“STUNTING”
POLITEKNIK INDONESIA
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta
salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau
lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah yang berjudul “Stunting” ini. Besar harapan penulis agar makalah ini
bisa menjadi rujukan selanjutnya. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik
yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang
membantu penyusunan dan membaca makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul…………………………………………………………………………………….……….i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..……ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………….……..iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………2
C. TUJUAN………………………………………………………………………………….2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STUNTING…………………………………………………….………….3
D. PENYEBAB STUNTING…………………………………………………………………..5
E. DAMPAK STUNTING……………………………………………………………………..6
F. PENCEGAHAN STUNTING……………………………………………………………....7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………….10
iii
B. SARAN…………………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stunting (pendek) merupakan salah satu masalah gizi yang dihadapi di dunia khususnya di
negara berkembang seperti Indonesia. Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan
dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan, kematian, daya tahan tubuh yang rendah,
kurangnya kecerdasan, produktivitas yang rendah dan perkembangan otak suboptimal
sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Stunting
merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan.
Dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga
berdampak terhadap roda perekonomian dan pembangunan bangsa. Hal ini karena sumber
daya manusia stunting memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya
manusia normal.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting antara lain faktor maternal, faktor lingkungan rumah,
kualitas makanan yang rendah, pemberian makan yang kurang, keamanan makanan dan
minuman, pemberian ASI (fase menyusui), infeksi, ekonomi politik, kesehatan dan
pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial dan budaya, system pertanian dan pangan, air,
sanitasi dan lingkungan.
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting.
Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di
bawah rata-rata. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional
mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 yaitu sebesar 35,6% dan 2007 sebesar
36,8%. Artinya, pertumbuhan tidak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia,
atau satu dari tiga anak Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada
negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar sebesar 35%, Vietnam sebesar 23%,
dan Thailand sebesar 16%.
Page 1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Stuting?
2. Apa tanda dan gejala Stunting?
3. Bagaimana patofisiologi pada Stunting?
4. Apa saja penyebab Stunting?
5. Apa dampak Stunting?
6. Bagaimana cara mencegah Stunting?
7. Apa penanggulangan dan pencegahan Stunting pada bayi?
8. Apa saja pengobatan pada Stunting?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian Stunting.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala Stunting.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada Stunting.
4. Untuk mengetahui penyebab Stunting.
5. Untuk mengetahui penilaian Stunting secara Antropometri.
6. Untuk mengetahui dampak Stunting.
7. Untuk mengetahui cara mencegah Stunting.
8. Untuk mengetahui cara pengobatan pada Stunting.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STUNTING
Stunting pada anak didefinisikan sebagai masalah gizi akut yang diakibatkan oleh
asupan gizi yang masuk dalam tubuh kurang memenuhi standar dalam kurun waktu
lama. Kondisi ini bisa terjadi mulai dari anak masih berada dalam kandungan dan
efeknya baru nampak saat ia sudah berusia 2 tahun. Biasanya anak yang mengalami
kondisi stunting kurang mendapatkan asupan makanan yang sesuai dengan asupan
gizi yang dibutuhkan pada usianya, sehingga pertumbuhannya pun jadi kurang
optimal.
Dilansir dari laman WHO, stunting dapat terjadi pada awal kehidupan anak
terutama pada 1.000 hari pertama sejak konsepsi sampai usia dua tahun. Tidak
menutup kemungkinan, bayi yang masih dalam rahim dapat mengalami gangguan
pertumbuhan. Stunting dipengaruhi oleh gizi buruk dalam rahim dan masa kanak-
kanak, serta infeksi yang sering terjadi sebelum atau sesudah lahir. Perlu diketahui,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Anak stunting biasanya
memiliki performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar. Selain itu, anak
mengalami pertumbuhan yang melambat, tanda pubertas terlambat, pertumbuhan gigi
terlambat, dan wajah tampak lebih muda dari usianya. Di usia 8-10 tahun, anak
stunting akan menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye contact, demikian
sebagaimana dilansir dari laman Indonesia Baik. Penelitian menunjukkan, anak
stunting mungkin tidak pernah mencapai tinggi potensi penuh dan memiliki
perkembangan kognitif buruk sehingga menyebabkan kinerja pendidikan kurang
optimal dan penurunan kapasitas intelektual, perkembangan motorik. di bawah usia
dua tahun yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak
maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa
depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Selain faktor gizi buruk
yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, beberapa faktor yang menjadi
penyebab stunting di antaranya, praktik pengasuhan yang kurang baik, termasuk
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk
layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Masih kurangnya
akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Kurangnya akses ke air bersih dan
sanitasi. National Center for Biotechnology Information melaporkan stunting
dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat secara global. Pada tahun 2017,
sekitar 151 juta (22 persen) balita mengalami stunting, lebih dari separuh anak dengan
stunting berasal dari Asia. Sedangkan Indonesia menempati peringkat kelima dengan
beban stunting tertinggi pada anak balita. Indonesia dianggap memiliki prevalensi
stunting yang tinggi (30-39 persen). namun prevalensi stunting telah menurun secara
perlahan dalam sepuluh tahun terakhir, dari 42 persen menjadi 36 persen.
Kehamilan pada masa remaja, saat ibunya sendiri masih dalam masa pertumbuhan,
meningkatkan risiko stunting maternal dan dapat menyebabkan luaran obstetrik yang
buruk. Jarak antar kelahiran yang dekat juga meningkatkan kebutuhan nutrisi pada
ibu. Perawakan ibu yang pendek disertai dengan kondisi anak dengan berat lahir
rendah dan stunting dapat memperparah lingkaran intergenerasi dari stunting.[16]
Temuan baru menyatakan bahwa environmental enteric dysfunction (EED) berperan
besar dalam patogenesis stunting. EED adalah gangguan umum struktur dan fungsi
usus halus yang sering ditemukan pada anak-anak yang hidup di lingkungan yang
tidak sehat. Mekanisme EED yang menyebabkan terjadinya gagal tumbuh adalah
karena terjadinya kebocoran usus dan tingginya permeabilitas usus, inflamasi usus,
disbiosis dan translokasi bakteri, inflamasi sistemik, serta malabsorpsi nutrisi.[17]
D. PENYEBAB STUNTING
Pada tahun 2019, survei membuktikan sekitar 30 persen balita Indonesia mengalami
stunting. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan
hingga ekonomi. Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini disebabkan oleh
dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan anak.
Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang
menyebabkan anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal yang dapat
memicu terjadinya gizi buruk ini. Berikut adalah penyebab gizi buruk pada ibu hamil
dan bayi yang masih sering ditemui:
Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehiduan (0-2 tahun) adalah waktu
yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini,
bayi membutuhkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tambahan makanan
pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas setelahnya. Oleh karena itu, ibu harus
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.
Faktor lainnya yang juga dapat memicu stunting adalah jika anak terlahir dengan
kondisi sindrom alkohol janin (fetus alcohol syndrome). Kondisi ini disebabkan
oleh konsumsi alkohol berlebihan saat hamil yang kemungkinan diawali
ketidaktahuan ibu akan larangan terhadap hal ini.
Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang yang
dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih
untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang
cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan
stunting. Terjadinya infeksi sangat erat kaitannya dengan pengetahuan ibu dalam
cara menyiapkan makan untuk anak dan sanitasi di tempat tinggal.
Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada
anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai
kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi.
Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan
infeksi cacing usus (cacingan).
E. DAMPAK STUNTING
Dampak stunting tidak hanya mempengaruhi tinggi badan, namun juga tingkat
kecerdasan anak. Mengutip buku 'Pencegahan Stunting Melalui Intervensi Gizi
Spesifik Pada Ibu Menyusui Anak Usia 0-24 Bulan', stunting dapat menimbulkan
dampak secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka pendek, dapat mengganggu metabolisme, pertumbuhan dan massa otot,
hingga perkembangan otak. Untuk poin terakhir, gangguan pada otak secara
signifikan mempengaruhi kecerdasan anak. Sehingga dalam jangka panjang,
gangguan tersebut dapat menyebabkan menurunnya daya serap yang berimbas
menurunnya produktivitas kerja saat anak beranjak dewasa.
Selain itu, anak yang mengalami stunting, saat dewasa lebih berisiko terkena penyakit
degeneratif. Dilansir dari laman RSUD Mangu Usada, penyakit-penyakit seperti
obesitas, jantung koroner dan hipertensi merupakan dampak yang ditimbulkan di
kemudian hari.
F. PENCEGAHAN STUNTING
Karena kondisi ini tidak dapat ditangani lagi jika anak sudah memasuki usia 2 tahun,
maka kuncinya adalah Anda wajib tahu soal cara pencegahannya! Beberapa tips yang
bisa diterapkan orang tua agar anak tidak mengalami stunting, antara lain:
Terapkan IMD Setelah anak lahir, segera lakukan inisiasi menyusui dini
(IMD) agar berhasil menjalankan ASI eksklusif. Lalu, jangan lupa periksa ke
dokter atau pusat pelayanan kesehatan, seperti posyandu atau puskesmas
secara berkala. Tujuannya, untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
buah hati.
"Sebenarnya yang bisa kita lakukan adalah memberi stimulasi, imunisasi dan
pencegahan infeksi. Dari penelitian pencegahan stunting memang efektifnya di 1.000
HPK karena di 1.000 HPK itu sinapsnya lebih bagus. Saraf juga lebih bagus sehingga
perkembangan otaknya lebih optimal," tutur dr Minerva Riani Kadir SpA dari RS Sari
Asih Ciputat.
2. Kemudian, asupan gizi anak dibetulkan nih, Bun. Pastikan si kecil mendapat
makanan yang mengandung 4 bintang yaitu protein hewani, karbohidrat, sayur dan
buah serta kacang-kacangan. Jangan lupa, terus pantau pertumbuhan anak dengan
melihat tinggi dan berat badannya di sekolah, PAUD, atau puskesmas.
3. Orang tua juga perlu memberi stimulasi karena kata dr Minerva ibaratnya kita udah
kecolongan di 1.000 HPK nih, Bun. Seperti apa sih stimulasinya? dr Minerva bilang
stimulasi pada anak berupa kegiatan bermain. Jadi, ciptakan beragam permainan dan
jangan menyerah hanya pada gadget. Sebab permainan 2 arah dengan orang tua,
teman, atau peer group akan menciptakan komunikasi 2 arah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak - anak lain
seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-
2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak.
Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu
dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
memadai dan atau kesehatan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu
hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.Beberapa faktor yang terkait dengan
kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan protein, sering mengalami
penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan.
Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran
tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri
merupakan ukuran dari tubuh,
B. Saran
Stunting harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC berupa gizi ibu hamil, imunisasi TT,
dan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi harus di berikan ASI sampai umur 6
bulan. Setelah 6 bulan bayi harus diberikan makan pendamping ASI(M-ASI). Anak
harus di bawa ke posyandu secara rutin untuk mendapat pelayanan secara lengkap.
Bagi balita stunting segera di berikan pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/20419/2/4._BAB_I.pdf
http://adindascabiosa.co.id/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html https://catatanseor
angahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/