Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP SEKTOR


PARIWISATA
MANAJEMEN SISTEM INFORMASI DAN E-BISNIS

OLEH:
Farreza Fatur Sadewa
C 202 20 030

Program Pascasarjana
Program Studi Magister Manajemen
Universitas Tadulako
Palu
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam beberapa tahun terakhir ini, pembicaraan mengenai daya saing
pariwisata menjadi sangat penting karena dianggap sebagai salah satu industry
yang mempunyai andil besar dalam memberikan sumbangan terhadap
perekonomian global dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan data World
Economic Forum (WEF), melalui The Travel & Tourism Competitiveness Report
(2019), menyatakan bahwa sektor pariwisata saat ini telah menyumbangkan 11,0
% dari PDB global, sementara pada PDB nasional sector industry
menyumbangangkan sekitar 15% yang mana hampir 9% dari total angkatan kerja
nasional dipekerjakan pada sektor pariwisata (2019) . Pariwisata dikembangkan di
berbagai belahan dunia karena dapat menyumbangkan pendapatan devisa yang
besar bagi negara, tak terkecuali di Indonesia. Dengan potensi Sumber Daya Alam
yang melimpah, yang dilengkapi berbagai macam tradisi, adat, budaya,
keanekaragaman hayati, dan sebagainya menjadi factor utama bertambahnya
Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia dari tahun ke tahun.
Tahun 2020 ini menjadi tahun yang paling mengkhawatirkan bagi dunia
dimana dihadapkan pada situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya bahkan
gerakan antisipasi belum tercanangkan. Seluruh penjuru nergri dihebohkan
dengan munculnya sebuah virus bernama virus corona dengan sebutan ilmiah
COVID-19. Virus ini mulai merebak pertama kali pada akhir tahun 2019 sampai
awal tahun ini di kota wuhan, China yaitu pada salah satu pusat perdagangan
hewan. Penyebaran tersebut tidak hanya sebatas Hewan-hewan tetapi juga dapat
menginfeksi manusia. Virus ini kemudian menyerang ke berbagai benua mulai
dari Amerika Serikat, Eropa, Asia bahkan mulai menyebabkan kekacauan di
Afrika dan Amerika Selatan.
Dampak Pandemi virus ini terhadap sector pariwisata tidak hanya dilihat dari
dari jumlah tenaga kerja yang mengalami pengangguran ataupun jumlah pebisnis
yang menutup bisnis wisatanya, tetapi juga dilihat dari jumlah wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, yang mana kita ketahui bahwa hal ini
sangat berdampak kepada jumlah pendapatan devisa negara. Penulis melakukan
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari pandemi COVID-19
terhadap sector pariwisata yang dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dampak virus corona terhadap pariwisata?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui dampak virus corona terhadap pariwisata.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pariwisata Indonesia


Menurut Damanik (2006:19) Sektor Pariwisata adalah salah satu
pendukung kegiatan pariwisata baik itu jasa maupun produk pariwisata. Sektor
pariwisata berada dalam naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia, yang dikepalai oleh Wishnutama Kusubandio sebagai
menteri. Adapun, lembaga tersebut bertugas untuk menyelenggarakan urusan di
bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalam pemerintahan untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Selain itu, kementerian
ini bertanggung jawab dalam:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata
dan ekonomi kreatif
b. Pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah
e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional

2.2 Dampak Virus Corona Terhadap Pariwisata


Pandemi virus ini memperlihatkan dampaknya bukan hanya dari segi
kesehatan. Virus ini juga menyerang perekonomian suatu negara bahkan
menimbulkan ketidakstabilan ekonomi skala global. Salah seorang Direktur
umum WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa “This is not
just a public health crisis, it is a crisis that will touch every sector. ” lanjutnya lagi
“So every sector and every individual must be involved in the fights”. Tedros
menyatakan bahwa bukan hanya sector ekonomi, akan tetapi seluruh sector akan
merasakan dampaknya .
Sektor ekonomi yang paling terdampak ialah pariwisata dan transportasi.
Banyaknya pusat-pusat transportasi seperti bandara dan pelabuhan banyak
dibatasi oleh pemerintah menyebabkan merosotnya jumlah wisatwan asing yang
berkunjung ke Indonesia. Akibatnya sektor-sektor lain penunjang pariwisata
seperti Hotel, Restoran, Biro Perjalanan Wisata maupun karyawan-karyawan
yang bekerja di industri pariwisata terkena imbasnya. Hal ini dikarenakan
mayortas pengunjung tempat-tempat tersebut adalah para wisatawan asing
tersebut. Asosiasiasi Industri Penerbangan Internasional (IATA) bahkan sudah
mengumumkan bahwa kerugian Industri Penerbangan akibat virus corona bias
menginjak angka US$113 Miliar , belum ditambah dengan kerugian dari sector
penunjang lainnya.
Industri pariwisata adalah industri yang melibatkan manusia sebagai
komoditas utamanya. Oleh karena itu, maskapai penerbangan, hotel, restoran,
dana gen perjalanan menggantungan jumlah pendapatan mereka dari turis-turis
yang Melancong. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama
berupaya untuk menggerakkan wisatawan domestic untuk menutupi sejumlah
kerugian yang dialami sector ini misalnya dengan menurunkan harga tiket
pesawat beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi, hal itu seakan percuma saja
dengan diberlakukannya kebijakan PSBB di berbagai daerah.
Negara asal virus ini yaitu Tiongkok bahkan melarang warganya untuk
melakukan penerbangan keluar negeri. Padahal, selama ini China merupakan
negara yang berkontribusi besar dalam mendatangkan wisatawan asing ke
kawasan ASEAN . Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) bahwa jumlah realisasi
kunjungan wisatawan mancanegara selama 2019 mencapai 16,3 Juta Wisatawan
dengan 12% merupakan wisatawan yang berasal dari China.
Daerah-daerah dengan bisnis pariwisata terbesar seperti Bali, Papua, NTT,
Yogyakarta, dan lainnya sangatlah terkena dampak dari virus ini. Seperti yang
dilansir dari Bisnis.com (2020), seorang ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) IGA Rai Suryawijaya mengatakan bahwa Perekonomian Bali
sekarang ini emngalami kondisi terburuk sepanjang sejarah, karena tingkat hunian
hotel hanya mencapai zero (nol). “dampak COVID-19 lebih parah dibandingkan
bom bali dan Erupsi Gunung Agung” lanjutnya lagi.
Dalam menangani permaslahan ini, Langkah-langkah efektif mulai di
berikan oleh Presiden RI. Salah satunya ialah lagkah mitigasi terhadap sector
pariwisata. Adapun mitigasi yang pertama ialah program perlindungan bekerja
bagi pekerja di sektor pariwisata. Kedua, Merealokasiakan anggaran yang ada
kepada program padat karya bagi pekerja di sector pariwisata. Kemudian yang
ketiga bapak presiden juga meminta kepada jajarannya agar menyiapkan stimulus
bagi pekerja yang bergerak di bidang pariwisata.
BAB III
REVIEW JURNAL

3.1 Dampak Pandemik COVID-19 di Indonesia dan Industri Hotel di Cina:


bagaimana mengatasinya?
Nama dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Kesimpulan Penelitian
Valda Shabrina Rahma dan Dampak Pandemik Dari penelitian ini
Gilang Fadhilia Arvianti COVID-19 di Indonesia dapat disimpulkan
(Vol.2 No. 1, 2020) dan Industri di Cina bahwa tujuan utama
dari analisis ini adalah
untuk mengetahui
dampak Covid-19
terhadap aspek
pariwisata Indonesia
dan China di industri
perhotelan dan
menganalisis upaya
penanggulangannya.
Peristiwa pandemi
Covid-19 merupakan
bencana non alam
yang merupakan salah
satu faktor lingkungan
eksternal yang
mengakibatkan
penurunan aktivitas
pariwisata di Indonesia
dan China. Wabah
COVID-19 berdampak
signifikan pada
industri perhotelan di
Indonesia dan China.
Akibatnya, ratusan
hotel di Indonesia dan
China terpaks menutup
hotelnya tanpa
beroperasi dalam
waktu yang belum
ditentukan.

3.2 COVID-19 Pandemik dan Pariwisata Internasional


Nama dan Tahun Judul Penelitian Kesimpulan Penelitian
Penelitian
Try Haryanto JDE COVID-19 dan Pandemi COVID-19
(Jurnal Ekonomi Pariwisata Internasional tidak hanya
Berkembang) Vol.5 menyebabkan krisis
No.1, 2020 kesehatan, tetapi juga
krisis ekonomi global.
Dampak luas tersebut
menyebabkan
perekonomian berubah
ke kondisi normal baru.
Hal ini menimbulkan
banyak topik penelitian
penting di berbagai
bidang seperti ekonomi
kesehatan, ekonomi
publik dan keuangan
publik, ekonomi
kelembagaan,
perdagangan
internasional, ekonomi
lingkungan, ekonomi
pembangunan, ekonomi
perilaku, dan banyak
lagi lainnya untuk
menjadi referensi bagi
para pengambil
keputusan.

3.3 Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pariwisata Sumatera Barat


Nama dan Tahun Judul Penelitian Kesimpulan Penelitian
Penelitian
Vivi Ukhwatul K Dampak Pandemi Berdasarkan hasil dan
Masbiran (Jurnal COVID-19 Terhadap pembahasan dapat
Pembangunan Nagari, Pariwisata Sumatera disimpulkan bahwa
Vol. 5 No. 2, 2020) Barat dampak covid-19
terhadap pariwisata
Sumatera Barat telah
menyebabkan terjadinya
penurunan kunjungan
wisman dan wisnus,
menurunnya sektor
transportasi dan
penyediaan akomodasi
dan makan minum.
Dampak yang
ditimbulkan akibat
pandemi covid-19
menunjukkan bahwa
pariwisata yang
memiliki keterkaitan
dengan banyak sektor
penunjangnya
merupakan sektor yang
sangat rentan dengan
bencana seperti wabah
penyakit atau pandemi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sektor Pariwisata adalah salah satu pendukung kegiatan pariwisata baik itu
jasa maupun produk pariwisata. Corona virus adalah kumpulan virus yang bisa
menginfeksi system pernapasan. Banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS).
Sejak merebaknya virus Corona (COVID-19) jumlah wisatawan manca
negara yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan. Kondisi sektor pariwisata
sekarang dengan adanya COVID-19 mengalami kelesuan secara drastis karena
berkurangnya jumlah pengunjung baik wisatawan lokal maupun asing. Juga
berdampak pada perhotelan, tempat wisata, restoran, dan bandara-bandara juga
banyak yang ditutup karena untuk membatasi wisatawan asing yang masuk.
Sehingga menyebabkan pendapatan dan devisa negara dari sektor pariwisata
menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, R. N. (2020). Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Pulau Santen


Banyuwangi Pasca Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Terapan Riset
Inovatif (SENTRINOV).

LPEM-FEB-UI. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pariwisata Indonesia :


Tantangan , Outlook dan Respon Kebijakan. In Pusat Kajian Iklim Usaha dan GVC -
LPEM FEB UI.

Masbiran, V. U. K. (2020). Dampak pandemi covid-19 terhadap pariwisata Sumatera


Barat. Jurnal Pembangunan Nagari.

Nasution, D. A. D., Erlina, E., & Muda, I. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 terhadap
Perekonomian Indonesia. Jurnal Benefita. https://doi.org/10.22216/jbe.v5i2.5313

Pambudi, A. S., Masteriarsa, M. F., Dwifebri, A., Wibowo, C., Amaliyah, I., & Ardana, K.
(2020). Strategi Pemulihan Ekonomi Sektor Pariwisata Pasca Covid-19. Majalah
Media Perencana.

Sowwam, M. D. R. S. S. M. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pariwisata


Indonesia : Tantangan , Outlook dan Respon Kebijakan. Pusat Kajian Iklim Usaha
dan GVC - LPEM FEB UI.

(Darmawan, 2020; LPEM-FEB-UI, 2020; Masbiran, 2020; Nasution et al., 2020; Pambudi
et al., 2020; Sowwam, 2020)
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

DAMPAK PANDEMIK COVID-19 DI INDONESIA DAN INDUSTRI HOTEL CINA:


BAGAIMANA MENGATASINYA?

Valda Shabrina Rahma 1, Gilang Fadhilia Arvianti 2


shabrinarahma52@gmail.com 1, gilangfadhilia@untidar.ac.id 2
Program Studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar, Indonesia

Abstrak
Tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan bagi semua negara karena munculnya wabah yang
disebut Coronavirus atau Covid-19 yang berasal dari Kota Wuhan, China. Wabah ini menjadi perhatian dunia
karena banyak aspek yang terkena dampaknya, seperti pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak wabah Covid-19 terhadap industri perhotelan di Indonesia dan China. Untuk menganalisis upaya untuk
mengatasinya. Kemudian, penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan kualitatif deskriptif dan
dilakukan dengan analisis wacana. Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber referensi yang mendukung
penelitian ini. Hasil penelitian menyebutkan bahwa industri perhotelan di Indonesia dan Chinawere terdampak
signifikan oleh wabah Covid-19 karena banyak hotel yang terpaksa tutup dan tidak beroperasi untuk mengurangi
penyebaran virus. Ribuan karyawan terpaksa di-PHK akibat hilangnya pendapatan hotel. Beberapa hotel di
Indonesia dan China memutuskan untuk dijadikan rumah sakit bagi korban Covid-19. Kesimpulannya, wabah tak
terduga di awal tahun 2020 akibat virus mematikan bernama Covid-19 mengguncang dunia karena telah
mempengaruhi banyak aspek, termasuk pariwisata.

Kata kunci: Coronavirus, dampak covid-19, industri perhotelan

PENGANTAR
Di awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan wabah Coronavirus (Covid-19) yang menjangkiti
hampir semua negara. Organisasi Kesehatan Dunia, sejak Januari 2020, telah menyatakan dunia
menjadi darurat global terkait virus ini. Ini adalah fenomena luar biasa yang terjadi di Bumi pada
tahun 21 st abad, dengan skala yang mungkin sebanding dengan Perang Dunia II karena acara
berskala besar (acara olahraga internasional, misalnya) hampir seluruhnya ditunda dan bahkan
dibatalkan. Kondisi ini terjadi hanya dalam kasus Perang Dunia karena tidak pernah ada situasi lain
yang dapat membatalkan peristiwa tersebut. Hingga 20 Mei 2020, 4,9 juta orang terinfeksi virus
Corona, 324.490 orang meninggal dunia, dan 1.958.220 pasien telah sembuh.

Seperti yang tertulis di situs Organisasi Kesehatan Dunia, coronavirus adalah sekelompok virus dari
subfamili Orthocronavirinae dalam famili Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini dapat
menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada manusia, virus Corona
menyebabkan infeksi saluran pernafasan yang umumnya ringan, seperti flu, meski masih ada beberapa
bentuk penyakit mematikan seperti MERS dan SARS di alam. Dalam kondisi saat ini, Coronavirus
bukanlah wabah yang bisa dibiarkan begitu saja. Jika dilihat dari gejalanya, masyarakat awam hanya
akan mengelompokkannya menjadi influenza biasa. Namun untuk analisis obat viral cukup berbahaya
dan mematikan. Perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena menyebar ke seluruh dunia,
dan seluruh negara merasakan dampaknya, termasuk Indonesia. Antisipasi dan penurunan jumlah
penderita Coronavirus di Indonesia telah dilakukan di seluruh wilayah. Diantaranya dengan
memberikan kebijakan pembatasan kegiatan di rumah, dirumuskan kegiatan sekolah, bekerja dari
rumah, bahkan kegiatan peribadahan juga dilakukan.
55
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

dirumuskan. Itu sudah menjadi kebijakan pemerintah berdasarkan pertimbangan yang sudah
dianalisa secara maksimal tentunya.

Menurut direktur CCDCP (Center for Disease Control and Prevention) di China menyatakan bahwa
pasar hewan di Wuhan, yaitu Huananmarket, pertama kali diberitakan sebagai tempat penularan
pertama virus Corona yang menjadi korban. Seperti dilansir dari The Jakarta Post pada 22 Januari lalu,
direktur CCDCP yaitu Gao Fu mengatakan bahwa awalnya mereka menganggap pasar Huanan adalah
tempat penyebaran virus berdasarkan surat kabar pemerintah China. Namun, bukti yang ada
menunjukkan bahwa pasar tidak lain adalah korban virus corona. Virus Corona SARS-CoV-2 telah ada
jauh lebih awal.

Selain itu, Maffioli, EM (2020) juga menjelaskan bahwa tingkat kecepatan dan ukuran penyebaran
Covid-19 melebihi kasus wabah virus pada kejadian satu dekade sebelumnya. Covid-19 menyebabkan respon
masyarakat dunia sangat berbeda dengan kasus wabah virus yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti
virus H1N1 pada tahun 2009-2010, Virus Ebola pada tahun 2014, atau Virus Zika pada tahun 2015-
2016. Hal lainnya, status China yang menjadi titik awal penyebaran Covid-19 yang
merupakan negara dengan kekuatan ekonomi dunia kedua, berdampak luas pada
interaksi bisnis dengan banyak negara mitra.
Tabel berikut menunjukkan total infeksi COVID-19 di Indonesia dan China.

Tabel 1. Jumlah Infeksi COVID-19 di Indonesia dan Cina


Indonesia Cina

Total Kasus 33.076 83.046

Total Kematian 1.923 4.634

Total Dipulihkan 11.414 78.357

Sumber: https://www.worldometers.info/coronavirus/?#countries pada 08/06/2020

Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat total penularan Covid-19 pada 8 Juni 2020. Hal itu menunjukkan
masih banyak orang yang terjangkit virus tersebut, seperti dilansir Worldometers. Tabel di atas menunjukkan
bahwa data jumlah penularan di Indonesia sebanyak 33.076 penularan, sedangkan di Cina sebanyak 83.046
penularan. Dari tabel di atas terlihat bahwa total kematian di Indonesia adalah 1.923 kematian. Bandingkan
dengan total kematian di China yang mencapai 4.634 kematian. Sejalan dengan itu, data menunjukkan
keseluruhan pulih baik di Indonesia maupun China. Berdasarkan Worldometers, 11.414 orang di Indonesia
telah pulih, sedangkan di China hingga 78.357 orang yang pulih. Dapat disimpulkan bahwa angka
kesembuhan kedua negara jauh lebih tinggi dibandingkan angka kematian.

TheWorldHealth Organization (WHO) menjelaskan bahwa Virus Corona adalah virus yang menginfeksi sistem
pernafasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah seperti MERS-CoV dan SARS-CoV. Virus Corona adalah zoonosis yang menginfeksi manusia dan hewan. Berdasarkan
data Kementerian Kesehatan RI, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan bermula pada 30 Desember 2019, di mana
Komite Kesehatan Kota Wuhan mengeluarkan pernyataan "pemberitahuan mendesak tentang penanganan pneumonia
yang tidak diketahui penyebabnya". Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke kayu salib

56
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

negara. Hingga saat ini, 188 negara mengkonfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona ke
berbagai belahan dunia telah berdampak pada pariwisata Indonesia dan China.

Jika dilihat dari dunia pariwisata, selama ini China telah berjasa mendatangkan wisatawan
mancanegara ke kawasan ASEAN. Namun, karena masalah virus ini meluas, pemerintah China melarang
warganya meninggalkan negaranya. Industri pariwisata dapat diartikan sebagai industri yang
melibatkan manusia sebagai komoditas utamanya. Karenanya, beberapa aspek seperti hotel, restoran,
maskapai penerbangan, dan agen perjalanan yang mengandalkan pendapatannya dari wisatawan
mengalami krisis akibat penyebaran virus Corona. Asosiasi Industri Penerbangan Internasional (IATA)
bahkan telah mengumumkan kerugian industri penerbangan akibat virus Corona hingga USD 113
miliar. Hunian hotel turun hingga 40 persen, berdampak pada kelangsungan bisnis hotel. Mayoritas
wisatawan juga berdampak pada restoran atau tempat makan yang sebagian besar konsumennya juga
wisatawan. Melemahnya pariwisata juga berdampak pada industri ritel.

Jika terus dibiarkan, negara bisa dirugikan karena industri pariwisata yang sedang berlangsung. Pariwisata internasional
yang berkembang merupakan salah satu sektor terpenting yang meningkatkan kondisi ekonomi dunia sejak tahun 1950-an.
Jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan internasional adalah 1 miliar orang pada 2010 dan 1,4 miliar pada 2018. Menurut
WHO, angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah. Namun, sejak virus Corona menyentuh skala global, angka ini
menurun. Melihat situasi tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama berusaha menggerakkan pariwisata
domestik untuk menutupi kerugian yang dialami wisatawan asing. Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan insentif berupa
diskon penerbangan mulai 30 hingga 40 persen untuk sepuluh atraksi domestik. Masyarakat Indonesia sendiri juga merasa takut
melakukan perjalanan baik dalam maupun luar negeri. Hal tersebut juga terlihat dari efek domino yang terjadi pada sektor
pendukung pariwisata, seperti hotel, restoran, dan pengusaha retail. Dilansir dari amedia, Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia
menyebutkan dampak penyebaran virus Corona dirasakan oleh pengusaha hotel, restoran, dan maskapai penerbangan dengan
nilai saham dan investasi yang besar. Dinamika ini disebut force majeure atau kondisi yang tidak dapat dihindari. dan maskapai
penerbangan dengan nilai saham dan investasi yang besar. Dinamika ini disebut force majeure atau kondisi yang tidak dapat
dihindari. dan maskapai penerbangan dengan nilai saham dan investasi yang besar. Dinamika ini disebut force majeure atau
kondisi yang tidak dapat dihindari.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak wabah Coronavirus terhadap pariwisata pada
industri perhotelan di Indonesia dan China. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kepustakaan untuk menjaring data yang tidak perlu terjun langsung ke lapangan tetapi mengambil berbagai
sumber referensi yang mendukung penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan
kualitatif deskriptif. Bogdan dan Biklen (1982, 82) pernah merekomendasikan bahwa yang penting dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata tertulis untuk merekam data dan menyebarkan kesimpulan. Penulis
menerapkan analisis wacana dalam metode ini. Ini didefinisikan sebagai pendapat seseorang di mana
elemen metodologis dan konseptual dimasukkan (Wood dan Kroger, 2000). Tidak hanya elemen-elemen itu,
tetapi juga termasuk teks lisan dan tulisan.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Menurut Budiyanti, E. (2020), dampak wabah Virus Corona terhadap sektor pariwisata sepanjang
tahun 2019, jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara yang masuk ke Indonesia mencapai jutaan.
Berbeda dengan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2018 sebanyak 15,81 juta orang. Angka ini
meningkat 1,88%. Wisatawan dari China sebanyak 2,07 juta. Sejak penyebaran virus Corona, untuk
menegakkan kebijakan pembatasan impor hewan hidup dari China, pemerintah juga menghentikan
penerbangan dari dan ke China mulai 5 Februari 2020. Hal ini akan dilakukan.

57
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

juga mempengaruhi sektor pariwisata di Indonesia. Banyak perusahaan perjalanan dan penerbangan mengalami
kerugian akibat penghentian penerbangan dari dan ke China. Sejak diberlakukannya, jumlah wisatawan asal
Chinawho yang berkunjung ke Bali menurun. Pada 2019, dari 6,3 juta wisman, sebanyak 1.185.519 wisman atau
18,2% berasal dari China. Namun, pada Januari hingga pertengahan Februari 2020 tercatat 22.000 wisatawan
Tiongkok membatalkan ke Bali. Menurut pengamat pariwisata Herry Angligan, pariwisata Bali terancam karena
ketergantungan pada wisatawan China. Dua perusahaan atraksi air di Bali ditutup karena 100% tamunya adalah
turis China. Turis non-China juga berkurang karena banyaknya turis negara lain yang mengurungkan niat
berkunjung ke Bali karena kedekatan China dengan Indonesia. Karena itu,

Di Indonesia yang menjadi salah satu negara yang memberlakukan larangan bepergian ke luar negeri,
hal itu untuk menurunkan penyebaran virus Corona. Larangan ini menyebabkan beberapa maskapai
penerbangan membatalkan penerbangannya, dan beberapa maskapai terpaksa beroperasi meski sebagian
besar pesawat kosong untuk memenuhi hak penumpang. Banyak konsumen menunda pemesanan tiket
karena penyebaran virus Corona. Situasi ini menyebabkan pemerintah bertindak dengan memberikan
kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terindikasi wisatawan
asal China mencapai 2,07 juta pada 2019, yang mencakup 12,8 persen dari total wisman sepanjang 2019.
Penyebaran virus Corona menyebabkan kunjungan wisatawan ke Indonesia berkurang. Pada 2019, sekitar 2
juta wisatawan asal China mengunjungi Bali saat di bulan Februari, hanya ada sekitar 4 ribu turis.
Diperkirakan Bali akan sulit mencapai target melebihi 2 juta pengunjung pada tahun 2020 ini. Pantainya
terlihat sepi dari pengunjung. Hanya ada manajer bisnis yang duduk di pantai. Beberapa kapal pesiar bahkan
memutuskan untuk tidak berlabuh di Bali.

Meski demikian, Pemprov Bali telah menyediakan properti tersebut kepada para
pengusaha hotel dan travel untuk menghindari pemutusan hubungan kerja. Hal yang
sama juga terjadi di Yogyakarta. Turis asing yang biasa terlihat lalang di jalan kini terlihat
hampir tidak ada. Hotelnya juga sepi karena tidak ada yang tinggal. Meski bulan Maret
termasuk dalam kategori low season dimana wisatawan jarang berkunjung, namun
jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Yogyakarta masih lebih sedikit dari
biasanya. Ini terlihat jelas di Sosrowijawan. Pemerintah telah mengeluarkan status darurat
bencana mulai Februari 2020 hingga akhir Mei 2020 terkait pandemi virus ini dengan
jangka waktu 91 hari. Pemerintah telah melakukan beberapa langkah untuk
menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan
gerakan Social Distancing.
Sedangkan ketika virus Corona menyebar di berbagai negara, kota-kota di China kini sudah mulai
pulih. Penduduk lokal mulai menjauh dari lingkungan rumah mereka. Dilansir dari South ChinaMorning
Post, setelah lebih dari sebulan dikurung di rumah karena wabah virus Corona, warga China, khususnya
di Beijing, akhirnya keluar dari lingkungannya. Kabarnya, penyebaran penularan virus Corona telah
menunjukkan penurunan tanda-tanda di seluruh China. China telah memberlakukan lockdown sejak
akhir Januari ketika wabah virus Corona membuat negara itu terhenti seketika. Namun, agen perjalanan
online di China menyebut ada peningkatan signifikan dari wisatawan domestik sejak akhir Februari lalu.
Manajer umum dari Community Relations Company of Tongcheng-Elong pemesanan perjalanan online,
Chai Yinghui mengatakan bahwa puncak pemesanan harian Februari melonjak 230 persen dari level
terendah yang tercatat di bulan yang sama. Wisatawan sudah banyak melakukan reservasi hotel untuk
itinerary jangka panjang. Pada hari Minggu terakhir bulan Februari, pemesanan penerbangan domestik
untuk keberangkatan bulan Juni naik 250 persen dibandingkan minggu sebelumnya.

58
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

Dikutip dari Financial Times, wisatawan Tiongkok menyumbang 150 juta perjalanan ke luar negeri
selama 2019 dan menghabiskan sekitar USD 130 miliar atau setara dengan Rp9.487 triliun di luar negeri pada
2018. Angka pengeluaran tersebut naik 13% dari tahun sebelumnya, menurut temuan dari Chinese Tourism
Academy . Namun, sejak wabah virus corona merebak, menghilangnya grup pariwisata China dari kawasan
wisata di dunia berdampak pada para pelaku bisnis perhotelan, restoran, dan perjalanan wisata.

Kementerian Perhubungan China mengatakan, perjalanan turis China turun hampir 73% selama liburan Tahun
Baru 2020 dibandingkan dengan kondisi pada 2019. Analisis Dewan Pariwisata dan Perjalanan Dunia
memperkirakan bahwa waktu pemulihan untuk sektor pariwisata atau orang yang kembali berlibur membutuhkan
setidaknya 19 bulan. Berbeda dengan Research Firm yang memprediksikan bahwa pasar perjalanan luar negeri
dan domestik China tidak akan pulih sepenuhnya hingga tahun 2023. Melihat analisis tersebut, seorang CEO dari
web travel, Jane Sun mengatakan bahwa perusahaan telah melihat tanda-tanda penurunan yang berkelanjutan di
publik. permintaan.

Selain itu, seorang ekonom, Matthew Dass, mengatakan China telah menjadi pasar pariwisata terbesar di
dunia, dengan lebih dari 180 juta orang China yang memiliki paspor, dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS)
yang hanya sekitar 147 juta orang yang memegang paspor. Jika wabah ini berlangsung lebih lama dan menjadi
lebih buruk dari SARS pada tahun 2003, diperkirakan akan menyebabkan 25 juta perjalanan internasional oleh
pelancong Tiongkok dibatalkan. Setidaknya, wisatawan China yang berwisata ke luar negeri bisa menghilangkan
sebanyak Rp 73 miliar.

Dampaknya pada Industri Perhotelan Indonesia

Virus Corona (Covid-19) telah mempengaruhi sektor pariwisata nasional. Hal itu tercermin
dari maraknya hotel yang memutuskan tutup sementara. Sebanyak 1.139 hotel di seluruh
Indonesia telah menutup operasi pandemi Covid-19 atau virus Corona. Namun, ada sebuah
hotel di Bandung yang malah dijadikan rumah sakit bagi korban Covid-19. Ketua Umum
Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia, Hariyadi Sukamdani mengatakan, sudah ada
1.226 hotel ditutup. Konsultan properti Colliers International Indonesia menilai dampak pandemi
Covid-19 membuat industri perhotelan sangat terpuruk bahkan terpaksa menutup kegiatannya dan
menampung para karyawan. Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto
mengatakan Covid-19 ini sangat merusak industri perhotelan Jakarta dan Bali. Hal tersebut membuat
industri perhotelan sangat terpuruk bahkan terpaksa menutup kegiatannya dan menampung beberapa
karyawan. Ia juga mengatakan, industri perhotelan Jakarta pada Februari lalu belum terlalu terasa
terkena Covid-19. Meski begitu, gejalanya sudah ada. Beberapa perusahaan, khususnya yang
melibatkan orang asing, mulai sedikit mengalami penurunan. Penurunan kinerja mulai sangat terasa
pada bulan Maret ketika pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 di Indonesia.

Kinerja Hotel Jakarta masih bergantung pada kondisi bisnis di dunia dan Jakarta. Performa di tahun
2020 akan menurun, saat pandemi Covid-19 selesai di ke-3 rd kuartal, setidaknya akan ada pendapatan di
4 th kuartal tersebut dan diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2021. Data Colliers menyebutkan
bahwa 25 hotel di Jakarta berhenti beroperasi, dan ada sembilan hotel yang dikonversi. 25 hotel yang
berhenti beroperasi tersebut merupakan hotel berbintang lima yaitu Grand Melia Jakarta, 11 hotel
berbintang empat yang meliputi operasional, kemudian 13 hotel tiga bintang, salah satunya Hotel
Santika TMII. Ada sembilan hotel yang akan diubah personelnya, seperti hotel bintang empat Grand
CempakaHotel, Ibis Senen, Mercure Cikini, dan beberapa hotel lainnya.

59
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

Industri perhotelan di Bali mulai menurun sejak pemerintah resmi menutup penerbangan dari dan ke
China. Turis asal China menjadi pasar terbesar ketiga di Bali. Berdasarkan data Imigrasi Ngurah Rai Bali yang
sejak tanggal 1 hingga 12 Maret 2020 tercatat
113.079 turis asing mendarat di Ngurah Rai. Belum mencapai 50 persen dari total kunjungan di
bulan Februari. Diperkirakan sisa dua pekan tersebut semakin berkurang karena banyaknya
maskapai yang menutup penerbangannya dan semakin gencarnya pelaksanaan pemerintah
terkait dengan WNA yang masuk ke Indonesia. Karena itu, beberapa hotel terpaksa menghentikan
operasinya. Ketua Umum Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani menyebutkan
penutupan hotel tersebut berdampak pada sekitar 150.000 karyawan.

Selanjutnya di Bali penurunan okupansi berkisar 60-80% terutama di kawasan favorit


wisatawan China yaitu Nusa Dua, Tuban, dan Legian, Kuta. Itu juga karena turis China
adalah penyumbang terbesar ke Bali. Rata-rata okupansi hotel saat ini hanya mencapai
30-40% dari kapasitas hotel. Okupansi hotel di kawasan Ubud dan Sanur menurun 20-30%
karena didominasi turis Eropa dan Australia. Bahkan sudah ada 40.000 pembatalan kamar
hotel dengan total nilai kerugian Rp 1 triliun. Tak hanya itu, wisatawan asal Vietnam dan
Thailand juga terjadi penurunan drastis.
Selain itu, untuk Batam dan Bintan, tingkat pengisian hotel pada Januari dan Februari 2020
turun 30-40 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata okupansi atau tingkat isian
saat ini hanya berkisar 20-30 persen. Saat ini bahkan banyak karyawan yang diminta cuti. Kondisi
ini akan semakin memburuk jika hingga Mei masih terjadi penurunan okupansi. Di Manado,
biasanya ada 70% turis di China. Saat ini, okupansi turun 30-40% dibandingkan sebelumnya. Itu
membuat kamar hotel hanya diisi dalam kisaran rata-rata pada tingkat 30% dari tujuan wisata yang
relatif tidak terpengaruh hanya di Jawa dan Makassar. Pasalnya, masih aktifnya pergerakan
wisatawan domestik terutama kegiatan pemerintahan yang masih berkontribusi terhadap
okupansi.

Menurut Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia Yogyakarta, mengakui 80 persen hotel dan
restoran di Yogyakarta tidak beroperasi dan terpaksa memberikan cuti tidak dibayar kepada
karyawannya. Pasalnya, hotel dan restoran dibebani biaya operasional yang terus membengkak.
Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono
mengatakan, pihaknya berkonsentrasi pada pemutusan rantai penularan virus Corona (Covid-19).
Oleh karena itu, mereka harus banyak melakukan PHK yang berarti memberhentikan karyawan
yang tidak dibayar untuk karyawan hotel dan restoran. Deddy menjelaskan, kebijakan tersebut
berlaku sejak awal April. Selain itu, istilah karyawan rumah enggan digunakan karena jika
menggunakan istilah tersebut harus membayar 75 persen dari gaji karyawan yang dirumuskan.

Soal jumlah karyawan yang terkena cuti tak dibayar, Deddy enggan menjelaskannya secara
detail. Namun, dia menyebutkan banyak hotel dan restoran yang tidak beroperasi. Ia mengaku
belum mengetahui secara pasti jumlah karyawan yang diracik karena beberapa hotel dan restoran
belum mengirimkan datanya. Namun, mereka bisa memprediksi dengan melihat sekitar 80 persen
hotel dan restoran di Yogyakarta saat menutup atau tidak menerima tamu. Selain itu, masih ada
beberapa hotel dan restoran yang beroperasi. Dalam operasionalnya, Deddy mengatakan,
pihaknya masih menerima pemesanan atau perawatan properti dan renovasi hotel. Beberapa
hotel dan restoran masih buka, memberikan program menginap selama 14 hari

60
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

sampai 1 bulan. Beberapa di antaranya adalah Uniq, Gloria Amanda, IOI, Pandanaran Hotel, dan Hyatt.
Kemudian, restoran yang masih buka saat pandemi hanya melayani delivery order.

Dampak pada Industri Hotel China

Wabah virus korona yang mematikan di China tak hanya meresahkan masyarakat, tapi juga pelaku
usaha. Kerugian signifikan yang diduga dialami maskapai untuk bisnis perhotelan akibat pembatalan.
Mereka juga harus menukar uang atau pengembalian uang pelanggan. Menurut data United Nations
World Tourism Ranking tahun 2018, terdapat 62,9 juta wisatawan ke China. Itu terbesar keempat. Hotel
harus kehilangan uang ketika mereka seharusnya mendapatkan uang di tengah Tahun Baru Imlek.
Banyak pengunjung yang akhirnya membatalkan kunjungannya. Ctrip, aplikasi pemesanan online
terbesar di China, menyebutkan bahwa lebih dari 100 ribu hotel dalam bentuknya telah mengembalikan
uang pelanggan yang pemesanan kamarnya dibatalkan antara 22 Januari dan 8 Februari.

Salah satu jaringan hotel mewah terbesar, Hilton, terkena dampak penutupan 150 hotel yang
berlokasi di China. Penutupan ini akan berlanjut hingga wabah COVID-19 mereda. Seperti dilansir
dari Travel and Leisure, penutupan tersebut diumumkan langsung oleh CEO Hilton Chris Nassetta
di hadapan investor pada 11 Februari 2020. Jika dijajal, total kamar yang ditutup mencapai 33.000
unit. Vice President Corporate Communications Hilton, Nigel Glennie, mengatakan beberapa hotel
tersebut masih menampung tamu yang ada dan memberikan layanan medis. Bahkan, mereka
tidak menerima pemesanan baru saat ini. Mereka akan membuka kembali hotel-hotel ini sesegera
mungkin dan setelah pihak berwenang setempat memastikan aman dari virus corona. Sama
seperti di Indonesia. Ada sebuah hotel di Quanzhou, yaitu Hotel Xinjia,

Menurut Glennie, Hilton memiliki 225 hotel di China, dengan empat di antaranya berlokasi di
Wuhan, tempat virus mematikan itu bermula. Secara Total, Hilton memiliki 6.110 jaringan globalnya
yang tersebar di ratusan negara dan wilayah. CEO Hilton, Nassetta, mengatakan bahwa China mewakili
2,7 persen dari keuntungan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Hilton melihat hal itu
akan berdampak signifikan pada pendapatannya karena penyebaran wabah virus corona dan
pemulihan hingga 12 bulan.

Industri perhotelan bisa merugi setidaknya 5,8 miliar dollar AS atau setara Rp 79 triliun. Hilton
bergabung dengan daftar hotel yang menutup cabang dan merevisi kebijakan terhadap pemesanan di
Cina. Hal itu membuat perusahaan Hilton harus menutup banyak cabang di China. Menurut Hotel
News, hotel seperti Hyatt, Marriott, IHG, dan Wyndham juga telah mencabut biaya perubahan dan
pembatalan di area virus korona. Hotel bintang lima, Marco Polo, tidak lagi melayani pelanggan setelah
Wuhan dikarantina mulai 23 Januari 2020 oleh pemerintah Hubei, menyusul kemudian kota-kota
terdekat.

Upaya Mengatasi Wabah Covid-19 di Industri Perhotelan

Di Indonesia, pemerintah perlu mendorong sektor pariwisata Indonesia. Selama ini, China merupakan
salah satu tujuan wisata yang diminati negara lain. Adanya kejadian ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia
untuk menarik wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus mulai
mempromosikan kawasan wisata lainnya di Indonesia serta meningkatkan fasilitas dan pelayanan di tempat
wisata tersebut. Pemerintah juga harus memberikan insentif kepada perusahaan travel dan penerbangan
serta industri pariwisata yang dirugikan akibat penghentian penerbangan dari dan ke China. Namun
pemberian insentif bukanlah satu-satunya solusi untuk mengatasi hal tersebut. Pemerintah juga perlu
meningkatkan daya saing kualitas dan daya tarik pariwisata dalam negeri. Menteri Pariwisata Wishnutama
menyatakan, kondisi ini menjadi tantangan sekaligus tantangan bagi
61
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

Sekaligus, harus menjadi kesempatan untuk mencari potensi lain yang bisa menjadi daya tarik
orang asing untuk datang ke Indonesia. Untuk menjalankan programnya perlu dikelola dan
dikemas dengan luar biasa, sehingga tercipta daya tarik wisatawan terutama dari negara lain di
luar China.

Sementara di China, pemerintah sedang menyusun strategi, pertama dengan pemberian insentif
tiket pesawat 10-30%. Kedua, mendorong konferensi dan pertemuan, konvensi dan pameran di
beberapa tujuan wisata. Hal tersebut perlu diapresiasi untuk mendorong tumbuhnya industri pariwisata
nasional. Untuk menyikapi wisatawan asing yang akan masuk ke China, bandara-bandara besar telah
melakukan upaya pengetatan pemeriksaan di berbagai bandara, khususnya bandara internasional.
Dengan menggunakan pemindai termal, pemeriksaan suhu tubuh penumpang yang masuk. Selain itu
juga dilakukan simulasi penanggulangan jika ada penumpang yang terindikasi terinfeksi virus Corona.

Dengan menerapkan upaya tersebut, aspek pariwisata termasuk industri perhotelan dapat terus beroperasi namun
tetap memperhatikan rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah. Saran tersebut seperti mengecek suhu tamu
sebelum masuk hotel, menyediakan hand sanitizer atau wastafel untuk cuci tangan, membersihkan area yang sering
disentuh tamu dengan disinfektan, mengimbau tamu untuk tetap memakai masker, dan menjaga jarak. Dengan
demikian, diharapkan virus Corona tidak lagi menyebar, dan wabah COVID-19 akan segera berakhir.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
mengetahui dampak Covid-19 terhadap aspek pariwisata Indonesia dan China di industri perhotelan
dan menganalisis upaya penanggulangannya. Peristiwa pandemi Covid-19 merupakan bencana non
alam yang merupakan salah satu faktor lingkungan eksternal yang mengakibatkan penurunan aktivitas
pariwisata di Indonesia dan China. Wabah COVID-19 berdampak signifikan pada industri perhotelan di
Indonesia dan China. Akibatnya, ratusan hotel di Indonesia dan China terpaksa menutup hotelnya tanpa
beroperasi dalam waktu yang belum ditentukan. Upaya ini juga dilakukan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus mematikan ini. Kemudian, karena hotel tidak beroperasi, hotel mengalami kerugian
akibat kurangnya pendapatan finansial. Itu mengharuskan hotel memulangkan sejumlah karyawannya.
Beberapa hotel bahkan tidak dapat memberikan pesangon bagi karyawan tersebut karena kerugian
yang sangat signifikan. Namun beberapa hotel di Indonesia dan China buka namun tidak menerima
tamu, namun hotel tersebut terbuka untuk menjadi rumah sakit bagi korban COVID-19. Kesimpulannya,
kejadian di awal tahun 2020 ini memang sangat tidak terduga akibat merebaknya virus mematikan
bernama Covid-19 yang mengguncang dunia karena virus tersebut berdampak signifikan terhadap
aspek pariwisata.

62
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

REFERENSI
Baum, T., & Hai, NTT (2020). Perhotelan, pariwisata, hak asasi manusia, dan dampak COVID-19.
Jurnal Internasional Manajemen Perhotelan Kontemporer.
Budiyanti, E. (2020). Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan Dan Pariwisata
Indonesia. Info Singkat XII, (4).

Chang, CL, McAleer, M., & Ramos, V. (2020). Piagam untuk pariwisata berkelanjutan setelah COVID-19.

Chinazzi, M., Davis, JT, Ajelli, M., Gioannini, C., Litvinova, M., Merler, S., ... & Viboud, C. (2020).
Pengaruh pembatasan perjalanan terhadap penyebaran novel coronavirus 2019 (COVID-
19) wabah. Sains, 368 (6489), 395-400.
Dinarto, D., Wanto, A., & Sebastian, LC (2020). Keamanan kesehatan global – COVID-19: berdampak pada
Sektor pariwisata Bintan. Komentar RSIS, 033-20.

Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., Mahfud, C., Sudjatma, A., Indrawan, M., ... & Gunawan, LA
(2020). Review dan analisis tanggapan terkini terhadap COVID-19 di Indonesia: Periode
Januari hingga Maret 2020. Progress in Disaster Science, 100091.

Dube, K., Nhamo, G., & Chikodzi, D. (2020). COVID-19 melumpuhkan restoran dan keramahan global
industri. Isu Terkini di Pariwisata, 1-4.

Gössling, S., Scott, D., & Hall, CM (2020). Pandemi, pariwisata dan perubahan global: cepat
penilaian COVID-19. Jurnal Pariwisata Berkelanjutan, 1-20.
Hoque, A., Shikha, FA, Hasanat, MW, Arif, I., & Hamid, ABA (2020). Efek dari Coronavirus
(COVID-19) dalam industri pariwisata di Cina. Jurnal Asia Studi Multidisiplin, 3 (1),
52-58.
Seow, B. (2020, 22 Januari), "China memperingatkan virus dapat bermutasi, menyebar saat jumlah kematian meningkat", (The Jakarta
Pos), Tersedia:

https://www.thejakartapost.com/news/2020/01/22/china-warns-viruscould-mutate-spread-as-death-toll-rises.html (Diakses: 2020, 2 Juni).

Teng, JX (2020, 13 Maret), “China, AS berdebat tentang asal usul virus corona”, (The Jakarta Post),
Tersedia: https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/13/china-us-spar-over-origin-ofcoronavirus.html
(Diakses: 2020, 3 Juni).

Wachyuni, SS, & Kusumaningrum, DA (2020). Pengaruh Pandemi COVID-19: Bagaimana


Perilaku Wisatawan Masa Depan ?. Jurnal Pendidikan, Masyarakat dan Ilmu Perilaku, 67-
76.
Wen, J., Kozak, M., Yang, S., & Liu, F. (2020). COVID-19: efek potensial pada warga Tiongkok
gaya hidup dan perjalanan. Review Pariwisata.

Zenker, S., & Kock, F. (2020). Pandemi virus korona – Diskusi kritis tentang pariwisata
agenda penelitian. Manajemen Pariwisata, 81, 104164.

Zheng, Y., Goh, E., & Wen, J. (2020). Dampak laporan media yang menyesatkan tentang COVID-19
Kesehatan mental turis Tiongkok: artikel perspektif. Anatolia, 31 (2), 337-340.

“Coronavirus: Di mana kasus masih meningkat?”, (2020, 28 Mei), (Google), Tersedia:


https://www.bbc.com/news/world-51235105? (Diakses: 2020, 3 Juni).
63
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X

Vol. 2 No 1, 2020

"Penelitian global tentang penyakit coronavirus (COVID-19)", (Organisasi Kesehatan Dunia), Tersedia:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/global-research-onnovel-coronavirus
(Diakses: 2020, 4 Juni).

"Indonesia", (Worldometer), Tersedia:


https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/ “China”, (Worldometer),
Tersedia: https://www.worldometers.info/coronavirus/country/china/ (Diakses: 2020, 8 Juni) .

64
JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang) Vol. 5 No. 1 (2020): 1-5

JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang)


https://e-journal.unair.ac.id/JDE/index

EDITORIAL: COVID-19 PANDEMIK DAN PARIWISATA INTERNASIONAL


PERMINTAAN
Tri Haryanto *
Pemimpin Redaksi JDE (Journal of Developing Economies)
Departemen Ekonomi, Universitas Airlangga, Indonesia
E-mail: tri.h@feb.unair.ac.id ; soemantri2@yahoo.com

Mengutip dokumen ini: Haryanto, T., (2020). Editorial: Pandemi Covid-19 dan Permintaan Pariwisata Internasional. JDE (Jurnal Ekonomi
Berkembang), Vol. 5 (1), 1-5.

Pandemi COVID-19 telah menjadi isu global. Banyak ahli memperkirakan pandemi ini akan
menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global tahun ini, atau bahkan resesi ekonomi global.
Semua upaya yang dilakukan oleh banyak negara di dunia secara masif untuk mencegah penyebarannya
seperti social distancing, isolasi diri, dan tindakan serupa untuk mengunci dapat berdampak besar pada
permintaan pariwisata di banyak negara. Bagian selanjutnya secara berurutan akan membahas tinjauan
singkat tentang peran pariwisata internasional terhadap perekonomian, dampak pandemi COVID19
terhadap ekonomi global dan pariwisata internasional, serta topik penelitian lebih lanjut untuk edisi
berikutnya.

Tinjauan Singkat Peran Pariwisata Internasional dalam Perekonomian


Pariwisata memiliki peran yang sangat penting di banyak negara di dunia. Dalam beberapa
dekade terakhir, sektor ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Pariwisata internasional memiliki
potensi ekonomi yang sangat besar dan beragam. Hal tersebut mendorong banyak negara tujuan wisata
untuk mengembangkan sektor pariwisata agar dapat menarik lebih banyak lagi kunjungan wisatawan ke
negaranya. Pariwisata internasional diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Studi tentang
hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi cukup populer di tahun 2000-an, dan sebagian
besar bertujuan untuk memverifikasi hipotesis pertumbuhan yang dipimpin pariwisata (TLGH). Dampak
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dapat terjadi melalui beberapa jalur. Pariwisata internasional
menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk membeli barang modal, dan merangsang investasi.
Peningkatan pariwisata akan mendorong perkembangan industri lain dalam perekonomian melalui
keterkaitan antar sektor; meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan; mendorong penyebaran
teknologi, penelitian, dan pengembangan. Tinjauan pustaka studi TLGH dapat dibaca misalnya dalam
Pablo-Romero & Molina (2013), Castro-Nuño et al. (2013), Brida et al. (2016), Nunkoo dkk. (2019).

JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang) p-ISSN: 2541-1012; e-ISSN: 2528-2018 DOI:


http://dx.doi.org/10.20473/jde.v5i1.19767
Akses terbuka di bawah Creative Commons Attribution 4.0 International

(CC-BY)
Haryanto, T. | Editorial: Pandemi Covid-19 dan Permintaan Pariwisata Internasional

Kedatangan wisatawan mancanegara diperkirakan mencapai 532,953 juta pada tahun 1995 dan
dalam kurun waktu 25 tahun ke depan jumlahnya telah mencapai 1,461 miliar (UNWTO, 2019a). Perjalanan
untuk rekreasi atau rekreasi merupakan tujuan utama para wisatawan di seluruh wilayah dunia. Kemudian,
kunjungi teman dan kerabat, untuk tujuan kesehatan dan keagamaan, serta bisnis dan profesional. Eropa
menyumbang sekitar 50% dari kedatangan internasional dunia pada tahun 2018, diikuti oleh Asia dan
Pasifik 25%, dan Amerika 15% (UNWTO, 2019b). Kondisi ini juga menunjukkan bahwa penerimaan
pariwisata internasional didominasi oleh ketiga kawasan tersebut. Kedatangan wisatawan internasional
memiliki dampak ekonomi langsung & tidak langsung yang signifikan terhadap perekonomian. Pada tahun
2019, pariwisata internasional telah menyumbang US $ 8,9 triliun kepada PDB dunia atau 0,3% dari PDB
global; 330 juta pekerjaan, 1 dari 10 pekerjaan di seluruh dunia; pengunjung mengekspor US $ 1,7 triliun
(6,8% dari total ekspor, atau 28,3% dari ekspor jasa global); investasi modal US $ 948 miliar, sekitar 4,3%
dari total investasi global (WTTC, 2019).

Dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi global dan pariwisata internasional


Pandemi COVID-19, juga dikenal sebagai pandemi coronavirus, disebabkan oleh sindrom
pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pandemi ini pertama kali teridentifikasi di Wuhan,
China, pada Desember 2019. Pada kuartal I tahun 2020, pandemi ini dilaporkan menyebar ke lebih
dari 200 negara. IMF (2020) memperkirakan Pandemi COVID-19 akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi dunia turun 3 persen pada tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi di negara maju akan turun
sebesar 6,1 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dan negara
berkembang akan turun sebesar 1 persen. Perdagangan dunia diperkirakan turun antara 13% dan
32% pada tahun 2020 karena pandemi COVID 19 mengganggu aktivitas ekonomi dan kehidupan
normal di seluruh dunia (WTO, 2020). Laju inflasi global diperkirakan sebesar 3% pada tahun 2020.
Laju inflasi di negara maju kira-kira 0,5%, sedangkan di pasar negara berkembang dan negara
berkembang 4,6%. UNCTAD (2020) memperkirakan aliran investasi langsung asing (FDI) global akan
menurun tajam hingga 40% selama tahun 2020-2021, mencapai level terendah dalam dua dekade
terakhir.
Untuk mengurangi penyebaran pandemi ini, semua negara telah memberlakukan lockdown, secara
luas membatasi perjalanan internasional, melarang semua pengunjung asing; pembatasan perjalanan dari
berbagai tempat dengan kasus yang dikonfirmasi. Pembatasan lain seperti menangguhkan semua
penerbangan internasional komersial, semua pelancong yang dikenai karantina 14 hari, semua operasi
visa ditangguhkan (Bloomberg, 2020). UNWTO (2020a) menemukan bahwa 93% destinasi di Eropa telah
menutup sepenuhnya perbatasan untuk pariwisata internasional. Di Amerika proporsi ini mencapai 82%, di
Asia dan Pasifik 77%, di Timur Tengah 70%, dan Afrika 60%.
Penangguhan penerbangan internasional menyebabkan jumlah penerbangan global turun lebih dari
setengah. Banyak maskapai penerbangan yang menurunkan kapasitas karena kebijakan jarak tempat duduk
antar penumpang, sehingga jumlah penumpang turun tajam. IATA (2020) memperkirakan krisis COVID-19 akan
menyebabkan pendapatan penumpang maskapai penerbangan global turun hingga US $ 314 miliar pada 2020
atau sekitar 55% dibandingkan 2019. Sementara itu, maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik mengalami
penurunan pendapatan terbesar di AS. $ 113 miliar pada tahun 2020 atau 50% dibandingkan tahun 2019. Akibat
pandemi COVID-19, IATA juga memperkirakan bahwa permintaan angkutan penerbangan, yang diukur dalam
kilometer ton kargo (CTK) pada Februari 2020, turun 1,4% dibandingkan dengan periode yang sama di 2019.

Hampir 80% perdagangan dilakukan dengan menggunakan transportasi laut, sehingga gangguan transportasi
laut dapat merusak arus perdagangan dan mengganggu rantai pasok. Kebijakan pembatasan selama pandemi
COVID-19 telah berdampak parah pada transportasi laut. Banyak pelabuhan utama telah memberlakukan pembatasan
pada kapal dan awak, termasuk larangan yang menghentikan pergantian awak. Ini disebabkan

2
JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang) Vol. 5 No. 1 (2020): 1-5

pengiriman untuk menampung, curah kering, dan kapal tanker minyak menurun. Pembatasan perjalanan juga
merugikan sektor akomodasi. STR (2020) memperkirakan bahwa industri perhotelan di seluruh wilayah dunia
mencatatkan penurunan pendapatan global dua digit per kamar yang tersedia (RevPAR), dengan Asia (-
67,8%) dan Eropa (-61,7%) mencatat penurunan terbesar.
Fakta yang dihimpun AHLA (2020) dari berbagai sumber menunjukkan bahwa dampak epidemi
COVID-19 9 kali lebih parah dibandingkan dengan serangan 9/11 (TourismEconomics); pendapatan
menurun hampir 50% pada tahun 2020, kehilangan $ 124 miliar dari total $ 270 miliar (Oxford
Economics); 8 dari 10 kamar hotel kosong (STR); 2020 diproyeksikan menjadi tahun terburuk untuk
hunian hotel (CBRE); Tingkat hunian untuk tahun 2020 diperkirakan lebih buruk daripada selama
Depresi Hebat tahun 1933 (CBRE); 70% karyawan hotel telah diberhentikan (Oxford Economics &
Hotel Effectiveness); hampir 1,6 juta karyawan hotel menganggur dan $
2,4 miliar gaji mingguan hilang karena krisis (Oxford Economics & Hotel Effectiveness); hampir
3,9 juta total pekerjaan yang didukung hotel telah hilang sejak krisis dimulai (Oxford
Economics).
UNWTO (2020b) telah melaporkan bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan kedatangan
turis internasional sebesar 22% selama kuartal pertama tahun 2020 dan dapat menurun hingga 60% -80%
sepanjang tahun 2020. Data terbaru dari UNWTO menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan pada bulan Maret
turun 57% setelah penguncian dimulai di banyak negara, dan pembatasan perjalanan yang luas, penutupan
bandara, dan perbatasan nasional. Ini berarti hilangnya 67 juta kedatangan internasional dan pendapatan sekitar
US $ 80 miliar (ekspor dari pariwisata). Jika penurunan ini terus berlanjut hingga 80% dibandingkan tahun 2019,
diperkirakan wisatawan mancanegara akan turun 850 juta menjadi 1,1 miliar, hilangnya pendapatan ekspor US $
910 miliar menjadi US $ 1,2 triliun, pekerjaan berisiko 100 hingga 120 juta.

Topik penelitian selanjutnya untuk edisi selanjutnya


Dalam literatur, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pandemi mempengaruhi permintaan
pariwisata. Beberapa studi yang dilakukan dalam 5 tahun terakhir, misalnya, memasukkan pandemi SARS
dalam pemodelan permintaan pariwisata [lihat, sebagai contoh, Hor & Thaiprasert (2015); Nothapot & Lean
(2015); Tang & Tan (2016); Balli dkk. (2016); Tang & Lau (2017); Kim dkk. (2018)]. Oleh karena itu, studi
tentang permintaan pariwisata masih relevan dengan pandemi COVID-19, meskipun mungkin berbeda
dalam tingkat penyebaran dan tingkat keparahan dampaknya.
Pandemi COVID-19 tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan, tetapi juga krisis ekonomi global.
Dampak luas tersebut menyebabkan perekonomian berubah ke kondisi normal baru. Hal ini menimbulkan
banyak topik penelitian penting di berbagai bidang seperti ekonomi kesehatan, ekonomi publik dan
keuangan publik, ekonomi kelembagaan, perdagangan internasional, ekonomi lingkungan, ekonomi
pembangunan, ekonomi perilaku, dan banyak lagi lainnya untuk menjadi referensi bagi para pengambil
keputusan. Studi tersebut tidak hanya membantu mempercepat pemulihan industri pariwisata dari
guncangan jangka pendek yang disebabkan oleh pandemi dan krisis ekonomi, tetapi juga pemulihan
ekonomi nasional.

Referensi

AHLA (2020). COVID-19 Industri hotel yang menghancurkan: Pendorong pendapatan hotel yang rendah hingga nol
belum pernah terjadi sebelumnya Amerika
pekerjaan kerugian, Hotel & Penginapan Asosiasi.
https://www.ahla.com/sites/default/files/FACT%20SHEET_COVID19%20Impact%20on%
20Hotel% 20Industry_4.22.20_updated.pdf

3
Haryanto, T. | Editorial: Pandemi Covid-19 dan Permintaan Pariwisata Internasional

Bloomberg. 2020. Pemetaan itu Virus corona


Wabah Di Seluruh Dunia. https://www.bloomberg.com/graphics/2020-coronaviruscases-world-map/#t
.
Brida, JG, Cortes-Jimenez, I. & Pulina, M. (2016). Apakah hipotesis pertumbuhan yang didorong oleh pariwisata telah dilakukan

divalidasi? Sebuah tinjauan pustaka, Isu Terkini dalam Pariwisata, 19 (5), 394-430.
https://doi.org/10.1080/13683500.2013.868414

Castro-Nuño, M., Molina, J. & Pablo-Romero, M. (2013). Pariwisata dan PDB: Analisis amatir
panel data studi, Jurnal dari Perjalanan Penelitian, 52, 745-758.
https://doi.org/10.1177/0047287513478500
Faruk Balli ,, Hatice O. Balli, & Louis, RJ (2016), Dampak imigran dan institusi pada
bilateral pariwisata mengalir, Pariwisata Pengelolaan, 52, 221-229.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2015.06.021
Hor C. & Thaiprasert N. (2015). Analisis permintaan pariwisata internasional untuk Kamboja. Di:
Huynh VN., Kreinovich V., Sriboonchitta S., Suriya K. (eds) Ekonometrika Risiko, Belajar di
Komputasi Intelijen, 583, 415-425. Peloncat, Cham.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-13449-9_28
IATA. (2020). Dampak COVID-19 pada Asia-Pacific Aviation Worsens, International Air Transport
Asosiasi. https://www.iata.org/en/pressroom/pr/2020-04-24-01/
IMF. (2020). World Economic Outlook, April 2020: The Great Lockdown, Internasional
Dana Moneter https://www.imf.org/en/Publications/WEO/Issues/2020/04/14/weoapril-2020
.
Kim, J., Lee, CK. & Mjelde, JW (2018) Dampak kebijakan ekonomi pada pariwisata internasional
permintaan: kasus Abenomics, Isu Terkini dalam Pariwisata, 21 (16), 1912-1929.
https://doi.org/10.1080/13683500.2016.1198307
Nonthapot, S., & Lean, HH (2015). Analisis pasar pariwisata internasional di Greater
Sub-Region Mekong: pendekatan data panel. Jurnal Pertanika ilmu sosial dan
humaniora, 23, 945-966. Homepage jurnal: http://www.pertanika.upm.edu.my/
Nunkoo, R., Seetanah, B., Jaffur, ZRK, Moraghen, PGW & Sannassee, V. (2019). Pariwisata
dan pertumbuhan ekonomi: Analisis meta-regresi, Jurnal Riset Perjalanan, 59 (3),
404-423. https://doi.org/10.1177/0047287519844833
Pablo-Romero, M & Molina, J. (2013). Pariwisata dan pertumbuhan ekonomi: Sebuah tinjauan empiris
literatur, Pariwisata Pengelolaan Perspektif, 8, 28–41.
https://doi.org/10.1016/j.tmp.2013.05.006
STR (2020). COVID-19 - wawasan global tentang dampak perjalanan dan pariwisata UNWTO & Data
Mitra, Penelitian Perjalanan Smith. https://webunwto.s3.eu-west-1.amazonaws.com/s3fspublic/2020-03/21_

Tang, CF & Tan, EC (2016). Penentu pariwisata masuk


permintaan di Malaysia: Kunjungan lagi dengan pendekatan data panel non-stasioner, Anatolia,
27 (2), 189-200. https://doi.org/10.1080/13032917.2015.1084345
Tang, CF & Lau, E. (2017), Modeling the demand for inbound medical tourism: The case of
Malaysia, Internasional Jurnal dari Pariwisata Penelitian, 19 (5), 1-10.
https://doi.org/10.1002/jtr.2131
UNCTAD. (2020). Tanggapan Kebijakan Investasi terhadap Pandemi COVID-19. Kebijakan Investasi
Monitor. Edisi Khusus No.4 Mei 2020, Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan
Pembangunan.

4
JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang) Vol. 5 No. 1 (2020): 1-5

UNWTO. (2019a). Pariwisata internasional 2019 dan prospek 2020. Barometro-Jan-2020-En-


pre.pdf, Dunia Pariwisata Organisasi. https: //webunwto.s3.eu-west-
1.amazonaws.com/s3fs-public/2020-01/Barometro-Jan-2020-EN-pre.pdf
UNWTO. (2019b). Sorotan pariwisata internasional, Pariwisata Dunia Organisasi.
https://www.e-unwto.org/doi/pdf/10.18111/9789284421152
UNWTO. (2020a). Laporan: Batasan Perjalanan 3 rd, Dunia Pariwisata Organisasi.
https://www.unwto.org/covid-19-travel-restrictions
UNWTO. (2020b). Dasbor Pariwisata Global UNWTO, Pariwisata Dunia Organisasi.
https://www.unwto.org/covid-19-resources .
WTTC. (2019). Laporan dampak ekonomi, Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia.
https://wttc.org/Research/Economic-Impact .
WTO. (2020). Perdagangan akan anjlok karena pandemi COVID-19 merusak ekonomi global. Tekan /
855press Melepaskan, Dunia Perdagangan Organisasi.
https://www.wto.org/english/news_e/pres20_e/pr855_e.htm .

5
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP PARIWISATA SUMATERA BARAT
IMPACT OF THE COVID-19 PANDEMIC
ON WEST SUMATERA TOURISM
Vivi Ukhwatul K Masbiran

Badan Penelitian dan Pengembangan Prov. Sumbar


Jln. Jend.Sudirman No.51 Padang, Hp.081363063883
Email: ukhwatul@yahoo.com

Naskah Masuk: 17-10-2020 Naskah Diterima: 27-10-2020 Naskah Disetujui: 23-11-2020

ABSTRACT

This study aims to obtain a brief description of the initial impact of the Covid-19 pandemic on West
Sumatra tourism at macro and micro levels by using primary and secondary data. Primary data were
obtained from the results of a survey of 31 tourist destinations using online surveys, secondary data came
from publications of BPS and West Sumatra Provincial Government Agencies, an official government,
non-government websites, other institutions. By using quantitative methods and descriptive analysis, it is
found that the Covid-19 pandemic has a significant impact on reducing the number of tourist visits and
the income of the transportation and warehousing sectors as well as the provision of accommodation and
food and drink, labor, losses and a decrease in business income. The recommendation proposed is a
collaborative policy involving related stakeholders at two stages, namely the pandemic and post-
pandemic stages in the context of restoring the tourism sector and mitigating future tourism crises.

Keyword: Pandemic, Covid-19, Impact, Tourism, West Sumatra

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dampak awal pandemi covid-19 terhadap
pariwisata Sumatera Barat secara makro maupun mikro dengan menggunakan data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei terhadap 31 destinasi wisata dengan menggunakan
survei online dan data sekunder berasal dari publikasi BPS dan Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat, web resmi pemerintah dan non pemerintah serta lembaga lainnya. Dengan menggunakan metode
kuantitatif dan analisis deskriptif diperoleh hasil temuan bahwa pandemi covid-19 berdampak signifikan
terhadap penurunan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan sektor transportasi dan pergudangan
serta penyediaan akomodasi dan makan minum, tenaga kerja, kerugian dan penurunan pendapatan
usaha. Rekomendasi yang diusulkan adalah kebijakan kolaborasi yang melibatkan stake holder terkait
pada dua tahap yaitu tahap masa pandemi dan pasca pandemi dalam rangka pemulihan sektor
pariwisata dan mitigasi krisis pariwisata kedepannya.

Kata Kunci: Pandemi, Covid-19, Dampak, Pariwisata, Sumatera Barat

PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 secara nyata yang paling terpengaruh pertama
telah berdampak terhadap kehidupan kalinya oleh pandemi covid-19.
sosial dan perekonomian global. Kebijakan travel restrictions serta
Pariwisata menjadi salah satu sektor pembatalan dan pengurangan frekuensi

148 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
penerbangan, penutupan hotel telah Sektor pariwisata yang
mengurangi supply dan demand mempunyai kedudukan strategis untuk
pariwisata dalam negeri maupun penerimaan devisa negara dan memiliki
internasional (Christian & Hidayat, kontribusi penting pada penyerapan
2020). Berdasarkan laporan UNWTO tenaga kerja (Bank Indonesia, 2018)
sampai periode juni 2020, diestimasi diprediksi Kemenko Perekonomian
kedatangan wisatawan mancanegara akan mengalami penurunan pada masa
(wisman) menurun 93% atau pandemi hingga 90% dibanding tahun
kehilangan 440 juta kunjungan 2019 yang mencapai USD17,4 miliar
dibandingkan tahun 2019 dan USD460 (money.kompas.com, 2020). Selain itu
juta pendapatan ekspor dari sektor pada pandemi ini diestimasi
pariwisata dan menjadi periode terburuk pengurangan tenaga kerja sekitar 75,9
dalam perkembangan pariwisata global ribu sampai 106,8 ribu pada sektor
semenjak tahun 1950 (UNWTO, 2020). akomodasi dan makan minum dan
Demikian juga pada skala transportasi pergudangan sekitar 43,5
nasional, pandemi telah memukul ribu orang sampai 61,2 ribu orang pada
perekonomian Indonesia. Kelesuan periode maret 2020 (Rahman et al.,
terjadi hampir diseluruh sektor ekonomi 2020). Kunjungan wisman ke Indonesia
yang menyebabkan kontraksi pun turun secara kumulatif pada
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II periode januari sampai juni 2020
sebesar 5,32% (y-o-y) dan 4,19% (q-to- sebesar 59,96% (3,09 juta orang)
q) (Badan Pusat Statistik, 2020b). dibandingkan dengan jumlah kunjungan
Seperti juga krisis yang dialami global, wisman tahun 2019 (7,72 juta
lapangan usaha yang dilaporkan kunjungan) (BPS, 2020b).
mengalami kontraksi terbesar pada Sejarah pandemi dan epidemi di
masa pandemi ini adalah sektor periode lampau seperti MERS dan
pariwisata yang representasikan oleh SARS juga telah menyebabkan negara-
penurunan lapangan usaha transportasi negara seperti korea, china, hongkong
dan pergudangan serta penyediaan dan jepang kehilangan banyak
akomodasi dan makan minum sebesar - wisatawan asing dan kerugian
30,84% dan - 22,02% (Badan Pusat signifikan disektor akomodasi, makan
Statistik, 2020b). dan minum, jasa dan transportasi,

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 149


Vivi Ukhwatul K Masbiran
investasi dan sektor lain yang terkait kerja sektor pariwisata (Soehardi et al.,
dengan pariwisata yang bermuara pada 2020) (Wulung et al., 2020). Selain itu,
penurunan PDB pada sektor pariwisata dunia usaha pariwisata mengalami
(Rubin, 2011)(Joo et al., 2019)(Cooper, kesulitan dalam membiayai
2013). Epidemi ebola di benua afrika operasionalnya karena tidak ada
bahkan juga telah telah menyebabkan pemasukan (Jennifer et al., 2020).
krisis pariwisata, di mana penerimaan Sektor pariwisata diharapkan
sektor pariwisata menurun 50% dari menjadi unggulan penopang
tahun sebelumnya (Novelli et al., 2018). pertumbuhan ekonomi daerah dengan
Pada masa pandemi covid-19, menjadikannya salah satu prioritas
beberapa penelitian tentang dampak dalam pembangunan dan menjadi salah
covid-19 terhadap pariwisata dalam satu indikator kinerja utama pemerintah
skala internasional telah banyak daerah (Dispanhorbun Sumbar, 2018).
dilakukan, namun masih sedikit yang Kinerja sektor pariwisata juga
membahas dalam skala nasional dan menunjukkan hasil yang cukup baik
lokal. Pandemi covid-19 telah dari tahun ke tahun seperti peningkatan
menyebabkan berkurangnya pendapatan devisa sebesar 6% dari USD 44 juta
sektor pariwisata dan sektor lainnya (2017) menjadi USD 47 juta (2018).
yang terkait serta krisis tenaga kerja Peningkatan investasi secara signifikan
sektor pariwisata di Bangladesh, India, terjadi pada sektor hotel, makan dan
Brazil, Rwanda, Romania, Afrika minum mencapai 513%, dari 3,6 juta
Selatan dan Korea Selatan dan Srilanka USD menjadi 22,1 juta USD untuk
(Chowdhury, 2020)(Kumar & Rou, PMA (Penanaman Modal Asing).
2020)(Rwigema, 2020)(Rutynskyi & PMDN (Penanaman Modal Dalam
Kushniruk, 2020). Begitu juga halnya Negeri) juga tercatat meningkat
dengan Indonesia, perlambatan kondisi siginifikan sebesar 63% dari Rp53,8
makro ekonomi yang telah diuraikan Milyar menjadi Rp88,2 Milyar (Dispar
sebelumnya juga tergambar pada sektor Prov.Sumbar, 2019) .
pariwisata. Pandemi berdampak Semenjak pemerintah pusat
terhadap penurunan jumlah kunjungan memberikan arahan untuk menutup
wisatawan, kerugian perusahaan destinasi wisata di seluruh Indonesia
penerbangan dan pengurangan tenaga dan diberlakukannya PSBB

150 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) menggunakan data primer dan
telah membuat banyak aktivitas stagnan sekunder. Data primer digunakan untuk
termasuk kegiatan pariwisata Provinsi mengetahui variabel-variabel terkait
Sumatera Barat. PSBB diberlakukan dampak dalam skala mikro dan data
pada tiga tahap mulai tanggal 22 april sekunder digunakan untuk
sampai dengan 7 Juni 2020 akibat menggambarkan dampak dalam skala
peningkatan kasus covid-19 semenjak makro.
ditemukan kasus pertama kali di Data primer diperoleh dari hasil
Sumatera Barat (26 Maret 2020). survei online melalui media sosial
Dampak berantai diestimasi terjadi pada seperti whats app dan facebook dengan
sektor-sektor penunjang pariwisata menggunakan aplikasi google form
akibat pembatasan aktivitas, perjalanan pada tanggal 22 mei sampai 30 mei
dan physical distancing. tahun 2020. Kriteria responden adalah
Berkaitan dengan dampak yang pengelola maupun pekerja yang
telah ditimbulkan pandemi di dunia kompeten untuk mengisi kusioner dan
global, dan juga nasional di Indonesia, disebarkan melalui bantuan Dinas
sehingga perlu dilakukan penelitian Pariwisata Provinsi Sumbar dan
skala lokal khususnya di Sumatera kabupaten/kota dan asosiasi GIPI
Barat untuk melihat apakah ditemukan (Gabungan Industri Pariwisata
hasil yang sama atau berbeda. Indonesia). Responden yang bersedia
Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian mengisi kusioner sebanyak 31 orang
ini dilakukan dengan tujuan untuk dari 31 destinasi yang tersebar di 19
mendiskripsikan dampak awal pandemi Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.
covid-19 terhadap sektor pariwisata di Data yang dikumpulkan melalui survei
Sumatera Barat secara umum dan yaitu kondisi destinasi pada awal
mencoba memberikan rekomendasi pandemi khususnya terkait pendapatan
untuk membantu pengambil kebijakan dan kerugian usaha destinasi,
agar bisa merumuskan kebijakan dan ketersediaan anggaran operasional
perencanaan pariwisata kedepannya. usaha, kebijakan destinasi terhadap
tenaga kerja dan kemampuan finansial
METODOLOGI
Metode yang digunakan adalah usaha dalam membayarkan tunjangan
kuantitatif deskriptif dengan yang tersedia dan tingkat kunjungan

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 151


Vivi Ukhwatul K Masbiran
wisatawan akibat adanya pandemi kerugian dan pendapatan usaha yang
covid-19. Penelitian survei dapat dialami destinasi, kondisi tenaga kerja
digunakan untuk informasi kuantitatif sektor pariwisata. Gambaran secara
tentang opini public maupun fenomena makro kemudian digambarkan melalui
sosial (Purwanto & Sulistyastuti, 2017) variabel kunjungan wisatawan dan
dan mengingat keterbatasan akibat pendapatan berdasarkan lapangan usaha
pandemi covid-19. penyumbang sektor pariwisata.
Sementara data sekunder berasal Pendapatan dan Kerugian Usaha
Destinasi
dari BPS, Dinas Pariwisata, Dinas
Untuk melihat dampak langsung
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
pandemi covid-19 terhadap destinasi
Provinsi Sumbar, web site resmi
wisata yang ada di 19 Kabupaten/Kota
pemerintah dan non pemerintah dan
di Sumatera Barat dilakukan survei
dokumen resmi serta penelaahan
untuk melihat kondisi finansialnya.
literature yang digunakan untuk
Sebagian besar destinasi wisata (31
menggambarkan jumlah kunjungan
destinasi) yang disurvei menyatakan
wisatawan, perkembangan lapangan
telah mengalami 100% penurunan
usaha penyumbang sektor pariwisata
pendapatan dibandingkan sebelum
dari PDRB (Produk Domestik Regional
pandemi (74% responden) dan 26%
Bruto) kategori penyediaan akomodasi,
destinasi mengalami penurunan
makanan dan minuman serta
pendapatan dibawah 100% (gambar 1).
transportasi dan pergudangan serta
Destinasi yang masih memiliki
jumlah tenaga kerja terdampak secara
pendapatan merupakan destinasi yang
umum. Pengolahan data primer dan
mulai membuka usahanya saat PSBB
sekunder selanjutnya dilakukan secara
mulai dilonggarkan. Sementara itu
kuantitatif dalam bentuk tabulasi
seluruh responden (100%) juga sepakat
distribusi persentase dan kemudian
mengalami kerugian akibat pandemi
disajikan dalam bentuk diagram atau
karena pembatalan event dan biaya
grafik dan dianalisis secara deskriptif.
operasional yang tetap harus ditanggung
HASIL DAN PEMBAHASAN walaupun tidak ada pendapatan usaha
Dampak awal pandemi covid-19 pada permulaan pandemi berkisar
terhadap pariwisata di Sumatera Barat, kurang dari Rp 40 juta (83,9%
secara mikro dideskripsikan melalui responden) dan terdapat beberapa yang

152 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
mengalami kerugian dengan jumlah operasional usaha selama pandemi
hingga ratusan juta (16,1% responden). ((BPS, 2020a) dan dari sampel daerah
Budget pemeliharaan destinasi selama lain seperti di Sulawesi Utara
penutupan destinasi juga dirasakan menunjukkan bahwa pengusaha
kurang dan tidak memadai akibat tidak kesulitan menutup biaya operasional
adanya pemasukan (71 dan 23% pada saat destinasi ditutup (Jennifer et
responden) (gambar 2). al., 2020). Kondisi faktual ini terjadi
Permasalahan spesifik yang akibat Kebijakan pemerintah untuk
dialami destinasi masa pandemi adalah menutup destinasi wisata dan
biaya operasional dan pemeliharaan pembatasan aktifitas di fasilitas umum,
yang kurang dan bahkan tidak memadai penutupan serta pembatasan
masa pandemi dan hal ini juga sama penerbangan yang mengakibatkan
seperti yang terjadi di skala global penurunan kunjungan wisman dan
(Rwigema, 2020)(Gössling et al., 2020). wisnus yang berdampak terhadap
Hal yang sama juga terjadi di skala menurunnya pendapatan usaha
nasional bahwa 62,1% usaha kecil pariwisata baik swasta maupun
mengalami kesulitan membiayai pemerintah.

. Gambar 1. Pendapatan Usaha Destinasi Gambar 2. Kapasitas anggaran operasional


Akibat Pandemi destinasi
Sumber : Hasil Survei, 2020, data diolah Sumber : Hasil Survei, 2020, data diolah

Tenaga Kerja
Perlambatan sektor ekonomi pengalami pemutusan hubungan kerja
akibat pandemi covid-19 juga (PHK) dan 2.442 orang dirumahkan
berdampak kepada kondisi tanpa digaji (Disnakertrans
ketenagakerjaan Sumatera Barat. Pada Prov.Sumbar, 2020). Pekerja yang
masa pandemi ini tercatat 3.720 orang dirumahkan ini sebagian berasal dari
pekerja yang terdampak yang sudah sektor pariwisata seperti perhotelan
diverifikasi dengan 720 orang (www.cnnindonesia.com, n.d.)

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 153


Vivi Ukhwatul K Masbiran
Ditinjau dari penyerapan tenaga besar karyawan telah dirumahkan tanpa
kerja berdasarkan laporan BPS kondisi digaji (77%), terdapat destinasi yang
februari tahun 2020, pekerja di sektor terpaksa memberhentikan karyawannya
pariwisata khususnya lapangan usaha (11%) dan tidak ada ada satupun
transportasi, pergudangan menyerap destinasi yang mempekerjakan seluruh
3,31% (88.100 orang) tenaga kerja dan karyawannya seperti sebelum pandemi
penyediaan akomodasi dan makan (gambar 3). Secara finansial, juga
minum menyerap 7,25% (192.930 tergambar bahwa sebagian besar
orang) tenaga kerja Sumatera Barat. destinasi tidak mampu memberikan
Berdasarkan catatan Dinas Pariwisata THR kepada karyawannya (74,2%),
Prov.Sumbar pada bulan april tahun walaupun terdapat juga destinasi yang
2020, terdapat 4.396 potensi tenaga memberikan THR namun tidak penuh
kerja kepariwisataan dan 1.200 pelaku atau melakukan penundaan pemberian
ekraf terdampak, namun yang terdata THR sampai kondisi usaha membaik
secara resmi mendaftar untuk (gambar 4).
mendapatkan insentif kartu pra kerja Sementara itu hasil yang
hanya 1.257 orang dengan komposisi berbeda ditemukan pada skala nasional,
348 pelaku ekraf dan 909 tenaga kerja survei BPS terkait dampak covid-19
pariwisata (Dispar Prov.Sumbar, terhadap pelaku usaha menunjukkan
2020a). Kartu pra kerja menjadi salah bahwa salah satu sektor tertinggi yang
satu upaya yang dilakukan pemerintah memberhentikan pekerjanya pada awal
untuk meningkatkan kompetensi pandemi adalah sektor pariwisata
pekerja/buruh yang dirumahkan (17,06%) dan secara umum pada semua
maupun pelaku usaha mikro dan kecil lapangan usaha, perusahaan mengambil
yang terdampak penghidupannya akibat kebijakan untuk pekerjanya dengan
pandemi covid-19 (Kemenko 3,69% dirumahkan dan dibayar penuh,
Perekonomian RI, 2020). 6,46% dirumahkan dan dibayar
Hasil survei daring yang sebagian dan 12,83% memberhentikan
dilakukan terhadap 31 destinasi wisata pekerja dalam waktu singkat dan
di Sumatera Barat terkait kebijakan 17,06% dirumahkan dan tidak dibayar
terhadap tenaga kerjanya akibat serta 32,06% mengalami pengurangan
pandemi menunjukkan bahwa sebagian tenaga kerja (BPS, 2020a) dan kondisi

154 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
nasional ini agak berbeda dengan serupa juga terjadi di dunia
Sumatera Barat. internasional, bahwa pandemi telah
Hasil survei ini menunjukkan menciptakan krisis tenaga kerja
bahwa resiliansi usaha pariwisata pariwisata, dimana karyawan
Sumatera Barat sangat rentan dirumahkan tanpa digaji dan harus
khususnya secara finansial. Dunia usaha kehilangan pekerjaan seperti temuan di
tidak sanggup bertahan lama sehingga berbagai negara yang telah
memilih untuk merumahkan karyawan dikemukakan sebelumnya. UNWTO
dan bahkan melakukan PHK. Namun juga sepakat bahwa bahwa 100-120 juta
demikian, dengan proposi karyawan tenaga kerja pariwisata di dunia
yang dirumahkan lebih banyak dari terancam kehilangan pekerjaannya
yang di PHK mengindikasikan bahwa akibat pandemi covid-19 (UNWTO,
pengusaha masih optimis meyakini 2020a).
pandemi akan cepat berakhir. Kondisi

Gambar 3. Kebijakan destinasi Gambar 4. Kemampuan destinasi membayarkan


terhadap pekerja tunjangan untuk pekerja
Sumber : Hasil Survei, 2020, data diolah Sumber : Hasil Survei, 2020, data diolah

Kunjungan Wisatawan tahun 2019 dari penurunan jumlah


Indikator yang selalu dijadikan wisman pada tahun 2018 dibandingkan
keberhasilan kinerja sektor pariwisata dengan tahun 2017. Berdasarkan
secara makro diantaranya adalah tingkat laporan BPS tercatat masih ada
kunjungan wisatawan. Secara umum, kunjungan wisman pada bulan januari
kunjungan wisatawan ke Provinsi sampai maret sebelum ditemukan kasus
Sumatera Barat terus meningkat setiap covid-19 di Sumatera Barat.
tahunnya. Jumlah kunjungan wisatawan Dalam rangka mengendalikan
mancanegara (wisman) meningkat 12% penularan kasus covid-19, terhitung
atau sebanyak 61.131 kunjungan pada tanggal 23 Maret fasilitas umum terkait

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 155


Vivi Ukhwatul K Masbiran
pariwisata seperti objek wisata yang Dengan kondisi pandemi yang masih
berbayar dan tempat hiburan lainnya terjadi dan tidak adanya kepastian
seperti bioskop, game centre, cafe, terkait akhir pandemi, maka dengan
taman bermain Kabupaten/Kota sudah akumulasi kunjungan wisman sampai
mulai ditutup di Sumatera Barat periode maret menjadi representasi
(Kemenparekraf RI, 2020) dan Kota kunjungan tahun 2020 dan dengan
Padang serta Bukittinggi bahkan telah jumlah ini kunjungan wisman tahun
dulu menutup objek wisatanya. 2020 signifikan menurun dibandingkan
Penegasan juga dilakukan setelah tahun 2019 sebesar -82% dan menjadi
diberlakukan PSBB, pemerintah kondisi terburuk dalam sepuluh tahun
menutup tempat dan melarang seluruh terakhir. Kunjungan wisnus sebelum
kegiatan yang mengakibatkan pandemi tercatat tidak mengalami
kerumunan orang termasuk destinasi penurunan dari tahun ke tahun pada
wisata dan segala fasilitas umum yang lima tahun terakhir (gambar 6).
merupakan unsur penunjang pariwisata. Ditinjau dari perkembangan
Hal ini berdampak pada nihilnya bulanan pada tahun 2020, pandemi
kunjungan wisman ke Provinsi covid-19 menyebabkan penurunan
Sumatera Barat terhitung april 2020 kunjungan wisnus pada bulan maret
yang juga sejalan dengan pembatasan sebesar 39% dibandingkan bulan
perjalanan dan lock down yang sebelumnya seiring dengan penutupan
diberlakukan di berbagai negara dunia destinasi pada minggu ketiga maret dan
untuk menghentikan penyebaran covid - ketika PSBB mulai diberlakukan pada
19 (gambar 5). Seluruh penerbangan bulan april penurunan kunjungan
komersil domestik ditutup (24 april melonjak tajam sebesar -97%. Pada
sampai 1 juni 2020) dan setelah bulan mei, terlihat kunjungan kembali
memasuki fase new normal (adaptasi meningkat walaupun telah diberlakukan
kebiasaan baru), penerbangan komersil PSBB dan pada bulan ini pula terjadi
domestik mulai dibuka dengan lonjakan kasus konfirmasi positif yang
prasyarat tertentu. Sementara cukup besar sebanyak 419 kasus
penerbangan internasional diperkirakan (gambar 7).
masih tetap ditutup hingga akhir tahun Beberapa daerah seperti Kota
2020 (wawancara PT Angkasa Pura). Payakumbuh, Bukittinggi, Solok dan

156 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
Kabupaten Solok Selatan yang umumnya tutup pada saat PSBB, masih
melonggarkan PSBB-nya dengan terdapat beberapa hotel berbintang yang
membuka perlahan-lahan objek wisata tetap buka dan menawarkan paket self
dengan protokol kesehatan untuk isolation, bahkan terdapat hotel yang
merespon aspirasi dari pengusaha disewa pemerintah untuk tim kesehatan
pariwisata karena kesulitan untuk rumah sakit rujukan covid-19 dan hotel
membiayai operasional usaha saat non bintang di beberapa daerah yang
destinasinya ditutup. Hal ini mulai menerima kunjungan (Dispar
ditunjukkan dengan adanya jumlah Prov.Sumbar, 2020b), sehingga juga
kunjungan dari objek wisata yang memberikan sumbangan kunjungan dari
berasal dari daerah tersebut. Selain itu sub akomodasi.
walaupun hotel berbintang pada

Gambar 5. Kunjungan Wisman Gambar 6. Jumlah Kunjungan Gambar 7. Kunjungan Wisnus


Prov. Sumbar Tahun 2020 Wisman dan Wisnus Tahun Prov. Sumbar Tahun 2020
Sumber : BPS Prov.Sumbar, 2014 –2020 (Juni) Sumber : Dispar Prov.Sumbar,
2020,data diolah
2020,data diolah Sumber : Dinas Pariwisata &
BPS Prov.Sumbar, 2020,data
diolah

Setelah berakhirnya PSBB tahap kunjungan ini menunjukkan demand


III pada tanggal 7 juni tahun 2020, atau animo masyarakat terhadap
hampir seluruh kabupaten/kota pariwisata masih tetap tinggi walaupun
memasuki fase new normal kecuali pada masa pandemi dan bahkan terjadi
Kota Padang dan Kabupaten Kepulauan lonjakan kunjungan yang sangat
Mentawai yang mengalami masa signifikan, meningkat sebesar 3.255%
transisi dan memulai fase new kunjungan dibandingkan bulan april dan
normalnya pada tanggal 13 juni. mei. Hal ini diperkirakan karena
Setelahnya destinasi wisata mulai kejenuhan masyarakat akibat
dibuka, kunjungan wisnus melonjak pembatasan aktivitas untuk lebih
tajam pada bulan juni 2020 . Lonjakan

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 157


Vivi Ukhwatul K Masbiran
banyak beraktifitas dirumah (stay at menyatakan diawal pandemi tidak ada
home). kunjungan sama sekali. Namun
Sejalan dengan data penurunan demikian, ternyata masih ada yang
kunjungan wisnus ini, juga terungkap menyatakan terdapat kunjungan (10%)
melalui survei online yang dilakukan khususnya bagi destinasi wisata
terhadap 31 destinasi wisata yang berbasis penginapan seperti cottage dan
tersebar di 19 Kabupaten/Kota di wisata kesehatan seperti pemandian air
Sumatera Barat pada awal pandemi panas, yang dikelola masyarakat dan
ketika masih diberlakukan PSBB. Hasil pada saat survei dilakukan daerah
survei menunjukkan 90% destinasi tersebut berada di zona hijau yang
melakukan penutupan sementara usaha belum ada konfirmasi positif covid-19
wisatanya dan hampir seluruh destinasi (gambar 8).

Gambar 8. Kunjungan wisatawan ke destinasi pada


awal pandemi (akhir april-mei tahun 2020)
Sumber : Hasil survei,data diolah, 2020

Pendapatan Berdasar Lapangan yang signifikan. Penurunan terbesar


Usaha Penyumbang Sektor
terjadi pada sektor penyediaan
Pariwisata
akomodasi, makan dan minum yaitu
PDRB sektor penyediaan
mencapai -32,97% pada triwulan II (q-
akomodasi dan makan minum,
to-q) dan -14,35 triwulan II (c-to-c)
transportasi dan pergudangan
(gambar 9).
merupakan sektor yang kerap menjadi
Sektor transportasi yang sangat
representasi sektor pariwisata yang
erat kaitannya dengan perjalanan
dinilai dari nilai tambah yang diciptakan
wisatawan, pada triwulan II turun
oleh tingkat hunian hotel dan
sebesar -23,95 % dibandingkan triwulan
penginapan, restoran, café dan
I dan -15,69% dibandingkan triwulan
sejenisnya serta transportasi umum.
yang sama tahun sebelumnya. Pada
Pada masa pandemi covid-19 tergambar
masa pandemi ini berkontraksi dalam
bahwa sektor ini mengalami penurunan

158 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
nilai yang signifikan dalam periode bahkan merupakan salah satu lapangan
pertumbuhan tujuh tahun terakhir usaha unggulan Sumatera Barat yang
(gambar 10). Kondisi ini juga tergambar mendukung sektor pariwisata
pada sektor penerbangan domestik yang berdasarkan indeks LQ-tahun 2019
biasanya mengangkut wisnus ke (LQ=2,54) dan bahkan paling tinggi
Sumatera Barat turun bebas hingga - diantara lapangan usaha lain selaras
17.887% pada bulan mei dibanding oleh tingginya permintaan kendaraan di
tahun 2019 dan -3.001% dibandingkan Sumatera Barat (Rosa, 2019).
bulan april tahun 2020 sebelum Fenomena dampak krisis
konfirmasi kasus pertama covid di kesehatan akibat pandemi covid-19 di
Sumatera Barat. Sementara untuk Sumatera Barat terhadap sektor ini juga
penerbangan internasional terhitung merepresentasikan kondisi yang sama
april sampai dengan bulan juni tidak dengan yang terjadi pada Nasional dan
ada penerbangan sama sekali sehingga dunia internasional. Pada tingkat global,
dikatakan menurun -100% (Badan Pusat rata-rata seluruh negara dunia
Statistik, 2020a). mengalami penurunan sektor
Pada periode awal pandemi, transportasinya hingga separuhnya dan
sektor akomodasi dan makan dan bahkan lebih, terutama untuk daerah-
minum serta transportasi ini tumbang daerah yang kasus covid-19-nya sangat
karena adanya penutupan destinasi besar dan terekspose secara dramatis
wisata, pembatalan event dan penutupan oleh media internasional maupun
penerbangan komersial seperti yang nasional. Negara-negara seperti
sudah dikemukakan sebelumnya dan Norwegia, UEA, Arab Saudi, Israel,
turunnya permintaan sarana transportasi Inggris, Spanyol, Rusia, Italia, Yunani,
umum karena pembatasan aktivitas Jerman, Prancis, Singapura, New
masyarakat untuk melakukan aktivitas Zealand, Malaysia, Korea Selatan,
kerja (work from home) dan sekolah Jepang, China, Australia, Maldives,
dirumah (school from home) selain juga Kenya, Mesir ditemukan mengalami
ketakutan masyarakat dengan penurunan hunian dan rerata menjadi
penyebaran virus covid-19. Lapangan minus tertanggal 21 Maret 2020
usaha transportasi dan pergudangan (Gössling et al., 2020)

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 159


Vivi Ukhwatul K Masbiran
Gambar 9. Pertumbuhan sektor akomodasi, Gambar 10. Pertumbuhan sektor transportasi
makan dan minum tahun 2014-2020 (juni)* dan pergudangan tahun 2014-2020(juni)*
Sumber : BPS Prov. Sumbar, 2020, data diolah Sumber : BPS Prov. Sumbar, 2020, data diolah

Beberapa variabel yang tepat pada masa pandemi dan pasca


diuraikan, sangat memiliki keterkaitan pandemi agar dampak negatif yang
satu sama lainnya, pandemi berakibat lebih besar bisa diminimalisir baik
menurunnya tingkat kunjungan dampak kesehatan dan keselamatan
wisatawan yang mengakibatkan serta sosial dan ekonomi.
turunnya tingkat hunian dan Pada awal pandemi april 2020,
penggunaan transportasi yang UNWTO merekomendasikan beberapa
berdampak juga terhadap penurunan kebijakan dalam rangka mendorong
pendapatan dan berimbas pada tenaga sektor ekonomi dan mempercepat
kerja sektor pariwisata. Dengan kondisi pemulihan akibat covid-19 melalui
ketidakpastian kapan berakhirnya sektor pariwisata yaitu (i) mengelola
pandemi mengingat kasus covid-19 krisis dan mitigasi dampak, (ii)
yang masih terus meningkat dan vaksin rangsangan dan percepatan pemulihan
yang teruji belum ditemukan hingga serta (iii) persiapan kedepannya
saat penelitian ini dilakukan, maka (UNWTO, 2020b). Namun demikian,
diestimasi sektor pariwisata akan belum suatu studi menunjukkan bahwa dari
akan cepat pulih seperti sebelum tujuh negara yang dilakukan observasi,
pandemi. Pola perjalanan wisata akan hanya 8% yang mengadopsi kebijakan
berubah sesuai dengan tuntutan secara penuh (Kreiner). Kolaborasi
keselamatan dan kesehatan akibat dengan seluruh stake holder terkait
pandemi. Apabila pandemi masih menjadi hal yang penting untuk
berlangsung lama dan masih sulit untuk merumuskan kebijakan yang
dikendalikan, maka dampak yang lebih komprehensif mulai dari pemerintah,
parah akan terjadi. Oleh karena itu pendidikan, dunia usaha, organisasi,
diperlukannya kebijakan mitigasi yang masyarakat dan media (masa dan

160 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
social). Media sosial dan media masa usahanya, mengalami penurunan
memainkan peranan penting dalam pendapatan serta kerugian akibat tidak
menyampaikan berita positif terkait ada pemasukan usaha. Dampak yang
kondisi pandemi sebagai motivasi untuk ditimbulkan akibat pandemi covid-19
berwisata, perlunya fleksibilitas menunjukkan bahwa pariwisata yang
pemesanan akomodasi dan transportasi memiliki keterkaitan dengan banyak
serta tingkat hygienitas akomodasi dan sektor penunjangnya merupakan sektor
fasilitas wisata dan focus perencanaan yang sangat rentan dengan bencana
pada destinasi lokal (Ghosh, seperti wabah penyakit atau pandemi.
2020)(Ranasinghe et al., 2020). REKOMENDASI
Pandemi SARS di masa lalu Berdasarkan beberapa literature
juga memberikan pelajaran tentang terkait rekomendasi pemulihan dampak
pentingnya membangun kepercayaan pandemi terdahulu dan covid-19
publik oleh pemerintah untuk terhadap sektor pariwisata, dapat
menghasilkan kolaborasi yang lebih disampaikan rekomendasi sebagai
efektif dalam mitigasi dan pemulihan berikut :
pasca krisis serta manajemen krisis dari 1. Kebijakan masa pandemi yang
tingkat local hingga nasional (Yeh, dapat diambil yaitu pengelolaan
2020) (Tew et al., 2008). krisis dan mitigasi dampak
KESIMPULAN pandemi terhadap pariwisata
Berdasarkan hasil dan Sumatera Barat dengan ; (i)
pembahasan dapat disimpulkan bahwa menyiapkan destinasi, akomodasi,
dampak covid-19 terhadap pariwisata transportasi dan penunjang wisata
Sumatera Barat telah menyebabkan lainnya yang bersih, sehat dan
terjadinya penurunan kunjungan aman dan memberikan segala
wisman dan wisnus, menurunnya sektor kemudahan dan fleksibilitas untuk
transportasi dan penyediaan akomodasi membangun kepercayaan calon
dan makan minum. Hal ini selanjutnya wisatawan dalam rangka menarik
juga berdampak pada buruknya kondisi kembali kunjungan,(ii) memberikan
ketenagakerjaan sektor pariwisata di bantuan likuiditas tunai, relaksasi
Sumatera Barat. Pengusaha umumnya kredit serta keringanan pajak dari
kesulitan membiayai operasional pemerintah dan lembaga keuangan

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 161


Vivi Ukhwatul K Masbiran
untuk tenaga kerja dan usaha triwulan-ii-2020-turun-5-32-
persen.html
terdampak, (iii) peningkatan Badan Pusat Statistik. (2020b).
kompetensi tenaga kerja pariwisata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Triwulan IV-2019. In www.bps.go.id
sesuai dengan perubahan masa (Issue 17/02/Th. XXIV).
https://www.bps.go.id/pressrelease/20
pandemi (digital dan kepedulian 20/02/05/1755/ekonomi-indonesia-
protokol kesehatan) melalui 2019-tumbuh-5-02-persen.html
Bank Indonesia. (2018). Mendulang Devisa
bantuan perguruan tinggi, (iv) Melalui Pariwisata. In Mendulang
Devisa Melalui Pariwisata (pp. 8–9).
meningkatkan promosi untuk Bank Indonesia.
membangkitkan pariwisata melalui BPS. (2020a). Analisis Hasil Survei
Dampak Covid-19 terhadap Pelaku
sarana media sebagai penyampai Usaha.
BPS. (2020b). Perkembangan Pariwisata
pesan positif dan, (v) mengaktifkan
dan Transportasi Nasional Juni 2020.
tourism crisis center (TCC). Berita Resmi Statistik, 61, 1–16.
Chowdhury, E. K. (2020). Catastrophic
2. Kebijakan pasca pandemi yang Impact of Covid-19 on Tourism
direkomendasikan adalah dengan Sector in Bangladesh Catastrophic
Impact of Covid-19 on Tourism
melakukan penataan arah kebijakan Sector in Bangladesh : An Event
Study Approach. The Cost and
pengembangan pariwisata dari Management, September.
pariwisata massal (mass tourism) Christian, M., & Hidayat, F. (2020).
Dampak Coronavirus Terhadap
menuju pariwisata yang berkualitas Ekonomi Global. In Perkembangan
Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama
(sustainable tourism) dan Internasional (Edisi I 20, pp. 87–89).
perencanaan manajemen krisis file:///E:/covid tourism/Dampak covid
laporan BI.pdf
pariwisata kedepannya oleh Cooper, M. (2013). Japanese tourism and
pemerintah maupun dunia usaha. the SARS epidemic of 2003. Tourism
Crises: Management Responses and
UCAPAN TERIMAKASIH Theoretical Insight, August 2014,
117–132.
Penulis mengucapkan terima https://doi.org/10.1300/J073vl9n02_1
kasih kepada Badan Penelitian dan 0
Disnakertrans Prov.Sumbar. (2020). data
Pengembangan Provinsi Sumatera Barat naker terdampak covid-19.
Disnakertrans Prov.Sumbar.
yang telah memberikan dukungan dan Dispanhorbun Sumbar. (2018). Peraturan
semua pihak yang telah membantu Daerah Provinsi Sumatera Barat
Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
terlaksananya penelitian ini. Perubahan Atas Perda Nomor 6
Tahun 2016 Tentang RPJMD Provinsi
DAFTAR PUSTAKA Sumatera Barat tahun 2016-2021.
Badan Pusat Statistik. (2020a). Berita resmi Dispar Prov.Sumbar. (2019). STATISTIK
statistik. In Bps.Go.Id (Issue 27). KEPARIWISATAAN SUMATERA
https://www.bps.go.id/pressrelease/20 BARAT 2018.
20/08/05/1737/-ekonomi-indonesia- Dispar Prov.Sumbar. (2020a). data

162 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
parekraf terdampak covid 19 Sumbar A., & Ritchie, B. W. (2018). ‘No
(1).pdf. Ebola…still doomed’ – The Ebola-
Dispar Prov.Sumbar. (2020b). Notulen induced tourism crisis. Annals of
Bidang Pariwisata. Dinas Pariwisata Tourism Research, 70(March), 76–87.
Prov.Sumbar. https://doi.org/10.1016/j.annals.2018.
Ghosh, D. A. (2020). Tourism Survival 03.006
Strategy: Indian Perspective during Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R.
COVID-19 Pandemic. SSRN (2017). Metode Penelitian Kuantitatif
Electronic Journal, July. Untuk Administrasi Publik dan
https://doi.org/10.2139/ssrn.3670026 Masalah-Masalah Sosial. Gava
Gössling, S., Scott, D., & Hall, C. M. Media.
(2020). Pandemics, tourism and global Rahman, M. A., Kusuma, A. Z. D., Fatah,
change: a rapid assessment of A. R., & Arfyanto, H. (2020).
COVID-19. Journal of Sustainable Mengantisipasi Potensi Dampak
Tourism, 0(0), 1–20. Krisis Akibat Pandemi COVID-19.
https://doi.org/10.1080/09669582.202 Smeru Research Institute,
0.1758708 No.4/juli/2020.
Jennifer, M., Tilaar, I., Jennifer, M., & http://smeru.or.id/id/content/menganti
Tilaar, I. (2020). The Tourism sipasi-potensi-dampak-krisis-akibat-
Industry in A Developing Destination pandemi-covid-19-terhadap-sektor-
in Time of Crisis The Impact of ketenagakerjaan
COVID-19 Pandemic on The Tourism Ranasinghe, R., Damunupola, A.,
Industry in North Sulawesi , Indonesia Wijesundara, S., Karunarathna, C.,
Time of Crisis. Nawarathna, D., Gamage, S.,
Joo, H., Maskery, B. A., Berro, A. D., Rotz, Ranaweera, A., & Idroos, A. A.
L. D., Lee, Y. K., & Brown, C. M. (2020). Tourism after Corona:
(2019). Economic Impact of the 2015 Impacts of Covid 19 Pandemic and
MERS Outbreak on the Republic of Way Forward for Tourism, Hotel and
Korea’s Tourism-Related Industries. Mice Industry in Sri Lanka. In SSRN
Health Security, 17(2), 100–108. Electronic Journal (Issue April).
https://doi.org/10.1089/hs.2018.0115 https://doi.org/10.2139/ssrn.3587170
Kemenko Perekonomian RI. (2020). Kartu Rosa, Y. Del. (2019). Pariwisata Sebagai
Prakerja - Tentang Kami. Sektor Unggulan Provinsi Sumatera
https://www.prakerja.go.id/tentang- Barat ( Pendekatan Analisis Location
kami Quotient ). Ekonomis: Journal of
Kemenparekraf RI. (2020). Rencana Economics and Business,
mitigasi. In Rencana Mitigasi Sektor 3(September), 208–217.
Parekraf dalam Menangani Dampak https://doi.org/10.33087/ekonomis.v3i
Covid 19. 2.83
Kumar, P., & Rou, H. (2020). Impact Rubin, H. (2011). Future Global Shocks:
Assessment of Covid-19: In Tourism Pandemics. In OCED Publishing
Perspectıve. Dogo Rangsang (Vol. 33, Issue Jan).
Research Journal, 10(6), 291–295. http://public.eblib.com/EBLPublic/Pu
https://doi.org/10.46528/DRSRJ.2020. blicView.do?ptiID=767847%5Cnhttp:
V10I06N01.29 //www.oecd-
money.kompas.com. (2020). Akibat ilibrary.org.ezproxy.ub.unimaas.nl/do
Pandemi, Pendapatan Devisa Sektor cserver/download/fulltext/4211091e.p
Pariwisata Turun hingga 90 Persen. df?expires=1351087982&id=id&accn
https://money.kompas.com/read/2020/ ame=ocid177396&checksum=6DFD
09/25/135500926/akibat-pandemi- DDE0B397F8814410CAF3C057C19
pendapatan-devisa-sektor-pariwisata- B
turun-hingga-90-persen Rutynskyi, M., & Kushniruk, H. (2020).
Novelli, M., Gussing Burgess, L., Jones, The impact of quarantine due to

DAMPAK PANDEMI COVID–19 TERHADAP PARIWISATA DI SUMATERA BARAT – | 163


Vivi Ukhwatul K Masbiran
COVID-19 pandemic on the tourism first-half-of-2020-unwto-reports
industry in Lviv (Ukraine). Problems UNWTO. (2020b). Supporting Jobs and
and Perspectives in Management, Economies through Travel and
18(2), 194–205. Tourism – A Call for Action to
https://doi.org/10.21511/ppm.18(2).20 Mitigate the Socio-Economic Impact
20.17 of COVID-19 and Accelerate
Rwigema, P. C. (2020). Impact of Covid-19 Recovery. In Supporting Jobs and
pandemic to Meetings, Incentives, Economies through Travel and
Conferences and Exhibitions (MICE) Tourism – A Call for Action to
tourism in Rwanda. The Srategic Mitigate the Socio-Economic Impact
Journal of Business & Change of COVID-19 and Accelerate
Management, 7(3), 395–409. Recovery.
Soehardi, S., Permatasari, D. A., & Sihite, https://doi.org/10.18111/97892844216
J. (2020). Pengaruh Pandemik Covid- 33
19 Terhadap Pendapatan Tempat Wulung, S. R. P., Puspasari, A. H., Zahira,
Wisata dan Kinerja Karyawan A., & ... (2020). Destinasi Super
Pariwisata di Jakarta. Jurnal Kajian Prioritas Mandalika dan Covid-19.
Ilmiah, 1(1), 1–14. Khasanah Ilmu-Jurnal …,
https://doi.org/10.31599/jki.v1i1.216 11(September), 83–91.
Tew, P. J., Lu, Z., Tolomiczenko, G., & https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.
Gellatly, J. (2008). SARS: Lessons in php/khasanah/article/view/8552
strategic planning for hoteliers and www.cnnindonesia.com. (n.d.). Lebih dari
destination marketers. International 10 Ribu Pekerja di Sumbar
Journal of Contemporary Hospitality Dirumahkan dan Kena PHK. 2020.
Management, 20(3), 332–346. Retrieved September 7, 2020, from
https://doi.org/10.1108/095961108108 https://www.cnnindonesia.com/ekono
66145 mi/20200522122612-92-
UNWTO. (2020a). International Tourist 505856/lebih-dari-10-ribu-pekerja-di-
Numbers Down 65% in First Half of sumbar-dirumahkan-dan-kena-phk
2020, Unwto Reports. Internas Yeh, S. S. (2020). Tourism recovery
TOURIST NUMBERS DOWN 65% strategy against COVID-19 pandemic.
IN FIRST HALF OF 2020, UNWTO Tourism Recreation Research, 0(0),
REPORTS. 1–7.
https://www.unwto.org/news/internati https://doi.org/10.1080/02508281.202
onal-tourist-numbers-down-65-in- 0.1805933

164 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164

Anda mungkin juga menyukai