PROPOSAL
EPRIANTO ZIRALUO
NPM : 88200057
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
EPRIANTO ZIRALUO
NIM. 88200057
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat
dan bimbingaNya saya dapa menyelesaikan proposal ini dengan judul “ Gambaran
Tingkat Kecemasan Perawat Ruang Operasi Selama Pandemi COVID-19 di Santosa
Hospital Bandung Central”. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana keperawatan (.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya (ARS).
Bersama ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada :
Prof Dr. H Purwadhi, M.Pd, selaku rektor ARS University Bandung.
Mery Tania, S. Kep., Ners, M. Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung
Hudzaifah Al Fatih, MS selaku Pembimbing I, terima kasih atas masukan dan semua
ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu keperawatan.
Tita Puspita Ningrum, M.Kep selaku pembimbing II, terima kasih atas masukan dan
semua ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu keperawatan.
Terima kasih kepada istri ku tersayang yang telah membantu baik moril maupun
materil sehingga proposal ini dapat selasai.
Terimakasih kepada orantua yang telah mendukung saya dalam doa sehingga saya
bisa menyelesaikan proposal ini.
Terimkasih kepada anak- anak saya, Arsenio, George dan Ivana yang telah
menyemangati saya sehingga proposal ini dapat selesai.
Terimakasih kepada kakak Nirmala yang baik hati yang memberi semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.
Terimakasih kepada teman-teman yang membantu dan mendukung proposal saya ini.
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Mohon atas segala
kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya lakukan. Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju
kebaikan dan dan menganugerahkan kasih saying-Nya untuk kita semua. Amin
DAFTAR ISI
1
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRAK........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
Definis Kecemasan 5
2.2 Perawat.................................................................................... 10
1
2.2.3 Peran dan Fungsi Perawat ………………………….. 11
3.7 Waktu....................................................................................... 20
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………….....................
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus COVID-19 di Indonesia saat ini mencapai 1.46 juta. Kasus aktif
tercatat turun 1.594 orang menjadi 128.250 orang. Sayangnya, kematian masih
belum bisa terelakkan. Angkanya bertambah 161 dalam satu hari menjadi 39.711
secara nasional. Adapun dua provinsi yang mencatat kasus tertinggi lebih dari
seribu adalah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kedua provinsi masing-masing
mencatat pertambahan kasus sebanyak 1.474 dan 1.253 orang. Saat ini, total kasus
Covid-19 di Jakarta masih menjadi yang terbanyak yaitu 372.056 orang.
Selanjutnya Jawa Barat mencatat total kasus sebanyak 241.204 orang (Kementrian
Kesehatan RI, 2021).
1
inkubasi. Suatu penelitian retrospektif di China yang meneliti 34 pasien
asimtomatik berusia 34-83 tahun yang dilakukan operasi elektif di awal pandemi,
menjadi bergejala COVID-19 pasca operasi dan terkonfirmasi positif setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorim kuantiantatif RTPCR. Sebanyak 44,1% pasien
membutuhkan perawatan ICU paska operasi dengan mortalitas sebesar 20,5%
karena ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Gejala COVID-19
berkembang sangat cepat (rata-rata hari ke- 2-6) pasca operasi.
Peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh perawat menjadi
dilema saat mereka juga harus menjaga diri, rekan sejawat dan keluarga di rumah
dari infeksi yang mematikan ini. Perubahan dalam emosional bila dibiarkan dan
berkembang akan dapat menjadi patologis (Khairiyah, 2016). Meningkatnya
kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada saat
masa pandemi, termasuk pandemi COVID-19 yang sedang terjadi (WHO, 2020).
Hasil penelitian Huang et al (2020) kesehatan mental dari 1.257 petugas
kesehatan yang merawat pasien COVID-19 di 34 rumah sakit Tiongkok
didapatkan hasil tingkat kecemasan 45 %, insomnia 34 %, gejala depresi 50 %,
tekanan psikologis 71,5 %. Penelitian yang dilakukan Roy et al, (2020) di India
dengan sampel 662 didapatkan tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan laki-laki
48,6 % dan pada perempuan 51,2 %. Gambaran Kesehatan Mental Akibat
Pandemi Covid-19 menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
Indonesia (PDSKJI) melakukan survei mengenai kesehatan mental melalui
swaperiksa yang dilakukan secara daring. Hasil survei menunjukkan, sebanyak
63% responden mengalami cemas dan 66% responden mengalami depresi akibat
pandemi Covid-19 (Sulis Winurini dkk, 2020).
Hasil penelitan tentang tingkat kecemasan dan faktor terkait pada perawat
ruang operasi selama pandemi COVID-19 didapatkan hasil bahwa perawat
memiliki kecemasan sedang. Kecemasan ini dipengaruhi oleh faktor risiko yang
terkait dengan tingkat kecemasan yang tinggi antara lain memiliki penyakit kronis,
bekerja dengan pasien yang menyebabkan kekhawatiran, takut tertular COVID-19
dan menularkannya kepada orang yang dicintai, ketidakmampuan rumah sakit
dalam mengelola pandemi, kurangnya dukungan dari manajer rumah sakit,
mengambil sedikit istirahat dan bekerja dalam shift panjang karena tindakan
pencegahan di tempat kerja (Enay Gul et al., 2021).
1
mudah marah, dan sulit rileks. Sementara gejala depresi utama yang muncul
adalah gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah, tidak bertenaga, dan kehilangan
minat. Lebih lanjut, sebanyak 80% responden memiliki gejala stres pascatrauma
psikologis karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan
terkait Covid-19. Gejala stres pascatrauma psikologis berat dialami 46%
responden, gejala stres pascatrauma psikologis sedang dialami 33% responden,
gejala stres pascatrauma psikologis ringan dialami 2% responden, sementara 19%
tidak ada gejala (JPKI, 2020). Dampak negatif lain yang berhubungan dengan
kecemasan sebagai respon terhadap pandemi COVID-19 ini dapat mencakup
insomnia, perubahan konsentrasi, iritabilitas, berkurangnya produktifitas dan
konflik antar pribadi, stigma, ketakutan penularan kepada yang rentan (Brooks,
S.K, Webster, R.K, Smith, L.E, Woodland, L, Wessely, S, Greenberg, N, & Rubin,
n.d, 2020).
1
Hasil wawancara peneliti data awal, pada perawat ruang operasi
berjumlah 10 orang, didapatkan 6 orang mengatakan adanya perasaan anxietas
( rasa cemas, firasat buruk ), ketegangan ( lesu, mudah terkejut ), gangguan tidur
( tidak bisa tidur nyenyak ) dan 4 orang tidak cemas. Alasan responden
mengatakan cemas karena takut tertular dengan keluarga yang ada dirumah dan
takut tertular pada diri sendiri yang dapat mempengaruhi kualitas dalam bekerja.
Sedangkan responden yang mengatakan tidak cemas alasannya tuntutan dalam
kebutuhan ekonomi yang dapat memberikan semangat untuk bekerja walaupun
dalam kondisi pandemi COVID 19 sangat berbahaya dan harus mematuhi protokol
Kesehatan dengan APD yang lengkap serta menjaga daya tahan tubuh dengan
meminum vitamin.
Tujuan Umum
Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan menambah referensi
perpustakaan Universitas Adhirajasa Reswara Sanjasa Bandung tentang Gambaran
Tingkat Kecemasan Perawat Ruang Operasi Selama Pandemi COVID-19 Di Santosa
Hospital Bandung Central.
1
Hasil penelitian ini diharapkan membantu perawat dalam meningkatkan pelayanan
dan kewaspadaan terhadap pasien COVID-19. Serta dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang optimal.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Santosa Hospital Bandung
Central khusunya ruang bedah sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tujuan Rumah sakit.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang
ingin meneliti topik yang berkaitan dengan metode yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kecemasan
Definisi Kecemasan
1
dengan adanya perasaan ketidakpastian, ketidakamanan, ketidakberdayaan dan
isolasi (Stuart, 2016). Sedangkan menurut Hawari, (2011), kecemasan merupakan
gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya rasa khawatir dan ketakutan
yang berkelanjutan tetapi tidak mengalami gangguan dalam realita, kepribadian
masih tetap utuh, perilaku terganggu tetapi masih dalam batas normal. Kecemasan
adanya rasa takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan karena adanya antisipasi
bahaya yang merupakan sinyal bagi individu dalam mengambil tindakan untuk
menghadapi ancaman (Sutejo, 2018).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosional pada
seseorang yang tidak jelas yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan
merasa terancam disebabkan adanya ketegangan dari luar tubuh.
Berikut ini faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan (untari, 2014), yaitu
Usia
Jenis kelamin
Gangguan lebih sering di alami perempuan dari pada laki-laki. Perempuan memiliki
tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subyek yang berjenis kelamin laki-
laki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosi yang pada akhirnya peka
juga terhadap perasaan cemasnya. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa
yang dialaminya dari segi detil sedangkan laki-laki cenderung global atau tidak detail.
Tahap perkembangan
Setiap tahap dalam usia perkembangan sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa
termasuk didalamnya konsep diri yang akan mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan
dan pandangan individu tentang dirinya dan dapat mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang negatif lebih
rentang terhadap kecemasan.
Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan stress dari pada
yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki
kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab mereka
menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan
suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka.
Pendidikan
1
Seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami kecemasan,
karena semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi kemampuan berfikir
seseorang.
Status kesehatan
Jika stressor dipersepsikan akan berakibat baik maka tingkat kecemasan yang akan
dirasakan akan berat. Sebaliknya jika stressor dipersepsikan tidak mengancam dan
individu mampu mengatasinya maka tingkat kecemasanya yang dirasakanya akan
lebih ringan.
Nilai-nilai budaya dan spritual dapat mempengaruhi cara berfikir dan tingkah laku
seseorang.
Dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang
tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh pengalaman seseorang
dengan keluarga, sahabat rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan akan timbul jika
seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungan.
Mekanisme koping
Pekerjaan
Menurut Vye, (Hidayat dkk, 2016), gejala kecemasan dapat diidentifikasi melalui 3
komponen :X
Komponen kognitif
Gejala yang dapat dirasakan lansung seperti sakit kepala, sesak nafas, tremor, detak
jantung yang cepat, sakit perut, dan ketegangan otot.
1
Komponen perilaku
1. Physical symtom atau reaksi fisik yang terjadi pada orang cemas
misalnya otot tegang, telapak tangan berkeringat, sulit bernafas,
jantung berdebar- debar, pusing.
2. Thought, yaitu pemikiran yang negatif dan irasional individu berupa
perasaan tidak siap, tidak mampu, merasa tidak memiliki ke ahlian,
dan tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri. Pemikiran ini
cendrung akan menetap bila individu tidak merubah pemikirannya
menjadi lebih positif.
3. Behavior, individu dengan kecemasannya cendrung menghidari situasi
penyebab kecemasan tersebut dikarenakan individu merasa dirinya
terganggu dan tidak nyaman seperti sakit kepala, mual, keringat
dingin, gangguan tidur. Perilaku yang muncul seperti kesulitan tidur
karena memikirkan pekerjaan.
4. Feellings, suasana hati individu dengan kecemasan cendrung meliputi
panik, perasaan marah, perasaan gugup saat ada pembicaraan dunia
kerja.
2.1.1. Jenis dan Tingkat Kecemasan
1. Menurut Freud (MGBK, 2010) terdapat tiga jenis kecemasan :
Kecemasan realistik, yaitu ketakutan terhadap bahaya atau ancaman nyata yang ada
dilingkungan maupun didunia luar.
Kecemasan moral, yaitu rasa takut pada suara hati (super ego).
Ketegangan meliputi ; lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang, rasa tegang, mudah
menangis, mudah tersinggung, mudah terkejut, gemetar dan gelisah.
Ketakutan meliputi: takut ditinggal sendiri, takut pada keramain, takut pada orang
asing.
Gangguan tidur yaitu sering terbangun tengah malam, tidak bisa tidur nyenyak,
mimpi buruk, susah tidur.
1
Gangguan depresi: sering merasa sedih, hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
terhadap hobi.
Gejala respiratorik , misalnya merasa sesak nafas, tercekik, napas pendek dan
dangkal.
Gejala gastro intestinal meliputi: rasa terbakar diperut, mual, perut terasa melilit,
kembung, muntah, susah buang air besar.
Gejala urogenital meliputi: sering buang air kecil, tidak datang menstruasi, haid yang
berlebihan, masa haid yang pendek.
Gejala autonom meliputi mudah berkeringat, sakit kepala, sering merasa pusing,
mulut kering.
Tingkah laku meliputi gemetar, kulit kering, napas pendek dan cepat, gelisah, muka
tegang.
Kecemasan sedang, kecemasan ini berfokus pada hal-hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu,
sehingga individu kurang selektif.
Nilai :
1 = Gejala Ringan
1
2 = Gejala Sedang
3 = Gejala Berat
Masing- masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari
hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui drajat kecemasan seseorang yaitu :
7 – 14 = Kecemasan Ringan
15 – 27 = Kecemasan Sedang
28 – 41 = Kecemasan Berat
Penatalaksanaan Kecemasan
Non Farmakologi.
Relaksasi : terapi relaksasi yang dapat dilakukan berupa relaksasi tarik napas dalam,
mediasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi.
1
Perawat
Definisi Perawat
Perawat adalah bagian penting dari tenaga Kesehatan karena mereka bertanggung
jawab untuk pencegahan infeksi, pengendalian, isolasi dan Kesehatan masyarakat dan
global (Schwerdtle et al., 2020; Smith et al., 2020). Perawat adalah orang pertama
yang bertemu orang dengan atau berisiko COVID-19. Mereka telah bekerja siang dan
malam untuk memerangi pandemic sejak awal. Perawatan dan jenis posisi
keperawatan yang berbeda merupakan sumber stress potensial bagi perawat karena
mereka tidak hanya harus mengatasi beban kerja yang terus bertambah, tetapi mereka
juga harus mengikuti protocol Kesehatan dan keselamatan terkait pandemic sambal
melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Di masa COVID-19, seperti
pandemi lainnya, perawat mengkhawatirkan Kesehatan mereka sendiri dan keluarga
karena mereka berisiko tinggi tertular virus mematikan. Mereka menghadapi stress,
kecemasan, ketakutan, dan dilema karena mereka bertanggung jawab secara etis
untuk memberikan perawatan yang berkualitas, apa pun kondisinya ( Cai et al., 2020;
Kim & Choi, 2016). Lin dkk. (2020) melaporkan bahwa perawat baru mengalami
kecemasan ringan. Hacimusalar dkk. (2020) menemukan bahwa perawat memilki
tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada professional perawatan Kesehatan
lainnya di turki sejak awal pandemi.
Perawat kamar bedah (operating room nurse) adalah perawat yang memberikan
asuhan keperawatan perioperatif kepada pasien yang akan mengalami pembedahan
yang memiliki standar, pengetahuan, keputusan, serta keterampilan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan khususnya kamar bedah (AORN, 2013 dalam Hipkabi,
2014).
Perawat kamar bedah adalah salah satu yang beresiko terjadinya penularan virus
COVID-19 ini dikarenakan perawat yang ada dikamar bedah sebagai partner dokter
dalam malakukan tindakan pembedahan dan pembiusan (intubasi) pada pasien.
Pembedahan yang menjadi salah satu layanan dari sistem kesehatan dengan prosedur
“emergency” dan “elektive” menjadi aspek penting yang harus diperhatikan. Kamar
operasi juga dapat menjadi area berisiko tinggi untuk transmisi infeksi saluran
pernapasan. Selain itu, pasien asymtomatic carier yang akan dilakukan pembedahan
dapat berpotensi menularkan virus selama masa inkubasi
1
Perawat memberikan pelayanan keperawatan dengan memenuhi kebutuhan asah, asih
dan asuh
Sebagai Advocate
Sebagai Pendidik
Dalam hal ini perawat memberikan dukungan yang melibatkan emosi, intelektual dan
psikologis, perawat memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang
dihadapi oleh klien atau keluarga, misalnya individu tidak mampu atau ada kesulitan
dalam penyesuaian diri yang normal kemudian perawat memberikan dorongan pada
individu untuk mencari perilaku alternatif, mengenai pilihan yang tersedia untuk
mengembangkan pengendalian diri (Berman, 2010).X
Kolaborasi
Perawat melakukan tindakan kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam
menyelesaikan permasalahan klien atau keluarga seperti dokter, ahli gizi, psikolog
dan lain- lain karena pasien merupakan individu yang komplek atau individu yang
membutuhkan perhatian dan perkembangan (Hidayat, 2012).X
Perawat dalam mangambil keputusan etik misalnya akan melakukan tindakan pelayan
keperawatan karena perwat yang berada disamping pasien selam 24 jam (Wong,
2009).X
Sebagai Peneliti
1
Fungsi Perawat
Fungsi Independen
Fungsi Dependen
Perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan dan instruksi perawat lain misalnya
adanya tugas limpah, pemberian tugas dari perawat primer kepada perawat pelaksana.
Fungsi Interdependen
Fungsi ini membutuhkan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam menyelesaikan
masalah pasien.
Pandemi COVID-19
1
penyakit menular disebabkan oleh corona virus yang baru ditemukan di Wuhan
Tiongkok pada bulan Desember 2019. Komisi Kesehatan Nasional (NHC)
Republik Rakyat Tiongkok kemudian mengumumkan hal itu dengan Corona
Virus Novel, yang sekarang bernama COVID-19. COVID-19 inilah yang
menjadi pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia pada saat
sekarang ini.
1
1. Penyebaran virus COVID-19 melalui droplet :
Penularan virus COVID-19 bisa terjadi pada saat bersin, batuk, berbicara,
bernyanyi, hingga bernafas. Saat melakukan hal- hal tersebut udar yang
keluar dari mulut dan hidung mengeluarkan partikel kecil atau aerosol
dalam jarak dekat.
2. Penyebaran COVID-19 melalui udara :
COVID-19 dapat menyebar melalui partikel-partikel kecil yang melayang
diudara.
3. Penyebaran COVID-19 melalui permukaan yang terkontaminasi:
Penularan COVID-19 terjadi bila seseorang menyentuh permukaan yang
sudah terkontaminasi virus misalnya pada saat batuk atau bersin.
4. Penyebaran COVID-19 melalui Fecal Oral atau limbah manusia:
Laporan sampai sekarang ini belum ada yang dipublikasikan.
5. Penyebaran COVID-19 bisa melalui darah, dari ibu ke anak, dari hewan
ke manusia.
6. Kelompok orang yang paling rentan terhadap COVID-19.
Menurut (Fitri, 2020) orang yang paling rentan adalah :
Orang yang tinggal satu rumah dengan suspek atau punya gejala COVID-19.
Tenaga medis yang menangani pasien suspek dan pasien positif COVID-19.
Ibu hamil.
Pencegahan COVID-19
1
Gunakan masker yang sesuai menurut kesehatan, dan mencuci tangan setelah
membuang masker.
Jaga jarak minimal 1 meter dari orang yang mengalami gangguan pernafasan.
Menurut Pawitri (2020), cara pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dengan cara :
1
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
1
Kerangka Teori
Usia
Jenis kelamin
Tahap perkembangan
Kecemasan pada Individu
Tahap kepribadian,
Pendidikan
Status Kesehatan
Normal
Ringan
Sedang
1
(Nurazizah, 2020), (Rakjumar, 2020)
1
. Populasi, Sampel, dan Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek dalam penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi juga merupakan subjek atau objek pada wilayah tertentu
yang sudah memenuhi kriteria penelitian (Donsu, 2016). Populasi adalah subjek yang
sudah ditetapkan dalam penelitian yang memenuhi kriteria (Nursalam, 2013). Adapun
jumlah populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang memberikan pelayanan
di ruang operasi Santosa Hospital Bandung Central yang berjumlah 58 orang.X
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti yang bisa mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel seluruh populasi berjumlah 58 orang.X
Menurut Sugiyono (2009:63), teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah Teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. Alasan total mengambil total sampling karena jumlah populasi kurang
dari 100. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 58 orang.
https://penerbitbukudeepublish.com/teknik-pengambilan-sampel/, 19 Desember 2021
pukul 20.00 wib. X
Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Oprasional
Cara
Ukur
Alat Ukur
Sekala
Ukur
Hasi Ukur
Tingkat kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan takut perawat bedah yang tidak jelas yang disertai dengan
adanya perasaan ketidak pastian, ketidak amanan, ketidak berdayaan dan isolasi
(stuart, 2016)
1
Kuesioner
Ordinaal
Tempat
Waktu
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data (Notoatmodjo,
2012). Instrument yang digunakan ini adalah :
Kuesioner A berisi tentang identitas perawat bedah, usia, jenis kelamin, pendidikan, nilai
budaya dan spiritual (agama).
Cara memberikan penilaian terhadap tigkat kecemasan menurut Hamilton Rating Scale
For Anxiety ( HRS-A) terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing- masing dirinci lagi
dengan gejala-gejala spesifik. Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka
(score) antara 0–4
Nilai :
1 = Gejala Ringan
2 = Gejala Sedang
3 = Gejala Berat
1
Masing- masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui drajat kecemasan seseorang yaitu :
7 – 14 = Kecemasan Ringan
15 – 27 = Kecemasan Sedang
28 – 41 = Kecemasan Berat
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety
(HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ)
dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah diukur pada tahun 1984
mendapat korelasi yang cukup dengan HRS-A (r = 0,57 – 0,84) (Iskandar, 1984). Skala
HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HRS-A akan
diperoleh hasil yang valid dan reliable (Nursalam, 2003).
Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.
Pengumpulan data merupakan Langkah yang amat penting dalam metode ilmiah. Pada
umumnya, data dikumpulkan akan digunakan, kecuali untuk keperluan eksploratif, juga
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. (Moehar,2002:131) oleh karena itu data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data Primer
Data yang didapatkan secara langsung dari responden melalui kuesioner yang diberikan
secara langsung, data yang didapatkan dari responden berupa tingkat kecemasan perawat
di ruang kamar bedah selama pandemic Covid-19 di Santosa Hospital Bandung Central
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Santosa Hospital Bandung Central di ruang operasi angka
kejadian COVID-19 sebanyak 15 orang, jurnal, literature, dan study kepustakaan yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga bantuan arahan dari ibu pembimbing serta
bapak pembimbing.
1. Tahap Persiapan
1
Peneliti terlebih dahulu menggajukan judul skripsi, lalu di setujui oleh pembimbing I
untuk membuat latar belakang proposal, bab 1, bab 2 dan bab 3, kemudian peneliti
meminta pengantar dari kampus untuk pengajuan izin pengambilan data ke Direktur dan
bidang Keperawatan Santosa Hospital Bandung Central.
Peneliti berkordinasi dengan kepala Instalasi kamar bedah Santosa Hospital Bandung
Cenetral.
2. Tahap Pelaksanaan
Pengolahan Data
Selelsai pengumpulan data kemudian data di cek ulang tentang kelengkapan dan
kebenaran data. Data dianalaisi dengan suatu aplikasi atau software.
1. Editing Data
Editing merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pengecekan data yang sudah diberikan
oleh responden dalam pengisian kuesioner yang meliputi kejelasan, kelengkapan serta
kesesuaian jawaban dengan pertanyaan (Notoatmodjo, 2010).
Coding data merupakan kegiatan yang mengubah data dalam huruf atau kalimat menjadi
data bilangan atau angka (Notoatmodjo, 2010).
Entry yaitu memasukann data yang sudah dicoiding kedalam program computer seuai
dengan jawaban yang diberikan oleh responden (Notoatmodjo, 2010). Aplikasi program
menggunakan Microsof Excel dan SPSS.
Cleaning data yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi
pada saat pengkodeean data, ketidak lengkapan dan lainnya, kemudian dikoreksi ulang dan
dilakukan pembetulan (Notoatmodjo, 2010).
1
5. Tabulating
Tabulating yaitu pembuatan table – table data sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Analisa Data
Analisis Univariat adalah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yang gunanya
adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan serta menjelaskan karakteristik setiap
variable yang digunakan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).X
Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase dari jumlah
populasi yang dapat menggambakan tingkat kecemasan perawat ruang operasi. Selain itu
analisis univariat pada penelitian ini juga untuk melihat distribusi frekuensi tingkat
kecemasan perawat ruang operasi selama pandemic Covid-19 di Santosa Hospital bandung
Central.
X 100
P ⁼ X
N %
Keterangan :
N : Skor maksimal
1
Distribusi Frekuensi
Presentase Interprestase
50% Separuhnya
100% Seluruhnya
Sumber: (Arikunto,2010)
Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu
sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin ke Direktur, Bidang
Keperawatan dan Kepala Instalasi Bedah Central Santosa Hospiital Bandung Central.
Penelitian ini hanya melibatkan responden yang mau terlibat saja secara sadar bukan
adanya pasaan dan peneliti juga menerapkan prinsip – prinsip etik dalam melakukan
penelitian ini gunanya untuk melindungi responden dari sebagai kehawatiran dan dampak
yang timbul selama kegiatan penelitian (Nursalam, 2013) yaitu:X
Self Determination
Pada penelitian ini responden diberi hak untuk memutuskan keterlibatannya atau
mengundurkan diri dalam penelitian, penelitian dilakukan secara sukarela tanpa
ada paksaan, responden yang memenuhi kriteria diberi kebebasan untuk mau
berpartisipasi atau menolak penelitian ini.
Informed Concent
Fair Treatment
1
Responden berhak mendapatkan perlakuan yang adil tanpa adanya diskriminasi
baik selama, setelah maupun sebelum dilakukannya penelitian.
Privacy
Responden mempunyai hak supaya datanya dirahasiakan, untuk itu peneliti tidak
mencantumkan nama responden (anomity), tetapi lembar tersebut diberi kode atau inisial
dan bersifat rahasia (convidentiality).
1
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, K. N. (2020). 6 Cara Tingkatkan Kualitas Kesehatan dalam Waktu Satu Menit.
Agustus. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4330960/6-cara-tingkatkan-
kualitas-kesehatanmu-dalam-waktu-satu-menit/2/
Brooks, S.K, Webster, R.K, Smith, L.E, Woodland, L, Wessely, S, Greenberg, N, &
Rubin, G. J. (2020). The Psychological Impact Of Quarantine And How To Reduce
It : Rapid Review Of The Evidence. https://doi.org/1-.1016/S0140-6736(20)30460-8
Ekarina. (2020). Kasus Covid-19 RI Melonjak 2 Kali Lipat dalam Sebulan Terakhir.
https://katadata.co.id/ekarina/berita/5fe73ea2e9149/kasus-covid-19-ri-melonjak-
2kali-lipat-dalam-sebulan-terakhir
Fenn, K., & Byrne, M. (2013). The Key Principles Of Cognitive Behavioural Therapy.
Innovatif, 579–585.
Fitri, H. (2020). Indonesia Melesat Jadi Negara Paling Dermawan di Dunia. Liputan6.
https://www.liputan6.com
Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi (Edisi ke 2). Balai Penerbit
FKUI.
http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JPKM
1
JBN (Jurnal Bedah Nasional). (2020). Strategi pembedahan Di Era pandemi Covid-19.
https://www.google.com/search?q=Strategi+pembedahan+Di+Era+pandemi+Covid-
19.&oq=Strategi+pembedahan+Di+Era+pandemi+Covid-
19.&aqs=chrome..69i57.1245j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8, tanggal 26
Desember 2021 Pukul 20.00 Wib.
JPKI (2020). Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada tenaga kesehatan dalam upaya
pencegahan covid-19.
MGBK, T. (2010). Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan
Menengah. In PT. Grasindo.
Permana, C. (2021). Rumah Sakit di Bandung Kewalahan Pasien Covid 19. 22 Maret
2021. https://jabar.tribunnews.com/2021/01/09/rumah-sakit-di-bandung-kewalahan-
rawat-pasien-covid-19-bed-di-rshs-hampir-penuh-100-persen?page=3
Potter, P.A, Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. In Renata Komalasari, dkk. (Edisi 4). EGC.
RI, K. K. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-
19). Jakarta.
1
Stuart. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa (Stuart edi). Elsevier.
Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial. Pustaka Baru Press.
Sulis Winurini dkk, 2020. Permasalahan Kesehatan Mental Akibat Pandemi COVID-19
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-15-I-P3DI-
Agustus-2020-217.pdf, 20 oktober 2021, pukul 21.00 wib.
Widi R. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian epidemiologi kedokteran gigi. J.K.G
Unej. 2011; 8 (1): 27-34.
1
KUESIONER
Identitas
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Umur :
Agama :
Berilah tanda Check list (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi
responden. Jawaban boleh lebih dari 1 (satu). Masing-masing kelompok gejala
diberikan nilai angka (score) 0-4 yang artinya :
0 = Tidak Ada Gejala
1 = Gejala Ringan
2 = Gejala Sedang
3 = Gejala Berat
1
Masing- masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui drajat kecemasan seseorang yaitu :
7 – 14 = Kecemasan Ringan
15 – 27 = Kecemasan Sedang
28 – 41 = Kecemasan Berat
No Pertanyaa 0 1 2 3 4
n
1 Perasaan Ansietas
- Rasa Cemas
- Firasat Buruk
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Mudah Tersinggung
- Mudah Menangis
- Mudah Terkejut
- Gemetar
- Gelisah
1
3 Ketakutan
- Takut Ditinggal Sendiri
- Takut Pada Keramaian
- Pada Orang Asing
4 Gangguan Tidur
- Mimpi Buruk
- Susah Tidur
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Ingatan Menurun
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Kaku
- Telinga berdenging
- Penglihatan Kabur
9 Gejala Kardiovaskuler
- Berdebar-Debar
- Nadi Kencang
10 Gejala Respiratori
1
- Perasaan Tercekik
11 Gejala Gastrointestinal
- Mual
- Perut Melilit
- Kembung
- Muntah
12 Gejala Urogenital
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mudah Berkeringat
- Sakit Kepala
- Mulut Kering
14 Tingkah Laku
- Gemetar
- Kulit Kering
- Gelisah
- Muka Tegang
1
Skor Total =
Bandung, 2022
Responden
JURNAL BIMBINGAN
NAMA
PEMBIMBING I :
NAMA
MAHASISWA : EPRIANTO ZIRALUO
NPM : 88200057
JUDUL SKRIPSI : GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT
DIRUANG OPERASI SELAMA PANDEMI COVID-19 DI
SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL
JUMAT, 10
DESEMBER 2021 REVISI
Size huruf
Rumus perhitungan
persentase
REVISI
MINGGU, 19 Teknik sampling & uji
DESEMBER 2021 validitas serta uji reabilitas
MINGGU, 26
DESEMBER 2021 REVISI
Latar belakang : data awal
referensi
Teknik pengumpulan data
Table distribusi frekuensi
1
JURNAL BIMBINGAN
NAMA
PEMBIMBING II :
NAMA
MAHASISWA : EPRIANTO ZIRALUO
NPM : 88200057
JUDUL SKRIPSI : GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT
DIRUANG OPERASI SELAMA PANDEMI COVID-19 DI
SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL
TANDA TANGAN
HARI/TANGGAL MATERI BIMBINGAN
BIMBINGAN
BAB I. PENDAHULUAN
SABTU/12 BAB II. TINJAUAN
SEPTEMBER PUSTAKA
BAB. III. METODE
PENELITIAN
1
1
1
1