OLEH:
Farreza Fatur Sadewa
C 202 20 030
Program Pascasarjana
Program Studi Magister Manajemen
Universitas Tadulako
Palu
2020
BAB I
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sektor Pariwisata adalah salah satu pendukung kegiatan pariwisata baik itu
jasa maupun produk pariwisata. Corona virus adalah kumpulan virus yang bisa
menginfeksi system pernapasan. Banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS).
Sejak merebaknya virus Corona (COVID-19) jumlah wisatawan manca
negara yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan. Kondisi sektor pariwisata
sekarang dengan adanya COVID-19 mengalami kelesuan secara drastis karena
berkurangnya jumlah pengunjung baik wisatawan lokal maupun asing. Juga
berdampak pada perhotelan, tempat wisata, restoran, dan bandara-bandara juga
banyak yang ditutup karena untuk membatasi wisatawan asing yang masuk.
Sehingga menyebabkan pendapatan dan devisa negara dari sektor pariwisata
menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, D. A. D., Erlina, E., & Muda, I. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 terhadap
Perekonomian Indonesia. Jurnal Benefita. https://doi.org/10.22216/jbe.v5i2.5313
Pambudi, A. S., Masteriarsa, M. F., Dwifebri, A., Wibowo, C., Amaliyah, I., & Ardana, K.
(2020). Strategi Pemulihan Ekonomi Sektor Pariwisata Pasca Covid-19. Majalah
Media Perencana.
(Darmawan, 2020; LPEM-FEB-UI, 2020; Masbiran, 2020; Nasution et al., 2020; Pambudi
et al., 2020; Sowwam, 2020)
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
Abstrak
Tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan bagi semua negara karena munculnya wabah yang
disebut Coronavirus atau Covid-19 yang berasal dari Kota Wuhan, China. Wabah ini menjadi perhatian dunia
karena banyak aspek yang terkena dampaknya, seperti pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak wabah Covid-19 terhadap industri perhotelan di Indonesia dan China. Untuk menganalisis upaya untuk
mengatasinya. Kemudian, penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan kualitatif deskriptif dan
dilakukan dengan analisis wacana. Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber referensi yang mendukung
penelitian ini. Hasil penelitian menyebutkan bahwa industri perhotelan di Indonesia dan Chinawere terdampak
signifikan oleh wabah Covid-19 karena banyak hotel yang terpaksa tutup dan tidak beroperasi untuk mengurangi
penyebaran virus. Ribuan karyawan terpaksa di-PHK akibat hilangnya pendapatan hotel. Beberapa hotel di
Indonesia dan China memutuskan untuk dijadikan rumah sakit bagi korban Covid-19. Kesimpulannya, wabah tak
terduga di awal tahun 2020 akibat virus mematikan bernama Covid-19 mengguncang dunia karena telah
mempengaruhi banyak aspek, termasuk pariwisata.
PENGANTAR
Di awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan wabah Coronavirus (Covid-19) yang menjangkiti
hampir semua negara. Organisasi Kesehatan Dunia, sejak Januari 2020, telah menyatakan dunia
menjadi darurat global terkait virus ini. Ini adalah fenomena luar biasa yang terjadi di Bumi pada
tahun 21 st abad, dengan skala yang mungkin sebanding dengan Perang Dunia II karena acara
berskala besar (acara olahraga internasional, misalnya) hampir seluruhnya ditunda dan bahkan
dibatalkan. Kondisi ini terjadi hanya dalam kasus Perang Dunia karena tidak pernah ada situasi lain
yang dapat membatalkan peristiwa tersebut. Hingga 20 Mei 2020, 4,9 juta orang terinfeksi virus
Corona, 324.490 orang meninggal dunia, dan 1.958.220 pasien telah sembuh.
Seperti yang tertulis di situs Organisasi Kesehatan Dunia, coronavirus adalah sekelompok virus dari
subfamili Orthocronavirinae dalam famili Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini dapat
menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada manusia, virus Corona
menyebabkan infeksi saluran pernafasan yang umumnya ringan, seperti flu, meski masih ada beberapa
bentuk penyakit mematikan seperti MERS dan SARS di alam. Dalam kondisi saat ini, Coronavirus
bukanlah wabah yang bisa dibiarkan begitu saja. Jika dilihat dari gejalanya, masyarakat awam hanya
akan mengelompokkannya menjadi influenza biasa. Namun untuk analisis obat viral cukup berbahaya
dan mematikan. Perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena menyebar ke seluruh dunia,
dan seluruh negara merasakan dampaknya, termasuk Indonesia. Antisipasi dan penurunan jumlah
penderita Coronavirus di Indonesia telah dilakukan di seluruh wilayah. Diantaranya dengan
memberikan kebijakan pembatasan kegiatan di rumah, dirumuskan kegiatan sekolah, bekerja dari
rumah, bahkan kegiatan peribadahan juga dilakukan.
55
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
dirumuskan. Itu sudah menjadi kebijakan pemerintah berdasarkan pertimbangan yang sudah
dianalisa secara maksimal tentunya.
Menurut direktur CCDCP (Center for Disease Control and Prevention) di China menyatakan bahwa
pasar hewan di Wuhan, yaitu Huananmarket, pertama kali diberitakan sebagai tempat penularan
pertama virus Corona yang menjadi korban. Seperti dilansir dari The Jakarta Post pada 22 Januari lalu,
direktur CCDCP yaitu Gao Fu mengatakan bahwa awalnya mereka menganggap pasar Huanan adalah
tempat penyebaran virus berdasarkan surat kabar pemerintah China. Namun, bukti yang ada
menunjukkan bahwa pasar tidak lain adalah korban virus corona. Virus Corona SARS-CoV-2 telah ada
jauh lebih awal.
Selain itu, Maffioli, EM (2020) juga menjelaskan bahwa tingkat kecepatan dan ukuran penyebaran
Covid-19 melebihi kasus wabah virus pada kejadian satu dekade sebelumnya. Covid-19 menyebabkan respon
masyarakat dunia sangat berbeda dengan kasus wabah virus yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti
virus H1N1 pada tahun 2009-2010, Virus Ebola pada tahun 2014, atau Virus Zika pada tahun 2015-
2016. Hal lainnya, status China yang menjadi titik awal penyebaran Covid-19 yang
merupakan negara dengan kekuatan ekonomi dunia kedua, berdampak luas pada
interaksi bisnis dengan banyak negara mitra.
Tabel berikut menunjukkan total infeksi COVID-19 di Indonesia dan China.
Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat total penularan Covid-19 pada 8 Juni 2020. Hal itu menunjukkan
masih banyak orang yang terjangkit virus tersebut, seperti dilansir Worldometers. Tabel di atas menunjukkan
bahwa data jumlah penularan di Indonesia sebanyak 33.076 penularan, sedangkan di Cina sebanyak 83.046
penularan. Dari tabel di atas terlihat bahwa total kematian di Indonesia adalah 1.923 kematian. Bandingkan
dengan total kematian di China yang mencapai 4.634 kematian. Sejalan dengan itu, data menunjukkan
keseluruhan pulih baik di Indonesia maupun China. Berdasarkan Worldometers, 11.414 orang di Indonesia
telah pulih, sedangkan di China hingga 78.357 orang yang pulih. Dapat disimpulkan bahwa angka
kesembuhan kedua negara jauh lebih tinggi dibandingkan angka kematian.
TheWorldHealth Organization (WHO) menjelaskan bahwa Virus Corona adalah virus yang menginfeksi sistem
pernafasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah seperti MERS-CoV dan SARS-CoV. Virus Corona adalah zoonosis yang menginfeksi manusia dan hewan. Berdasarkan
data Kementerian Kesehatan RI, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan bermula pada 30 Desember 2019, di mana
Komite Kesehatan Kota Wuhan mengeluarkan pernyataan "pemberitahuan mendesak tentang penanganan pneumonia
yang tidak diketahui penyebabnya". Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke kayu salib
56
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
negara. Hingga saat ini, 188 negara mengkonfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona ke
berbagai belahan dunia telah berdampak pada pariwisata Indonesia dan China.
Jika dilihat dari dunia pariwisata, selama ini China telah berjasa mendatangkan wisatawan
mancanegara ke kawasan ASEAN. Namun, karena masalah virus ini meluas, pemerintah China melarang
warganya meninggalkan negaranya. Industri pariwisata dapat diartikan sebagai industri yang
melibatkan manusia sebagai komoditas utamanya. Karenanya, beberapa aspek seperti hotel, restoran,
maskapai penerbangan, dan agen perjalanan yang mengandalkan pendapatannya dari wisatawan
mengalami krisis akibat penyebaran virus Corona. Asosiasi Industri Penerbangan Internasional (IATA)
bahkan telah mengumumkan kerugian industri penerbangan akibat virus Corona hingga USD 113
miliar. Hunian hotel turun hingga 40 persen, berdampak pada kelangsungan bisnis hotel. Mayoritas
wisatawan juga berdampak pada restoran atau tempat makan yang sebagian besar konsumennya juga
wisatawan. Melemahnya pariwisata juga berdampak pada industri ritel.
Jika terus dibiarkan, negara bisa dirugikan karena industri pariwisata yang sedang berlangsung. Pariwisata internasional
yang berkembang merupakan salah satu sektor terpenting yang meningkatkan kondisi ekonomi dunia sejak tahun 1950-an.
Jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan internasional adalah 1 miliar orang pada 2010 dan 1,4 miliar pada 2018. Menurut
WHO, angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah. Namun, sejak virus Corona menyentuh skala global, angka ini
menurun. Melihat situasi tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama berusaha menggerakkan pariwisata
domestik untuk menutupi kerugian yang dialami wisatawan asing. Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan insentif berupa
diskon penerbangan mulai 30 hingga 40 persen untuk sepuluh atraksi domestik. Masyarakat Indonesia sendiri juga merasa takut
melakukan perjalanan baik dalam maupun luar negeri. Hal tersebut juga terlihat dari efek domino yang terjadi pada sektor
pendukung pariwisata, seperti hotel, restoran, dan pengusaha retail. Dilansir dari amedia, Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia
menyebutkan dampak penyebaran virus Corona dirasakan oleh pengusaha hotel, restoran, dan maskapai penerbangan dengan
nilai saham dan investasi yang besar. Dinamika ini disebut force majeure atau kondisi yang tidak dapat dihindari. dan maskapai
penerbangan dengan nilai saham dan investasi yang besar. Dinamika ini disebut force majeure atau kondisi yang tidak dapat
dihindari. dan maskapai penerbangan dengan nilai saham dan investasi yang besar. Dinamika ini disebut force majeure atau
kondisi yang tidak dapat dihindari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak wabah Coronavirus terhadap pariwisata pada
industri perhotelan di Indonesia dan China. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kepustakaan untuk menjaring data yang tidak perlu terjun langsung ke lapangan tetapi mengambil berbagai
sumber referensi yang mendukung penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan
kualitatif deskriptif. Bogdan dan Biklen (1982, 82) pernah merekomendasikan bahwa yang penting dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata tertulis untuk merekam data dan menyebarkan kesimpulan. Penulis
menerapkan analisis wacana dalam metode ini. Ini didefinisikan sebagai pendapat seseorang di mana
elemen metodologis dan konseptual dimasukkan (Wood dan Kroger, 2000). Tidak hanya elemen-elemen itu,
tetapi juga termasuk teks lisan dan tulisan.
Menurut Budiyanti, E. (2020), dampak wabah Virus Corona terhadap sektor pariwisata sepanjang
tahun 2019, jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara yang masuk ke Indonesia mencapai jutaan.
Berbeda dengan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2018 sebanyak 15,81 juta orang. Angka ini
meningkat 1,88%. Wisatawan dari China sebanyak 2,07 juta. Sejak penyebaran virus Corona, untuk
menegakkan kebijakan pembatasan impor hewan hidup dari China, pemerintah juga menghentikan
penerbangan dari dan ke China mulai 5 Februari 2020. Hal ini akan dilakukan.
57
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
juga mempengaruhi sektor pariwisata di Indonesia. Banyak perusahaan perjalanan dan penerbangan mengalami
kerugian akibat penghentian penerbangan dari dan ke China. Sejak diberlakukannya, jumlah wisatawan asal
Chinawho yang berkunjung ke Bali menurun. Pada 2019, dari 6,3 juta wisman, sebanyak 1.185.519 wisman atau
18,2% berasal dari China. Namun, pada Januari hingga pertengahan Februari 2020 tercatat 22.000 wisatawan
Tiongkok membatalkan ke Bali. Menurut pengamat pariwisata Herry Angligan, pariwisata Bali terancam karena
ketergantungan pada wisatawan China. Dua perusahaan atraksi air di Bali ditutup karena 100% tamunya adalah
turis China. Turis non-China juga berkurang karena banyaknya turis negara lain yang mengurungkan niat
berkunjung ke Bali karena kedekatan China dengan Indonesia. Karena itu,
Di Indonesia yang menjadi salah satu negara yang memberlakukan larangan bepergian ke luar negeri,
hal itu untuk menurunkan penyebaran virus Corona. Larangan ini menyebabkan beberapa maskapai
penerbangan membatalkan penerbangannya, dan beberapa maskapai terpaksa beroperasi meski sebagian
besar pesawat kosong untuk memenuhi hak penumpang. Banyak konsumen menunda pemesanan tiket
karena penyebaran virus Corona. Situasi ini menyebabkan pemerintah bertindak dengan memberikan
kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terindikasi wisatawan
asal China mencapai 2,07 juta pada 2019, yang mencakup 12,8 persen dari total wisman sepanjang 2019.
Penyebaran virus Corona menyebabkan kunjungan wisatawan ke Indonesia berkurang. Pada 2019, sekitar 2
juta wisatawan asal China mengunjungi Bali saat di bulan Februari, hanya ada sekitar 4 ribu turis.
Diperkirakan Bali akan sulit mencapai target melebihi 2 juta pengunjung pada tahun 2020 ini. Pantainya
terlihat sepi dari pengunjung. Hanya ada manajer bisnis yang duduk di pantai. Beberapa kapal pesiar bahkan
memutuskan untuk tidak berlabuh di Bali.
Meski demikian, Pemprov Bali telah menyediakan properti tersebut kepada para
pengusaha hotel dan travel untuk menghindari pemutusan hubungan kerja. Hal yang
sama juga terjadi di Yogyakarta. Turis asing yang biasa terlihat lalang di jalan kini terlihat
hampir tidak ada. Hotelnya juga sepi karena tidak ada yang tinggal. Meski bulan Maret
termasuk dalam kategori low season dimana wisatawan jarang berkunjung, namun
jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Yogyakarta masih lebih sedikit dari
biasanya. Ini terlihat jelas di Sosrowijawan. Pemerintah telah mengeluarkan status darurat
bencana mulai Februari 2020 hingga akhir Mei 2020 terkait pandemi virus ini dengan
jangka waktu 91 hari. Pemerintah telah melakukan beberapa langkah untuk
menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan
gerakan Social Distancing.
Sedangkan ketika virus Corona menyebar di berbagai negara, kota-kota di China kini sudah mulai
pulih. Penduduk lokal mulai menjauh dari lingkungan rumah mereka. Dilansir dari South ChinaMorning
Post, setelah lebih dari sebulan dikurung di rumah karena wabah virus Corona, warga China, khususnya
di Beijing, akhirnya keluar dari lingkungannya. Kabarnya, penyebaran penularan virus Corona telah
menunjukkan penurunan tanda-tanda di seluruh China. China telah memberlakukan lockdown sejak
akhir Januari ketika wabah virus Corona membuat negara itu terhenti seketika. Namun, agen perjalanan
online di China menyebut ada peningkatan signifikan dari wisatawan domestik sejak akhir Februari lalu.
Manajer umum dari Community Relations Company of Tongcheng-Elong pemesanan perjalanan online,
Chai Yinghui mengatakan bahwa puncak pemesanan harian Februari melonjak 230 persen dari level
terendah yang tercatat di bulan yang sama. Wisatawan sudah banyak melakukan reservasi hotel untuk
itinerary jangka panjang. Pada hari Minggu terakhir bulan Februari, pemesanan penerbangan domestik
untuk keberangkatan bulan Juni naik 250 persen dibandingkan minggu sebelumnya.
58
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
Dikutip dari Financial Times, wisatawan Tiongkok menyumbang 150 juta perjalanan ke luar negeri
selama 2019 dan menghabiskan sekitar USD 130 miliar atau setara dengan Rp9.487 triliun di luar negeri pada
2018. Angka pengeluaran tersebut naik 13% dari tahun sebelumnya, menurut temuan dari Chinese Tourism
Academy . Namun, sejak wabah virus corona merebak, menghilangnya grup pariwisata China dari kawasan
wisata di dunia berdampak pada para pelaku bisnis perhotelan, restoran, dan perjalanan wisata.
Kementerian Perhubungan China mengatakan, perjalanan turis China turun hampir 73% selama liburan Tahun
Baru 2020 dibandingkan dengan kondisi pada 2019. Analisis Dewan Pariwisata dan Perjalanan Dunia
memperkirakan bahwa waktu pemulihan untuk sektor pariwisata atau orang yang kembali berlibur membutuhkan
setidaknya 19 bulan. Berbeda dengan Research Firm yang memprediksikan bahwa pasar perjalanan luar negeri
dan domestik China tidak akan pulih sepenuhnya hingga tahun 2023. Melihat analisis tersebut, seorang CEO dari
web travel, Jane Sun mengatakan bahwa perusahaan telah melihat tanda-tanda penurunan yang berkelanjutan di
publik. permintaan.
Selain itu, seorang ekonom, Matthew Dass, mengatakan China telah menjadi pasar pariwisata terbesar di
dunia, dengan lebih dari 180 juta orang China yang memiliki paspor, dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS)
yang hanya sekitar 147 juta orang yang memegang paspor. Jika wabah ini berlangsung lebih lama dan menjadi
lebih buruk dari SARS pada tahun 2003, diperkirakan akan menyebabkan 25 juta perjalanan internasional oleh
pelancong Tiongkok dibatalkan. Setidaknya, wisatawan China yang berwisata ke luar negeri bisa menghilangkan
sebanyak Rp 73 miliar.
Virus Corona (Covid-19) telah mempengaruhi sektor pariwisata nasional. Hal itu tercermin
dari maraknya hotel yang memutuskan tutup sementara. Sebanyak 1.139 hotel di seluruh
Indonesia telah menutup operasi pandemi Covid-19 atau virus Corona. Namun, ada sebuah
hotel di Bandung yang malah dijadikan rumah sakit bagi korban Covid-19. Ketua Umum
Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia, Hariyadi Sukamdani mengatakan, sudah ada
1.226 hotel ditutup. Konsultan properti Colliers International Indonesia menilai dampak pandemi
Covid-19 membuat industri perhotelan sangat terpuruk bahkan terpaksa menutup kegiatannya dan
menampung para karyawan. Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto
mengatakan Covid-19 ini sangat merusak industri perhotelan Jakarta dan Bali. Hal tersebut membuat
industri perhotelan sangat terpuruk bahkan terpaksa menutup kegiatannya dan menampung beberapa
karyawan. Ia juga mengatakan, industri perhotelan Jakarta pada Februari lalu belum terlalu terasa
terkena Covid-19. Meski begitu, gejalanya sudah ada. Beberapa perusahaan, khususnya yang
melibatkan orang asing, mulai sedikit mengalami penurunan. Penurunan kinerja mulai sangat terasa
pada bulan Maret ketika pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 di Indonesia.
Kinerja Hotel Jakarta masih bergantung pada kondisi bisnis di dunia dan Jakarta. Performa di tahun
2020 akan menurun, saat pandemi Covid-19 selesai di ke-3 rd kuartal, setidaknya akan ada pendapatan di
4 th kuartal tersebut dan diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2021. Data Colliers menyebutkan
bahwa 25 hotel di Jakarta berhenti beroperasi, dan ada sembilan hotel yang dikonversi. 25 hotel yang
berhenti beroperasi tersebut merupakan hotel berbintang lima yaitu Grand Melia Jakarta, 11 hotel
berbintang empat yang meliputi operasional, kemudian 13 hotel tiga bintang, salah satunya Hotel
Santika TMII. Ada sembilan hotel yang akan diubah personelnya, seperti hotel bintang empat Grand
CempakaHotel, Ibis Senen, Mercure Cikini, dan beberapa hotel lainnya.
59
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
Industri perhotelan di Bali mulai menurun sejak pemerintah resmi menutup penerbangan dari dan ke
China. Turis asal China menjadi pasar terbesar ketiga di Bali. Berdasarkan data Imigrasi Ngurah Rai Bali yang
sejak tanggal 1 hingga 12 Maret 2020 tercatat
113.079 turis asing mendarat di Ngurah Rai. Belum mencapai 50 persen dari total kunjungan di
bulan Februari. Diperkirakan sisa dua pekan tersebut semakin berkurang karena banyaknya
maskapai yang menutup penerbangannya dan semakin gencarnya pelaksanaan pemerintah
terkait dengan WNA yang masuk ke Indonesia. Karena itu, beberapa hotel terpaksa menghentikan
operasinya. Ketua Umum Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani menyebutkan
penutupan hotel tersebut berdampak pada sekitar 150.000 karyawan.
Menurut Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia Yogyakarta, mengakui 80 persen hotel dan
restoran di Yogyakarta tidak beroperasi dan terpaksa memberikan cuti tidak dibayar kepada
karyawannya. Pasalnya, hotel dan restoran dibebani biaya operasional yang terus membengkak.
Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono
mengatakan, pihaknya berkonsentrasi pada pemutusan rantai penularan virus Corona (Covid-19).
Oleh karena itu, mereka harus banyak melakukan PHK yang berarti memberhentikan karyawan
yang tidak dibayar untuk karyawan hotel dan restoran. Deddy menjelaskan, kebijakan tersebut
berlaku sejak awal April. Selain itu, istilah karyawan rumah enggan digunakan karena jika
menggunakan istilah tersebut harus membayar 75 persen dari gaji karyawan yang dirumuskan.
Soal jumlah karyawan yang terkena cuti tak dibayar, Deddy enggan menjelaskannya secara
detail. Namun, dia menyebutkan banyak hotel dan restoran yang tidak beroperasi. Ia mengaku
belum mengetahui secara pasti jumlah karyawan yang diracik karena beberapa hotel dan restoran
belum mengirimkan datanya. Namun, mereka bisa memprediksi dengan melihat sekitar 80 persen
hotel dan restoran di Yogyakarta saat menutup atau tidak menerima tamu. Selain itu, masih ada
beberapa hotel dan restoran yang beroperasi. Dalam operasionalnya, Deddy mengatakan,
pihaknya masih menerima pemesanan atau perawatan properti dan renovasi hotel. Beberapa
hotel dan restoran masih buka, memberikan program menginap selama 14 hari
60
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
sampai 1 bulan. Beberapa di antaranya adalah Uniq, Gloria Amanda, IOI, Pandanaran Hotel, dan Hyatt.
Kemudian, restoran yang masih buka saat pandemi hanya melayani delivery order.
Wabah virus korona yang mematikan di China tak hanya meresahkan masyarakat, tapi juga pelaku
usaha. Kerugian signifikan yang diduga dialami maskapai untuk bisnis perhotelan akibat pembatalan.
Mereka juga harus menukar uang atau pengembalian uang pelanggan. Menurut data United Nations
World Tourism Ranking tahun 2018, terdapat 62,9 juta wisatawan ke China. Itu terbesar keempat. Hotel
harus kehilangan uang ketika mereka seharusnya mendapatkan uang di tengah Tahun Baru Imlek.
Banyak pengunjung yang akhirnya membatalkan kunjungannya. Ctrip, aplikasi pemesanan online
terbesar di China, menyebutkan bahwa lebih dari 100 ribu hotel dalam bentuknya telah mengembalikan
uang pelanggan yang pemesanan kamarnya dibatalkan antara 22 Januari dan 8 Februari.
Salah satu jaringan hotel mewah terbesar, Hilton, terkena dampak penutupan 150 hotel yang
berlokasi di China. Penutupan ini akan berlanjut hingga wabah COVID-19 mereda. Seperti dilansir
dari Travel and Leisure, penutupan tersebut diumumkan langsung oleh CEO Hilton Chris Nassetta
di hadapan investor pada 11 Februari 2020. Jika dijajal, total kamar yang ditutup mencapai 33.000
unit. Vice President Corporate Communications Hilton, Nigel Glennie, mengatakan beberapa hotel
tersebut masih menampung tamu yang ada dan memberikan layanan medis. Bahkan, mereka
tidak menerima pemesanan baru saat ini. Mereka akan membuka kembali hotel-hotel ini sesegera
mungkin dan setelah pihak berwenang setempat memastikan aman dari virus corona. Sama
seperti di Indonesia. Ada sebuah hotel di Quanzhou, yaitu Hotel Xinjia,
Menurut Glennie, Hilton memiliki 225 hotel di China, dengan empat di antaranya berlokasi di
Wuhan, tempat virus mematikan itu bermula. Secara Total, Hilton memiliki 6.110 jaringan globalnya
yang tersebar di ratusan negara dan wilayah. CEO Hilton, Nassetta, mengatakan bahwa China mewakili
2,7 persen dari keuntungan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Hilton melihat hal itu
akan berdampak signifikan pada pendapatannya karena penyebaran wabah virus corona dan
pemulihan hingga 12 bulan.
Industri perhotelan bisa merugi setidaknya 5,8 miliar dollar AS atau setara Rp 79 triliun. Hilton
bergabung dengan daftar hotel yang menutup cabang dan merevisi kebijakan terhadap pemesanan di
Cina. Hal itu membuat perusahaan Hilton harus menutup banyak cabang di China. Menurut Hotel
News, hotel seperti Hyatt, Marriott, IHG, dan Wyndham juga telah mencabut biaya perubahan dan
pembatalan di area virus korona. Hotel bintang lima, Marco Polo, tidak lagi melayani pelanggan setelah
Wuhan dikarantina mulai 23 Januari 2020 oleh pemerintah Hubei, menyusul kemudian kota-kota
terdekat.
Di Indonesia, pemerintah perlu mendorong sektor pariwisata Indonesia. Selama ini, China merupakan
salah satu tujuan wisata yang diminati negara lain. Adanya kejadian ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia
untuk menarik wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus mulai
mempromosikan kawasan wisata lainnya di Indonesia serta meningkatkan fasilitas dan pelayanan di tempat
wisata tersebut. Pemerintah juga harus memberikan insentif kepada perusahaan travel dan penerbangan
serta industri pariwisata yang dirugikan akibat penghentian penerbangan dari dan ke China. Namun
pemberian insentif bukanlah satu-satunya solusi untuk mengatasi hal tersebut. Pemerintah juga perlu
meningkatkan daya saing kualitas dan daya tarik pariwisata dalam negeri. Menteri Pariwisata Wishnutama
menyatakan, kondisi ini menjadi tantangan sekaligus tantangan bagi
61
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
Sekaligus, harus menjadi kesempatan untuk mencari potensi lain yang bisa menjadi daya tarik
orang asing untuk datang ke Indonesia. Untuk menjalankan programnya perlu dikelola dan
dikemas dengan luar biasa, sehingga tercipta daya tarik wisatawan terutama dari negara lain di
luar China.
Sementara di China, pemerintah sedang menyusun strategi, pertama dengan pemberian insentif
tiket pesawat 10-30%. Kedua, mendorong konferensi dan pertemuan, konvensi dan pameran di
beberapa tujuan wisata. Hal tersebut perlu diapresiasi untuk mendorong tumbuhnya industri pariwisata
nasional. Untuk menyikapi wisatawan asing yang akan masuk ke China, bandara-bandara besar telah
melakukan upaya pengetatan pemeriksaan di berbagai bandara, khususnya bandara internasional.
Dengan menggunakan pemindai termal, pemeriksaan suhu tubuh penumpang yang masuk. Selain itu
juga dilakukan simulasi penanggulangan jika ada penumpang yang terindikasi terinfeksi virus Corona.
Dengan menerapkan upaya tersebut, aspek pariwisata termasuk industri perhotelan dapat terus beroperasi namun
tetap memperhatikan rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah. Saran tersebut seperti mengecek suhu tamu
sebelum masuk hotel, menyediakan hand sanitizer atau wastafel untuk cuci tangan, membersihkan area yang sering
disentuh tamu dengan disinfektan, mengimbau tamu untuk tetap memakai masker, dan menjaga jarak. Dengan
demikian, diharapkan virus Corona tidak lagi menyebar, dan wabah COVID-19 akan segera berakhir.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
mengetahui dampak Covid-19 terhadap aspek pariwisata Indonesia dan China di industri perhotelan
dan menganalisis upaya penanggulangannya. Peristiwa pandemi Covid-19 merupakan bencana non
alam yang merupakan salah satu faktor lingkungan eksternal yang mengakibatkan penurunan aktivitas
pariwisata di Indonesia dan China. Wabah COVID-19 berdampak signifikan pada industri perhotelan di
Indonesia dan China. Akibatnya, ratusan hotel di Indonesia dan China terpaksa menutup hotelnya tanpa
beroperasi dalam waktu yang belum ditentukan. Upaya ini juga dilakukan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus mematikan ini. Kemudian, karena hotel tidak beroperasi, hotel mengalami kerugian
akibat kurangnya pendapatan finansial. Itu mengharuskan hotel memulangkan sejumlah karyawannya.
Beberapa hotel bahkan tidak dapat memberikan pesangon bagi karyawan tersebut karena kerugian
yang sangat signifikan. Namun beberapa hotel di Indonesia dan China buka namun tidak menerima
tamu, namun hotel tersebut terbuka untuk menjadi rumah sakit bagi korban COVID-19. Kesimpulannya,
kejadian di awal tahun 2020 ini memang sangat tidak terduga akibat merebaknya virus mematikan
bernama Covid-19 yang mengguncang dunia karena virus tersebut berdampak signifikan terhadap
aspek pariwisata.
62
Jelajah: Jurnal Pariwisata dan Perhotelan e-ISSN 2685-094X
Vol. 2 No 1, 2020
REFERENSI
Baum, T., & Hai, NTT (2020). Perhotelan, pariwisata, hak asasi manusia, dan dampak COVID-19.
Jurnal Internasional Manajemen Perhotelan Kontemporer.
Budiyanti, E. (2020). Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan Dan Pariwisata
Indonesia. Info Singkat XII, (4).
Chang, CL, McAleer, M., & Ramos, V. (2020). Piagam untuk pariwisata berkelanjutan setelah COVID-19.
Chinazzi, M., Davis, JT, Ajelli, M., Gioannini, C., Litvinova, M., Merler, S., ... & Viboud, C. (2020).
Pengaruh pembatasan perjalanan terhadap penyebaran novel coronavirus 2019 (COVID-
19) wabah. Sains, 368 (6489), 395-400.
Dinarto, D., Wanto, A., & Sebastian, LC (2020). Keamanan kesehatan global – COVID-19: berdampak pada
Sektor pariwisata Bintan. Komentar RSIS, 033-20.
Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., Mahfud, C., Sudjatma, A., Indrawan, M., ... & Gunawan, LA
(2020). Review dan analisis tanggapan terkini terhadap COVID-19 di Indonesia: Periode
Januari hingga Maret 2020. Progress in Disaster Science, 100091.
Dube, K., Nhamo, G., & Chikodzi, D. (2020). COVID-19 melumpuhkan restoran dan keramahan global
industri. Isu Terkini di Pariwisata, 1-4.
Gössling, S., Scott, D., & Hall, CM (2020). Pandemi, pariwisata dan perubahan global: cepat
penilaian COVID-19. Jurnal Pariwisata Berkelanjutan, 1-20.
Hoque, A., Shikha, FA, Hasanat, MW, Arif, I., & Hamid, ABA (2020). Efek dari Coronavirus
(COVID-19) dalam industri pariwisata di Cina. Jurnal Asia Studi Multidisiplin, 3 (1),
52-58.
Seow, B. (2020, 22 Januari), "China memperingatkan virus dapat bermutasi, menyebar saat jumlah kematian meningkat", (The Jakarta
Pos), Tersedia:
Teng, JX (2020, 13 Maret), “China, AS berdebat tentang asal usul virus corona”, (The Jakarta Post),
Tersedia: https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/13/china-us-spar-over-origin-ofcoronavirus.html
(Diakses: 2020, 3 Juni).
Zenker, S., & Kock, F. (2020). Pandemi virus korona – Diskusi kritis tentang pariwisata
agenda penelitian. Manajemen Pariwisata, 81, 104164.
Zheng, Y., Goh, E., & Wen, J. (2020). Dampak laporan media yang menyesatkan tentang COVID-19
Kesehatan mental turis Tiongkok: artikel perspektif. Anatolia, 31 (2), 337-340.
Vol. 2 No 1, 2020
"Penelitian global tentang penyakit coronavirus (COVID-19)", (Organisasi Kesehatan Dunia), Tersedia:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/global-research-onnovel-coronavirus
(Diakses: 2020, 4 Juni).
64
JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang) Vol. 5 No. 1 (2020): 1-5
Mengutip dokumen ini: Haryanto, T., (2020). Editorial: Pandemi Covid-19 dan Permintaan Pariwisata Internasional. JDE (Jurnal Ekonomi
Berkembang), Vol. 5 (1), 1-5.
Pandemi COVID-19 telah menjadi isu global. Banyak ahli memperkirakan pandemi ini akan
menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global tahun ini, atau bahkan resesi ekonomi global.
Semua upaya yang dilakukan oleh banyak negara di dunia secara masif untuk mencegah penyebarannya
seperti social distancing, isolasi diri, dan tindakan serupa untuk mengunci dapat berdampak besar pada
permintaan pariwisata di banyak negara. Bagian selanjutnya secara berurutan akan membahas tinjauan
singkat tentang peran pariwisata internasional terhadap perekonomian, dampak pandemi COVID19
terhadap ekonomi global dan pariwisata internasional, serta topik penelitian lebih lanjut untuk edisi
berikutnya.
(CC-BY)
Haryanto, T. | Editorial: Pandemi Covid-19 dan Permintaan Pariwisata Internasional
Kedatangan wisatawan mancanegara diperkirakan mencapai 532,953 juta pada tahun 1995 dan
dalam kurun waktu 25 tahun ke depan jumlahnya telah mencapai 1,461 miliar (UNWTO, 2019a). Perjalanan
untuk rekreasi atau rekreasi merupakan tujuan utama para wisatawan di seluruh wilayah dunia. Kemudian,
kunjungi teman dan kerabat, untuk tujuan kesehatan dan keagamaan, serta bisnis dan profesional. Eropa
menyumbang sekitar 50% dari kedatangan internasional dunia pada tahun 2018, diikuti oleh Asia dan
Pasifik 25%, dan Amerika 15% (UNWTO, 2019b). Kondisi ini juga menunjukkan bahwa penerimaan
pariwisata internasional didominasi oleh ketiga kawasan tersebut. Kedatangan wisatawan internasional
memiliki dampak ekonomi langsung & tidak langsung yang signifikan terhadap perekonomian. Pada tahun
2019, pariwisata internasional telah menyumbang US $ 8,9 triliun kepada PDB dunia atau 0,3% dari PDB
global; 330 juta pekerjaan, 1 dari 10 pekerjaan di seluruh dunia; pengunjung mengekspor US $ 1,7 triliun
(6,8% dari total ekspor, atau 28,3% dari ekspor jasa global); investasi modal US $ 948 miliar, sekitar 4,3%
dari total investasi global (WTTC, 2019).
Hampir 80% perdagangan dilakukan dengan menggunakan transportasi laut, sehingga gangguan transportasi
laut dapat merusak arus perdagangan dan mengganggu rantai pasok. Kebijakan pembatasan selama pandemi
COVID-19 telah berdampak parah pada transportasi laut. Banyak pelabuhan utama telah memberlakukan pembatasan
pada kapal dan awak, termasuk larangan yang menghentikan pergantian awak. Ini disebabkan
2
JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang) Vol. 5 No. 1 (2020): 1-5
pengiriman untuk menampung, curah kering, dan kapal tanker minyak menurun. Pembatasan perjalanan juga
merugikan sektor akomodasi. STR (2020) memperkirakan bahwa industri perhotelan di seluruh wilayah dunia
mencatatkan penurunan pendapatan global dua digit per kamar yang tersedia (RevPAR), dengan Asia (-
67,8%) dan Eropa (-61,7%) mencatat penurunan terbesar.
Fakta yang dihimpun AHLA (2020) dari berbagai sumber menunjukkan bahwa dampak epidemi
COVID-19 9 kali lebih parah dibandingkan dengan serangan 9/11 (TourismEconomics); pendapatan
menurun hampir 50% pada tahun 2020, kehilangan $ 124 miliar dari total $ 270 miliar (Oxford
Economics); 8 dari 10 kamar hotel kosong (STR); 2020 diproyeksikan menjadi tahun terburuk untuk
hunian hotel (CBRE); Tingkat hunian untuk tahun 2020 diperkirakan lebih buruk daripada selama
Depresi Hebat tahun 1933 (CBRE); 70% karyawan hotel telah diberhentikan (Oxford Economics &
Hotel Effectiveness); hampir 1,6 juta karyawan hotel menganggur dan $
2,4 miliar gaji mingguan hilang karena krisis (Oxford Economics & Hotel Effectiveness); hampir
3,9 juta total pekerjaan yang didukung hotel telah hilang sejak krisis dimulai (Oxford
Economics).
UNWTO (2020b) telah melaporkan bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan kedatangan
turis internasional sebesar 22% selama kuartal pertama tahun 2020 dan dapat menurun hingga 60% -80%
sepanjang tahun 2020. Data terbaru dari UNWTO menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan pada bulan Maret
turun 57% setelah penguncian dimulai di banyak negara, dan pembatasan perjalanan yang luas, penutupan
bandara, dan perbatasan nasional. Ini berarti hilangnya 67 juta kedatangan internasional dan pendapatan sekitar
US $ 80 miliar (ekspor dari pariwisata). Jika penurunan ini terus berlanjut hingga 80% dibandingkan tahun 2019,
diperkirakan wisatawan mancanegara akan turun 850 juta menjadi 1,1 miliar, hilangnya pendapatan ekspor US $
910 miliar menjadi US $ 1,2 triliun, pekerjaan berisiko 100 hingga 120 juta.
Referensi
AHLA (2020). COVID-19 Industri hotel yang menghancurkan: Pendorong pendapatan hotel yang rendah hingga nol
belum pernah terjadi sebelumnya Amerika
pekerjaan kerugian, Hotel & Penginapan Asosiasi.
https://www.ahla.com/sites/default/files/FACT%20SHEET_COVID19%20Impact%20on%
20Hotel% 20Industry_4.22.20_updated.pdf
3
Haryanto, T. | Editorial: Pandemi Covid-19 dan Permintaan Pariwisata Internasional
divalidasi? Sebuah tinjauan pustaka, Isu Terkini dalam Pariwisata, 19 (5), 394-430.
https://doi.org/10.1080/13683500.2013.868414
Castro-Nuño, M., Molina, J. & Pablo-Romero, M. (2013). Pariwisata dan PDB: Analisis amatir
panel data studi, Jurnal dari Perjalanan Penelitian, 52, 745-758.
https://doi.org/10.1177/0047287513478500
Faruk Balli ,, Hatice O. Balli, & Louis, RJ (2016), Dampak imigran dan institusi pada
bilateral pariwisata mengalir, Pariwisata Pengelolaan, 52, 221-229.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2015.06.021
Hor C. & Thaiprasert N. (2015). Analisis permintaan pariwisata internasional untuk Kamboja. Di:
Huynh VN., Kreinovich V., Sriboonchitta S., Suriya K. (eds) Ekonometrika Risiko, Belajar di
Komputasi Intelijen, 583, 415-425. Peloncat, Cham.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-13449-9_28
IATA. (2020). Dampak COVID-19 pada Asia-Pacific Aviation Worsens, International Air Transport
Asosiasi. https://www.iata.org/en/pressroom/pr/2020-04-24-01/
IMF. (2020). World Economic Outlook, April 2020: The Great Lockdown, Internasional
Dana Moneter https://www.imf.org/en/Publications/WEO/Issues/2020/04/14/weoapril-2020
.
Kim, J., Lee, CK. & Mjelde, JW (2018) Dampak kebijakan ekonomi pada pariwisata internasional
permintaan: kasus Abenomics, Isu Terkini dalam Pariwisata, 21 (16), 1912-1929.
https://doi.org/10.1080/13683500.2016.1198307
Nonthapot, S., & Lean, HH (2015). Analisis pasar pariwisata internasional di Greater
Sub-Region Mekong: pendekatan data panel. Jurnal Pertanika ilmu sosial dan
humaniora, 23, 945-966. Homepage jurnal: http://www.pertanika.upm.edu.my/
Nunkoo, R., Seetanah, B., Jaffur, ZRK, Moraghen, PGW & Sannassee, V. (2019). Pariwisata
dan pertumbuhan ekonomi: Analisis meta-regresi, Jurnal Riset Perjalanan, 59 (3),
404-423. https://doi.org/10.1177/0047287519844833
Pablo-Romero, M & Molina, J. (2013). Pariwisata dan pertumbuhan ekonomi: Sebuah tinjauan empiris
literatur, Pariwisata Pengelolaan Perspektif, 8, 28–41.
https://doi.org/10.1016/j.tmp.2013.05.006
STR (2020). COVID-19 - wawasan global tentang dampak perjalanan dan pariwisata UNWTO & Data
Mitra, Penelitian Perjalanan Smith. https://webunwto.s3.eu-west-1.amazonaws.com/s3fspublic/2020-03/21_
4
JDE (Jurnal Ekonomi Berkembang) Vol. 5 No. 1 (2020): 1-5
5
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP PARIWISATA SUMATERA BARAT
IMPACT OF THE COVID-19 PANDEMIC
ON WEST SUMATERA TOURISM
Vivi Ukhwatul K Masbiran
ABSTRACT
This study aims to obtain a brief description of the initial impact of the Covid-19 pandemic on West
Sumatra tourism at macro and micro levels by using primary and secondary data. Primary data were
obtained from the results of a survey of 31 tourist destinations using online surveys, secondary data came
from publications of BPS and West Sumatra Provincial Government Agencies, an official government,
non-government websites, other institutions. By using quantitative methods and descriptive analysis, it is
found that the Covid-19 pandemic has a significant impact on reducing the number of tourist visits and
the income of the transportation and warehousing sectors as well as the provision of accommodation and
food and drink, labor, losses and a decrease in business income. The recommendation proposed is a
collaborative policy involving related stakeholders at two stages, namely the pandemic and post-
pandemic stages in the context of restoring the tourism sector and mitigating future tourism crises.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dampak awal pandemi covid-19 terhadap
pariwisata Sumatera Barat secara makro maupun mikro dengan menggunakan data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei terhadap 31 destinasi wisata dengan menggunakan
survei online dan data sekunder berasal dari publikasi BPS dan Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat, web resmi pemerintah dan non pemerintah serta lembaga lainnya. Dengan menggunakan metode
kuantitatif dan analisis deskriptif diperoleh hasil temuan bahwa pandemi covid-19 berdampak signifikan
terhadap penurunan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan sektor transportasi dan pergudangan
serta penyediaan akomodasi dan makan minum, tenaga kerja, kerugian dan penurunan pendapatan
usaha. Rekomendasi yang diusulkan adalah kebijakan kolaborasi yang melibatkan stake holder terkait
pada dua tahap yaitu tahap masa pandemi dan pasca pandemi dalam rangka pemulihan sektor
pariwisata dan mitigasi krisis pariwisata kedepannya.
PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 secara nyata yang paling terpengaruh pertama
telah berdampak terhadap kehidupan kalinya oleh pandemi covid-19.
sosial dan perekonomian global. Kebijakan travel restrictions serta
Pariwisata menjadi salah satu sektor pembatalan dan pengurangan frekuensi
148 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
penerbangan, penutupan hotel telah Sektor pariwisata yang
mengurangi supply dan demand mempunyai kedudukan strategis untuk
pariwisata dalam negeri maupun penerimaan devisa negara dan memiliki
internasional (Christian & Hidayat, kontribusi penting pada penyerapan
2020). Berdasarkan laporan UNWTO tenaga kerja (Bank Indonesia, 2018)
sampai periode juni 2020, diestimasi diprediksi Kemenko Perekonomian
kedatangan wisatawan mancanegara akan mengalami penurunan pada masa
(wisman) menurun 93% atau pandemi hingga 90% dibanding tahun
kehilangan 440 juta kunjungan 2019 yang mencapai USD17,4 miliar
dibandingkan tahun 2019 dan USD460 (money.kompas.com, 2020). Selain itu
juta pendapatan ekspor dari sektor pada pandemi ini diestimasi
pariwisata dan menjadi periode terburuk pengurangan tenaga kerja sekitar 75,9
dalam perkembangan pariwisata global ribu sampai 106,8 ribu pada sektor
semenjak tahun 1950 (UNWTO, 2020). akomodasi dan makan minum dan
Demikian juga pada skala transportasi pergudangan sekitar 43,5
nasional, pandemi telah memukul ribu orang sampai 61,2 ribu orang pada
perekonomian Indonesia. Kelesuan periode maret 2020 (Rahman et al.,
terjadi hampir diseluruh sektor ekonomi 2020). Kunjungan wisman ke Indonesia
yang menyebabkan kontraksi pun turun secara kumulatif pada
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II periode januari sampai juni 2020
sebesar 5,32% (y-o-y) dan 4,19% (q-to- sebesar 59,96% (3,09 juta orang)
q) (Badan Pusat Statistik, 2020b). dibandingkan dengan jumlah kunjungan
Seperti juga krisis yang dialami global, wisman tahun 2019 (7,72 juta
lapangan usaha yang dilaporkan kunjungan) (BPS, 2020b).
mengalami kontraksi terbesar pada Sejarah pandemi dan epidemi di
masa pandemi ini adalah sektor periode lampau seperti MERS dan
pariwisata yang representasikan oleh SARS juga telah menyebabkan negara-
penurunan lapangan usaha transportasi negara seperti korea, china, hongkong
dan pergudangan serta penyediaan dan jepang kehilangan banyak
akomodasi dan makan minum sebesar - wisatawan asing dan kerugian
30,84% dan - 22,02% (Badan Pusat signifikan disektor akomodasi, makan
Statistik, 2020b). dan minum, jasa dan transportasi,
150 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) menggunakan data primer dan
telah membuat banyak aktivitas stagnan sekunder. Data primer digunakan untuk
termasuk kegiatan pariwisata Provinsi mengetahui variabel-variabel terkait
Sumatera Barat. PSBB diberlakukan dampak dalam skala mikro dan data
pada tiga tahap mulai tanggal 22 april sekunder digunakan untuk
sampai dengan 7 Juni 2020 akibat menggambarkan dampak dalam skala
peningkatan kasus covid-19 semenjak makro.
ditemukan kasus pertama kali di Data primer diperoleh dari hasil
Sumatera Barat (26 Maret 2020). survei online melalui media sosial
Dampak berantai diestimasi terjadi pada seperti whats app dan facebook dengan
sektor-sektor penunjang pariwisata menggunakan aplikasi google form
akibat pembatasan aktivitas, perjalanan pada tanggal 22 mei sampai 30 mei
dan physical distancing. tahun 2020. Kriteria responden adalah
Berkaitan dengan dampak yang pengelola maupun pekerja yang
telah ditimbulkan pandemi di dunia kompeten untuk mengisi kusioner dan
global, dan juga nasional di Indonesia, disebarkan melalui bantuan Dinas
sehingga perlu dilakukan penelitian Pariwisata Provinsi Sumbar dan
skala lokal khususnya di Sumatera kabupaten/kota dan asosiasi GIPI
Barat untuk melihat apakah ditemukan (Gabungan Industri Pariwisata
hasil yang sama atau berbeda. Indonesia). Responden yang bersedia
Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian mengisi kusioner sebanyak 31 orang
ini dilakukan dengan tujuan untuk dari 31 destinasi yang tersebar di 19
mendiskripsikan dampak awal pandemi Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.
covid-19 terhadap sektor pariwisata di Data yang dikumpulkan melalui survei
Sumatera Barat secara umum dan yaitu kondisi destinasi pada awal
mencoba memberikan rekomendasi pandemi khususnya terkait pendapatan
untuk membantu pengambil kebijakan dan kerugian usaha destinasi,
agar bisa merumuskan kebijakan dan ketersediaan anggaran operasional
perencanaan pariwisata kedepannya. usaha, kebijakan destinasi terhadap
tenaga kerja dan kemampuan finansial
METODOLOGI
Metode yang digunakan adalah usaha dalam membayarkan tunjangan
kuantitatif deskriptif dengan yang tersedia dan tingkat kunjungan
152 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
mengalami kerugian dengan jumlah operasional usaha selama pandemi
hingga ratusan juta (16,1% responden). ((BPS, 2020a) dan dari sampel daerah
Budget pemeliharaan destinasi selama lain seperti di Sulawesi Utara
penutupan destinasi juga dirasakan menunjukkan bahwa pengusaha
kurang dan tidak memadai akibat tidak kesulitan menutup biaya operasional
adanya pemasukan (71 dan 23% pada saat destinasi ditutup (Jennifer et
responden) (gambar 2). al., 2020). Kondisi faktual ini terjadi
Permasalahan spesifik yang akibat Kebijakan pemerintah untuk
dialami destinasi masa pandemi adalah menutup destinasi wisata dan
biaya operasional dan pemeliharaan pembatasan aktifitas di fasilitas umum,
yang kurang dan bahkan tidak memadai penutupan serta pembatasan
masa pandemi dan hal ini juga sama penerbangan yang mengakibatkan
seperti yang terjadi di skala global penurunan kunjungan wisman dan
(Rwigema, 2020)(Gössling et al., 2020). wisnus yang berdampak terhadap
Hal yang sama juga terjadi di skala menurunnya pendapatan usaha
nasional bahwa 62,1% usaha kecil pariwisata baik swasta maupun
mengalami kesulitan membiayai pemerintah.
Tenaga Kerja
Perlambatan sektor ekonomi pengalami pemutusan hubungan kerja
akibat pandemi covid-19 juga (PHK) dan 2.442 orang dirumahkan
berdampak kepada kondisi tanpa digaji (Disnakertrans
ketenagakerjaan Sumatera Barat. Pada Prov.Sumbar, 2020). Pekerja yang
masa pandemi ini tercatat 3.720 orang dirumahkan ini sebagian berasal dari
pekerja yang terdampak yang sudah sektor pariwisata seperti perhotelan
diverifikasi dengan 720 orang (www.cnnindonesia.com, n.d.)
154 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
nasional ini agak berbeda dengan serupa juga terjadi di dunia
Sumatera Barat. internasional, bahwa pandemi telah
Hasil survei ini menunjukkan menciptakan krisis tenaga kerja
bahwa resiliansi usaha pariwisata pariwisata, dimana karyawan
Sumatera Barat sangat rentan dirumahkan tanpa digaji dan harus
khususnya secara finansial. Dunia usaha kehilangan pekerjaan seperti temuan di
tidak sanggup bertahan lama sehingga berbagai negara yang telah
memilih untuk merumahkan karyawan dikemukakan sebelumnya. UNWTO
dan bahkan melakukan PHK. Namun juga sepakat bahwa bahwa 100-120 juta
demikian, dengan proposi karyawan tenaga kerja pariwisata di dunia
yang dirumahkan lebih banyak dari terancam kehilangan pekerjaannya
yang di PHK mengindikasikan bahwa akibat pandemi covid-19 (UNWTO,
pengusaha masih optimis meyakini 2020a).
pandemi akan cepat berakhir. Kondisi
156 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
Kabupaten Solok Selatan yang umumnya tutup pada saat PSBB, masih
melonggarkan PSBB-nya dengan terdapat beberapa hotel berbintang yang
membuka perlahan-lahan objek wisata tetap buka dan menawarkan paket self
dengan protokol kesehatan untuk isolation, bahkan terdapat hotel yang
merespon aspirasi dari pengusaha disewa pemerintah untuk tim kesehatan
pariwisata karena kesulitan untuk rumah sakit rujukan covid-19 dan hotel
membiayai operasional usaha saat non bintang di beberapa daerah yang
destinasinya ditutup. Hal ini mulai menerima kunjungan (Dispar
ditunjukkan dengan adanya jumlah Prov.Sumbar, 2020b), sehingga juga
kunjungan dari objek wisata yang memberikan sumbangan kunjungan dari
berasal dari daerah tersebut. Selain itu sub akomodasi.
walaupun hotel berbintang pada
158 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
nilai yang signifikan dalam periode bahkan merupakan salah satu lapangan
pertumbuhan tujuh tahun terakhir usaha unggulan Sumatera Barat yang
(gambar 10). Kondisi ini juga tergambar mendukung sektor pariwisata
pada sektor penerbangan domestik yang berdasarkan indeks LQ-tahun 2019
biasanya mengangkut wisnus ke (LQ=2,54) dan bahkan paling tinggi
Sumatera Barat turun bebas hingga - diantara lapangan usaha lain selaras
17.887% pada bulan mei dibanding oleh tingginya permintaan kendaraan di
tahun 2019 dan -3.001% dibandingkan Sumatera Barat (Rosa, 2019).
bulan april tahun 2020 sebelum Fenomena dampak krisis
konfirmasi kasus pertama covid di kesehatan akibat pandemi covid-19 di
Sumatera Barat. Sementara untuk Sumatera Barat terhadap sektor ini juga
penerbangan internasional terhitung merepresentasikan kondisi yang sama
april sampai dengan bulan juni tidak dengan yang terjadi pada Nasional dan
ada penerbangan sama sekali sehingga dunia internasional. Pada tingkat global,
dikatakan menurun -100% (Badan Pusat rata-rata seluruh negara dunia
Statistik, 2020a). mengalami penurunan sektor
Pada periode awal pandemi, transportasinya hingga separuhnya dan
sektor akomodasi dan makan dan bahkan lebih, terutama untuk daerah-
minum serta transportasi ini tumbang daerah yang kasus covid-19-nya sangat
karena adanya penutupan destinasi besar dan terekspose secara dramatis
wisata, pembatalan event dan penutupan oleh media internasional maupun
penerbangan komersial seperti yang nasional. Negara-negara seperti
sudah dikemukakan sebelumnya dan Norwegia, UEA, Arab Saudi, Israel,
turunnya permintaan sarana transportasi Inggris, Spanyol, Rusia, Italia, Yunani,
umum karena pembatasan aktivitas Jerman, Prancis, Singapura, New
masyarakat untuk melakukan aktivitas Zealand, Malaysia, Korea Selatan,
kerja (work from home) dan sekolah Jepang, China, Australia, Maldives,
dirumah (school from home) selain juga Kenya, Mesir ditemukan mengalami
ketakutan masyarakat dengan penurunan hunian dan rerata menjadi
penyebaran virus covid-19. Lapangan minus tertanggal 21 Maret 2020
usaha transportasi dan pergudangan (Gössling et al., 2020)
160 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
social). Media sosial dan media masa usahanya, mengalami penurunan
memainkan peranan penting dalam pendapatan serta kerugian akibat tidak
menyampaikan berita positif terkait ada pemasukan usaha. Dampak yang
kondisi pandemi sebagai motivasi untuk ditimbulkan akibat pandemi covid-19
berwisata, perlunya fleksibilitas menunjukkan bahwa pariwisata yang
pemesanan akomodasi dan transportasi memiliki keterkaitan dengan banyak
serta tingkat hygienitas akomodasi dan sektor penunjangnya merupakan sektor
fasilitas wisata dan focus perencanaan yang sangat rentan dengan bencana
pada destinasi lokal (Ghosh, seperti wabah penyakit atau pandemi.
2020)(Ranasinghe et al., 2020). REKOMENDASI
Pandemi SARS di masa lalu Berdasarkan beberapa literature
juga memberikan pelajaran tentang terkait rekomendasi pemulihan dampak
pentingnya membangun kepercayaan pandemi terdahulu dan covid-19
publik oleh pemerintah untuk terhadap sektor pariwisata, dapat
menghasilkan kolaborasi yang lebih disampaikan rekomendasi sebagai
efektif dalam mitigasi dan pemulihan berikut :
pasca krisis serta manajemen krisis dari 1. Kebijakan masa pandemi yang
tingkat local hingga nasional (Yeh, dapat diambil yaitu pengelolaan
2020) (Tew et al., 2008). krisis dan mitigasi dampak
KESIMPULAN pandemi terhadap pariwisata
Berdasarkan hasil dan Sumatera Barat dengan ; (i)
pembahasan dapat disimpulkan bahwa menyiapkan destinasi, akomodasi,
dampak covid-19 terhadap pariwisata transportasi dan penunjang wisata
Sumatera Barat telah menyebabkan lainnya yang bersih, sehat dan
terjadinya penurunan kunjungan aman dan memberikan segala
wisman dan wisnus, menurunnya sektor kemudahan dan fleksibilitas untuk
transportasi dan penyediaan akomodasi membangun kepercayaan calon
dan makan minum. Hal ini selanjutnya wisatawan dalam rangka menarik
juga berdampak pada buruknya kondisi kembali kunjungan,(ii) memberikan
ketenagakerjaan sektor pariwisata di bantuan likuiditas tunai, relaksasi
Sumatera Barat. Pengusaha umumnya kredit serta keringanan pajak dari
kesulitan membiayai operasional pemerintah dan lembaga keuangan
162 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164
parekraf terdampak covid 19 Sumbar A., & Ritchie, B. W. (2018). ‘No
(1).pdf. Ebola…still doomed’ – The Ebola-
Dispar Prov.Sumbar. (2020b). Notulen induced tourism crisis. Annals of
Bidang Pariwisata. Dinas Pariwisata Tourism Research, 70(March), 76–87.
Prov.Sumbar. https://doi.org/10.1016/j.annals.2018.
Ghosh, D. A. (2020). Tourism Survival 03.006
Strategy: Indian Perspective during Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R.
COVID-19 Pandemic. SSRN (2017). Metode Penelitian Kuantitatif
Electronic Journal, July. Untuk Administrasi Publik dan
https://doi.org/10.2139/ssrn.3670026 Masalah-Masalah Sosial. Gava
Gössling, S., Scott, D., & Hall, C. M. Media.
(2020). Pandemics, tourism and global Rahman, M. A., Kusuma, A. Z. D., Fatah,
change: a rapid assessment of A. R., & Arfyanto, H. (2020).
COVID-19. Journal of Sustainable Mengantisipasi Potensi Dampak
Tourism, 0(0), 1–20. Krisis Akibat Pandemi COVID-19.
https://doi.org/10.1080/09669582.202 Smeru Research Institute,
0.1758708 No.4/juli/2020.
Jennifer, M., Tilaar, I., Jennifer, M., & http://smeru.or.id/id/content/menganti
Tilaar, I. (2020). The Tourism sipasi-potensi-dampak-krisis-akibat-
Industry in A Developing Destination pandemi-covid-19-terhadap-sektor-
in Time of Crisis The Impact of ketenagakerjaan
COVID-19 Pandemic on The Tourism Ranasinghe, R., Damunupola, A.,
Industry in North Sulawesi , Indonesia Wijesundara, S., Karunarathna, C.,
Time of Crisis. Nawarathna, D., Gamage, S.,
Joo, H., Maskery, B. A., Berro, A. D., Rotz, Ranaweera, A., & Idroos, A. A.
L. D., Lee, Y. K., & Brown, C. M. (2020). Tourism after Corona:
(2019). Economic Impact of the 2015 Impacts of Covid 19 Pandemic and
MERS Outbreak on the Republic of Way Forward for Tourism, Hotel and
Korea’s Tourism-Related Industries. Mice Industry in Sri Lanka. In SSRN
Health Security, 17(2), 100–108. Electronic Journal (Issue April).
https://doi.org/10.1089/hs.2018.0115 https://doi.org/10.2139/ssrn.3587170
Kemenko Perekonomian RI. (2020). Kartu Rosa, Y. Del. (2019). Pariwisata Sebagai
Prakerja - Tentang Kami. Sektor Unggulan Provinsi Sumatera
https://www.prakerja.go.id/tentang- Barat ( Pendekatan Analisis Location
kami Quotient ). Ekonomis: Journal of
Kemenparekraf RI. (2020). Rencana Economics and Business,
mitigasi. In Rencana Mitigasi Sektor 3(September), 208–217.
Parekraf dalam Menangani Dampak https://doi.org/10.33087/ekonomis.v3i
Covid 19. 2.83
Kumar, P., & Rou, H. (2020). Impact Rubin, H. (2011). Future Global Shocks:
Assessment of Covid-19: In Tourism Pandemics. In OCED Publishing
Perspectıve. Dogo Rangsang (Vol. 33, Issue Jan).
Research Journal, 10(6), 291–295. http://public.eblib.com/EBLPublic/Pu
https://doi.org/10.46528/DRSRJ.2020. blicView.do?ptiID=767847%5Cnhttp:
V10I06N01.29 //www.oecd-
money.kompas.com. (2020). Akibat ilibrary.org.ezproxy.ub.unimaas.nl/do
Pandemi, Pendapatan Devisa Sektor cserver/download/fulltext/4211091e.p
Pariwisata Turun hingga 90 Persen. df?expires=1351087982&id=id&accn
https://money.kompas.com/read/2020/ ame=ocid177396&checksum=6DFD
09/25/135500926/akibat-pandemi- DDE0B397F8814410CAF3C057C19
pendapatan-devisa-sektor-pariwisata- B
turun-hingga-90-persen Rutynskyi, M., & Kushniruk, H. (2020).
Novelli, M., Gussing Burgess, L., Jones, The impact of quarantine due to
164 | – Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 2 Edisi Desember 2020 : 148 - 164