Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

“Surveilans Bencana”

KELOMPOK 3
Arlin Aprianto
Deriansyah
Nur Istikomah
Zita Bara Chrisanti

PROGRAM REGULER B S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA DHARMA HUSADA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Survailans Bencana”.

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Bencana sebagai laporan hasil diskusi kelompok.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang kami temui, namun
berkat bimbingan, tuntunan yang diberikan, serta dukungan dari berbagai pihak yang terlibat
maka makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ns. Dewi Fitriani, S.Kep.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Bencana
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis
3. Rekan - rekan yang telah memberikan semangat sehingga terselesaikannya makalah ini
4. dan semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kurang lebihnya kami mohon maaf,
semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca pada khususnya dan kita semua pada
umumnya, amin.

Tangerang Sealatan, April 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Masalah ...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Surveilans ........................................................................3

B. Pengertian Bencana ............................................................................8

C. Surveilans Bencana ............................................................................9 .

D. Pelaporan dan Pendokumentasian Surveilans ...................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................16

B. Saran ...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah Surveillance sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam aplikasinya
banyak orang menganggap bahwa surveilans identik dengan pengumpulan data dan
penyelidikan KLB, hal inilah yang menyebabkan aplikasi system surveilans di Indonesia
belum berjalan optimal, padahal system ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah
kesehatan. Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti
mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang
penyelidikan/intelligent untuk mematamatai orang yang dicurugai, yang dapat
membahayakan.
Penyakit menular seperti demam berdarah dengue sudah merebak hampir di setiap
daerah. Penyakit poliomielitis dan flu burung yang ditularkan melalui unggas dan
dinyatakan sebagaikejadian luar biasa juga sempat merenggut jiwa. Tidak ada batasan
mengenai penentuan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain
karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga
karenakeadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan)
danwaktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan
penyakittersebut sebelumnya dan tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah
yangdapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupatenatau
meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan
penyakit tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa Pengertian Surveilans ?
2. Apa pengertian Bencana ?
3. Bagaimana Surveilans Bencana ?
4. Bagaimana Pelaporan dan Pendokmentasian Surveilans ?
C. Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Surveilans
2. Untuk mengetahui pengertian Bencana
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Surveilans Bencana
4. Untuk mengetahui Pelaporan dan Pendokumentasian Surveilans
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Surveilans
Surveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap
semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu
masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.
Definisi lain secara lengkap menjelaskan bahwa Surveilans adalah suatu rangkaian
proses yang sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisa dan
interpretasi data kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu peristiwa
kesehatan.
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen,
vektor, dan reservoir.Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada
pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
penyakit (Last, 2001).Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab
menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan
masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan
masyarakat (core science of public health).
Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola
dengan efektif.Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini
bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan pada suatu populasi.Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen
penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika
penyakit mulai menyebar.Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian
kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah
terlayani dengan baik.
Tujuan surveilans (WHO, 2002)
1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi
2. (outbreak/wabah)
3. Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian
penyakit.
4. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
5. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit di
masa mendatang.
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

Ada beberapa jenis surveilans:


1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor
individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan.Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).Isolasi institusional pernah
digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis
karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi
kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa
inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial
membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat
kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.Contoh, anak sekolah diliburkan
untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan
terus bekerja.Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di
pospos lainnya tetap bekerja.Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas,
sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang
legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut
untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat.
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit
dan kematian, serta data relevan lainnya.Jadi fokus perhatian surveilans penyakit
adalah penyakit, bukan individu.Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit
biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah).Contoh, program
surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit
yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah
kekurangan biaya.Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung
paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi
penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing,
dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing
penyakit.Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan
individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis.Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang
suatu penyakit.Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional,
maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap
penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan
berkala praktik dokter di AS.
Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok)
dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut
kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai
influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan
dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah
berlangsung.Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit
tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi
tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans
sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi.Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera
dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-
klinik.
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.
Pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakitpenyakit tertentu. Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1)
Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); (2)
Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan
fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans
(yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung
surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,
manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian
penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap
memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda.
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan
binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara.Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang
dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut.Timbulnya epidemi global
(pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh
dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi
internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi
batas-batas negara.Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global,
baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun
penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS,
flu burung, dan SARS.Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan
aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan
ekonomi.

B. Pengertian Bencana
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror. Sedangkan, Kejadian Bencana adalah peristiwa
bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban
dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari
satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.
Bencana terbagi dalam:
1. Natural Disaster : Misalnya gempa bumi, Gempa Vulkanik, Gelombang Tsunami,
Gunung Meletus.
2. Man Made Disaster : Misalnya Banjir,Kebakaran Hutan,Kerusuhan Sosial dan
Pencemaran Lingkungan.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Managemen Penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk tanggap darurat,Fase II
untuk fase akut,Fase III untuk recovery(rehabilitasi dan rekonstruksi).Prinsip dasar
penaggunglangan bencana adalah pada tahap Preparedness atau kesiapsiagaan sebelum
terjadi bencana.
Upaya Penaggunglangan Bencana meliputi;
1. Pra Bencana : Kelembagaan/koordinasi yang solid.SDM atau petugas kesehatan yang
terampil secara medik dan sosial dapat bekerjasama dengan siapapun,Ketersediaan
logistik seperti bahan,alatan dan obat. Ketersediaan informasi tentang bencana seperti
daerah rawan dan beresiko terkena dampak,serta adanya ketersediaan jaringan kerja
lintas program dan sektor.
2. Ketika Bencana : Rapid Health assesment dilakukan dari hari terjadi bencana sehingga
3 hari setelah bencana.
3. Pasca bencana : berdasarkan dari rapid health assesment untuk menentukan langkah
seterusnya sepeTifoid),Pelayanan kesehatan dasar,Surveilans Masyarakat dan
memperbaiki kesehatan lingkungan seperti air bersih,sanitasi makanan dan pengelolaan
sampah.

C. Surveilans bencana

Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan data yang terkait dengan
kejadian bencana. Tujuan dibangunnya surveilans pada situasi bencana yaitu mendukung
fungsi pelayanan bagi korban bencana secara keseluruhan untuk menekan dampak negatif
yang lebih besar. Karakteristik sistem surveilans yang dibangun pada situasi bencana ialah
sistem harus sederhana, mencakup yang sangat prioritas, dilakukan secara aktif dan intensif,
melibatkan semua pihak, mengutamakan unsur kecepatan, dan didukung juga adanya respon
yang cepat.
Surveilans Bencana adalah upaya untuk mengumpulkan data pada situasi bencana, data
yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal, luka sakit, jenis luka, pengobatan yang
dilakukan, kebutuhan yang belum dipenuhi, jumlah korban anak-anak, dewasa, lansia.
Surveilans sangat penting untuk monitoring dan evaluasi dari sebuah proses, sehingga dapat
digunakan untuk menyusun kebijakan dan rencana program.
Surveilans berperan dalam:
1. Saat Bencana : Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak apa saja
yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah korban,barang-barang apa saja
yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan, berapa banyak pengungsi
lansia, anak-anak, seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.
2. Setelah Bencana: Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat
dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa
saja yang harus dilakukan masyarakat untuk kembali dari pengungsian, rekonstruksi
dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan
respon/evaluasi.

Surveilans bencana meliputi :


1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular. Di lokasi
pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit yang
ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada tindakan
penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut. Ada 13 besar
penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare berdarah, diare
biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit, pneumonia,
tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
2. Surveilans data pengungsi.
Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat
pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data
dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
3. Surveilans kematian.
Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur, jenis
kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.
4. Surveilans rawat jalan.
5. Surveilans air dan sanitasi
6. Surveilans gizi dan pangan.
7. Surveilans epidemiologi pengungsi.
Surveilas epidemiologi yang dikembangkan pada pengungsi pada periode emergensi
merupakan Sistem Kewaspadaan Dini KLB penyakit dan keracunan. Sistem yang
akan dikembangkan harus selalu didahului dengan kajian awal. Kajian awal harus
dapat mengidentifikasi prioritas-prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian,
faktor-faktor yang berpengaruh, serta program intervensi yang mungkin dapat
dilakukan, terutama penyakit potensial KLB. Prioritas-prioritas penyakit tersebut
nantinya menjadi prioritas upaya perbaikan-perbaikan kondisi rentan pada kelompok
pengungsi, agar kejadian luar biasa penyakit dan keracunan dapat ditekan frekuensi
atau beratnya kejadian, atau bahkan dapat dihindari sama sekali. Prioritas-priotas
penyakit penyebab kesakitan kematian pada pengungsi tersebut juga menjadi dasar
perumusan terhadap kemungkinan penyelenggaraan surveilans kesehatan
masyarakat dalam bentuk sistem kewaspdaan dini KLB dan keracunan. Model
surveilans yang akan dikembangkan juga perlu menjadi salah satu sasaran kajian
awal. Prioritas-prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian pada pengungsi
tersebut, juga menjadi dasar dari prioritas kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
terjadinya kejadian rawan atau KLB penyakit menular dan keracunan.
Kesiapsiagaan diarahkan pada kesiapsiagaan tenaga dan tim penanggulangan gerak
cepat, sistem konsultasi ahli, komunikasi, informasi dan transportasi, serta
kesiapsiagaan penanggulangan KLB, baik dalam teknisk penanggulangan, tim
maupun logistic.
Jadi Surveilans bencana sangat penting karena secara garis besar dapat
disimpulkan manfaatnya adalah:
1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan, kualitas
tempat penampungan.
2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan
pencegahan.
3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, wanita hamil,
sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
4. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan, golongan, umur, menurut jenis
kelamin.
5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
6. survei Epidemiologi.

D. Pelaporan Dan Pendokumentasian Surveilans


1. Surveilans penyakit menular :
Cakupan Surveilans PD3I di Indonesia Saat Ini
a. Penyakit Campak
b. Penyakit TN
c. Penyakit Polio
d. Penyakit Diptheria
e. Penyakit Rubella/CRS
2. Sistem Pelaporan Surveilance Penyakit Menular

DETEKSI KASUS
FEED BACK

REGISTRASI

RESPON RESPON KONFIRMASI


SEGERA TERENCA
NA

ANALISIS/ PELAPORAN
INTERPRETASI

3. Sistem Pelaporan Surveilance Bencana

PELAPORAN KETERANGAN
GAMBARAN TENTANG 1. Jenis Bencana
BENCANA 2. Waktu Kejadian
3. Kekeuatannya

LOKASI BENCANA 1. Nama Desa/ Dusun, Kelurahan,


Kecamatan, Kabupaten, Provinsi
2. Topografi
3. Lengkapi dengan Peta

POPULASI 1. Perkiraan jumlah populasi


2. Distribusi populasi ( sex, umur, resti)

KORBAN 1. Korban meninggal, rawat inap,


rawat jalan, pengungsi, hilang
2. Penyakit terbanyak
3. Penyakit berpotensi KLB
4. Penyakit endemic
4..Sistem Pelaporan Dan Umpan Balik Surveilans
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Surveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus menerusterhadap semua
aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat
tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.
2. Definisi Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
3. Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan data yang terkait
dengan kejadian bencana. Sedangkan Surveilans KLB yaitu identifikasi, investigasi,
serta penanggulangan KLB atau wabah sekaligus mencegah terulang lagi

B. Saran
Adapun saran dari kami yaitu, Surveilans bencana seharusnya dilakukan secara
berkesinambungan mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Jadi perlu
koordinasi dan kerjasama yang baik antara pihak-pihak terkait agar persiapan mengahadapi
bencana dan intervensi setelah bencana dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan KLB
dilakukan untuk menurunkan kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, agar penyebarannya tidak
meluas.
DAFTAR PUSTAKA

DCP2 (2008).Public health surveillance.The best weapon to avert epidemics.Disease


ControlPriority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf
Eko, Budiarti & Dwi, Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta : EGC
http://fatinmaziahreguler2007.wordpress.com/2011/02/19/surveilans-bencana/ 16:12
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana . 15:37
http://arimasriadi.blogspot.com/Surveilans Epidemiologi Setelah Terjadinya Bencana.
Diakses tanggal 9-2-2013, jam 22:47 WIB.
Priambodo, S.A. 2009, Panduan Praktis Menghadapi bencana. Yogyakarta : Kanisius
Preparedness,Response and Recovery,Dr belladona MKes,Faculty of Medicine,UGM.
Widyastuti, P (Ed.). 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGC
WHO (2001).An integrated approach to communicable disease surveillance. Weekly
epidemiologicalrecord, 75: 1-8. http://www.who.int/wer

Anda mungkin juga menyukai