Anda di halaman 1dari 39

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE

TERHADAP PERILAKU PENANGANAN DISMENORE


DI DESA TEMPURAN KECAMATAN TRIMURJO
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2013

(PROPOSAL JUDUL)

OLEH :

UMU KALSUM

NPM: 12320151

UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial,

yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari sistem

reproduksi wanita. Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan sejak

remaja, karena seseorang akan dapat mengenali kelainan pada kesehatan

reproduksinya sedini mungkin, terutama tentang menstruasi (Widyastuti, dkk,

2009).

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

wanita setiap bulannya untuk kehamilan (Keikos, 2008). Walaupun menstruasi

datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami

ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid

berlangsung (Blogdokter, 2007). Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-

gejala pada salah satu waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul

atau merasa nyeri (Sarwono, 2007). Ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu

dismenore.

Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling

sering menyebabkan wanita- wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan

pengobatan (Sarwono, 2007). Dismenore merupakan keluhan yang paling sering

di temukan oleh ahli ginekologi, pemeriksaannya harus di laksanakan secara


sistematis. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh merupakan

cara diagnostik yang berhubungan dengan asal dismenore. Diagnostik tidak boleh

berhenti pada jenis kelainan adanya penyakit atau kelainan yang menjadi dasar

penyebabnya harus dicari, didiagnosis kemudian diterapi dengan sesuai.

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka

tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul

dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram bervariasi, pada beberapa

wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman dan letih, sedangkan

beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktivitas

sehari- hari.

Namun perlu diwaspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap

bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu

gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot

non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan

sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore

sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (dr. Wening Sari M.Kes,

2012).

Penyebab terjadinya rasa sakit belum diketahui hingga sekarang. Tetapi

teori yang paling masuk akal ialah kekejangan pada otot rahim yang disebabkan

aliran darah tidak lancar. Jadi, penyebab rasa sakit ini kira-kira semacam dengan

rasa sakit yang timbul bila lengan kita diikat dengan kencang (dr. Wening Sari

M.Kes, 2012).
Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore dan 10%

nya mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukannya istirahat di tempat

tidur (Hacker, 2007). Menurut beberapa laporan internasional prevalensi

dismenore sangat tinggi dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenore

sepanjang tahun- tahun reproduktif. Suatu studi menyatakan akibat dismenore

tersebut sekitar 10% hingga 18%, dismenore adalah penyebab utama absen

sekolah dan terganggu aktivitas lain. Hal ini diperkuat oleh penelitian sulastri

(2006) bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di purworejo

berdampak pada gangguan aktivitas sehari- hari sehingga menyebabkan absen

sekolah < 3 hari.

Ada beberapa cara pengobatan untuk mengurangi rasa nyeri saat haid, baik

menggunakan obat analgesik maupun pengobatan tradisional menggunakan herba

dan bahan pangan (Femi Olivia, 2013). Hasil studi terbaru menunjukan bahwa

hampir 10% remaja yang dismenore mengalami absence rate 1-3 hari per bulan

atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari- hari akibat nyeri

hebat (Poureslami, dkk dalam sulastri 2006). Hal ini diperkuat oleh jarret, dkk

dalam sulastri (2006) tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan

47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa

sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter,

minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan

yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%.

Di Amerika Serikat di perkirakan hampir 90 % wanita mengalami

dismenore, dan 10-15 % di antaranya mengalami dismenore berat, yang


menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Penelitian di

Swedia menjumpai 30% wanita menurun jumlah penghasilannya dikarenakan

nyeri saat haid (Jurnal Occupation And Invironment Medicine, 2008).

Menstruasi pertama (menarke) pada remaja putri sering terjadi pada usia

11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun

(Medicastore.com). Batasan usia remaja menurut Kartono (2008) yaitu pada usia

12 tahun sampai 21 tahun. Berdasarkan data dari kantor kelurahan Desa

Tempuran didapatkan jumlah remaja putri sebanyak 116 orang.

Data dari Puskesmas Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo selama tahun

2013 hanya terdapat 10 pasien yang memeriksakan diri ke Puskesmas dengan

keluhan nyeri haid. Hasil studi pendahuluan kepada 25 remaja putri di Desa

Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, sebanyak 60% (15

orang) mengalami dismenore dan hanya 35% (5 orang) yang mengerti tentang

nyeri haid dengan pengetahuan yang minim. Cara penanganan nyeri haid

bervariasi, 65% (10 orang) menanganinya dengan mengompres di bagian perut

menggunakan air hangat serta obat tradisional dan 35% (5 orang) menggunakan

obat analgesik.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan remaja putri tentang

dismenore terhadap perilaku penanganan dismenore di Desa Tempuran

Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti merumuskan masalah

“Adakah Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Terhadap

Perilaku Penanganan Dismenore di Desa Tempuran Kecamatan Trimurjo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore

terhadap perilaku penanganan dismenore di Desa Tempuran Kecamatan Trimurjo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku penanganan dismenore

pada remaja putri di desa Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2013.

2. Untuk mengtahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang dismenore pada

remaja di Desa Tempuran Kecamatan trimurjo Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore

terhadap perilaku penanganan dismenore di Desa Tempuran Kecamatan

Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013.


1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

pengembagan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan di bidang

keperawatan komunitas.

2. Remaja Putri Desa Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten

Lampung Tengah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi

bagi remaja putri tentang dismenore terhadap perilaku penanganan dismenore

pada remaja putri di Desa Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2013.

3. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian di bidang

kesehatan reproduksi khususnya tentang dismenore.

4. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan dan

pembanding bagi peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian lebih luas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang hubungan antara pengetahuan remaja putri

tentang dismenore terhadap perilaku penanganan dismenore di Desa Tempuran

Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Rancangan penelitian ini yaitu


analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel yang diteliti meliputi

perilaku penanganan dismenore sebagai variabel dependen serta pengetahuan

remaja putri tentang dismenore sebagai variabel independen. Lokasi penelitian di

Desa Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah selama bulan

September Tahun 2013.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dismenore

2.1.1 Pengertian

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi

selama menstruasi. Dismenore berarti sakit ketika haid dan biasanya timbul 2 atau

3 tahun sesudah menarche. Dismenore berarti karam, nyeri, ketidaknyamanan

lainnya yang di hubungkan dengan menstruasi (dr. Wening Sari, M.Kes, 2012).

2.1.2 Patofisiologi

a. Hiperaktivitas uterus dan berkurangnya aliran darah uterus

Penyelidikan yang menggunakan catatan tekanan intra uterus telah

memperlihatkan hiperaktivitas uterus, yaitu kontraksi uterus yang lebih

sering atau kontraksi- kontraksi yang lebih besar intensitasnya atau

peningkatan tonus uterus yang mendasarinya, atau sejumlah kombinasi

dari ketiga pengamatan ini pada hampir semua wanita yang mengeluh

dismenore primer.

b. Kelainan anatomi

Faktor- faktor anatomi dapat juga menyokong dismenore. Stenosi servik

pernah di pikirkan sebagai penyebab umum dismenore (Ginekologi

Greenhill:110).
c. Ketidakseimbangan hormon

Mekanisme terjadinya dismenore yaitu korpus luteum berumur hanya 8

hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak umur 4 hari telah menurun

pengeluaran estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang tidak

seimbang.

Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron (E2/P) = 0.01

menjadi pemicu pengeluaran dari :

1. Enzim lipogenase dan siklosigenase.

2. Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya :

a. Asam fosfolipase.

b. Asam fosfatase.

c. Mengeluarkan ion Ca.

2.1.3 Macam- Macam Dismenore

Berdasarkan penyebabnya, dismenore di kelompokkan menjadi dua yaitu

dismenore primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan

kelainan ginekologik dan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang di peroleh,

aquired) di sebabkan oleh kelainan (salpingitis kronika, endometriosis,

adenomiosis uteri, stenosis serivisis uteri, dan lain- lain) (dr.Wening Sari

M.Kes,dkk,2012).
2.1.3.1 Dismenore Primer

2.1.3.1.1 Pengertian

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus- siklus haid

pada bulan- bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang

tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau

bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,

walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri

adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah,

tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri

dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya.

Ciri-ciri nyeri haid primer :

1. Nyeri berupa kram dan tegang pada perut bagian bawah

2. Pegal pada mulut vagina

3. Nyeri pinggang, pegal-pegal pada paha, dapat disertai nyeri kepala,

diare, mual disertai muntah.

2.1.3.1.2 Faktor- faktor Penyebab

Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,

antara lain :
a. Faktor kejiwaan

Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak

mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan

ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun

dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi

stenosis kanalis servikalis, tetapi ini tidak di anggap sebagai faktor penting

penyebab dismenore.

d. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore

primer di sebabakan oleh kontraksi uterus yang berlebihanan. Faktor endokrin

mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.

Novak dan Reynoldss yang melakukan penelitian pada uterus kelinci

berkesimpulan bahwa hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang

hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat

menerengkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan

disfungsional anovulator.
2.1.3.2 Dismenore Sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada keluhan yang menetap

seperti infeksi rahim, kista, atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan

kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan sekitarnya. Tanda –

tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid,

adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder

tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi

pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat

disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang

abnormal) (dr.Wening Sari M.Kes,dkk,2012).

Ciri-ciri nyeri haid sekunder :

1. Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan.

2. Nyeri saat berhubungan seksual

3. Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid

4. Nyeri tekan panggul

5. Ditemukan adanya cairan di vagina

6. Teraba adanya benjolan pada rahim atau di rongga panggul

Dismenore sekunder dapat di sebabkan oleh :

1. Rahim yang terbalik, sehingga membuat darah haid tidak mudah di

keluarkan.

2. Benjolan besar atau kecil didalam rahim.

3. Peradangan selaput lendir rahim.


4. Pemakaian spiral

5. Endometriosis

6. Fibroid atau tumor

7. Infeksi pelvis

2.1.3.2.1 Gejala Klinis

Gejala- gejala klinis biasanya di mulai sehari sebelum haid, berlangsung

selama hari pertama dan hari ke dua haid dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri

biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri

terasa hilang timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti arah rahim dan

dapat menjalar ke arah pinggang bagian belakang. Selain rasa nyeri dapat di sertai

rasa mual, muntah, sakit kepala dan mudah tersinggung atau depresi.

Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid

pada bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang

tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau

bersama – sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam

walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri

adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke

daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa

mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas.

Sedangkan tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah

endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti


pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang

berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga

puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain

(dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).

2.1.3.2.2 Dampak Dismenore

Perlu waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam

jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala

endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non-

kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai

dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore

sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (Syafni G. Saydam,

2012).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses

belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari luar berupa sarana informasi yang

tersedia serta keadaan sosial-budaya.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2008).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2008) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6

tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kamapuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2008:25) beberapa faktor yang

berhubungan dengan karakteristik subjek antara lain:

a. Usia

Semakin cukup usia tingkat kemampuan atau kematangannya akan lebih

mudah untuk berfikir dan mudah menerima informasi.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat

yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau

penyuluhan yang akan diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam

kehidupan sehari-hari.
c. Intelegensi

Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan diri dan cara pengambilan

keputusan masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih

cepat dan tepat dalam mengambil keputusan disbanding dengan masyarakat yang

intelegensinya rendah.

d. Sosial-ekonomi

Mempengaruhi tingkah laku seseorang yang berasal dari social ekonomi

tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa

depannya tetapi bagi masyarakat yang social ekonominya rendah akan merasa

takut untuk mengambil sikap dan tindakan.

e. Sosial-budaya

Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan

nilai-nilai sosial keagamaan untuk memperkuat super egonya.

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

a. Cara tradisional (non ilmiah)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum

ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.

Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :


1. Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban.

2. Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang

diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau

membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau

berdasarkan penalaran sendiri.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang ada pada masa lalu.

4. Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

b. Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan

jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua

fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2008).


2.2.5 Cara Mengukur Pengetahun dan Hasil Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau

responden. Pendalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

Menurut Sugiyono (2007) hasil pengukuran pengetahuan dengan

menggunakan hasil rata- rata keseluruhan dan di implementasikan ke dalam 2

kategori, yaitu :

1. Kategori pengetahuan baik, jika skor jawaban > mean.

2. Kategori pengetahuan kurang baik, jika skor jawaban <mean.

2.3 Penanganan

2.3.1 Pengertian

Spesifikasi untuk menetapkan, mengelola dan menyelesaikan

pengidentifikasian secara terus menerus untuk suatu objek digital ataupun sumber

daya lainnya.

2.3.2 Penanganan Dismenore

1. Penerangan dan nasehat

Perlu di jelaskan pada penderita bahwa dismenore adalah gangguan tidak

berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi

mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.

Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul

mengenai haid perlu di bicarakan. Nasihat- nasihat mengenai makanan sehat,


istirahat yang cukup dan olahraga yang berguna. Kadang- kadang di perlukan

psikoterapi.

2. Penberian Obat Analgetik

Pemberian obat analgetik yang di berikan sebagai terapi simptomatik.

Obat analgetik yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin,

fenasetin dan kafein.

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non –

steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan

sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan

sampai 1 – 2 hari menstruasi.

3. Terapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat dicapai

dengan dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4. Terapi dengan Obat Nonsteroid antiprostaglandin

Memegang peranan penting yang makin penting terhadap dismenore

primer. Obat yang menurunkan jumlah prostaglandin akan membantu

mengurangi rasa nyeri. Hendaknya pengobatan diberikan sbelum haid dimulai

(1 sampai 3 hari sebelum haid) dan pada hari pertama haid.

5. Senam rutin dapat mengurangi kadar prostaglandin.

6. Memberikan terapi dengan mengompres bagian perut yang nyeri dengan

menggunakan air hangat yang dimasukkan ke dalam botol.

7. Pemijatan didaerah punggung dan paha

8. Orgasme pada aktivitas seksual


Cara tradisional untuk mengatasi nyeri haid (Femi Olivia, 2013) :

1. Ubi Jalar

Ubi jalar telah dikenal sebagai obat alternatif alami untuk terapi estrogen

atau dehydroepiandrosterone. Karena penelitian laboratorium telah

menunjukkan bahwa ubi jalar mengandung senyawa yang disebut di osgenin,

yang dapat dikonsumsi menjadi steroid yang berbeda, seperti estrogen.

2. Mentimun

Sediakan setengah sendok makan bubuk kulit kayu manis dan air

panas.Seduh bubuk kayumanis menggunakan air panas.Minum ramuan ini 2

kali sehari dengan dosis yang sama.

2.4 Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa anak-anak menuju kea

rah kedewasaan.Jika digolongkan sebagai anak-anak sudah tidak sesuai lagi,tapi

jika digolongkan dengan orang dewasa juga belum sesuai (Rumini dan

sundari,2004). Remaja adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk

kawin, ia sekarang bukan anak-anak lagi (Kamus Besar Bahasa Indonisia, 2006).

2.4.2 Batasan Usia Remaja

Awal masa remaja usia di antara masa anak-anak dan dewasa yang secara

biologis yaitu umur 10 sampai 19 tahun.Peristiwa terpenting pada gadis remaja

sekitar umur 10 sampai 16 tahun. kira-kira 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan
akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia

matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode

yang sangat singkat. (Hurlok,2010)

Pada masa adolesensi ini terjadi proses kematangan yang berlangsung

secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak.

Menurut banyak ahli jiwa, batas waktu adolesensi itu ialah 17-19 tahun atau 17-21

tahun.

Sedangkan menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Namun

jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa,

atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih

tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok

remaja.

Batasan Usia Remaja Menurut Kartono (2008), dibagi tiga yaitu :

1. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat

dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada

dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak

lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada

masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan

merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada

masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan
kehidupan badaniah sendiri.Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan

melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.

Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka

pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri

pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian

terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja

menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal

dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan

keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan

hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola

yang jelas yang baru ditemukannya.

2.3.3 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Masa Remaja

1. Perkembangan fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan

pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds,

2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi

reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya

adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah


kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna

meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk

memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam

pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di

mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam

skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau

ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga

menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan

apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir

mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti

belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds,

2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu

interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang

semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.

Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal

(Papalia & Olds, 2001).

Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan

invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami

kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam

penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom,


dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki

keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang

dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik

remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk

melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-

destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja

dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian,

kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri

invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah

sama.

3. Perkembangan kepribadian dan sosial

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara

individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan

orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada

masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian

identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting

dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman

sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding

pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah

seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger,
1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran

kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui

cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang

memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja

dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya

(Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan

keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993;

Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001).

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yag digunakan untuk

mengidentifikasikan variable-variabel yang akan diteliti (diamati) yang berkaitan

dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan

kerangka konsep penelitian.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Perilaku Penanganan Dismenore :

1. Menggunakan Obat Analgesik


2. Menggunakan Obat Herba dan
Tradisional
Teori : Notoatmodjo (2008) ; Femi Olivia (2013)

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka kerja penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep

dari hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore terhadap penanganan

dismenore dapat dilihat pada kerangka sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan Remaja Perilaku Penanganan


Putri Tentang Dismenore Dismenore

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

1.5 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya

masih perlu diteliti lebih lanjut (Arikunto, 2010). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : “Ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore

terhadap perilaku penanganan dismenore di Desa Tempuran

Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013”

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian memakai

metode penelitian ilmiah,oleh karena itu penelitian ini memiliki kriteria seperti:

berdasarkan fakta, bebas prasangka, mengunakan prinsip analisa, menggunakan

hipotesa.

Tujuan utama penelitian kuantitatif adalah untuk menguji teori, membangun

fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik,

menaksir dan mermalkan hasilnya (Aprina,2013)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Desa Tempuran 12A Kecamatan

Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Oktober 2013.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional dimana cara pengambilan data variabel bebas dan variabel

tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan

(Notoadmodjo,2006).

3.4 Subjek Penelitian

1 .Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian.Pemilihan populasi dan

sampel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil atau

tidaknya suatu penelitian (Notoatmodjo,2005). Populasi dalam penelitian ini

yaitu remaja putri yang telah mengalami menstruasi di desa Tempuran 12A

Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah 2013 berjumlah 116 orang.

2. Sampel

Sampel sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo,2010).Teknik pengambilan besar

sampel dengan menggunakan rumus Notoatdmojo dilakukan untuk

menentukan jumlah sampel dari total populasi berjumlah 116 orang. Dengan

rumus sebagai berikut:

N
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑2 )

116
𝑛=
1 + 116 (0,052 )

𝑛 = 53,7 = 54 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Keterangan :

N = Populasi

n = Sampel

d2 = Tingkat ketepatan/presisi (0,1)

Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode tekhnik

sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu sampel diambil secara acak.
Dan diambil menggunakan metode pengambilan secara acak sederhana

(Notoatmodjo, 2005).

3.5 Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,

pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel yaitu :

1. Variabel bebas/independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel

dependen. Dalam penelitian ini pengetahuan remaja putri tentang dismenore

sebagai variabel bebas.

2. Variabel terikat/dependen yaitu variabel akibat dari variabel independen.

Dalam penelitian ini perilaku penanganan dismenore sebagai variabel terikat.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional berguna untuk membatasi ruang atau pengertian variabel-

variabel yang diamati. Definisi Operasional ini juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel

yang bersangkutan serta pengembangan instrument alat ukur (Notoatmojo, 2005).

Adapun definisi operasional penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Definisi operasional variabel Penelitian


Definisi Cara Alat Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Independent :
Pengetahuan Kemampuan remaja Angket Kuesioner Jika jawaban : Ordinal
remaja putri putri untuk - Ya : Skor 1
tentang menjawab - Tidak : Skor 0
Dismenore pertanyaan yang
diberikan tentang Kemudian dikategorikan
dismenore pengetahuan :
a. Baik : > Mean

b. Kurang Baik : < Mean

Dependent :
Penanganan Perawatan yang Angket Kuesioner Jika jawaban : Nominal
Dismenore diberikan untuk - Ya : Skor 1
mengatasi - Tidak : Skor 0
dismenore pada
remaja putri

Hubungan
Jika ά p value < 0,05,
pengetahuan
remaja putri artinya ada hubungan

tentang bermakna secara statistik


dismenore
atau Ha diterima, jika p
terhadap
penanganan Value > 0,05 tidak ada

dismenore di hubungan secara statistik


Desa Tempuran
atau Ha di tolak.
Kecamatan
Trimurjo
Kabupaten
LampungTengah
3.7 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Rancangan pengukuran variabel disusun dengan maksud agar penelitian ini dapat

dilakukan seefektif mungkin dalam pengukuran data dan pengolahan data.

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pengetahuan, dengan teknik

pengukuran yang digunakan adalah angket dan alat ukur berupa kuesioner yang

diberikan kepada responden.

Menurut Notoatmojo (2005) kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan

jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu dan

individu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan

jawaban secara tertulis pula.

Menurut Notoatmojo (2005) angket adalah suatu cara pengumpulan data atau

suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut

kepentingan umum atau orang banyak. Angket ini dilakukan dengan mengedarkan

suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis

kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan

sebagainya.

Kuesioner yang ada, sudah mendapatkan uji validitas dan reabilitas yang

digunakan untuk mengetahui instrumen yang ingin di ukur dan untuk mengetahui

alat ukur yang akan digunakan dapat dipercaya atau tidak, jika item yang tidak

valid maka akan di gugurkan.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi ;


a. Langkah Persiapan

Langkah persiapan yang mencakup perbuatan rencana kuisioner adalah:

1. Menentukan sasaran atau populasi dan jumlah sampel

2. Membuat kerangka pertanyaan

3. Menyusun urutan pertanyaan

4. Membuat format kuisioner

5. Memperbanyak kuisioner

b. Langkah Pelaksanaan

Langkah pelaksanaan yaitu mencakup pelaksanaan tahapan adalah :

1. Membuat surat izin melakukan penelitian di lokasi

2. Melapor dan meminta izin untuk melakukan penelitian di lokasi

3. Cara pengumpulan data yang diperlukan dengan pembagian kuisioner, yang

dilaksanakan sendiri oleh peneliti sesuai dengan jumlah sampel

4. Memproses dengan menganalisis data jawaban yang telah terkumpul.

3.9 Teknik dan Analisis Data

Pengolahan data meliputi 5 tahap yaitu penyuntingan (editing), pengkodean

(coding), tabulasi (tabulating), entry data dan Cleaning (Pembersihan)

1. Editing
Editing adalah tahap memeriksa seluruh daftar pertanyaan antara lain kesesuaian

jawaban, kelengkapan, pengisian serta ketetapan jawaban yang diisi dan

dikembalikan oleh responden.

2. Coding

Coding adalah kegiatan memproses data memberikan skor pada kolom sebelah

kanan daftar pertanyaan sesuai jawaban yang diberikan responden. Skor yang

digunakan oleh penulis untuk pengetahuan dismenore (variabel independent)

adalah :

1 = Jika jawaban Ya

0 = Jika jawaban Tidak

skor untuk perilaku penanganan dismenore (variabel Dependent) adalah :

1 = Jika jawaban Ya

0 = Jika jawaban Tidak

3. Tabulating

Angka-angka dalam skor setiap butir pertanyaan dijumlahkan sehingga diperoleh

skor keseluruhan kemudian jumlah skor keseluruhan dibandingkan dengan skor

tertinggi (yang diharapkan) dan dikalikan 100% sehingga diperoleh persentase

dan dijadikan dalam pertimbangan dalam pemberian predikat sesuai dengan tolok

ukur yang ditentukan (Arikunto, 1996).

4. Entry data

Tahap ini dilakukan dengan memasukkan data kedalam komputer untuk di olah

dan dianalisa melalui program komputer.


5. Cleaning (Pembersihan)

Merupakan kegiatan mengecek ulang data yang sudah di entri, apakah ada

kesalahan atau tidak.

3.10 Analisis Data

Teknik Analisis Data yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah

analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentasi dari

tiap variabel (Notoatmojo, 2005)

3.10.1 Analisis Univariat

Keseluruhan hasil jawaban responden tentang kuesioner pengetahuan remaja putri

tentang dismenore dijumlahkan. Data yang ada dikelompokkan dan dikategorikan

dengan sebuah skala tertentu kemudian dicari kelompok responden dengan

kategori tertentu yang jumlah respondennya terbanyak dan paling sedikit.

a. Mean (Nilai rata-rata)

b. Median : data diurutkan dari kecil ke besar, hitung posisi median dengan

rumus Me = (n+1) : 2, jika nilai n = ganjil, Me = (n:2), jika nilai n = genap

kemudian hitung nilai mediannya.

∑f
𝑃= x100%
n

Keterangan:

P = Persentase Hitung

∑ 𝑓 = Jumlah Masing-masing variabel

n = Jumlah Responden
3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Analisis bivariat dengan menggunakan uji

Chi Square (x2) digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang

diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan atau perbedaan yang signifikan pada penelitian, maka uji statistik yang

digunakan adalah chi square. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Rumus Chi Square

(𝑂𝑖𝑗 −𝐸𝑖𝑗 ) 2
x2 = ∑ [ ]
𝐸𝑖𝑗

Keterangan :

x2 : Chi Square hitung

Oij : Simbol observasi dari tiap sel

Eij : Hasil Ekspektasi

Interpretasi dari rumus diatas adalah sebagai berikut : tentukan batas kritis α

(0,05), kemudian dengan nilai x2 hitung dari nilai df, tentukan nilai p value pada

tabel Chi Square.

1. Jika p value ≤ α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya

perbedaan atau hubungan yang bermakna (signifikan).


2. Jika p value > α, Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak mendukung

adanya perbedaan atau hubungan yang bermakna (signifikan). Dengan

nilai α adalah 5% (0,05) (Hastono, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Andira Dita.2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta : A*Plus


Books.

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Olivia Femi. 2013. Mengatasi Gangguan Haid. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Saydam Syafni G. 2012. Waspadai Penyakit Reproduksi Anda!. Jakarta: Pustaka


Reka Cipta

Wening Sari. 2012. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar


Swadaya

Budiarto Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2008, Profil Kesehatan Provinsi Lampung
tahun 2007( pdf), Bandar Lampung

Dorland, 1996, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai