Anda di halaman 1dari 45

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT RUANG OPERASI

SELAMA PANDEMI COVID-19


DI SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL
TAHUN 2021

PROPOSAL

EPRIANTO ZIRALUO
NPM : 88200057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA BANDUNG
TAHUN 2021
Lampiran 2
Persetujuan Proposal Skripsi

LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG OPERASI


SELAMA PANDEMI COVID-19
DI SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL
TAHUN 2021

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
EPRIANTO ZIRALUO
NIM. 88200057

Proposal Skripsi ini Telah Disetujui


Tanggal 2021

Pembimbing I, Pembimbing II,

Hudzaifah Al Fatih, MS Tita Puspita Ningrum, M.Kep


NIP. UBSI. NIP.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung

Mery Tania, S. Kep., Ners, M. Kep


NIP. UBSI.

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat
dan bimbingaNya saya dapa menyelesaikan proposal ini dengan judul “ Gambaran
Tingkat Kecemasan Perawat Ruang Operasi Selama Pandemi COVID-19 di Santosa
Hospital Bandung Central”. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana keperawatan (.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya (ARS).
Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada :
Prof Dr. H Purwadhi, M.Pd, selaku rektor ARS University Bandung.

Mery Tania, S. Kep., Ners, M. Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung

Hudzaifah Al Fatih, MS selaku Pembimbing I, terima kasih atas masukan dan semua
ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu keperawatan.

Tita Puspita Ningrum, M.Kep selaku pembimbing II, terima kasih atas masukan dan
semua ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu keperawatan.

Terima kasih kepada istri ku tersayang yang telah membantu baik moril maupun
materil sehingga proposal ini dapat selasai.

Terimakasih kepada orantua yang telah mendukung saya dalam doa sehingga saya
bisa menyelesaikan proposal ini.

Terimkasih kepada anak- anak saya, Arsenio, George dan Ivana yang telah
menyemangati saya sehingga proposal ini dapat selesai.

Terimakasih kepada kakak Nirmala yang baik hati yang memberi semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.

Terimakasih kepada teman-teman yang membantu dan mendukung proposal saya ini.

Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Mohon atas segala
kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya lakukan. Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju
kebaikan dan dan menganugerahkan kasih saying-Nya untuk kita semua. Amin

DAFTAR ISI

1
Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

ABSTRAK........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................ v

DAFTAR GRAFIK dan GAMBAR................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Permasalah ............................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5

2.1 Konsep Kecemasan…………………………………………. 5

Definis Kecemasan 5

2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan……… 5

2.1.3 Tanda dan Gejala Kecemasan...................................... 7

2.1.4 Jenis dan Tingkat Kecemasan ..................................... 7

2.1.5 Pengkuran Tingkat Kecemasan .................................. 9

2.1.6 Penatalaksanaan Kecemasan....................................... 10

2.2 Perawat.................................................................................... 10

2.2.1 Definisi Perawat ......................................................... 10

2.2.2 Perawat kamar bedah (operating room nurse) ……… 11

1
2.2.3 Peran dan Fungsi Perawat ………………………….. 11

2.2.4 Fungsi Perawat ........................................................... 13

2.3 Pandemi COVID-19 …………………………………………… 13

2.3.1 Sejarah Pandemi COVID-19….……………………. 13

2.3.2 Definisi COVID-19…….………………………….. 13

2.3.3 Manifestasi COVID-19..…………………………… 13

2.3.4 Transmisi COVID-19……………………………… 14

2.3.5 Dampak Psikologis COVID-19 pada perawat……... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 17

3.1 Desain Penelitian…. ………………………………………… 17


3.2 Kerangka Teori …………..……………………….…….. 18
3.3 Kerangka Pemikiran................................................................. 18

3.4. Populasi dan Sampel................................................................. 19

3.5 Variabel Penelitian dan Defisi Operasional.............................. 19

3.6 Tempat .................................................................................... 20

3.7 Waktu....................................................................................... 20

3.8 Instrumen Penelitian................................................................. 20

3.9 Metode Pengumpulan Data………………………………….. 21

3.10 Etika Penelitian……………………………………………. 23

DAFTAR PUSTAKA ………………………....................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………….....................

1
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut WHO (2020) COVID-19 merupakan penyakit menular yang


pertama ditemukan di Wuhan Tiongkok pada bulan Desember 2019. Komisi
Kesehatan Nasional (NHC) Republik Rakyat Tiongkok kemudian mengumumkan
hal itu sebagai Corona Virus Novel, sekarang bernama COVID-19 yang
menjadi pandemi di dunia pada saat sekarang. Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pada kasus COVID-19
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian. Proses penularan yang cepat membuat WHO
menetapkan COVID-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia / Public Health Emergency Of International Concern
(KKMMD/PHEIC) pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar
bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang terpengaruh,
perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Kasus COVID-19 di Indonesia saat ini mencapai 1.46 juta. Kasus aktif
tercatat turun 1.594 orang menjadi 128.250 orang. Sayangnya, kematian masih
belum bisa terelakkan. Angkanya bertambah 161 dalam satu hari menjadi 39.711
secara nasional. Adapun dua provinsi yang mencatat kasus tertinggi lebih dari
seribu adalah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kedua provinsi masing-masing
mencatat pertambahan kasus sebanyak 1.474 dan 1.253 orang. Saat ini, total kasus
Covid-19 di Jakarta masih menjadi yang terbanyak yaitu 372.056 orang.
Selanjutnya Jawa Barat mencatat total kasus sebanyak 241.204 orang (Kementrian
Kesehatan RI, 2021).

Menurut JBN (Jurnal Bedah Nasional) 2020, COVID-19 menimbulkan


krisis yang signifikan pada berbagai kelompok dan populasi di dunia, khususnya
perawat. Perawat kamar bedah adalah salah satu yang beresiko terjadinya
penularan virus COVID-19 ini dikarenakan perawat yang ada dikamar bedah
sebagai partner dokter dalam melakukan tindakan pembedahan dan pembiusan
(intubasi) pada pasien. Kamar operasi dapat menjadi area berisiko tinggi untuk
transmisi infeksi saluran pernapasan. Selain itu, pasien asymtomatic carier yang
akan dilakukan pembedahan dapat berpotensi menularkan virus selama masa

1
inkubasi. Suatu penelitian retrospektif di China yang meneliti 34 pasien
asimtomatik berusia 34-83 tahun yang dilakukan operasi elektif di awal pandemi,
menjadi bergejala COVID-19 pasca operasi dan terkonfirmasi positif setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorim kuantiantatif RTPCR. Sebanyak 44,1% pasien
membutuhkan perawatan ICU paska operasi dengan mortalitas sebesar 20,5%
karena ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Gejala COVID-19
berkembang sangat cepat (rata-rata hari ke- 2-6) pasca operasi.

Peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh perawat menjadi
dilema saat mereka juga harus menjaga diri, rekan sejawat dan keluarga di rumah
dari infeksi yang mematikan ini. Perubahan dalam emosional bila dibiarkan dan
berkembang akan dapat menjadi patologis (Khairiyah, 2016). Meningkatnya
kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada saat
masa pandemi, termasuk pandemi COVID-19 yang sedang terjadi (WHO, 2020).
Hasil penelitian Huang et al (2020) kesehatan mental dari 1.257 petugas
kesehatan yang merawat pasien COVID-19 di 34 rumah sakit Tiongkok
didapatkan hasil tingkat kecemasan 45 %, insomnia 34 %, gejala depresi 50 %,
tekanan psikologis 71,5 %. Penelitian yang dilakukan Roy et al, (2020) di India
dengan sampel 662 didapatkan tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan laki-laki
48,6 % dan pada perempuan 51,2 %. Gambaran Kesehatan Mental Akibat
Pandemi Covid-19 menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
Indonesia (PDSKJI) melakukan survei mengenai kesehatan mental melalui
swaperiksa yang dilakukan secara daring. Hasil survei menunjukkan, sebanyak
63% responden mengalami cemas dan 66% responden mengalami depresi akibat
pandemi Covid-19 (Sulis Winurini dkk, 2020).
Hasil penelitan tentang tingkat kecemasan dan faktor terkait pada perawat
ruang operasi selama pandemi COVID-19 didapatkan hasil bahwa perawat
memiliki kecemasan sedang. Kecemasan ini dipengaruhi oleh faktor risiko yang
terkait dengan tingkat kecemasan yang tinggi antara lain memiliki penyakit kronis,
bekerja dengan pasien yang menyebabkan kekhawatiran, takut tertular COVID-19
dan menularkannya kepada orang yang dicintai, ketidakmampuan rumah sakit
dalam mengelola pandemi, kurangnya dukungan dari manajer rumah sakit,
mengambil sedikit istirahat dan bekerja dalam shift panjang karena tindakan
pencegahan di tempat kerja (Enay Gul et al., 2021).

Kecemasan dapat terjadi disetiap kehidupan manusia terutama bila


dihadapkan pada hal- hal yang baru. Kecemasan merupakan perasaan takut yang
tidak jelas yang disertai dengan adanya perasaan ketidakpastian, ketidakamanan,
ketidakberdayaan dan isolasi (Stuart, 2016). Adapun gejala kecemasan utama
antara lain merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir berlebihan,

1
mudah marah, dan sulit rileks. Sementara gejala depresi utama yang muncul
adalah gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah, tidak bertenaga, dan kehilangan
minat. Lebih lanjut, sebanyak 80% responden memiliki gejala stres pascatrauma
psikologis karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan
terkait Covid-19. Gejala stres pascatrauma psikologis berat dialami 46%
responden, gejala stres pascatrauma psikologis sedang dialami 33% responden,
gejala stres pascatrauma psikologis ringan dialami 2% responden, sementara 19%
tidak ada gejala (JPKI, 2020). Dampak negatif lain yang berhubungan dengan
kecemasan sebagai respon terhadap pandemi COVID-19 ini dapat mencakup
insomnia, perubahan konsentrasi, iritabilitas, berkurangnya produktifitas dan
konflik antar pribadi, stigma, ketakutan penularan kepada yang rentan (Brooks,
S.K, Webster, R.K, Smith, L.E, Woodland, L, Wessely, S, Greenberg, N, & Rubin,
n.d, 2020).

Respon psikologis yang dialami oleh petugas kesehatan terhadap pandemi


penyakit menular semakin meningkat karena disebabkan oleh perasaan cemas
tentang kesehatan diri sendiri dan penyebaran kepada keluarga (Cheng et al.,
2020). Ukuran dampak pandemi COVID-19 terhadap kesehatan mental belum
dapat diukur secara komprehensif, namun informasi mengenai dampak pandemi
terhadap kesehatan mental dapat diperkirakan dari temuan penelitian saat wabah
MERS-COV pada tahun 2015 di Korea Selatan (Ridlo, 2020).

Mengatasi masalah kecemasan dengan cara mengaplikasi Teori


adaptasi Calista Roy merupakan model keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku
adaptif serta mampu merubah perilaku yang inadaptif (Zelyanti, 2016). Perilaku
adaptif yang harus kita lakukan pada masa pandemi yaitu mencuci tangan dengan
sabun atau hand sanitizer, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, terapkan
teknik batuk dan bersin yang betul menurut kesehatan, gunakan masker yang
sesuai menurut kesehatan dan mencuci tangan setelah membuang masker serta
jaga jarak minimal 1 meter dari orang yang mengalami gangguan pernapasan,
Jenderal Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (2020).

Dampak dari pandemi COVID 19 menimbulkan banyak kerugian seperti


halnya gangguan kesehatan fisik, kesenjangan ekonomi, kesenjangan sosial dan
gangguan mental (Wang et al. 2020). Gangguan mental yang terjadi pada pandemi
covid 19 ini ialah kecemasan, ketakutan, stress, depresi, panik, kesedihan, frustasi,
marah, serta menyangkal (Huang et al. 2020). Keadaan tersebut bukan Kecemasan
yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta
tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit penyakit fisik (Cutler, 2004).

1
Hasil wawancara peneliti data awal, pada perawat ruang operasi
berjumlah 10 orang, didapatkan 6 orang mengatakan adanya perasaan anxietas
( rasa cemas, firasat buruk ), ketegangan ( lesu, mudah terkejut ), gangguan tidur
( tidak bisa tidur nyenyak ) dan 4 orang tidak cemas. Alasan responden
mengatakan cemas karena takut tertular dengan keluarga yang ada dirumah dan
takut tertular pada diri sendiri yang dapat mempengaruhi kualitas dalam bekerja.
Sedangkan responden yang mengatakan tidak cemas alasannya tuntutan dalam
kebutuhan ekonomi yang dapat memberikan semangat untuk bekerja walaupun
dalam kondisi pandemi COVID 19 sangat berbahaya dan harus mematuhi protokol
Kesehatan dengan APD yang lengkap serta menjaga daya tahan tubuh dengan
meminum vitamin.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik mengetahui


seberapa tingkat kecemasan perawat bedah di ruang operasi. Karena kecemasan
yang tidak ditangani akan membawa dampak negatif terhadap individu maupun
terhadap mutu pelayanan keperawatan. Maka dari itu peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul Gambaran Tingkat kecemasan Perawat Ruang Operasi
Selama Pandemi COVID-19 Di Santosa Hospital Bandung Central.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka rumusan masalah


penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat Ruang
Operasi Selama Pandemi COVID-19 Di Santosa Hospital Bandung Central ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat Ruang


Operasi Selama Pandemi COVID-19 Di Santosa Hospital Bandung Central.

1.4. Manfaat Penelitian

Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan menambah referensi
perpustakaan Universitas Adhirajasa Reswara Sanjasa Bandung tentang Gambaran
Tingkat Kecemasan Perawat Ruang Operasi Selama Pandemi COVID-19 Di Santosa
Hospital Bandung Central.

Bagi Tenaga Keperawatan

1
Hasil penelitian ini diharapkan membantu perawat dalam meningkatkan pelayanan
dan kewaspadaan terhadap pasien COVID-19. Serta dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang optimal.

Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Santosa Hospital Bandung
Central khusunya ruang bedah sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tujuan Rumah sakit.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang
ingin meneliti topik yang berkaitan dengan metode yang berbeda.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Kecemasan

Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas yang disertai

1
dengan adanya perasaan ketidakpastian, ketidakamanan, ketidakberdayaan dan
isolasi (Stuart, 2016). Sedangkan menurut Hawari, (2011), kecemasan merupakan
gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya rasa khawatir dan ketakutan
yang berkelanjutan tetapi tidak mengalami gangguan dalam realita, kepribadian
masih tetap utuh, perilaku terganggu tetapi masih dalam batas normal. Kecemasan
adanya rasa takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan karena adanya antisipasi
bahaya yang merupakan sinyal bagi individu dalam mengambil tindakan untuk
menghadapi ancaman (Sutejo, 2018).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosional pada
seseorang yang tidak jelas yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan
merasa terancam disebabkan adanya ketegangan dari luar tubuh.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan

Berikut ini faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan (untari, 2014), yaitu

Usia

Semakin meningkat usia seseorang semakin baik tingkat kematangan seseorang


walau sebenarnya tidak mutlak.

Jenis kelamin

Gangguan lebih sering di alami perempuan dari pada laki-laki. Perempuan memiliki
tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subyek yang berjenis kelamin laki-
laki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosi yang pada akhirnya peka
juga terhadap perasaan cemasnya. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa
yang dialaminya dari segi detil sedangkan laki-laki cenderung global atau tidak detail.

Tahap perkembangan

Setiap tahap dalam usia perkembangan sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa
termasuk didalamnya konsep diri yang akan mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan
dan pandangan individu tentang dirinya dan dapat mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang negatif lebih
rentang terhadap kecemasan.

Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan stress dari pada
yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki
kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab mereka
menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan
suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka.

Pendidikan

1
Seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami kecemasan,
karena semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi kemampuan berfikir
seseorang.

Status kesehatan

Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan kapasitas seseorang dalam


menghadapi stress.

Makna yang dirasakan

Jika stressor dipersepsikan akan berakibat baik maka tingkat kecemasan yang akan
dirasakan akan berat. Sebaliknya jika stressor dipersepsikan tidak mengancam dan
individu mampu mengatasinya maka tingkat kecemasanya yang dirasakanya akan
lebih ringan.

Nilai-nilai budaya dan spritual

Nilai-nilai budaya dan spritual dapat mempengaruhi cara berfikir dan tingkah laku
seseorang.

Dukungan sosial dan lingkungan

Dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang
tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh pengalaman seseorang
dengan keluarga, sahabat rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan akan timbul jika
seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungan.

Mekanisme koping

Ketika mengalami kecemasan, individu akan menggunakan mekanisme koping untuk


mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif
menyebabkan terjadinya perilaku patologis.

Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang


kehidupan keluarga. Bekerja bukanlah sumber kesenangan tetapi dengan bisa
diperoleh pengetahuan.

Tanda Gejala Kecemasan

Menurut Vye, (Hidayat dkk, 2016), gejala kecemasan dapat diidentifikasi melalui 3
komponen :X

Komponen kognitif

Cara individu memandang, mereka berfikir bahwa adanya kemungkinan –


kemungkinan yang buruk yang selalu mengintainya sehingga menimbulkan rasa
khawatir, takut dan ragu yang berlebihan dan merasa dirinya, tidak mampu, dan tidak
percaya diri dan itupun merasa suatu ancaman bagi mereka.

Komponen fisik/ sensasi fisiologis

Gejala yang dapat dirasakan lansung seperti sakit kepala, sesak nafas, tremor, detak
jantung yang cepat, sakit perut, dan ketegangan otot.

1
Komponen perilaku

Melibatkan perilaku atau tindakan seseorang yang overcontrolling Menurut


Greenberger dan Padesky dalam (Fenn, K., & Byrne, 2013) menjabarkan 4 aspek
kecemasan:X

1. Physical symtom atau reaksi fisik yang terjadi pada orang cemas
misalnya otot tegang, telapak tangan berkeringat, sulit bernafas,
jantung berdebar- debar, pusing.
2. Thought, yaitu pemikiran yang negatif dan irasional individu berupa
perasaan tidak siap, tidak mampu, merasa tidak memiliki ke ahlian,
dan tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri. Pemikiran ini
cendrung akan menetap bila individu tidak merubah pemikirannya
menjadi lebih positif.
3. Behavior, individu dengan kecemasannya cendrung menghidari situasi
penyebab kecemasan tersebut dikarenakan individu merasa dirinya
terganggu dan tidak nyaman seperti sakit kepala, mual, keringat
dingin, gangguan tidur. Perilaku yang muncul seperti kesulitan tidur
karena memikirkan pekerjaan.
4. Feellings, suasana hati individu dengan kecemasan cendrung meliputi
panik, perasaan marah, perasaan gugup saat ada pembicaraan dunia
kerja.
2.1.1. Jenis dan Tingkat Kecemasan
1. Menurut Freud (MGBK, 2010) terdapat tiga jenis kecemasan :
Kecemasan realistik, yaitu ketakutan terhadap bahaya atau ancaman nyata yang ada
dilingkungan maupun didunia luar.

Kecemasan neuorotik, yaitu ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya,


kecemasan ini berkembang adanya pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-
kanak terkait dengan hukuman atau ancaman dari orang tua maupun orang lain yang
otoritas jika melakukan perbuatan salah (implusif).

Kecemasan moral, yaitu rasa takut pada suara hati (super ego).

Berdasarkan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) kecemasan dapat


dikelompokan dengan gejala-gejalas secara spesifik ( Hawari, 2008) :X

Perasaan meliputi firasat buruk, rasa cemas, mudah tersinggung.

Ketegangan meliputi ; lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang, rasa tegang, mudah
menangis, mudah tersinggung, mudah terkejut, gemetar dan gelisah.

Ketakutan meliputi: takut ditinggal sendiri, takut pada keramain, takut pada orang
asing.

Gangguan tidur yaitu sering terbangun tengah malam, tidak bisa tidur nyenyak,
mimpi buruk, susah tidur.

Gangguan kecerdasan: tidak bisa konsentrasi, ingatan menurun.

1
Gangguan depresi: sering merasa sedih, hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
terhadap hobi.

Gejala somatik; merasa sakit pada tubuh, otot2 persendian,kaku.

Gejala pendengaran : telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah.

Gejala kardiovaskuler misalnya berdebar-debar, nadi kencang, lemas detak jantung


menghilang berhenti sekejap.

Gejala respiratorik , misalnya merasa sesak nafas, tercekik, napas pendek dan
dangkal.

Gejala gastro intestinal meliputi: rasa terbakar diperut, mual, perut terasa melilit,
kembung, muntah, susah buang air besar.

Gejala urogenital meliputi: sering buang air kecil, tidak datang menstruasi, haid yang
berlebihan, masa haid yang pendek.

Gejala autonom meliputi mudah berkeringat, sakit kepala, sering merasa pusing,
mulut kering.

Tingkah laku meliputi gemetar, kulit kering, napas pendek dan cepat, gelisah, muka
tegang.

Pengukuran tingkat kecemasan

Menurut (Stuart, 2016), kecemasan ada empat tingkatan :X

Kecemasan ringan, kecemasan ini terjadi karena adanya kekecewaan yang


berhubungan dengan adanya ketegangan pada kehidupan sehari- hari, tetapi
kecemasan ini bisa memotifasi untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.

Kecemasan sedang, kecemasan ini berfokus pada hal-hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu,
sehingga individu kurang selektif.

Kecemasan berat, sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu cendrung


berfokus pada suatu yang spesifik dan rinci serta tidak berfikir pada hal yang lain.

Kecemasan panik, kecemasan atau ketakutan berhubungan dengan teror, terperangah,


takut dan cendrung mengalami hilang kendali, kehilangan pemikiran yang rasional,
tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan bila berlangsung lama dapat
mengalami kelelahan dan keletihan.

Cara memberikan penilaian terhadap tigkat kecemasan menurut Hamilton Rating


Scale For Anxiety ( HRS-A) terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing- masing
dirinci lagi dengan gejala-gejala spesifik. Masing- masing kelompok gejala diberi
penilaian angka (score) antara 0–4

Nilai :

0 = Tidak Ada Gejala

1 = Gejala Ringan

1
2 = Gejala Sedang

3 = Gejala Berat

4 = Gejala Berat Sekali

Masing- masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari
hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui drajat kecemasan seseorang yaitu :

Total nilai ( Score) :

<6 = Tidak Ada Kecemasan

7 – 14 = Kecemasan Ringan

15 – 27 = Kecemasan Sedang

28 – 41 = Kecemasan Berat

>41 = Kecemasan Berat Sekali

Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut ( Hawari, 2011 ) penatalaksanaan atau manajemen ada tahap


pencegahan dan terapi memerlukan metode pendekatan yang bersifat holistic
yaitu
a. Penatalaksanaan farmakologi.
Dengan menggunakan obat – obatan misalnya anti kecemasan benzodiazepim, obat
ini tidak boleh digunakan dalam waktu lama karena bisa mnyebabkan ketergantungan

Non Farmakologi.

Distraksi : merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan mengalihkan


perhatian dari rasa cemas. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan
pelepasan endokrin akan menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih
sedikit stimulus yang di transmisikan ke otak ( Perry dkk, 2005).X

Relaksasi : terapi relaksasi yang dapat dilakukan berupa relaksasi tarik napas dalam,
mediasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi.

1
Perawat

Definisi Perawat

Perawat adalah seseorang yang profesional mempunyai kemampuan, tanggung jawab


dan kewenangan melaksanakan pelayanan dan asuhan yang berhubungan dengan
keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004).
Sedangkan menurut UU 38 Tahun 2014 Perawat adalah seseorang yang telah lulus
dalam pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang di
akui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang- undangan.X

Perawat adalah bagian penting dari tenaga Kesehatan karena mereka bertanggung
jawab untuk pencegahan infeksi, pengendalian, isolasi dan Kesehatan masyarakat dan
global (Schwerdtle et al., 2020; Smith et al., 2020). Perawat adalah orang pertama
yang bertemu orang dengan atau berisiko COVID-19. Mereka telah bekerja siang dan
malam untuk memerangi pandemic sejak awal. Perawatan dan jenis posisi
keperawatan yang berbeda merupakan sumber stress potensial bagi perawat karena
mereka tidak hanya harus mengatasi beban kerja yang terus bertambah, tetapi mereka
juga harus mengikuti protocol Kesehatan dan keselamatan terkait pandemic sambal
melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Di masa COVID-19, seperti
pandemi lainnya, perawat mengkhawatirkan Kesehatan mereka sendiri dan keluarga
karena mereka berisiko tinggi tertular virus mematikan. Mereka menghadapi stress,
kecemasan, ketakutan, dan dilema karena mereka bertanggung jawab secara etis
untuk memberikan perawatan yang berkualitas, apa pun kondisinya ( Cai et al., 2020;
Kim & Choi, 2016). Lin dkk. (2020) melaporkan bahwa perawat baru mengalami
kecemasan ringan. Hacimusalar dkk. (2020) menemukan bahwa perawat memilki
tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada professional perawatan Kesehatan
lainnya di turki sejak awal pandemi.

Perawat kamar bedah (operating room nurse)

Perawat kamar bedah (operating room nurse) adalah perawat yang memberikan
asuhan keperawatan perioperatif kepada pasien yang akan mengalami pembedahan
yang memiliki standar, pengetahuan, keputusan, serta keterampilan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan khususnya kamar bedah (AORN, 2013 dalam Hipkabi,
2014).

Perawat kamar bedah adalah salah satu yang beresiko terjadinya penularan virus
COVID-19 ini dikarenakan perawat yang ada dikamar bedah sebagai partner dokter
dalam malakukan tindakan pembedahan dan pembiusan (intubasi) pada pasien.
Pembedahan yang menjadi salah satu layanan dari sistem kesehatan dengan prosedur
“emergency” dan “elektive” menjadi aspek penting yang harus diperhatikan. Kamar
operasi juga dapat menjadi area berisiko tinggi untuk transmisi infeksi saluran
pernapasan. Selain itu, pasien asymtomatic carier yang akan dilakukan pembedahan
dapat berpotensi menularkan virus selama masa inkubasi

Peran dan Fungsi Perawat

Peran dan Fungsi Perawat menurut (Hidayat, 2012)X

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan ( care giver)

1
Perawat memberikan pelayanan keperawatan dengan memenuhi kebutuhan asah, asih
dan asuh

Sebagai Advocate

Perawat sebagai pembela, pelindung keluarga atau pasien . misalnya perawat


membantu klien untuk menadapatkan hak – haknya dan membantu pasien untuk
menyampaikan keinginannya (Berman, 2010).X

Pencegahan penyakit atau sebagai educator

Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan harus selalu mengutamakan tindakan


pencegahan untuk terjadinya masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau
masalah yang dideritanya. Misalnya dengan memberikan penyuluhan preventif dapat
menurunkan tingkat kecacatan dan mortalitas akibat cedera pada pasien (Wong,
2009).X

Sebagai Pendidik

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat memberikan pendidikan pada


pasien atau keluarga, misalnya keseluruhan mengenai penyuluhan tujuan nya adalah
dapat merubah perilaku klien atau keluarga kearah yang lebih baik atau kearah
perilaku sehat seperti mengajarkan cara menghilangkan stress dan melakukan
perawatan klien yang sesuai dirumah setelah pulang dari rumah sakit pada keluarga
(Carman, 2015).X

Sebagai Pemberi Konseling

Dalam hal ini perawat memberikan dukungan yang melibatkan emosi, intelektual dan
psikologis, perawat memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang
dihadapi oleh klien atau keluarga, misalnya individu tidak mampu atau ada kesulitan
dalam penyesuaian diri yang normal kemudian perawat memberikan dorongan pada
individu untuk mencari perilaku alternatif, mengenai pilihan yang tersedia untuk
mengembangkan pengendalian diri (Berman, 2010).X

Kolaborasi

Perawat melakukan tindakan kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam
menyelesaikan permasalahan klien atau keluarga seperti dokter, ahli gizi, psikolog
dan lain- lain karena pasien merupakan individu yang komplek atau individu yang
membutuhkan perhatian dan perkembangan (Hidayat, 2012).X

Pengambil Keputusan Etik

Perawat dalam mangambil keputusan etik misalnya akan melakukan tindakan pelayan
keperawatan karena perwat yang berada disamping pasien selam 24 jam (Wong,
2009).X

Sebagai Peneliti

Perawat harus melakukan kajian – kajian keperawatan pasien yang dapat


dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan untuk peningkatan mutu
pelayanan keperwatan pasien (Hidayat, 2012).X

1
Fungsi Perawat

Fungsi Independen

Fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.

Fungsi Dependen

Perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan dan instruksi perawat lain misalnya
adanya tugas limpah, pemberian tugas dari perawat primer kepada perawat pelaksana.

Fungsi Interdependen

Fungsi ini membutuhkan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam menyelesaikan
masalah pasien.

Pandemi COVID-19

Sejarah Pandemi COVID-19

COVID-19 pertama kali terjadi pada bulan Desember 2019 yang


ditemukan di Wuhan Tiongkok di Provinsi Hubei Cina (Holsuhue et al, 2020).
Pada tanggal 11 Januari 2020 cina mengumumkan salah seorang dari
rakyatnya, pria berusia 61 tahun meninggal karena COVID-19 yang terpapar
saat kepasar makanan laut (WHO, 2020). Selang beberapa minggu virus ini
menyebar keseluruh dunia dengan cepat (WHO, 2020).
2.1.2. Definisi COVID-19
COVID-19 atau disebut juga dengan Corona Virus adalah kelompok
virus yang bisa menyebabkan penyakit, baik itu pada manusia maupun pada
hewan, pada manusia bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan mulai dari
flu biasa sampai penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndroma (MERS) dan syndroma pernafasan akut berat/ Severe Acute
Respiratory Syndroma (SARS) menurut (WHO, 2020). COVID-19 adalah

1
penyakit menular disebabkan oleh corona virus yang baru ditemukan di Wuhan
Tiongkok pada bulan Desember 2019. Komisi Kesehatan Nasional (NHC)
Republik Rakyat Tiongkok kemudian mengumumkan hal itu dengan Corona
Virus Novel, yang sekarang bernama COVID-19. COVID-19 inilah yang
menjadi pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia pada saat
sekarang ini.

2.3.3 Manifestasi COVID-19


Masa inkubasi COVID-19 ini rata – rata 5 – 6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang adalah 14 hari (buku pedoman pencegahan dan pengendalian
COVID-19, Kemenkes RI, 2020) . Adapun tanda dan gejala dari COVID-19 ini
dapat menyebabkan dari gejala ringan hingga berat. Temuan klinis yang dapat
diklasifikasi dari penyakit ini menurut tingkat keparahannya (Elmasri, Juli
2020) yaitu :
a. Tahap awal (ringan) menunjukan gejala infeksi dini dan non spesifik
seperti malaise, demam, dan batuk kering, diare Pada tahap ini dapat
diketahui dengan pemeriksaan Reverse transcriptase –polymerase chain
reaction (RT- PCR), foto thorak, tes darah lengkap dan fungsi hati.
b. Tahap II Moderat: dapat terjadi penyakit paru yang terbentuk karena
adanya penggandaan virus dan peradangan lokal di paru. Pada tahap ini
pasien akan mengalami batuk, pneumoni, demam tinggi dan mungkin
hipoksia, pada hasil rontgen dada atau Computed Tomograpy
menggambarkan infiltrasi bilateral
c. Stadium III (berat) peradangan sistemik. Pada tahap ini merupakan tahap
yang paling parah pada pasien COVID-19 dari seluruh stadium yang
memanifestasikan sebagai sindrom hiper peradangan sistemik ekstra paru
bahkan sebuah penelitian di propinsi Hubei Cina juga dapat memeberikan
gejala pada mata misal konjuctiva hiperemi, kemosis, epifora, dan
peningkatan sekresi pada mata.

2.3.4. Transmisi COVID-19


Menurut (WHO, 2020) cara penyebaran virus COVID-19 bisa melalui
udara dengan cara :

1
1. Penyebaran virus COVID-19 melalui droplet :
Penularan virus COVID-19 bisa terjadi pada saat bersin, batuk, berbicara,
bernyanyi, hingga bernafas. Saat melakukan hal- hal tersebut udar yang
keluar dari mulut dan hidung mengeluarkan partikel kecil atau aerosol
dalam jarak dekat.
2. Penyebaran COVID-19 melalui udara :
COVID-19 dapat menyebar melalui partikel-partikel kecil yang melayang
diudara.
3. Penyebaran COVID-19 melalui permukaan yang terkontaminasi:
Penularan COVID-19 terjadi bila seseorang menyentuh permukaan yang
sudah terkontaminasi virus misalnya pada saat batuk atau bersin.
4. Penyebaran COVID-19 melalui Fecal Oral atau limbah manusia:
Laporan sampai sekarang ini belum ada yang dipublikasikan.
5. Penyebaran COVID-19 bisa melalui darah, dari ibu ke anak, dari hewan
ke manusia.
6. Kelompok orang yang paling rentan terhadap COVID-19.
Menurut (Fitri, 2020) orang yang paling rentan adalah :
Orang yang tinggal satu rumah dengan suspek atau punya gejala COVID-19.

Tenaga medis yang menangani pasien suspek dan pasien positif COVID-19.

Kelompok orang yang masuk kontak sosial.

Area dari orang-orang yang terkomfirmasi COVID-19.

Menurut (Azizah, 2020) kelompok beresiko tinggi terhadap COVID-19


yaitu:
Mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah atau auto imun

Adanya penyakit penyerta/ komorbid

Obesitas atau BMI lebih dari 40

Ibu hamil.

Usia 60 tahun keatas

Pencegahan COVID-19

Menurut buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease


(COVID-19), (Kemenkes RI, 2020), langkah-langkah pencegahan COVID–19
dimasyarakat diantaranya :

Melakukan cuci tangan dengan sabun atau hand saniter.

Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut.

Terapkan tehnik batuk dan bersin yang betul menurut kesehatan.

1
Gunakan masker yang sesuai menurut kesehatan, dan mencuci tangan setelah
membuang masker.

Jaga jarak minimal 1 meter dari orang yang mengalami gangguan pernafasan.

Menurut Pawitri (2020), cara pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dengan cara :

Sering – sering cuci tangan.

Menyemprotkan cairan desinfektan pada benda yang sering terkontaminasi.

Menjaga sistem imunitas tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat.

Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut.

Menjaga kebersihan disaat batuk dan bersin.

Tetap jaga protokol kesehatan saat sampai di rumah.

Dampak Psikologis COVID-19 pada Perawat

Hasil penelitian Huang et al (2020) kesehatan mental dari 1.257 petugas


kesehatan yang merawat pasien COVID-19 di 34 rumah sakit Tiongkok
didapatkan hasil tingkat kecemasan 45 %, insomnia 34 %, gejala depresi 50 %,
tekanan psikologis 71,5 %. Penelitian yang dilakukan Roy et al, (2020) di India
dengan sampel 662 didapatkan tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan laki-
laki 48,6 % dan pada perempuan 51,2 %. Gambaran Kesehatan Mental Akibat
Pandemi Covid-19 menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
Indonesia (PDSKJI) melakukan survei mengenai kesehatan mental melalui
swaperiksa yang dilakukan secara daring. Hasil survei menunjukkan, sebanyak
63% responden mengalami cemas dan 66% responden mengalami depresi
akibat pandemi Covid-19. Gejala cemas utama adalah merasa khawatir sesuatu
yang buruk akan terjadi, khawatir berlebihan, mudah marah, dan sulit rileks.
Sementara gejala depresi utama yang muncul adalah gangguan tidur, kurang
percaya diri, lelah, tidak bertenaga, dan kehilangan minat. Lebih lanjut,
sebanyak 80% responden memiliki gejala stres pascatrauma psikologis karena
mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait Covid-19.
Gejala stres pascatrauma psikologis berat dialami 46% responden, gejala stres
pascatrauma psikologis sedang dialami 33% responden, gejala stres
pascatrauma psikologis ringan dialami 2% responden, sementara 19% tidak
ada gejala.

1
BAB III

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan


pendekatan desain cross sectional. penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk melihat atau mengetahui gambaran fenomena atau gambaran
kesehatan pada sekumpulan objek yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat
kecemasan pada perawat ruang operasi selama pandemi COVID-19 di Santosa
Hospital Bandung Central tahun 2021.

1
Kerangka Teori

Bagan Kerangka Teori 3.2

Faktor-Faktor yang mempengaruhi


tingkat kecemasan yaitu

Usia

Jenis kelamin

Tahap perkembangan
Kecemasan pada Individu
Tahap kepribadian,

Pendidikan

Status Kesehatan

Makna yang dirasakan

Nilai-nilai budaya dan spiritual,

Dukungan social dan lingkungan

Dampak Biologis Dampak Sosial/Prilaku


Dampak Psikologis

Kategori Kecemasan (rakjumar, 2020) :

Normal

Ringan

Sedang

1
(Nurazizah, 2020), (Rakjumar, 2020)

1
. Populasi, Sampel, dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dalam penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi juga merupakan subjek atau objek pada wilayah tertentu
yang sudah memenuhi kriteria penelitian (Donsu, 2016). Populasi adalah subjek yang
sudah ditetapkan dalam penelitian yang memenuhi kriteria (Nursalam, 2013). Adapun
jumlah populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang memberikan pelayanan
di ruang operasi Santosa Hospital Bandung Central yang berjumlah 58 orang.X

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti yang bisa mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel seluruh populasi berjumlah 58 orang.X

3.3.3 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2009:63), teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah Teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. Alasan total mengambil total sampling karena jumlah populasi kurang
dari 100. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 58 orang.
https://penerbitbukudeepublish.com/teknik-pengambilan-sampel/, 19 Desember 2021
pukul 20.00 wib. X

Definisi Operasional

Variabel

Definisi

Oprasional

Cara

Ukur

Alat Ukur

Sekala

Ukur

Hasi Ukur

Tingkat kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan takut perawat bedah yang tidak jelas yang disertai dengan
adanya perasaan ketidak pastian, ketidak amanan, ketidak berdayaan dan isolasi

(stuart, 2016)

1
Kuesioner

Kuesioner HRS-A 14 (Hamilton Rating Scale for Anxiety)

Ordinaal

Tidak ada kecemasan : <6

Kecemasan ringan : 7-14

Kecemasan sedang : 15-27

Kecemasan berat : 28-41

Kecemasan berat sekali : >41

Tempat

Penelitian dilakukan di ruang kamar bedah Santosa Hospital Bandung Central

Waktu

Penelitian di lakukan Januari 2021

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data (Notoatmodjo,
2012). Instrument yang digunakan ini adalah :

Kuesioner A berisi tentang identitas perawat bedah, usia, jenis kelamin, pendidikan, nilai
budaya dan spiritual (agama).

Kuesioner B berisi pertanyaan untuk mengukur tingkat kecemasan dengan


menggunakan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety). Terdiri dari 14 item
pertanyaan yang berisikan tidak ada kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan
berat, dan kecemasan sangat berat.

Cara memberikan penilaian terhadap tigkat kecemasan menurut Hamilton Rating Scale
For Anxiety ( HRS-A) terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing- masing dirinci lagi
dengan gejala-gejala spesifik. Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka
(score) antara 0–4

Nilai :

0 = Tidak Ada Gejala

1 = Gejala Ringan

2 = Gejala Sedang

3 = Gejala Berat

4 = Gejala Berat Sekali

1
Masing- masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui drajat kecemasan seseorang yaitu :

Total nilai ( Score) :

<6 = Tidak Ada Kecemasan

7 – 14 = Kecemasan Ringan

15 – 27 = Kecemasan Sedang

28 – 41 = Kecemasan Berat

>41 = Kecemasan Berat Sekali

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety
(HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ)
dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah diukur pada tahun 1984
mendapat korelasi yang cukup dengan HRS-A (r = 0,57 – 0,84) (Iskandar, 1984). Skala
HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HRS-A akan
diperoleh hasil yang valid dan reliable (Nursalam, 2003).

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.
Pengumpulan data merupakan Langkah yang amat penting dalam metode ilmiah. Pada
umumnya, data dikumpulkan akan digunakan, kecuali untuk keperluan eksploratif, juga
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. (Moehar,2002:131) oleh karena itu data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data Primer

Data yang didapatkan secara langsung dari responden melalui kuesioner yang diberikan
secara langsung, data yang didapatkan dari responden berupa tingkat kecemasan perawat
di ruang kamar bedah selama pandemic Covid-19 di Santosa Hospital Bandung Central

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Santosa Hospital Bandung Central di ruang operasi angka
kejadian COVID-19 sebanyak 15 orang, jurnal, literature, dan study kepustakaan yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga bantuan arahan dari ibu pembimbing serta
bapak pembimbing.

Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

1
Peneliti terlebih dahulu menggajukan judul skripsi, lalu di setujui oleh pembimbing I
untuk membuat latar belakang proposal, bab 1, bab 2 dan bab 3, kemudian peneliti
meminta pengantar dari kampus untuk pengajuan izin pengambilan data ke Direktur dan
bidang Keperawatan Santosa Hospital Bandung Central.

Peneliti berkordinasi dengan kepala Instalasi kamar bedah Santosa Hospital Bandung
Cenetral.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti menanyakan ketersediaan responden untuk menjadi sampel penelitian gambaran


kecemasan perawat tentang COVID-19, bila responden bersedia peneliti mmemberikan
link kuesioner melalui whatsap group dengan tautan formulir online dengan menggunakan
google form.

Peneliti memberikan kuesioner form kecemasan kepada perawat yang melakukan


pelayanan di ruang kamar bedah.

Peneliti memantau perkembangan pengisian kuesioner secara langsung. Setelah google


form terisi semua peneliti melakukan pengolahan data.

Pengolahan Data

Selelsai pengumpulan data kemudian data di cek ulang tentang kelengkapan dan
kebenaran data. Data dianalaisi dengan suatu aplikasi atau software.

1. Editing Data

Editing merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pengecekan data yang sudah diberikan
oleh responden dalam pengisian kuesioner yang meliputi kejelasan, kelengkapan serta
kesesuaian jawaban dengan pertanyaan (Notoatmodjo, 2010).

2. Mengkode Data atau (coding)

Coding data merupakan kegiatan yang mengubah data dalam huruf atau kalimat menjadi
data bilangan atau angka (Notoatmodjo, 2010).

3. Memasukan Data (entry)

Entry yaitu memasukann data yang sudah dicoiding kedalam program computer seuai
dengan jawaban yang diberikan oleh responden (Notoatmodjo, 2010). Aplikasi program
menggunakan Microsof Excel dan SPSS.

4. Pembersihan Data (cleaning)

Cleaning data yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi
pada saat pengkodeean data, ketidak lengkapan dan lainnya, kemudian dikoreksi ulang dan
dilakukan pembetulan (Notoatmodjo, 2010).

1
5. Tabulating

Tabulating yaitu pembuatan table – table data sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Analisa Data

Analisis Univariat adalah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yang gunanya
adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan serta menjelaskan karakteristik setiap
variable yang digunakan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).X

Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase dari jumlah
populasi yang dapat menggambakan tingkat kecemasan perawat ruang operasi. Selain itu
analisis univariat pada penelitian ini juga untuk melihat distribusi frekuensi tingkat
kecemasan perawat ruang operasi selama pandemic Covid-19 di Santosa Hospital bandung
Central.

Rumus perhitungan frekuensi persentase :

X 100
P ⁼ X
N %

Keterangan :

P : Nilai yang didapat

X : Skor yang didapat

N : Skor maksimal

Setelah dilakukan pengolahan data diatas, kemudian di interprestasikan dengan


menggunakan skala sebagai berikut :

1
Distribusi Frekuensi

Presentase Interprestase

0% Tidak satu pun

1% - 30% Sebagian kecil

30% - 49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51% - 80% Sebagian besar

81% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Sumber: (Arikunto,2010)

Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu
sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin ke Direktur, Bidang
Keperawatan dan Kepala Instalasi Bedah Central Santosa Hospiital Bandung Central.
Penelitian ini hanya melibatkan responden yang mau terlibat saja secara sadar bukan
adanya pasaan dan peneliti juga menerapkan prinsip – prinsip etik dalam melakukan
penelitian ini gunanya untuk melindungi responden dari sebagai kehawatiran dan dampak
yang timbul selama kegiatan penelitian (Nursalam, 2013) yaitu:X

Self Determination

Pada penelitian ini responden diberi hak untuk memutuskan keterlibatannya atau
mengundurkan diri dalam penelitian, penelitian dilakukan secara sukarela tanpa
ada paksaan, responden yang memenuhi kriteria diberi kebebasan untuk mau
berpartisipasi atau menolak penelitian ini.

Informed Concent

Kepada responden yang mempuunyai kriteria inklusi diberikan kuesioner


persetujuan yang dibuktikan dengan mau mengisinya sebagai subyek sampel pada
penelitian ini.

Fair Treatment
1
Responden berhak mendapatkan perlakuan yang adil tanpa adanya diskriminasi
baik selama, setelah maupun sebelum dilakukannya penelitian.

Privacy

Responden mempunyai hak supaya datanya dirahasiakan, untuk itu peneliti tidak
mencantumkan nama responden (anomity), tetapi lembar tersebut diberi kode atau inisial
dan bersifat rahasia (convidentiality).

1
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, K. N. (2020). 6 Cara Tingkatkan Kualitas Kesehatan dalam Waktu Satu Menit.
Agustus. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4330960/6-cara-tingkatkan-
kualitas-kesehatanmu-dalam-waktu-satu-menit/2/

Berman. (2010). Retail Management. Jakarta. Pearson.

Brooks, S.K, Webster, R.K, Smith, L.E, Woodland, L, Wessely, S, Greenberg, N, &
Rubin, G. J. (2020). The Psychological Impact Of Quarantine And How To Reduce
It : Rapid Review Of The Evidence. https://doi.org/1-.1016/S0140-6736(20)30460-8

Carman, K. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Edisi 2). EGC.

Donsu, J. D. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Puustaka Baru.

Ekarina. (2020). Kasus Covid-19 RI Melonjak 2 Kali Lipat dalam Sebulan Terakhir.
https://katadata.co.id/ekarina/berita/5fe73ea2e9149/kasus-covid-19-ri-melonjak-
2kali-lipat-dalam-sebulan-terakhir

Fenn, K., & Byrne, M. (2013). The Key Principles Of Cognitive Behavioural Therapy.
Innovatif, 579–585.

Fitri, H. (2020). Indonesia Melesat Jadi Negara Paling Dermawan di Dunia. Liputan6.
https://www.liputan6.com

Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi (Edisi ke 2). Balai Penerbit
FKUI.

Hidayat, A. A. A. (2012). Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. In Salemba


Medika. Salemba Medika.

http://etheses.uin-malang.ac.id/1670/7/11510004_Bab_3.pdf, tanggal 26 Desember 2020


pukul 22.00Wib.

ILHAM AKHSANU RIDLO,2020. Pandemi COVID-19 dan Tantangan Kebijakan


Kesehatan Mental di Indonesia, 20 November 2021, Pukul 21.00 Wib.

http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JPKM

IKAPI-DIY (2012) Deepublish tentang teknik sampling


https://penerbitbukudeepublish.com/teknik-pengambilan-sampel/, 19 Desember 2021
pukul 20.00 wib.

1
JBN (Jurnal Bedah Nasional). (2020). Strategi pembedahan Di Era pandemi Covid-19.

https://www.google.com/search?q=Strategi+pembedahan+Di+Era+pandemi+Covid-
19.&oq=Strategi+pembedahan+Di+Era+pandemi+Covid-
19.&aqs=chrome..69i57.1245j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8, tanggal 26
Desember 2021 Pukul 20.00 Wib.

JPKI (2020). Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada tenaga kesehatan dalam upaya
pencegahan covid-19.

Khairiyah, E. L. (2016). Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu


Kesehatan. (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah.

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional. EGC.

MGBK, T. (2010). Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan
Menengah. In PT. Grasindo.

Notoatmodjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Nursalam. (2013). Metodologi Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. Salemba Medika.

Permana, C. (2021). Rumah Sakit di Bandung Kewalahan Pasien Covid 19. 22 Maret
2021. https://jabar.tribunnews.com/2021/01/09/rumah-sakit-di-bandung-kewalahan-
rawat-pasien-covid-19-bed-di-rshs-hampir-penuh-100-persen?page=3

Potter, P.A, Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. In Renata Komalasari, dkk. (Edisi 4). EGC.

Purnamarini, D. P. A, Setiawan, T. I. & Hidayat, D. R. (2016). Pengaruh Terapi


Expressive Writing Terhadap Penurunan Kecemasan. Jurnal Bimbingan Konseling,
5, 36–42.

RI, K. K. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-
19). Jakarta.

RI, K. K. (2021). Covid 19 Indonesia. Jakarta.


https://infeksiemerging.kemkes.go.id/dashboard/covid-19

Senay Gul et al. J Nurs Manag (2021)

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov, 10 Oktober 2021 pukul 20.30 Wib.

1
Stuart. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa (Stuart edi). Elsevier.

Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial. Pustaka Baru Press.

Universitas Muhammadyah Semarang, (2015)

http:// repository. unimus.ac.id/keperawatan kamar bedah, diakses pada 29 Agustus


2021 pukul 19.30 Wib.

Sulis Winurini dkk, 2020. Permasalahan Kesehatan Mental Akibat Pandemi COVID-19

https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-15-I-P3DI-
Agustus-2020-217.pdf, 20 oktober 2021, pukul 21.00 wib.

WHO. (2020). Corona Virus Desease 2019 (COVID-19).


http://www.euro.who.int/en/health-topics
health-mergencies/coronavirus-covid-19/technical-guidance/mental-health-and-
covid-19

Wong, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC.

Widi R. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian epidemiologi kedokteran gigi. J.K.G
Unej. 2011; 8 (1): 27-34.

Zelyanti 2016.Teori Aplikasi Teori Adaptasi Clista Roy

1
KUESIONER

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT RUANG OPERASI SELAMA


PANDEMI COVID-19
DI SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL
TAHUN 2021

Berikut ini kuesioner yang berkaitan dengan Penelitian Gambaran Tingkat


Kecemasan Perawat Ruang Operasi selama Pandemi COVID-19 di Santosa Hospital
Bandung Central 2021. Oleh karena itu, saya mohon sekiranya saudara/saudari bersedia
menjadi responden saya dalam melakukan penelitian saya ini. Atas ketersediaan dan
partisipasi saudara/saudari sekalian saya ucapkan terimakasih.

Identitas

Isilah identitas nama dengan inisial

Nama :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Umur :

Agama :

B. Kuesioner Tingkat Kecemasan – HRS-A 14 (Hamilton Rating Scale for Anxiety)

Berilah tanda Check list (√) pada jawaban yang  sesuai dengan kondisi
responden. Jawaban boleh lebih dari 1 (satu). Masing-masing kelompok gejala
diberikan nilai angka (score) 0-4 yang artinya :
0 = Tidak Ada Gejala

1 = Gejala Ringan

2 = Gejala Sedang

3 = Gejala Berat

4 = Gejala Berat Sekali

1
Masing- masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui drajat kecemasan seseorang yaitu :

Total nilai ( Score) :

<6 = Tidak Ada Kecemasan

7 – 14 = Kecemasan Ringan

15 – 27 = Kecemasan Sedang

28 – 41 = Kecemasan Berat

>41 = Kecemasan Berat Sekali

No Pertanyaa 0 1 2 3 4
n
1 Perasaan Ansietas

- Rasa Cemas

- Firasat Buruk
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan

- Merasa Tegang

- Lesu

- Tak Bisa Istirahat Tenang

- Mudah Tersinggung

- Mudah Menangis

- Mudah Terkejut

- Gemetar
- Gelisah

1
3 Ketakutan
- Takut Ditinggal Sendiri
- Takut Pada Keramaian
- Pada Orang Asing

4 Gangguan Tidur

- Terbangun Malam Hari

- Tidak Bisa Tidur Nyenyak

- Mimpi Buruk

- Susah Tidur

5 Gangguan Kecerdasan

- Sukar Konsentrasi
- Ingatan Menurun
6 Perasaan Depresi

- Sering Merasa Sedih

- Hilangnya Minat

- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi

7 Gejala Somatik (Otot)

- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot

- Kaku

8 Gejala Somatik (Sensorik)

- Telinga berdenging

- Penglihatan Kabur

- Muka Merah atau Pucat

9 Gejala Kardiovaskuler

- Berdebar-Debar

- Nadi Kencang

- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan

- Detak Jantung Menghilang (Berhenti Sekejap)

10 Gejala Respiratori

- Merasa Sesak Napas

1
- Perasaan Tercekik

- Napas Pendek dan dangkal

11 Gejala Gastrointestinal

- Rasa Terbakar di Perut

- Mual

- Perut Melilit

- Kembung

- Muntah

- Susah Buang air Besar

12 Gejala Urogenital

- Sering Buang Air Kecil

- Tidak Datang Menstruasi

- Haid Yang Berlebihan

- Masa Haid yang Pendek

- Ejakulasi Praecocks

- Ereksi Hilang

- Impotensi

13 Gejala Otonom

- Mudah Berkeringat

- Sakit Kepala

- Sering Merasa Pusing

- Mulut Kering

14 Tingkah Laku

- Gemetar

- Kulit Kering

- Napas Pendek dan Cepat

- Gelisah

- Muka Tegang

1
Skor Total =

Bandung, 2022

Responden

JURNAL BIMBINGAN

NAMA
PEMBIMBING I :
NAMA
MAHASISWA : EPRIANTO ZIRALUO
NPM : 88200057
JUDUL SKRIPSI : GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT
DIRUANG OPERASI SELAMA PANDEMI COVID-19 DI
SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL

HARI/TANGGAL MATERI BIMBINGAN TANDA TANGAN


1
BIMBINGAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN
SABTU/1 AGUSTUS PUSTAKA
BAB. III. METODE
PENELITIAN  
MINGGU/ 12
REVISI
SEPTEMBER
  BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN
 
PUSTAKA
BAB. III. METODE
 
PENELITIAN  
 
MINGGU, 10
OKTOBER 2021  REVISI  
BAB II. TINJAUAN
  PUSTAKA  
BAB. III. METODE
  PENELITIAN  
     
 MINGGU, 21
NOVEMBER 2021   REVISI  
   Cara penulisan  
   Referensi  
     

 JUMAT, 10
DESEMBER 2021  REVISI
   Size huruf
 Rumus perhitungan
  persentase

 REVISI
 MINGGU, 19 Teknik sampling & uji
DESEMBER 2021 validitas serta uji reabilitas

MINGGU, 26
DESEMBER 2021 REVISI
Latar belakang : data awal
referensi
Teknik pengumpulan data  
Table distribusi frekuensi

1
JURNAL BIMBINGAN

NAMA
PEMBIMBING II :
NAMA
MAHASISWA : EPRIANTO ZIRALUO
NPM : 88200057
JUDUL SKRIPSI : GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT
DIRUANG OPERASI SELAMA PANDEMI COVID-19 DI
SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL

TANDA TANGAN
HARI/TANGGAL MATERI BIMBINGAN
BIMBINGAN
BAB I. PENDAHULUAN
SABTU/12 BAB II. TINJAUAN
SEPTEMBER PUSTAKA
BAB. III. METODE
PENELITIAN  

 
     
     

1
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     

1
1
1

Anda mungkin juga menyukai