advokasi, pengawasan sosial, dan penyelenggaraan
berbagai pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan
kemampuan masing-masing;
Pemerintah dan pemerintah daerah berperan sebagai penanggung
jawab, penggerak, pelaksana, dan pembina pembangunan kesehatan
dalam lingkup wilayah kerja dan kewenangan masingmasing. Urusan
kesehatan adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota,
berkaitan dengan pelayanan dasar. Penyelenggaraan urusan kesehatan
tersebut perlu berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Dalam kaitan ini peran Pemerintah menetapkan kebijakan
yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan urusan kesehatan
di daerah;
badan legislatif di pusat dan perangkat pemerintahan daerah yang
menjalankan fungsi legislatif, yang berperan melakukan persetujuan

Sistem Kesehatan Nasional Page 76


Perkemas
anggaran dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, melalui penyusunan produk-produk hukum dan mekanisme
kemitraan antara eksekutif dan legislatif; badan yudikatif, termasuk
kepolisian, kejaksaan dan kehakiman berperan menegakan pelaksanaan
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
kesehatan;
sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan,
seperti: industri farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat,
asuransi kesehatan, dan industri pada umumnya. Industri pada umumnya
berperan besar dalam memungut iuran dari para pekerja dan menambah
iuran yang menjadi kewajibannya; dan lembaga pendidikan, baik pada
tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi, baik milik publik
maupun swasta. Sebagian besar masalah kesehatan berhubungan dengan
perilaku dan pemahaman. Pendidikan memegang kunci untuk
menyadarkan masyarakat akan berbagai risiko kesehatan dan peran
masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

V. SUMBER DAYA PENYELENGGARAAN SKN


SKN merupakan pengelolaan kesehatan yang bekerja secara sinergis,
harmonis, dan menuju satu tujuan.

Pemerintah wajib melakukan koordinasi agar semua subsistem dan


semua pelaku berfungsi dan bekerja secara sinergis. Kepincangan pada
salah satu subsistem atau pelaku akan mengganggu kerja SKN.

Pemerintah harus menjamin tersedianya dana, sumber daya manusia


yang memadai dan profesional, fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
keperluannya, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang dikelola
dengan manajemen kesehatan yang baik, terutama yang berkaitan dengan
administrasi kesehatan dan pengaturan hukum kesehatan serta didukung
dengan informasi yang akurat, valid, tepat waktu, dan tepat kebutuhan.

Sistem Kesehatan Nasional Page 77


Perkemas
Pelaku sistem informasi kesehatan sesuai perannya harus mampu
secara cepat merespon dan menggunakan perkembangan teknologi
informasi, baik untuk mengolah, menyampaikan ke pelaku lain, maupun
kepada masyarakat nasional dan internasional.

Pemerintah juga mengembangkan sistem insentif/reward dan sistem


sanksi bagi setiap pelaku yang tidak menggunakan informasi yang akurat,
tepat waktu, dan tepat kebutuhan (relevan).

Pemerintah juga mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan publik


maupun swasta untuk menyediakan informasi melalui situs yang mudah
diakses dan terbuka, sebagai cara untuk mendidik masyarakat.

Tersedianya pembiayaan kesehatan dalam jumlah yang memadai


teralokasi secara adil, merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna, sangat penting dalam pembangunan kesehatan.

Pemerintah harus menjamin tersedianya dana untuk penelitian,


pengembangan, dan penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan.

Sumber daya manusia merupakan komponen kunci keberhasilan SKN.


Pemerintah harus melakukan upaya agar semua tenaga kesehatan
memenuhi standar kompetensi tertentu sesuai bidangnya sebagai prasyarat
bagi penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan diterima oleh
masyarakat.
Pemerintah menjamin agar setiap sumber daya manusia kesehatan
mendapat remunerasi yang wajar, layak, dan sesuai dengan tanggung
jawab, pengalaman, dan kompetensinya. Keseimbangan profesionalitas,
tanggung jawab, pengalaman, dan besaran remunerasi merupakan kunci
kesinambungan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan harus dilakukan secara terbuka dengan keseimbangan antara
produksi dan pemanfaatan dengan dukungan dana yang memadai.
Keterbukaan ini adalah kemampuan mengakomodasikan perkembangan

Sistem Kesehatan Nasional Page 78


Perkemas
teknologi dan produk teknologi kefarmasian dan teknologi peralatan
kedokteran dan kesehatan serta memperhatikan keterjangkauan harga bagi
masyarakat. Indonesia harus mampu menjadi pengekspor berbagai sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif dalam bidang ini harus terus dikembangkan.
Untuk menjamin kesinambungan subsistem upaya kesehatan, maka
dukungan masukan informasi kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, serta pendanaan harus selalu
tersedia dalam jumlah yang memadai.
Kualitas pelayanan harus selalu memenuhi standar yang ditetapkan
agar setiap pengguna pelayanan kesehatan merasa puas dan memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan.
Dengan kualitas dan kepuasan pengguna yang tinggi, maka akan timbul
kemauan masyarakat sebagai pengguna untuk berkontribusi dalam bentuk
dana, pemikiran, maupun tenaga.
Pemerintah perlu menjamin adanya kepastian hukum dalam setiap
penyelenggaraan subsistem SKN.
Peraturan perundang-undangan yang dalam pelaksanaannya mengalami
hambatan besar di daerah harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Daerah.
Peraturan yang dibuat harus melalui sinkronisasi dengan berbagai
peraturan di bidang kesehatan dan di luar bidang kesehatan serta membuka
kesempatan luas kepada pemangku kepentingan dalam perumusan
peraturan.
Pemerintah daerah perlu diberikan kewenangan untuk penegakan
hukum terhadap berbagai aspek yang memungkinkan terselenggaranya
SKN dengan baik.
Pemerintah mendorong terwujudnya kontrol sosial yang kuat dari
masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan.
Pemerintah mengatur dan memberdayakan masyarakat agar mampu
melakukan kontrol sosial yang memadai guna menjamin kesinambungan
dan akuntabilitas SKN.

Sistem Kesehatan Nasional Page 79


Perkemas
Pemerintah memfasilitasi dan memberikan insentif (dapat berupa
pembebasan pajak, pembelian hasil produksi, dan/atau bantuan teknis
lainnya) bagi fasilitas pelayanan kesehatan, perguruan tinggi, atau industri
dalam melakukan penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan guna
memacu perkembangan SKN.
Kementerian Kesehatan melakukan koordinasi dengan lintas urusan,
lembaga penelitian dan pengembangan lainnya, maupun instansi kesehatan
di daerah untuk mendukung, memberikan insentif, dan memfasilitasi
berbagai penelitian dan pengembangan di dalam negeri guna tersedianya
sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta sistem pengelolaan yang lebih
baik dan bermutu.

W. Kerja Sama Internasional


SKN merupakan bagian dari sistem nasional, maka wajib berperan
aktif sesuai dengan bidangnya guna mewujudkan tujuan SKN.
Kewajiban berbagai urusan mencakup pemenuhan logistik yang
diperlukan sebagai masukan dalam SKN, pemenuhan sumber daya
manusia dengan kompetensi yang sesuai, penyediaan insentif finansial
dan non-finansial, koordinasi penyelenggaraan, peniadaan atau
pengurangan bahan-bahan ataupun kondisi yang dapat menimbulkan
risiko kesehatan, dan peran lainnya yang berkembang sesuai perubahan
lingkungan strategis.
Para pelaku SKN berkewajiban mengembangkan diri agar mampu
berperan di tingkat internasional dalam rangka menjaga agar SKN
dapat berjalan dengan baik. Perubahan lingkungan strategis regional
maupun global dapat mengancam keberhasilan SKN.
Para pelaku SKN wajib berperan aktif di lingkungan internasional
untuk mewujudkan kepemimpinan Indonesia di dunia internasional
guna menghasilkan kebijakan yang kondusif bagi pengembangan SKN.
Peran Indonesia dalam upaya mereformasi World Health
Organisation (WHO) perlu terus dilakukan agar transparansi dan
keadilan dari organisasi internasional tersebut dapat tercapai.

Sistem Kesehatan Nasional Page 80


Perkemas
Kerja sama dalam bidang kesehatan dengan berbagai lembaga
internasional dan regional lain yang terkait perlu ditingkatkan, seperti
United Nations Development Programme (UNDP), United Nations
Children's Fund (UNICEF), United Nations Population Fund
(UNFPA), dan The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Para pelaku SKN juga wajib mencermati dan memanfaatkan setiap
kesempatan yang ada di dunia internasional guna memperkuat SKN.
Dana internasional yang tersedia yang tidak mengikat dan dapat secara
sinergis meningkatkan kinerja SKN perlu dimanfaatkan dengan baik.
Setiap intervensi internasional yang dalam jangka pendek atau jangka
panjang yang dapat merugikan SKN wajib dicegah oleh setiap
pemangku kepentingan.

X. Reformasi Pelayanan Kesehatan Publik Bidang Kesehatan di Indonesia


Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap
warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.Pelayanan publik adalah hak yang tertuang dalam UUD 1945,
sebagai hak konstitusi yang harus oleh negara.Kualitas pelayanan publik
merupakan persoalan riil yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan
masyarakat. Istilah pelayananpublik lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Dalam konsep negara
hukum modern (welfare state), dapat dipastikan akanmemiliki kebijakan
sosial, karena sebetulnya kebijakan sosial merupakan bagian dari aktifitas
state-making yang membuat eksistensi negara bisa dirasakan oleh
warganya.1Kebijakan pembangunan kesehatan merupakan salah satu
kebijakan yang bersentuhan langsung dengan warga masyarakat, karena
sebagai salah satu pendukung utama peningkatan kualitas sumber daya
manusia dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan dari Bangsa
Indonesia yaitu menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Oleh
karena itu negara bertanggung jawab terhadap tercapainya tujuan
pembangunan tersebut, sehingga secara eksplisit dalam pasal 34 ayat (3)
Sistem Kesehatan Nasional Page 81
Perkemas
UUD 1945 menyebutkan bahwa “ negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak

Y. Fenomena Pelayanan Publik Dalam Kerangka Sistem Kesehatan Nasional


Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO, 1948), Pasal 28H UUD 1945
dan UU No. 36 Th. 2009 tentang Kesehatan, menetapkan kesehatan adalah
hak fundamental setiap warga, oleh karena itu, keluarga dan masyarakat
berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya.17 Terpenuhinya hak hidup sehat tersebut akan dapat tercapai
jika pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dapat berjalanoptimal.
Pelayanan kesehatan ini menurut S.Verborgt dan Tengker,yaitu pelayanan
yang diberikansecara langsung dan yang dapat di pertanggungjawabkan
secara profesional kepada individu sehubungan dengan kesehatannya baik
rohani maupun badani seperti yang lazim dilakukanorang.Pelayanan ini
selain preventif dan kuratif dapat diberikan juga secara berdampingan Pada
kenyataannya pelayanan publik bidang kesehatan di Indonesia masih
mengalami permasalahan yang komplek untuk tercapainya pelayanan
publik yang merata dan sesuaidengan kondisi negara Indonesiakarena
jamaknya aspek-aspek yang berkait dengan pengelolaan kesehatan itu
sendiri, seperti diatur dalam pasal 167 ayat (1) UU No. 36 Th. 2009 tentang
Kesehatan, yaitu : Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat melalui pengelolaan
administrasi kesehatan, informasi kesehatan sumber daya kesehatan, upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta da pemberdayaan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta
pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Z. Paradigma “The New Publik Service” dalam Pelayanan Publik bidang Kesehatan di
Indonesia

Sistem Kesehatan Nasional Page 82


Perkemas
Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap
warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.Pelayanan publik adalah hak yang tertuang dalam UUD 1945,
sebagai hak konstitusi yang harus dipenuhi oleh negara.Kualitas pelayanan
publik merupakan persoalan riil yang langsung bersentuhan dengan
kebutuhan masyarakat. Istilah pelayanan publik itu sendiri dalam dalam
oxpord dictionary (2000)dijelaskan bahwapublikservice, yaitu “a service
such as transport or health care that government or an official
organization provides for people in general in a particular society”.
Pelayanan kesehatan (health care service) sebagai bagian dari pelayanan
publikyang merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang
Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat
kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan sehingga pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu
bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Kristiadi menyatakan bahwa tugas pemerintah yang paling dominan adalah
menyediakan barang-barang publik (publik utility) dan memberikan
pelayanan (publik service).
Pembahasan tentang pelayanan publik bidang kesehatantidak terlepas
dari permasalahan pelayanan publik secara umum yang menurut Asmawi
Rewansyah23 kenyataan bahwa birokrasi pemerintahan yang terlalu besar,
boros, inefisien dan merosotnya kinerja pelayanan publik. Hal tersebut
secara keras dinyatakan oleh Ronald Reagan (Presiden Amerika Serikat)
yang mengeluarkan pernyataan bahwa “government is not solution to our
problem, government is the problem”. Adanya kenyataan tersebut, akhirnya
penyelenggaraan SKN di Indonesia yang diarahkan pada upaya responsif
terhadap perkembangan internal maupun eksternal, ditunjukan dengan
penetapan dasar dan asas yang dibuat secara terintegralisasi dalam
pendekatan global, nasional dan lokal menunjukan bahwa SKN tersebut
memberi ruang yang terbuka pada perubahan paradigma pelayanan publik
dibidang kesehatan.Perubahan prinsip pelayanan dari aktor pemberi
Sistem Kesehatan Nasional Page 83
Perkemas
layanan menurut Toha dalam Widodo24dari yang suka mengatur dan
memerintah berubahmenjadi suka melayanai, dar yang suka menggunakan
pendekatan kekuasaan,berubah menjadi suka menolong menuju ke arah
yang fleksibel kolaboratis dandialogis dan dari cara-cara yang sloganis
menuju cara-cara kerja yang realistikpragmatis. Hal tersebut secara
eksplisit mengandung pengertian SKN 2012 telah memberi ruang terhadap
perubahan paradigma (Wiryawan, 2016).

terdapat tujuh prinsip yang menjadi inti paradigma, yaitu :


1. Melayani warga, bukan pelanggan individu. Organisasi pemerintah
memang dibuat untuk mewujudkan apa yang menjadi kebutuhan
dan kepentingan warga dan bukan kepentingan orang perorangan
pelanggan apalagi kepentingan birokrasi. Pegawai pemerintah
punya kewajiban untuk menghayati keadaan ini sebagai sebuah
kewajiban sehingga responsif terhadap kepentingan orang banyak,
dan harus mampu memposisikan diri sebagai salah seorang warga
yang juga punya kebutuhan dan kepentingan yang harus dipenuhi
oleh pegawai pemerintah.
2. Pentingnya nilai kepentingan publik. Kepentingan publik telah
menjadi sebuah 'icon' yang paling menonjol dalam proses
pelayanan publik. Aparat pelayan publik harus mampu memahami
dengan benar apa yang dimaksudkan dengan kepentingan publik
itu, sebagai kondisi untuk menomor duakan kepentingan diri
sendiri. Ia harus menampakkan diri sebagai pihak yang
bertanggung jawab dalam memperjuangkan tercapainya
kepentingan publik itu dalam proses pelayanannya. la harus
melayani warga, bukan melayani dirinya sendiri.
3. Menilai kewarganegaraan, bukan kewirausahaan. Memberikan
pelayanan yang baik kepada warga adalah segalanya bagi aparat
pelayanan. Organisasi publik haruslah dinilai sebagai sarana bagi
aparat pelayanan untuk memberikan yang terbaik bagi warganya.
La bukanlah sebuah perusahaan yang bisa dipakai sebagai tempat
mendapatkan keuntungan pribadi. Dedikasi adalah bentuk perilaku

Sistem Kesehatan Nasional Page 84


Perkemas
yang didambakan bagi setiap aparat pelayanan agar menjadi
insentif bagi dirinya untuk mengabdikan dirinya kepada warga
yang memang harus dilayani.
4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis. Aparat pelayanan tidak
harus sematamata berpikir normatif dan instrumetal dalam
memberikan pelayanan kepada warga. Ia harus mampu membuka
diri dan mengundang pihak lain ikut ambil bagian dalam proses
kebijakan baik perumusan, implementasi maupun evaluasi dampak
secara bersama. Dengan demikian hasilnya diharapkan bisa lebih
maksimal.
5. Pelaksanaan akuntabilitas tidak sederhana. Aparat pelayanan harus
menyadari bahwa akuntabilitas kinerjanya bukan hanya dilihat dari
bentuknya yang bersifat administratif raja, tetapi juga politis, legal,
profesional, dan moral. Akuntabilitas kinerja pelayanan bersifat
sangat kompleks, baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur,
berdimensi jamak, luas dan harus disajikan kepada banyak pihak.
Ini adalah tanggung jawab yang berat tetapi tetap harus ditunaikan
oleh aparat pelayanan yang baik.
6. Melayani daripada mengarahkan. Aktivitas pelayanan yang baik
tidak boleh semata-mata dijalankan lewat dominasi mekanisme
perintah dan pengendalian. Yang lebih harus diutamakan adalah
proses kepemimpinan yang didasarkan kepada nilai bersama
sehingga kepentingan bersama bisa diwujudkan.
7. Menilai orang bukan sekadar produktivitas. Tujuan perlu dicapai,
tetapi proses mencapainya harus memperhatikan dan
mengandalkan kolaborasi dan kepemimpinan yang mampu
memberikan respek kepada semua orang. Tidak ada artinya
produktivitas yang dicapai dengan merendahkan kontribusi dan
kinerja orang

Sistem Kesehatan Nasional Page 85


Perkemas

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmoto, W. (2014). Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Christiawan, R. (2017). KAJIAN FILOSOFIS YURIDIS


IMPLEMENTASI SISTEM KESEHATAN NASIONAL DALAM
PERSPEKTIF UTILITARIANISME. Jurnal Staatrechts, 1(1).

Indonesia, P. P. (2012). Paten No. Nomor 72. Indonesia.

Mubarak, W. I. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba


Medika.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Salemba Medika.

Muhlisin, A., & ichsan, B. (2008). APLIKASI MODEL KONSEPTUAL


CARING DARI JEAN WATSON DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip


Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta.

Rachmat, H. H. (2017). Percepatan pembangunan kesehatan indonesia.


Yogyakarta.

Sistem Kesehatan Nasional Page 86


Perkemas
Ramah, P. A. (2015). STUDI TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI
BIDANG KESEHATAN DENGAN SISTEM RUJUKAN DI
PUSKESMAS AIR PUTIH KECAMATAN SAMARINDA ULU
KOTA SAMARINDA. eJournal Ilmu Pemerintahan, 3(1).

Saputra, M., Marlinae, L., Rahman, F., & Rosadi, D. (2015). PROGRAM
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DARI ASPEK SUMBER
DAYA MANUSIA PELAKSANA PELAYANAN KESEHATAN.
KEMAS , 11(1).

Setyawan, F. E. (2015). Kesehatan. Sistem Pembiayaan Kesehatan.

Setyawan, F. E. (2015). SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN .


SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN, 11(2).

Syafrudin. (2015). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Perpustakaan


Nasional.

Wiryawan, I. W. (2016). PARADIGMAPELAYANAN PUBLIK BIDANG


KESEHATAN DALAM PARADIGMAPELAYANAN PUBLIK
BIDANG KESEHATAN DALAM. Paradigma.

Sistem Kesehatan Nasional Page 87


Perkemas
PROFIL PENULIS

Nama : Achmad Sholehuddin

NPM : 162303101002

Alamat : Perumahan Griya Wonorejo Indah

TTL : Lumajang, 27 Oktober 1997

Hobby : Sepakbola

Nama : Ade Irniawati

NPM : 162303101003

Alamat : Dusun Sentono, Desa Krai,Kecamatan


Yosowilangun

TTL : Lumajang, 01 April 1998

Hobby : Mendengarkan Musik

Nama: Ekayani Dewi Saputri

NPM: 152303101050

Alamat: Desa Kebonsari Rt 7 Rw 3 Kec.


Yosowilangun kab. Lumajang

TTL: Lumajang, 7 oktober 1997

Hobby: Mendengarkan musik

Sistem Kesehatan Nasional Page 88

Anda mungkin juga menyukai