Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

PADA INDUSTRI PERHOTELAN SAAT PANDEMI COVID-19

DAN CARA MENGATASINYA

oleh:

Taufik ‘Irfanudin

2016122088

Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

NUSA MEGARKENCANA

YOGYAKARTA

2022
Permasalahan Yang Dihadapi Pada Industri Perhotelan Saat Pandemi
Covid-19

Penyebaran wabah virus corona (COVID-19) melanda hampir merata di seluruh


dunia menyebabkan polemik global terbesar saat ini. Bahkan beberapa waktu
lalu World Health Organization (WHO) telah menetapkan wabah virus corona
menjadi pandemik global. Hal ini menjadi suatu pembahasan dan pembicaraan
yang menarik dan menjadi suatu permasalahan serius yang harus menjadi
perhatian baik pemerintah maupun masyarakat di seluruh dunia.

Indonesia sebagai negara dengan kepadatan penduduk nomor empat di


dunia diperkirakan akan mendapat pengaruh yang sangat signifikan dan dalam
periode waktu yang mungkin lebih lama dari negara lain karena tingkat disiplin
yang masih kurang (Djalante etc,2020). Dampak pandemi ini ternyata tidak saja
pada dunia kesehatan, tetapi juga sangat mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Saat ini, masyarakat dianjurkan untuk melakukan social
distancing, dimana kegiatan belajar, bekerja, dan beribadah dilakukan di rumah.
Selain itu, anjuran tentang protocol kesehatan dari WHO (World Health
Organization) seperti rajin mencuci tangan, menjaga kesehatan dan kebersihan
serta selalu mengenakan masker apabila harus keluar rumah juga terus menerus
digaungkan. Hal ini tentu berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat secara
umum, di mana banyak masyarakat dirumahkan karena perusahaan tempat
mereka bekerja telah berhenti beroperasi baik secara temporer maupun
permanen dengan adanya pandemi ini.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009


tentang Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan /atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
Sebagai sebuah Industri yang didalamnya terjadi perpindahan orang dari satu
tempat ke tempat lainnya untuk tujuan rekreasi ataupun tentu saja industri ini
mengalami guncangan yang cukup besar, dimana di dalamnya termasuk sektor
akomodasi wisata atau perhotelan. Data menunjukkan bahwa perekonomi
Indonesia triwulan I-2020 mengalami penurunan sebesar 2,41 persen (q-to-q)
dibandingkan triwulan pada tahun sebelumnya yaitu triwulan IV-2019. (Tempo,
2020).

Industri Pariwisata merupakan salah satu industry yang terdampak


sangat besar akan pandemi ini, khususnya sektor akomodasi wisata atau
perhotelan. Merebaknya kasus virus korona di berbagai negara khususnya di
China berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke
Indonesia. Kunjungan wisman pada Januari 2020 mengalami penurunan 7,62
persen dibandingkan Desember 2019,dari sebelumnya 1,37 juta wisman
menjadi 1,27 juta wisman (month to month/mtm). Namun jika dibandingkan
Januari 2019 tingkat kunjungan wisman Januari 2020 ( year on year /yoy)
meningkat 5,85 persen. Tahun lalu kunjungan wisman hanya mencapai 1,2 juta.
pergerakan atau mobilitas manusia lintas negara mulai akhir Januari 2020 mulai
berkurang demi menghindari dampak buruk dari penularan virus korona (Covid-
19). Akibatnya tingkat kunjungan wisman di berbagai negara anjlok termasuk
di Indonesia (Indopremier,2020).

Industri pariwisata, dimana didalamnya terdapat sektor akomodasi


wisata atau perhotelan. Sektor ini secara umum didominasi oleh perusahaan
besar baik dalam negeri maupun milik asing, sektor ini mengalami dampak yang
sangat besar, dalam hal ini terjadi pelumpuhan beberapa bulan terakhir.

Indonesia sendiri terkena dampak yang diindikasi berasal dari


kedatangan masyarakat Indonesia yang baru pulang bepergian dari negara yang
telah dijangkiti virus ini sebelumnya. Kesadaran yang terlambat mengakibatkan
virus ini semakin tersebar dan akhirnya menimbulkan korban jiwa dan
kepanikan di masyarakat kita. Tidak terkecuali, virus Covid-19 ini
mempengaruhi tatanan perekonomian Indonesia. Banyak industry yang tidak
berjalan sesuai dengan target awal. Industry perhotelan merupakan industry
yang sangat terpukul dan berdampak sangat hebat dalam Pandemic ini.
Banyaknya hotel yang terpaksa tutup karena tidak lagi kedatangan tamu serta
bisnis makanan dan pertemuan yang tidak lagi terisi. Indonesia merasakan
dampak dari penyebarannya, saat ini banyak kebijakan yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Pusat untuk menghambat penyebaran dan juga kebijakan dalam
bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang sangat berdampak kesemua
lini masyarakat tanpa membedakan pangkat dan golongan serta strata kehidupan
masyarakat. Ditambah lagi anjuran pemerintah untuk tetap berdiam diri dirum,
bekerja dirumah, belajar dirumah sehingga industri perhotelan ini banyak yang
mengalami gejala kebangkrutan.

Tekanan pada industri pariwisata sangat terlihat pada penurunan yang


besar dari kedatangan wisatawan mancanegara dengan pembatalan besar-
besaran dan penurunan pemesanan. Penurunan juga terjadi karena perlambatan
perjalanan domestik, terutama karena keengganan masyarakat Indonesia untuk
melakukan perjalanan, khawatir dengan dampak COVID-19. Penurunan bisnis
pariwisata dan perjalanan berdampak pada usaha UMKM, dan terganggunya
lapangan kerja. Padahal selama ini pariwisata merupakan sektor padat karya
yang menyerap lebih dari 13 juta pekerja. Angka itu belum termasuk dampak
turunan atau multiplier effect yang mengikuti termasuk industri turunan yang
terbentuk di bawahnya (Sugihamretha, 2020, p.193).

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia mencatat saat ini sudah ada
1.642 hotel di seluruh Indonesia yang terpaksa tutup karena wabah Covid -19.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi
Sukamdani menyebutkan bahwa dari 1.642 hotel tersebut, hotel yang paling
banyak tutup ada di Jawa Barat sebanyak 501 hotel, disusul oleh Bali sebanyak
281 hotel, dan Jakarta 100 hotel. Dengan adanya penutupan hotel-hotel tersebut,
industri pariwisata berpotensi kehilangan pendapatan hingga puluhan triliun.
“Dari wisatawan asing potential loss-nya bisa sampai Rp60 triliun, sementara
dari wisatawan asing yang datang ke hotel bisa sampai Rp30 triliun,” ujarnya
melalui konferensi video, Kamis (16/4/2020). (www.ekonomi.bisnis.com).

Jumlah Hotel Tutup di Indonesia, dengan kejadian pandemic covid-19


ini telah berdampak pada tutupnya sekitar 1.642 hotel (data PHRI 5 april 2020)
yang berarti jika kita bandingkan dengan total jumlah akomodasi dalam bentuk
hotel menurut BPS 2019 maka dapat disimpulkan bahwa saat ini hotel yang
terdampak dan tutup adalah sekitar 49.54% artinya pertanggal 5 april saja telah
terjadi penutupan hotel di Indonesia nyaris 50% dari total hotel yang beroperasi
sebelumnya.Ini memandakan pelaku usaha industry perhotelan lebih memilih
menutup usaha mereka dibandingkan tetap buka karena beberapa hal yang akan
kita jabarkan setelah ini.

Alasan Penutupan Hotel

Terdapat beberapa alasan para pelaku usaha industry perhotelan melakukan


penutupan usaha hotel:

1. Mendukung pemerintah dalam mengkampanyekan tagar #dirumahaja dengan


tujuan untuk merperkecil ruang gerak dari covid-19 dengan melakukan social
distancing dan physical distancing.

2. Melindungi karyawan hotel dari terkena virus Covid-19 yang disebabkan


interkasi dengan tamu hotel jika hotel tetap dibuka.

3. Melindungi image hotel, para pengusaha memilih menghindari potensi


ditemukannya ODP pada hotel mereka yang berimbas kepada image hotel
mereka dimata public.

4. Terjadi penurunan tingkat hunian secara signifikan dalam kurun waktu


seminggu dari biasanya.

5. Terjadinya penurunan atas permintaan penyediaan ruang pertemuan dan


produksi dan makanan dan minuman yang terjadi di restoran hotel. Dalam hal
ini para manajer hotel menyebitnya dengan istilah Gross Operating Loss (GOL)
yang mengakibatkan kondis keuangan hotel terganggu dan negative.

Namun masih terdapat beberapa alasan hotel tetap dapat beroperasi ditengah
pandemic covid-19 ini, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Hotel tidak dalam lokasi yang rawan penyebaran Covid-19. Contoh di sampit
Kalimantan, hotel tetap beroperasi seperti biasa, karena berada jauh dari
keramaian. Jumlah penerbanganpun terbatas.
b. Hotel ditetapkan sebagai tempat tinggal para tenaga medis dari rumah sakit
yang ditunjuk pemerintah sebagai pusat kesehatan dalam menghadapi covid-19.
Akomodasi ini bagi para dokter dan tenaga medis lainnya disediakan mengingat
factor jarak dengan tempat tinggal mereka serta mejaga agar tidak terjadi
penyebaran saat mereka berinteraksi setelah pulang dari rumah sakit.

c. Hotel ditunjuk sebagai pusat informasi terkait penanganan covid-19

d. Restoran hotel dijadikan tempat untuk catering dari rumah sakit atau
penjualan makanan online untuk daerah sekitar.

Pandemi COVID-19 menyebabkan gangguan pada rantai pasok global,


dalam negeri, volatilitas pasar keuangan, guncangan permintaan konsumen dan
dampak negatif di sektorsektor utama seperti perjalanan dan pariwisata.
Dampak wabah COVID-19 tidak diragukan lagi akan terasa di seluruh rantai
nilai pariwisata. Perusahaan kecil dan menengah diperkirakan akan sangat
terpengaruh.

Penurunan juga terjadi karena perlambatan perjalanan domestik,


terutama karena keengganan masyarakat Indonesia untuk melakukan
perjalanan, khawatir dengan dampak COVID-19. Penurunan bisnis pariwisata
dan perjalanan berdampak pada usaha UMKM, dan terganggunya lapangan
kerja. Padahal selama ini pariwisata merupakan sector padat karya yang
menyerap lebih dari 13 juta pekerja. Angka itu belum termasuk dampak turunan
atau multiplier effect yang mengikuti termasuk industri turunan yang terbentuk
di bawahnya. Turunnya wisman terutama ke Indonesia akan berpengaruh
terhadap penerimaan devisa dari pariwisata. Kurang lebih turun USD1,3 miliar
penerimaan devisa dari pariwisata. Tiongkok sebagai Negara asal wisatawan
mancanegara terbanyak kedua di Indonesia.

Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara


(wisman) yang datang ke Tanah Air pada awal tahun 2020 mengalami
penurunan. Selama Januari 2020, kunjungan wisman mencapai sebanyak 1,27
juta kunjungan. Angka ini merosot 7,62 persen bila dibandingkan jumlah
kunjungan turis asing pada Desember 2019 sebanyak 1,37 juta kunjungan.
Penurunan jumlah kunjungan turis asing ini utamanya disebabkan oleh
mewabahnya COVID-19 yang terjadi pada pekan terakhir Januari 2020.
Merosotnya kunjungan turis asing ke Indonesia itu terlihat juga dari data wisman
yang datang melalui pintu masuk udara (bandara). Jika dibandingkan dengan
kunjungan pada Desember 2019, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia
melalui pintu masuk udara pada Januari 2020 mengalami penurunan sebesar
5,01 persen ((Sugihamretha, 2020, p.195). Salah satu daerah Pariwisata yang
terkena dampak dari COVID-19 ialah DI.Yogyakarta.

COVID-19 membawa dampak yang sangat signifikan terhadap bisnis


sektor pariwisata, baik sektor transpotrasi, restoran, dan hotel khususnya sebagai
salah satu sektor usaha yang memang merasakan dampak yang sangat langsung
dari adanya wabah pandemi, khususnya hotel-hotel yang ada di Kota
Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai
salah satu pemasukan PAD nya merasakan dampak yang sangat serius dari
adanya COVID-19 ini. Hal ini tentunya bisa diketahui dari data yang telah
penulis paparkan diatas yang mana PAD Kota Yogyakarta diperkirakan turun
sebesar 30-50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hotel syariah yang ada
di Yogyakarta merupakan salah satu hotel yang terkena dampak dari adanya
pandemi COVID-19.

Sektor pariwisata yang tersedia di Yogyakarta ini telah berhasil


mendatangkan banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara untuk
datang dan menikmati destinasi dan wisata Kota Yogyakarta, dengan begitu
banyak nya wisatawan tentu membutuhkan berbagai akomadasi, terutama hotel.
Sehingga adanya virus COVID-19 ini mempengaruhi tatanan perekonomian
DI.Yogakarta. Banyak industri yang tidak berjalan sesuai dengan target awal.
Industri perhotelan di Kota Yogyakarta merupakan salah industri yang sangat
terpukul dan berdampak sangat hebat dalam Pandemi ini. Banyaknya hotel yang
terpaksa tutup karena tidak lagi kedatangan tamu serta bisnis makanan dan
pertemuan yang tidak lagi terisi (Diayudha, 2020, p.42).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan asal
China mencapai 2.07 juta orang pada tahun 2019 yang mencakup 12.8 persen
dari total wisatawan asing sepanjang 2019. Penyebaran virus Corona
menyebabkan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia akan berkurang. Sektor-
sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun
juga akan terpengaruh dengan adanya virus Corona. Okupansi hotel mengalami
penurunan sampai 40 persen yang berdampak pada kelangsungan bisnis hotel
(Hanoatubun, 2020, p.147). Sepanjang Maret, kerugian akibat serangan wabah
virus corona di Yogyakarta, lebih dari Rp70 miliar kerugian harus ditanggung
pelaku pariwisata.

Tidak terkecuali bisnis hotel yang ada di Kota Yogyakarta, dilansir dari
(timesindonesia.co,id,)puluhan hotel di Jogja terpaksa berhenti beroperasi
lantaran rendahnya tingkat okupansi wisatawan. Kepala Dinas Pariwisata
Yogyakarta, Singgih Raharjo menyebut saat ini Jogja memasuki kondisi darurat
pariwisata. Salah satu indikatornya tutupnya sejumlah hotel. "Tercatat ada
sebanyak 60 hotel yang saat ini berhenti beroperasi. Ini belum terhitung dengan
usaha terkait lainnya di bidang pariwisata (jogja.suara.com).

Menurut data BPS Pada Bulan Februari 2021 tidak ada kunjungan
wisatawan mancanegara ke D.I. Yogyakarta melalui pintu masuk Bandara
Internasional Yogyakarta. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di
Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Januari 2021 sebesar 26,87 persen. Rata-
rata lama menginap tamu di hotel bintang pada Bulan Januari 2021 mencapai
angka 1,47 hari. Jumlah kedatangan penumpang melalui Bandara Adisutjipto
dan Bandara Internasional Yogyakarta pada Bulan Februari 2021 tercatat 45.440
penumpang, sedangkan jumlah keberangkatan penumpang pada Bulan Februari
2021 sebanyak 43.531 penumpang. Hal ini tentunya sangat jauh bila
dibandingkan dengan data pada tahun 2019 saat belum terkena imbas dari
pandemi.

PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) mencatat saat ini


sudah ada 1.642 hotel di seluruh Indonesia yang terpaksa tutup karena wabah
COVID-19. Haryadi Sukamdani Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) menyebutkan bahwa dari 1.642 hotel tersebut, hotel yang
paling banyak tutup ada di Jawa Barat sebanyak 501 hotel, disusul oleh Bali
sebanyak 281 hotel, dan Jakarta 100 hotel. Dengan adanya penutupan hotel-
hotel tersebut, industri pariwisata berpotensi kehilangan pendapatan hingga
puluhan triliun. Begitu pula yang terjadi di Yogyakarta. Industri perhotelan di
D.I Yogyakarta merupakan salah industri yang sangat terpukul dan berdampak
sangat hebat dalam pandemi ini. Banyaknya hotel yang terpaksa tutup karena
tidak lagi kedatangan tamu serta bisnis makanan dan MICE yang tidak lagi
terisi. Penderitaan makin dirasakan para pemilik dan management hotel terkait
PPKM Darurat (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang dimulai
dari tanggal 3 Juli 2021 hingga kini belum dilonggarkan yang membuat akses
dari dan keluar daerah dibatasi, mall dan pusat perbelanjaan ditutup, restoran
tidak boleh makan ditempat, kantor non essensial 100% Work From Home.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) BPD DIY Deddy
Pranowo Eryono menyatakan, saat ini kondisi perhotelan di DIY sudah
mencapai titik kritis. Belum lagi jika memang PPKM darurat diperpanjang tentu
akan sangat memberatkan. Tingkat hunian kamar hotel berdasarkan data BPS

tahun 2019 sebesar 53,90 persen versus April 2020 yang hanya 12,67 persen.
Pada Juni 2020 hunian mengalami kenaikan hanya 19,70 persen. Padahal
operasional hotel dapat bernafas lega jika pertumbuhannya mencapai 50 persen.

Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara


keseluruhan menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan
dan keuntungan dan pengaruh negative atau beban dan kerugian. Selisih dari
keduanya menjadi laba atau income dan rugi atau less. Pendapatan Yang Ada Di
Hotel Pendapatan Kamar. Menurut Sugiharto (1997) yang dimaksud pendapatan
kamar adalah jumlah total yang diperoleh dari penjualan kamar dan jasa lainnya
dalam satu malam, dengan jenis cara pembayaran yang bermacammacam.
Pendapatan kamar merupakan sumber pendapatan terbesar yang dihasilkan
hotel, disamping pendapatan dari hasil penjualan fasilitas lainnya, seperti
penjualan makan dan minuman, serta pelayanan yang diberikan selama
menginap di Hotel.

Selama pandemi dari mulai tahun 2020, Indonesia telah membuat aturan
kebijakan pembatasan untuk bepergian ke dan dari negara-negara yang masuk
dalam zona merah penularan selama pandemi COVID-19 dengan tujuan untuk
memutus mata rantai penularan Covid-19, langkah ini mengikuti kebijakan yang
telah lebih dulu dilaksanakan oleh beberapa negara. Kebijakan pembatasan ini
memberikan dampak terhadap jadwal penerbangan, beberapa maskapai
melakukan pembatalan terbang dan sebagian maskapai lagi terpaksa tetap
melaksanakan penerbangan meskipun sebagian besar bangku pesawatnya tidak
terisi demi pemenuhan hak pelanggan. Para pelanggan sebagian besar juga
melakukan cancel atas order tiket penerbangan dikarenakan semakin
mewabahnya sebaran Virus Covid-19.

Kebijakan pembatasan untuk bepergian ke negaranegara yang masuk


dalam zona merah penularan Covid-19 tidak saja dilakukan oleh Indonesia saja,
melainkan juga telah dilakukan oleh Australia, China, Rusia, Italia, Singapura
dan negaranegara lain (Nasution, dkk., 2020). Beberapa negara juga
menerapkan peraturan pelarangan kunjungan warga negara asing ke Indonesia.
Hal ini tentunya berdampak pada diberhentikannya rute penerbangan
internasional yang mengakibatkan penurunan secara drastis jumlah kunjungan
wisatawan asing ke Indonesia.

Berbagai pemberlakuan pembatasan kegiatan sudah diterapkan mulai


dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang merupakan strategi
pertama pemerintah dalam menghadapi pandemic virus corona di Indonesia.
Kemudian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa –
Bali yang diberlakukan pasca libur natal dan tahun baru (Nataru) 2021.
Kebijakan itu khusus diterapkan di tujuh provinsi Jawa-Bali sejak 11 Januari
2021 selama dua pekan dan sempat diperpanjang satu kali. dilanjutkan kembali
pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dengan penamaan istilah baru usai
PPKM Jawa - Bali dinilai makro dan kurang efektif menekan laju penularan
Covid-19 di Indonesia. Pemerintah pusat kemudian memberlakukan PPKM
Mikro, masih di tujuh provinsi yang sama pada 22 Februari 2021.

Tak berhenti sampai pada PPKM Mikro, penderitaan masih berlanjut


dengan Pemerintah kemudian menarik relaksasi aturan sebelumnya dan memilih
memperketat sejumlah aturan dalam PPKM Darurat Jawa-Bali yang dimulai 3-
20 Juli, serta disusul PPKM Darurat luar Jawa-Bali pada periode 12-20 Juli.
Kebijakan ini dipilih setelah dampak lonjakan kasus COVID-19 pasca lebaran
melonjak hingga melebihi 25 ribu kasus dalam sehari. Kebijakan ini diterapkan
di 48 Kabupaten/Kota dengan asesmen situasi pandemi level 4 dan 74
Kabupaten/Kota dengan asesmen situasi pandemi level 3 di Pulau Jawa dan
Bali. Efek dari PPKM Darurat terhadap industri perhotelan sangat dirasakan,
menurut informasi dari Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
(PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan 25 hotel dan restoran
memilih tutup karena tidak kuat menanggung biaya operasional. Sejauh ini, total
ada 125 hotel dan restoran tutup sementara. Selain itu puluhan hotel dan resto
telah tutup permanen.

Menurut data BPS, maka jumlah usaha penyedia akomodasi di Indonesia


pada tahun 2019 tercatat sebanyak 29.243 usaha dengan jumlah kamar tersedia
mencapai 776.025 kamar. Diantara usaha akomodasi tersebut 3.516 usaha atau
12,02 persen merupakan hotel-hotel yang telah diklasifikasikan sebagai hotel
berbintang dengan jumlah kamar sebanyak 363.749 unit.

Pada tahun 2019, jumlah hotel berbintang yang terbanyak di Indonesia


adalah hotel bintang tiga, yaitu 1.373 usaha (39,05 persen) dengan 125.149
kamar (34,41 persen), diikuti hotel bintang dua sebanyak 802 usaha (22,81
persen) dengan jumlah kamar sebanyak 56.107 kamar (15,42persen). Diurutan
ketiga hotel bintang empat sebanyak 724 usaha (20,59 persen) dengan jumlah
kamar 117.744 kamar (32,37 persen).

Jika menurut provinsi maka ada lima provinsi yang memiliki hotel
bintang terbanyak yang pertama adalah Bali sebanyak 507 hotel, kemudian Jawa
Barat 495 hotel. Selanjutnya diikuti oleh Jakarta sebanyak 397 hotel, Jawa
Tengah dengan 311 hotel dan terakhir adalah Jawa Timur dengan 258 hotel.
Sebanyak 281 hotel yang terdapat di Bali tutup akibat Covid-19 (PHRI, 7 April
2020) atau sekitar 55% dari jumlah hotel di Bali terdampak oleh pandemi.

Data yang didapat dari BPS menyatakan sektor akomodasi, makanan dan
minuman mengalami penurunan paling banyak yaitu sebesar 92,47% dan
perusahaan – perusahaan di provinsi Bali paling terdampak dalam penurunan
pendapatan yaitu sebesar 92,18%. Kunjungan wisman pada triwulan II-2020
langsung tercatat mengalami penurunan sedalam -99,97 persen (y-on-y) setelah
sebelumnya mencapai 1,51 juta kunjungan. Penurunan nilai tambah juga
terkonfirmasi dari turunnya rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) hotel.
Rata-rata TPK hotel berbintang pada triwulan II-2020 tercatat sebesar 2,45
persen, turun sedalam -95,46 persen jika dibandingkan dengan rata-rata TPK
hotel berbintang triwulan II-2019 yang sebesar 53,99 persen.

Di Provinsi Banten penurunan jumlah pengunjung sudah terlihat sejak


bulan Januari 2020. Berdasarkan data BPS, penurunan jumlah tingkat
penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Banten bulan Januari
2020 mencapai 49.05 persen atau mengalami penurunan sebesar 2,91 point
dibandingkan bulan Desember 2019. Pada bulan Januari 2020 penurunan TPK
paling besar terjadi di hotel bintang lima yaitu sebesar 19,28 point dari
Desember 2019, selanjutnya disusul penurunan PTK di hotel bintang satu
sebesar 6.46 point dan hotel bintang dua sebesar 3,55 point dibanding Desember
2019. Sementara itu, jumlah rata-rata lama tamu menginap (RLTM) bulan
Januari 2020 baik tamu asing maupun tamu Indonesia di hotel berbintang pada
bulan Januari 2020 sebanyak 1,36 hari atau naik 0,02 dibanding bulan
sebelumnya.

Pada bulan Februari 2020 jumlah TPK hotel berbintang di Provinsi


Banten mengalami kenaikan mencapai 51,14 persen persen atau naik 2.09 point
dibanding periode sebelumnya. Akan tetapi, kenaikan TPK secara keseluruhan
ini tidak diikuti oleh TPK di hotel berbintang lima dan hotel berbintang dua.
TPK di hotel bintang lima mengalami penurunan menjadi 29 persen atau 1.53
point dari bulan Januari 2020. Sedangkan jumlah RTML baik tamu asing
maupun Indonesia di hotel bintang di Banten tercatat sebesar 1,24 persen atau
turun sebesar 0,12 poin disbanding bulan Januari 2020. Dilihat dari asal tamu
hotel, penurunan ini terjadi akibat RTML dari tamu asing sebanyak 0,04 pint
dan RTML Indonesia sebesar 0,12 poin.

Selain Penurunan jumlah TPK maupun RTML, menurut data dari


Persatuan Hotel dan Restorasi Indonesia, selama bulan Maret 2020 penurunan
pengunjung hotel turun hampir 60 sampai 70 persen tentu saja membuat
pendapatan hotel merosot tajam. Sementara hotel harus tetap menanggung
pengeluaran yang cukup besar. Tiga pengeluaran terbesar hotel diantaranya
adalah; pertama, gaji karyawan. Menurunnya pendapatan hotel membuat hotel
tidak mampu untuk menggaji karyawannya, sehingga banyak hotel yang
terpaksa merumahkan sejumlah karyawannya. Kedua, operasional rutin dan
biaya perawatan seperti listrik, pembersian AC dan lain sebagainya. Hal ini
membuat sebagian hotel harus mematikan listriknya seperti lift yang biasanya
empat lift beroperasi dipangkas hanya menjadi satu lift. Ketiga, adalah biaya
BPJS. Biaya BPJS termasuk beban perusahaan karena perusahaan harus
mensubsidi pembayaran BPJS.

Untuk dapat memastikan terkait dengan dampak pandemi Covid-19


terhadap bisnis hotel, berikut hasil analisis dampak pandemi Covid-19 pada
Hotel Grand Orchid Yogyakarta yaitu sebagai berikut: Hotel Grand Orchid
Yogyakarta merupakan hotel bintang tiga di Wilayah Kabupaten Sleman,
dengan jumlah karyawan yang semula 51 orang menjadi 17 orang saja. Hal ini
dilakukan demi efisiensi biaya operasional. 17 orang karyawan juga menerima
gaji tidak penuh seperti sebelum pandemi.

Pandemi COVID-19 ini membawa dampak yang sangat signifikan


terhadap Hotel Grand Orchid Yogyakarta. Dimana sebelum pandemi setiap hari
nya 70-80 persen dari kamar yang ada di hotel tersebut terisi oleh para
pengunjung, namun selama pandemi berlangsung dari tahun 2020 tingkat
penghunian kamar makin menurun bahkan 0%.
Menurut data BPS, bulan Januari dan Februari 2020 okupansi hotel
masih di rata-rata normal, yaitu 49,71% dan 49,22%. Namun adanya pandemi
menyebabkan tingkat okupansi kamar hotel menurun drastis pada Maret
menjadi 32,24%, dan terus mengalami penurunan hingga 12,7% pada April.
Jumlah penurunan angka okupansi hotel tetap bertahan di bawah 20% hingga
memasuki bulan Juni 2020.

Industri perhotelan global mengalami kerugian besar akibat pandemi –


yang menuntut pemberlakuan periode karantina, penutupan perbatasan, dan
pembatasan perjalanan. Saat COVID-19 pertama merambah di Indonesia,
tingkat okupansi hotel anjlok dari 52,3% pada Maret 2019 menjadi hanya 19,7%
pada bulan yang sama tahun 2020.

Setiap bulan perkiraan pendapatan sebelum pandemi minimal 500 juta


rupiah dan bahkan pernah mencapai pendapatan 1 miliar perbulan. Namun
setelah terjadinya pandemi COVID-19 pendapatan hotel Grand Orchid
Yogyakarta perbulan nya hanya mencapai 50-100 juta rupiah yang tentunya
sangat jauh turunnya di bandingkan pada bulan sebelum pandemic yang
pendapatan perbulannya minimal 500 juta rupiah.

Berdasarkan uraian hasil analisis ini saja sudah terlihat dampak pandemi

COVID-19 terhadap hotel-hotel yang ada. Sebab bisnis hotel sangat bergantung
terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tempat dimana hotel
tersebut berada. Dimana dengan adanya pandemi pengunjung wisatawan ke
Yogyakarta juga sangat berkurang, sehingga fenomena kerugian atau bahkan
kebangkrutan yang dialami oleh sebuah hotel yang sangat pemasukannya sangat
bergantung kepada jumlah wisatawan yang berkunjung akan menjadi hotel yang

paling terdampak dari adanya pandemic Covid-19 ini. Harapan besar para
pemilik maupun management hotel adalah beberapa relaksasi yang menjadi fix
cost tiap bulannya seperti keringanan pajak, biaya listrik bahkan relaksasi dana
pinjaman bank. Hal ini sudah sering disuarakan melalui ketua PHRI DIY
ataupun melalui menyurati Gubernur dan Bupati melalui pejabat tingkat
Kabupaten Kota dan juga Pemda DIY.

Hotel Unisi Yogyakarta merupakan hotel bintang dua pertama dengan


konsep syariah di Yogyakarta. Terletak di Stasiun Tugu berikutnya pusat kota
dan hanya 2 menit berjalan kaki ke jalan Malioboro. Menawarkan dua jenis
Superior dan kamar Deluxe dirancang dengan modern dan mewah.
Menyediakan sebuah restoran dengan masakan Halal. Hotel Unisi sendiri berada
di Jl. Pasar Kembang No. 41, Malioboro, Yogyakarta, Indonesia. Hotel Unisi
sebelumnya bernama hotel Sofyan Inn Unisi dan berdri tahun 2016. Sebagai
salah satu hotel yang mengusung konsep syariah tentunya pandemic COVID-19
ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap Hotel Unisi. Menurut
Buk Memey dan Buk Dita “ Hotel Unisi sendiri berdiri pada tahun 2016 dengan
kapasitas kamar yang dimiliki ialah 70 kamar. Dimana sebelum pandemic setiap
hari nya 70-80 persen dari kamar yang ada di hotel tersebut terisi oleh para
pengungjung. Jadi setiap bulan perkiraan pendapatan sebelum pandemic
minimal Rp.500 juta rupiah dan bahkan pernah mencapai pendapatan 1 miliar
perbulan. Namun setelah terjadinya pandemic COVID-19 kapasitas hotel Unisi
yang terisi hanya berkisar 30-40 persen saja dari jumlah kamar yang dimiliki.
Bahkan pendapatan hotel Unisi perbulan nya hanya mencapai Rp.150 -200 juta
rupiah yang tentunya sangat jauh turunnya di bandingkan pada bulan sebelum
pandemic yang pendapatan perbulannya minimal Rp.500 juta rupiah. Namun
disisi lain hal yang sangat positif yang dilakukan oleh hotel Unisi yakni tidak
adanya pengurangan staf pekerja dimana dari sebelum pandemic staf hotel Unisi
berjumlah sekitar 27 orang dan sampai saat ini pun masih berjumlah 27 orang”.
Turunnya pendapatan dari Hotel Unisi juga tidak terlepas dari tidak
adanya aktifitas penerimaan pengunjung dari awal diumumkan nya COVID-19
sampai dengan beberapa bulan setelah pengumuman COVID-19 yakni dari
Maret 2020 sampai dengan bulan Agustus 2020. Baru bulan Agustus Hotel
Unisi kembali beroperasi sehingga hampir 5 bulan hotel Unisi sendiri tidak
menerima tamu.
Cara Mengatasi Permasalahan Yang Ada Pada Industri Perhotelan Saat
Pandemi

Strategi yang telah dilakukan Hotel Grand Orchid Yogyakarta untuk


tetap bisa bertahan saat pandemi dan diberlakukannya berbagai pembatasan
kegiatan masyarakat termasuk mobilisasi manusia dari dan keluar daerah
Yogyakarta adalah membuat paket intimate wedding yang hanya dihadiri tamu
dengan kapasitas terbatas dan hanya melaksanakan ijab qobul bukan resepsi.
Selain itu pemberian diskon kamar hingga 50% juga sudah dilaksanakan. Hotel
Grand Orchid Yogyakarta juga menjual paket buka puasa tentunya dengan
diskon besar besaran yang membuat masyarakat lokal untuk membeli, hal ini
dilakukan untuk mempercepat penggunaan stock bahan makanan sebelum
expired sehingga harapannya tidak menimbulkan kerugian lagi dari sisi kitchen.
Namun data yang diperoleh dari staff HRD, sudah ada pembuangan belasan
jenis stock bahan makanan karena sudah expired sehingga menimbulkan bau
tidak sedap di ruang penyimpanan. Untuk segi keamanan tamu, Hotel Grand
Orchid Yogyakarta telah mendapatkan sertifikat CHSE dari Kementrian,
sertifikat tersebut adalah sertifikat yang diberikan kepada Usaha Pariwisata,
Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan
kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan,
dan Kelestarian Lingkungan.

Hotel Grand Orchid Yogyakarta juga membuat Standart Operation


Procedure (SOP) baik untuk tamu maupun karyawan yaitu Pertama,
membersihkan dan penyemprotan desinfektan kamar setiap tamu saat check in
dan check out juga seluruh lingkungan hotel secara berkala. Kedua, memberikan
jeda penggunaan kamar antara tamu satu dengan berikutnya dengan waktu jeda
bervariasi antara dua sampai tujuh hari. Ketiga, penggunaan kamar antara tamu
satu dengan lainnya pada saat yang sama tidak berdampingan. Keempat,
karyawan hotel wajib mengukur suhu badan tamu saat check in. Jika ditemukan
tamu dengan suhu tubuh di atas 37 derajat harus dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Kelima, hotel wajib menyediakan wastafel dengan sabun dan hand sanitizer.
Keenam karyawan hotel wajib menjaga jarak dengan tamu saat melakukan
pelayanan dan selalu menggunakan masker dalam memberikan pelayanan tamu.
Ketujuh, restoran juga meeting room hotel harus tutup dan makanan tamu harus
diantar ke kamar. Selama PPKM darurat yang telah berlangsung sejak Juli,
aturan tamu yang datang baik dari luar kota maupun dalam kota wajib
menunjukkan hasil Rapid Antigen dan kartu vaksin minimal dosis 1. Hal ini
tentunya berbanding terbalik dengan yang terjadi, harga kamar diskon besar
besaran untuk menarik tamu agar mau menginap dengan tetap merasa aman dan
nyaman, namun persyaratan yang diberlakukan kepada tamu dengan
mewajibkan rapid antigen dengan biaya yang mahal. Vaksin juga tidak mudah

didapatkan oleh masyarakat. Hal ini tentunya menjadi keresahan sendiri dari
pihak Hotel Grand Orchid Yogyakarta untuk tetap bisa bertahan di saat pandemi.

Untuk kembali mendapatkan tamu Hotel Unisi juga mengadakan


promosi pemotongan harga kamar yang mencapai 40-50 persen. Namun
promosi ini sendiri tidak cukup membantu dikarenakan banyak hotel melakukan
hal yang sama. Bahkan hotel sekelas bintang 4 pun menurut ibuk Memey juga
memberikan diskon yang cukup besar terhadap kamar-kamar hotel yang
dimilikinya.

Tips mempertahankan bisnis hotel selama maupun sesudah pandemi?

Melakukan Inovasi

Dampak pandemi sangat berpengaruh pada sektor bisnis perhotelan. Maka,


diperlukan inovasi baru sebagai langkah beradaptasi dengan menyesuaikan
kebutuhan masyarakat selama pandemi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan
industri perhotelan, seperti meningkatkan promosi digital, memberikan spesial
promo long stay, dan menyediakan layanan contactless.
Menawarkan Promosi Dengan Harga Terjangkau

Siapa yang tidak suka dengan promosi? Rasanya, hampir semua orang pasti
menyukainya, bukan? Jika ingin bisnis tetap bertahan selama maupun setelah
pandemi, Anda bisa menawarkan promo untuk menarik pengunjung.

Sebagai contoh, di tengah pandemi justru banyak orang yang mengadakan acara
pernikahan karena tidak perlu mengundang banyak orang. Moment ini bisa
dimanfaatkan dengan memberikan harga promosi yang jauh lebih murah.

Dengan begitu, banyak orang yang akan tertarik untuk mengadakan resepsi di
gedung, apalagi biayanya tidak terlalu besar. Selain untuk acara pernikahan, bisa
juga event besar lainnya, seperti ulang tahun, rapat, dan sebagainya.

Terdapat Layanan Work From Hotel

Selain digunakan sebagai tempat berlibur maupun bersenang-senang, hotel juga


bisa difungsikan sebagai tempat untuk bekerja. Kini, sebagian hotel telah
beradaptasi dengan menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang, seperti
ruang rapat yang dilengkapi peralatan kantor.

Hotel yang menyediakan layanan work from hotel ini memang sedang tren.
Bahkan, beberapa juga memberikan layanan food delivery dari produk restoran
yang dimiliki. Adanya fasilitas seperti ini, tentu mampu menarik minat
pengunjung.

Difungsikan Sebagai Tempat Karantina

Selama pandemi, banyak hotel yang digunakan sebagai tempat karantina setelah
melakukan perjalanan ke luar negeri. Untuk menarik pengunjung bisa
menyediakan paket lengkap, seperti makanan, pengecekan kesehatan selama
karantina, dan fasilitas pendukung lainnya.
Menjaga Kebersihan Sesuai Protokol Kesehatan

Meskipun pandemi semakin menurun, tetap saja harus menjaga dan jangan
sampai lengah sedikit saja. Berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku,
setiap pelaku industri pariwisata harus menerapkan protokol kesehatan.

Maka dari itu, pastikan seluruh ruangan hotel aman dan bebas dari bahaya virus.
Lakukan desinfektan lingkungan hotel secara rutin, meminimalkan biaya
operasional, pemeriksaan tubuh pengunjung, menggunakan masker, hindari
berjabat tangan, dan selalu mengecek kondisi karyawan dengan melakukan tes
COVID-19 secara berkala. Dengan begitu, pengunjung akan merasa aman dan
nyaman ketika menginap di hotel tersebut.

Melakukan Kolaborasi

Untuk mempertahankan bisnis perhotelan di masa pandemi, Anda bisa


melakukan kolaborasi untuk mempercepat pemulihan pariwisata. Bagaimana
caranya? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti bekerja sama dengan
para online travel agent, bekerja sama dengan pemerintah setempat, hingga
bekerja sama dengan instansi ataupun komersial yang berada di luar industri
hotel.

Memanfaatkan Teknologi Digital

Seperti yang sudah disampaikan, agar bisnis tetap berjalan lancar harus
dilakukan inovasi baru. Di tengah pandemi mewajibkan setiap orang harus
menjaga jarak dan membatasi kontak secara langsung. Sekalipun pandemi sudah
berangsur membaik, sebaiknya tetap mengikuti protocol kesehatan.

Sebagai contohnya, para pengunjung bisa langsung booking secara online. Hal
ini juga membantu mengurangi kontak fisik dengan orang lain. Tersedia layanan
food delivery agar pengunjung bisa memesan makanan dengan mudah.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),


Maulana Yusran, mengungkapkan bahwa bisnis hotel dan restoran tengah
berjuang keras di tengah pandemi. Para pelaku usaha harus bisa berinovasi untuk
bisa bertahan.

Bisnis hotel, kata Maulana, melihat peluang Work From Home (WFH)
untuk membantu meningkatkan permintaan di tengah pandemi. Salah satunya
dengan menawarkan berbagai paket seperti untuk staycation, agar masyarakat
bisa bekerja sambil berlibur.

Strategi lain dengan menawarkan paket belajar sambil berlibur untuk


anak-anak sekolah. Upaya lain yaitu mengikuti tawaran pemerintah untuk
menjadikan hotel sebagai fasilitas akomodasi bagi pasien orang tanpa gejala
(OTG). Maulana menegaskan bahwa sektor pariwisata bergantung pada
kebijakan pemerintah, terutama di tengah pandemi Covid-19. Situasi pandemi
membuat operasional sektor pariwisata termasuk hotel dan restoran terganggu.

Strategi inovasi akan membantu para pelaku industri perhotelan di


Indonesia bertahan di tengah pandemi, atau setidaknya hingga situasi kembali
normal. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memberikan tiga strategi yang
dapat diterapkan di sektor akomodasi wisata di masa pandemi, yaitu:

1. Strategi Pivoting

Pivoting adalah mengubah strategi bisnis melalui berbagai inovasi. Seperti


menghadirkan layanan atau produk baru, sekaligus memaksimalkan teknologi
digital. Artinya, penerapan strategi pivoting memberikan layanan lain selain
kamar menginap. Strategi ini bertujuan untuk menyiasati occupancy rate yang
menurun akibat pandemi COVID-19.

Contoh strategi yang bisa diterapkan adalah menyediakan opsi limited meeting.
Atau menjalin kerja sama dengan wedding organizer untuk menyelenggarakan
pernikahan di tengah pandemi, sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat.
Selain itu, para pelaku industri perhotelan juga bisa memberikan layanan-
layanan lain yang dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti catering atau bahkan
kelas yoga berbayar sebagai salah satu fasilitas.

2. Strategi Positioning

Strategi industri akomodasi pariwisata selanjutnya adalah positioning. Di masa


pandemi, industri perhotelan bisa memosisikan hotel bukannya sebagai tempat
menginap saja. Namun menjadi tempat wisata dan bekerja yang nyaman:
sebagai tempat staycation, dan work from hotel (WFH).

Selain memberikan promo dan paket khusus, pihak perhotelan pun sudah harus
dilengkapi dengan sertifikat CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety,
and Environmental Sustainability) agar wisatawan yang datang menginap
merasa lebih aman dan nyaman.

3. Contactless experience

Seperti yang kita tahu, pandemi mengharuskan kita untuk menjaga jarak dan
membatasi kontak langsung dengan orang lain. Oleh karena itu, satu strategi
yang patut diterapkan pada industri akomodasi wisata agar dapat bertahan di
tengah pandemi adalah contactless experience.

Contohnya dengan menciptakan pengalaman menginap yang minim sentuhan,


dan mulai memanfaatkan teknologi digital, yaitu adanya akses booking online.
Untuk layanan makanan juga bisa memulai menyediakan fasilitas grab and
go bagi para pengunjung agar lebih nyaman.

Bahkan, tidak ada salahnya menyediakan lebih banyak


ruangan outdoor, atau private pool jika memungkinkan. Mengingat, pandemi
membuat masyarakat lebih merasa aman berada di area yang memiliki sirkulasi
udara yang baik.

Selain memberikan tiga strategi di atas, Kemenparekraf/Baparekraf juga


melakukan berbagai upaya sambil bekerja sama dengan sektor lain dalam
mengoptimalkan keberlangsungan industri perhotelan di Indonesia.
Mulai dari menggencarkan standarisasi protokol kesehatan dengan memberikan
sertifikat CHSE, memberikan Dana Hibah Pariwisata, memberikan pelatihan
dan webinar, hingga melakukan vaksinasi bagi para pekerja perhotelan demi
pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

Industri perhotelan menerapkan beberapa strategi dalam menghadapi krisis ini.

Pertama, manajemen hotel membatasi penyebaran virus di properti bisnis


mereka.

Interaksi antara karyawan hotel dan tamu merupakan hal yang penting dalam
memastikan kebutuhan tamu terpenuhi. Sayangnya, pandemi menghalangi
interaksi tersebut dan membuat manajer terpaksa menerapkan tindakan
keamanan yang ketat untuk meningkatkan kesehatan dan keamanan, termasuk
dengan memaksa karyawan melakukan tes deteksi virus.

Walaupun hal ini dapat dipahami, kebijakan tersebut dapat menimbulkan


kecemasan bagi tamu dan karyawan.

Sebagai contoh, aturan untuk melacak perjalanan tamu dapat menimbulkan


perasaan risih karena menyinggung ranah privasi tamu, serta menimbulkan
persepsi mengenai cara hotel melindungi anonimitas dan kerahasiaan tamu.
Mewajibkan tes untuk karyawan, di sisi lain, dapat menjadi bumerang karena
menimbulkan praktik saling tuduh dan curiga, sehingga memperburuk
lingkungan kerja.

Oleh karena itu, penting bagi hotel untuk mempelajari sejauh mana satu
kebijakan dapat menyenggol persoalan-persoalan lainnya.

Kedua, sebagian besar responden percaya bahwa mereka harus menyesuaikan


penawaran produk mereka mereka demi meningkatkan pendapatan.

Beberapa hotel memutuskan untuk menawarkan berbagai paket baru – termasuk


diskon harga – untuk mendongkrak tingkat okupasi dan pemasukan. Manajer
juga menyiasati jasa yang ditawarkan, mulai dari mengurangi frekuensi
membersihkan kamar dari sekali sehari menjadi tiga hari sekali hingga beralih
ke makanan beku, demi memotong ongkos operasional. Selain itu, mereka juga
menawarkan kamar untuk tenaga medis maupun untuk karantina pasien
terinfeksi.

Strategi untuk menyiasati layanan, apalagi dengan memberikan makanan beku


yang dianggap murah dan tak sehat, bisa menodai reputasi hotel. Membuka hotel
sebagai tempat karantina juga bak pedang bermata dua: strategi ini dapat
membangun citra dan reputasi hotel, namun secara bersamaan menurunkan
ekuitas merek dari hotel itu sendiri. Sebab, sangat mungkin terdapat persepsi
bahwa hotel tersebut tidak aman dan bervirus.

Sehingga, ketika mengaplikasikan strategi ini, manajemen hotel harus


menghitung betul apakah keuntungan yang diterima lebih tinggi dari beban dan
risikonya.

Ketiga, semua responden mengungkapkan bahwa hotel yang mereka jalankan


terpaksa mengurangi pekerja.

Mereka harus merumahkan karyawan demi menyeimbangkan kondisi keuangan


mereka. Alternatif lainnya adalah menyediakan cuti dengan atau tanpa
tanggungan. Selain itu, banyak pula manajer yang memilih
mengambil pengurangan gaji sementara demi mempertahankan pekerjaannya.

Keputusan untuk menempuh jalur PHK diambil karena pengurangan ongkos


karyawan merupakan langkah penting dalam menghadapi krisis. Akan tetapi,
keputusan tersebut dapat berujung pada manajemen yang tidak berfungsi dengan
baik. PHK dapat menaikkan tingkat pengangguran dan disrupsi ekonomi, yang
pada akhirnya berpengaruh pada bisnis perhotelan juga.

Perhotelan, serikat kerja, dan pemerintah perlu untuk bekerja sama dalam
mencari solusi.

Industri perhotelan harus bekerja sama dengan para pemegang kepentingan


untuk menemukan solusi dalam menghadapi krisis. Penting untuk memastikan
adanya koordinasi yang kuat antara bisnis, asosiasi, dan pemerintah. Pembuatan
keputusan harus melibatkan baik bisnis maupun asosiasi.

Pada bulan-bulan awal pandemi, interaksi antara para pemegang kepentingan


sangat minim, mengingat masih simpang-siurnya informasi mengenai virus
pada saat itu. Akibatnya, hotel hanya dapat menggantungkan strateginya pada
induk perusahaan atau dengan melihat apa yang dilakukan oleh hotel-hotel lain
di luar negeri. Seiring waktu, situasi ini membaik dan pemerintah mulai
melibatkan bisnis dalam pembuatan kebijakan.

Selain itu, pengelolaan rantai pasok – seperti makanan dan perlengkapan hotel
– perlu ditanggulangi secara efektif karena mereka sangat terpengaruh dengan
kebijakan penutupan perbatasan. Manajer dapat meninggalkan metode “just-in-
time” (membeli material sebelum dibutuhkan) dan hanya berbelanja kala perlu,
mendorong pengadaan barang substitusi dari dalam negeri untuk barang-barang
strategis, serta melakukan percepatan digitalisasi rantai pasok.

Selain itu, seluruh pemegang kepentingan di rantai pasok perlu mengembangkan


kesepakatan baru untuk meningkatkan keberlanjutan bisnisnya,
seperti mendesain ulang struktur pembayaran mereka.

Adapun beberapa strategi lain, diantaranya:

Cara pertama adalah membuat situs pemesanan menjadi lebih mudah diakses
oleh masyarakat lokal dan wisatawan domestik, sehingga mereka mudah
melakukan pemesanan.

Langkah berikutnya adalah membuat paket yang bernilai tinggi bagi konsumen.
Untuk itu mereka bisa bekerja sama dengan sektor lainnya di industri wisata.
Bukan berarti menurunkan harga, tapi menciptakan paket dari harga tertinggi
dalam pentarifan. Kemudian menambah makan, penggunaan sasana kebugaran,
atau paket minum teh ke paket tersebut, sehingga harga tersebut terlihat sangat
ekonomis dan bernilai. Namun jangan lupa memeriksa paket mana yang bekerja
dengan baik dan mana yang tidak.
Gift voucher, Upaya lain yang bisa dilakukan oleh pengusaha hotel adalah mulai
membuat gift voucher yang menarik. Pada masa ini semakin banyak orang yang
memberikan hadiah voucher hotel kepada orang terkasih, atau anggota keluarga.
Bentuknya bisa voucher menginap, voucher spa, atau voucher jamuan teh sore
hari. Voucher tersebut berlaku selama dua tahun atau lebih.

"Selama ini voucher-voucher itu menghasilkan tambahan pemasukan instan


bagi hotel. Dan sebanyak 23 persen voucher ternyata tak pernah digunakan,"
kata Petronzio.

Menurut Petronzio, dalam beberapa pekan terakhir ini dia mencatat kenaikan
pembelian voucher menginap, spa, dan makan di restoran.

Dia menduga, konsumen tersebut berniat memberi hadiah bagi dirinya sendiri,
atau keluarganya, hadiah karena berhasil melewat pandemi Covid-19.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menghadapi krisis yang di
sebabkan oleh COVID-19 seperti Berikut :

• Keamanan

Dalam keadaan normal yang baru, pelancong dan tamu akan membuat tindakan
keselamatan dan kebersihan menjadi prioritas ketika memilih akomodasi
mereka dan mereka akan menuntut klien-hotel kami menerapkan protokol
pembersihan yang ketat untuk menangani virus corona.

• Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah salah satu aspek terpenting ketika memesan hotel.


Kebijakan baru yang beradaptasi dengan perubahan yang tidak terduga, seperti
pertemuan bisnis yang mungkin secara tak terduga berubah atau liburan yang
perlu ditunda karena pembatasan perjalanan yang tiba-tiba diberlakukan, perlu
dikembangkan. Dengan menawarkan fleksibilitas kepada pelanggan, hotel dapat
memberikan tingkat kepercayaan kepada pelanggan mereka yang tidak
diragukan lagi khawatir ketika memesan akomodasi karena ketidakamanan yang
melekat pada kemungkinan situasi isolasi, penutupan perbatasan, dan
pembatalan penerbangan.

• Hospitality

Bukan suatu kebetulan bahwa agen perjalanan online (OTA) menampilkan


informasi penting pada daftar hotel. Hotel harus memastikan bahwa informasi
terperinci disediakan, seperti waktu yang dibutuhkan hotel untuk menjawab
pertanyaan, perincian tentang apa yang termasuk dalam masa inap, situasi hotel
saat ini, dan informasi yang diperluas mengenai langkah-langkah keamanan,
layanan pramutamu, transfer ke dan dari bandara, pengasuh anak-anak, tiket
museum, dll. Selain itu, mereka harus menawarkan penjelasan dan saran tentang
langkah-langkah lokal yang berkaitan dengan pembatasan dan pembatasan
sosial Coronavirus. Semua poin ini sekarang akan menjadi kunci untuk
menghasilkan reservasi. Apa tindakan harus dilakukan di antara perusahaan
industri perhotelan dan pariwisata terbesar? Seperti yang telah kita diskusikan
sebelumnya, ada banyak tindakan yang dapat kita ambil untuk mulai
mengaktifkan sektor hotel dan pariwisata (perhotelan). Beberapa mungkin
melibatkan waktu implementasi yang singkat, sementara yang lain mungkin
memakan waktu berbulan-bulan sampai mereka siap. Tujuan daftar ini tidak
harus menyebutkan yang terbaik, dan meskipun kami menyebutkan beberapa
tindakan yang jelas, kami juga ingin menekankan beberapa langkah inovatif
yang mungkin tidak diperlukan tetapi dapat benar-benar membuat atau
menghancurkan keputusan pelancong untuk menginap di hotel Anda selama
periode “normal baru” ini. Untuk membantu menghasilkan daftar ini, kami telah
membaca pengumuman resmi dari beberapa jaringan hotel internasional seperti
IHG, Marriott atau Hyatt. Selain itu, kami telah berkonsultasi dengan organisasi
seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC). Dari informasi ini kami telah mengambil langkah-
langkah yang paling diminta dari Pihak Hotel adalah:
Tindakan Fleksibilitas

• Perbarui kebijakan pembatalan, termasuk tindakan baru khusus untuk


epidemi, bencana alam, dan berbagai tingkat peringatan internasional.

• Menawarkan pembatalan gratis terhadap pembatasan lokal,


internasional, atau untuk pembatalan acara besar.

• Izinkan modifikasi hingga 24 jam sebelum kedatangan untuk pemesanan


prabayar saat ini dan di masa depan.

• Menawarkan kenyamanan dengan peningkatan yang lebih fleksibel yang


memungkinkan para tamu untuk memiliki ruang yang lebih baik untuk
dapat bekerja dari dan memiliki lebih banyak ruang dalam hal karantina
yang tidak terduga.

• Menjadi fleksibel dengan waktu check-in dan check-out akan membantu


mencegah tamu Anda menunggu di jalan atau di area umum
menghabiskan waktu yang tidak perlu dalam jarak dekat dengan orang
lain karena jalur besar.

Hospitality

• Beberapa jaringan hotel besar menawarkan perawatan medis 24/7 bagi


tamu mereka dan menampilkan layanan dan perjanjian asuransi ini untuk
tamu sebagai cara membangun kepercayaan dan kepercayaan.

• Buat panduan komprehensif tindakan hotel untuk mencegah infeksi


COVID-19 dan membuatnya mudah tersedia di situs web hotel.

• Kirimkan pesan inklusi sosial yang menghadapi COVID-19 tanpa


membuat perbedaan antara kebangsaan, ras atau asal geografis.

• Bantu para tamu dengan semua persiapan mereka sebelum kedatangan


dan buat panduan tentang hal-hal yang harus dilakukan selama mereka
tinggal yang melibatkan vendor yang resmi dan tepercaya oleh hotel.
Keamanan

• Saat ini, penting untuk menyampaikan kepada tamu Anda bahwa Anda
selalu berkomunikasi dengan pihak berwenang setempat.

• Buat daftar pelancong yang mencatat sejarah perjalanan terakhir oleh


tamu dan karyawan.

• Hindari tamu Anda yang perlu menggunakan transportasi umum dengan


memastikan transfer ke akomodasi dari bandara dan stasiun, seperti hotel
ini.

• Sering-seringlah menyediakan layanan binatu seragam dan membuat


protokol binatu internal untuk diikuti semua staf.

• Tempat tidur sangat penting, sehingga peninjauan seluruh proses


pembersihan tempat tidur dan linen sangat dianjurkan.

• Gunakan disinfectan dan hand sanitizer yang diakui oleh otoritas terkait.
Ini beberapa sudah diakui.

• Buat protokol untuk epidemi atau karantina.

• Latih tim Anda untuk mengidentifikasi kemungkinan gejala yang


disebabkan oleh COVID19.

• Tinjau kriteria desain Anda (Pencegahan Kejahatan Melalui Desain


Lingkungan), di mana pintu masuk terbatas dan mengarah ke
penerimaan.

• Menerapkan sistem kontrol suhu.

• Sistem ventilasi harus direvisi dengan protokol pemeliharaan khusus


yang meningkatkan frekuensi desinfeksi.

• Meminta pemasok eksternal untuk mematuhi langkah-langkah


kebersihan dan keselamatan yang setara.
Bagaimana dengan tim? Terlepas dari kenyataan bahwa banyak dari langkah-
langkah tersebut di atas juga mencari keselamatan tim hotel dalam “normal
baru” ini, penting untuk menjaga karyawan bersatu dan termotivasi. Dengan
mengingat hal ini, beberapa rekomendasi yang kami buat dari Cohosting adalah:

• Terus beri tahu tim tentang evolusi dan ekspektasi bisnis hotel.

• Kesatuan. Gunakan alat teknologi sehingga mereka merasa bersatu


bahkan jika beberapa anggota tim mungkin bekerja dari rumah. Penting
untuk tidak menghentikan pertemuan harian dan komunikasi rutin
dengan staf

• Manfaatkan periode lambat untuk melatih tim Anda, apakah mereka tim
yang menghadapi publik atau mereka yang bekerja di back office.

• Libatkan anggota staf dalam tindakan yang diambil untuk mencegah


COVID19

Jadi kami menarik kesimpulan bahwa sampai saat ini hotel harus memikirkan
untuk mengurangi biaya sebanyak mungkin, tetapi dalam beberapa minggu dan
bulan mendatang, kami harus menerima situasi ini sebagai “normal” dan mulai
menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan pemesanan. Kita hidup
dalam situasi yang unik di mana kita harus bereaksi dengan cepat dan secara
sosial bertanggung jawab sambil selalu mencari keselamatan tamu dan
karyawan kita.

Anda mungkin juga menyukai