oleh:
Taufik ‘Irfanudin
2016122088
Manajemen
NUSA MEGARKENCANA
YOGYAKARTA
2022
Permasalahan Yang Dihadapi Pada Industri Perhotelan Saat Pandemi
Covid-19
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia mencatat saat ini sudah ada
1.642 hotel di seluruh Indonesia yang terpaksa tutup karena wabah Covid -19.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi
Sukamdani menyebutkan bahwa dari 1.642 hotel tersebut, hotel yang paling
banyak tutup ada di Jawa Barat sebanyak 501 hotel, disusul oleh Bali sebanyak
281 hotel, dan Jakarta 100 hotel. Dengan adanya penutupan hotel-hotel tersebut,
industri pariwisata berpotensi kehilangan pendapatan hingga puluhan triliun.
“Dari wisatawan asing potential loss-nya bisa sampai Rp60 triliun, sementara
dari wisatawan asing yang datang ke hotel bisa sampai Rp30 triliun,” ujarnya
melalui konferensi video, Kamis (16/4/2020). (www.ekonomi.bisnis.com).
Namun masih terdapat beberapa alasan hotel tetap dapat beroperasi ditengah
pandemic covid-19 ini, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Hotel tidak dalam lokasi yang rawan penyebaran Covid-19. Contoh di sampit
Kalimantan, hotel tetap beroperasi seperti biasa, karena berada jauh dari
keramaian. Jumlah penerbanganpun terbatas.
b. Hotel ditetapkan sebagai tempat tinggal para tenaga medis dari rumah sakit
yang ditunjuk pemerintah sebagai pusat kesehatan dalam menghadapi covid-19.
Akomodasi ini bagi para dokter dan tenaga medis lainnya disediakan mengingat
factor jarak dengan tempat tinggal mereka serta mejaga agar tidak terjadi
penyebaran saat mereka berinteraksi setelah pulang dari rumah sakit.
d. Restoran hotel dijadikan tempat untuk catering dari rumah sakit atau
penjualan makanan online untuk daerah sekitar.
Tidak terkecuali bisnis hotel yang ada di Kota Yogyakarta, dilansir dari
(timesindonesia.co,id,)puluhan hotel di Jogja terpaksa berhenti beroperasi
lantaran rendahnya tingkat okupansi wisatawan. Kepala Dinas Pariwisata
Yogyakarta, Singgih Raharjo menyebut saat ini Jogja memasuki kondisi darurat
pariwisata. Salah satu indikatornya tutupnya sejumlah hotel. "Tercatat ada
sebanyak 60 hotel yang saat ini berhenti beroperasi. Ini belum terhitung dengan
usaha terkait lainnya di bidang pariwisata (jogja.suara.com).
Menurut data BPS Pada Bulan Februari 2021 tidak ada kunjungan
wisatawan mancanegara ke D.I. Yogyakarta melalui pintu masuk Bandara
Internasional Yogyakarta. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di
Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Januari 2021 sebesar 26,87 persen. Rata-
rata lama menginap tamu di hotel bintang pada Bulan Januari 2021 mencapai
angka 1,47 hari. Jumlah kedatangan penumpang melalui Bandara Adisutjipto
dan Bandara Internasional Yogyakarta pada Bulan Februari 2021 tercatat 45.440
penumpang, sedangkan jumlah keberangkatan penumpang pada Bulan Februari
2021 sebanyak 43.531 penumpang. Hal ini tentunya sangat jauh bila
dibandingkan dengan data pada tahun 2019 saat belum terkena imbas dari
pandemi.
tahun 2019 sebesar 53,90 persen versus April 2020 yang hanya 12,67 persen.
Pada Juni 2020 hunian mengalami kenaikan hanya 19,70 persen. Padahal
operasional hotel dapat bernafas lega jika pertumbuhannya mencapai 50 persen.
Selama pandemi dari mulai tahun 2020, Indonesia telah membuat aturan
kebijakan pembatasan untuk bepergian ke dan dari negara-negara yang masuk
dalam zona merah penularan selama pandemi COVID-19 dengan tujuan untuk
memutus mata rantai penularan Covid-19, langkah ini mengikuti kebijakan yang
telah lebih dulu dilaksanakan oleh beberapa negara. Kebijakan pembatasan ini
memberikan dampak terhadap jadwal penerbangan, beberapa maskapai
melakukan pembatalan terbang dan sebagian maskapai lagi terpaksa tetap
melaksanakan penerbangan meskipun sebagian besar bangku pesawatnya tidak
terisi demi pemenuhan hak pelanggan. Para pelanggan sebagian besar juga
melakukan cancel atas order tiket penerbangan dikarenakan semakin
mewabahnya sebaran Virus Covid-19.
Jika menurut provinsi maka ada lima provinsi yang memiliki hotel
bintang terbanyak yang pertama adalah Bali sebanyak 507 hotel, kemudian Jawa
Barat 495 hotel. Selanjutnya diikuti oleh Jakarta sebanyak 397 hotel, Jawa
Tengah dengan 311 hotel dan terakhir adalah Jawa Timur dengan 258 hotel.
Sebanyak 281 hotel yang terdapat di Bali tutup akibat Covid-19 (PHRI, 7 April
2020) atau sekitar 55% dari jumlah hotel di Bali terdampak oleh pandemi.
Data yang didapat dari BPS menyatakan sektor akomodasi, makanan dan
minuman mengalami penurunan paling banyak yaitu sebesar 92,47% dan
perusahaan – perusahaan di provinsi Bali paling terdampak dalam penurunan
pendapatan yaitu sebesar 92,18%. Kunjungan wisman pada triwulan II-2020
langsung tercatat mengalami penurunan sedalam -99,97 persen (y-on-y) setelah
sebelumnya mencapai 1,51 juta kunjungan. Penurunan nilai tambah juga
terkonfirmasi dari turunnya rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) hotel.
Rata-rata TPK hotel berbintang pada triwulan II-2020 tercatat sebesar 2,45
persen, turun sedalam -95,46 persen jika dibandingkan dengan rata-rata TPK
hotel berbintang triwulan II-2019 yang sebesar 53,99 persen.
Berdasarkan uraian hasil analisis ini saja sudah terlihat dampak pandemi
COVID-19 terhadap hotel-hotel yang ada. Sebab bisnis hotel sangat bergantung
terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tempat dimana hotel
tersebut berada. Dimana dengan adanya pandemi pengunjung wisatawan ke
Yogyakarta juga sangat berkurang, sehingga fenomena kerugian atau bahkan
kebangkrutan yang dialami oleh sebuah hotel yang sangat pemasukannya sangat
bergantung kepada jumlah wisatawan yang berkunjung akan menjadi hotel yang
paling terdampak dari adanya pandemic Covid-19 ini. Harapan besar para
pemilik maupun management hotel adalah beberapa relaksasi yang menjadi fix
cost tiap bulannya seperti keringanan pajak, biaya listrik bahkan relaksasi dana
pinjaman bank. Hal ini sudah sering disuarakan melalui ketua PHRI DIY
ataupun melalui menyurati Gubernur dan Bupati melalui pejabat tingkat
Kabupaten Kota dan juga Pemda DIY.
didapatkan oleh masyarakat. Hal ini tentunya menjadi keresahan sendiri dari
pihak Hotel Grand Orchid Yogyakarta untuk tetap bisa bertahan di saat pandemi.
Melakukan Inovasi
Siapa yang tidak suka dengan promosi? Rasanya, hampir semua orang pasti
menyukainya, bukan? Jika ingin bisnis tetap bertahan selama maupun setelah
pandemi, Anda bisa menawarkan promo untuk menarik pengunjung.
Sebagai contoh, di tengah pandemi justru banyak orang yang mengadakan acara
pernikahan karena tidak perlu mengundang banyak orang. Moment ini bisa
dimanfaatkan dengan memberikan harga promosi yang jauh lebih murah.
Dengan begitu, banyak orang yang akan tertarik untuk mengadakan resepsi di
gedung, apalagi biayanya tidak terlalu besar. Selain untuk acara pernikahan, bisa
juga event besar lainnya, seperti ulang tahun, rapat, dan sebagainya.
Hotel yang menyediakan layanan work from hotel ini memang sedang tren.
Bahkan, beberapa juga memberikan layanan food delivery dari produk restoran
yang dimiliki. Adanya fasilitas seperti ini, tentu mampu menarik minat
pengunjung.
Selama pandemi, banyak hotel yang digunakan sebagai tempat karantina setelah
melakukan perjalanan ke luar negeri. Untuk menarik pengunjung bisa
menyediakan paket lengkap, seperti makanan, pengecekan kesehatan selama
karantina, dan fasilitas pendukung lainnya.
Menjaga Kebersihan Sesuai Protokol Kesehatan
Meskipun pandemi semakin menurun, tetap saja harus menjaga dan jangan
sampai lengah sedikit saja. Berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku,
setiap pelaku industri pariwisata harus menerapkan protokol kesehatan.
Maka dari itu, pastikan seluruh ruangan hotel aman dan bebas dari bahaya virus.
Lakukan desinfektan lingkungan hotel secara rutin, meminimalkan biaya
operasional, pemeriksaan tubuh pengunjung, menggunakan masker, hindari
berjabat tangan, dan selalu mengecek kondisi karyawan dengan melakukan tes
COVID-19 secara berkala. Dengan begitu, pengunjung akan merasa aman dan
nyaman ketika menginap di hotel tersebut.
Melakukan Kolaborasi
Seperti yang sudah disampaikan, agar bisnis tetap berjalan lancar harus
dilakukan inovasi baru. Di tengah pandemi mewajibkan setiap orang harus
menjaga jarak dan membatasi kontak secara langsung. Sekalipun pandemi sudah
berangsur membaik, sebaiknya tetap mengikuti protocol kesehatan.
Sebagai contohnya, para pengunjung bisa langsung booking secara online. Hal
ini juga membantu mengurangi kontak fisik dengan orang lain. Tersedia layanan
food delivery agar pengunjung bisa memesan makanan dengan mudah.
Bisnis hotel, kata Maulana, melihat peluang Work From Home (WFH)
untuk membantu meningkatkan permintaan di tengah pandemi. Salah satunya
dengan menawarkan berbagai paket seperti untuk staycation, agar masyarakat
bisa bekerja sambil berlibur.
1. Strategi Pivoting
Contoh strategi yang bisa diterapkan adalah menyediakan opsi limited meeting.
Atau menjalin kerja sama dengan wedding organizer untuk menyelenggarakan
pernikahan di tengah pandemi, sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat.
Selain itu, para pelaku industri perhotelan juga bisa memberikan layanan-
layanan lain yang dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti catering atau bahkan
kelas yoga berbayar sebagai salah satu fasilitas.
2. Strategi Positioning
Selain memberikan promo dan paket khusus, pihak perhotelan pun sudah harus
dilengkapi dengan sertifikat CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety,
and Environmental Sustainability) agar wisatawan yang datang menginap
merasa lebih aman dan nyaman.
3. Contactless experience
Seperti yang kita tahu, pandemi mengharuskan kita untuk menjaga jarak dan
membatasi kontak langsung dengan orang lain. Oleh karena itu, satu strategi
yang patut diterapkan pada industri akomodasi wisata agar dapat bertahan di
tengah pandemi adalah contactless experience.
Interaksi antara karyawan hotel dan tamu merupakan hal yang penting dalam
memastikan kebutuhan tamu terpenuhi. Sayangnya, pandemi menghalangi
interaksi tersebut dan membuat manajer terpaksa menerapkan tindakan
keamanan yang ketat untuk meningkatkan kesehatan dan keamanan, termasuk
dengan memaksa karyawan melakukan tes deteksi virus.
Oleh karena itu, penting bagi hotel untuk mempelajari sejauh mana satu
kebijakan dapat menyenggol persoalan-persoalan lainnya.
Perhotelan, serikat kerja, dan pemerintah perlu untuk bekerja sama dalam
mencari solusi.
Selain itu, pengelolaan rantai pasok – seperti makanan dan perlengkapan hotel
– perlu ditanggulangi secara efektif karena mereka sangat terpengaruh dengan
kebijakan penutupan perbatasan. Manajer dapat meninggalkan metode “just-in-
time” (membeli material sebelum dibutuhkan) dan hanya berbelanja kala perlu,
mendorong pengadaan barang substitusi dari dalam negeri untuk barang-barang
strategis, serta melakukan percepatan digitalisasi rantai pasok.
Cara pertama adalah membuat situs pemesanan menjadi lebih mudah diakses
oleh masyarakat lokal dan wisatawan domestik, sehingga mereka mudah
melakukan pemesanan.
Langkah berikutnya adalah membuat paket yang bernilai tinggi bagi konsumen.
Untuk itu mereka bisa bekerja sama dengan sektor lainnya di industri wisata.
Bukan berarti menurunkan harga, tapi menciptakan paket dari harga tertinggi
dalam pentarifan. Kemudian menambah makan, penggunaan sasana kebugaran,
atau paket minum teh ke paket tersebut, sehingga harga tersebut terlihat sangat
ekonomis dan bernilai. Namun jangan lupa memeriksa paket mana yang bekerja
dengan baik dan mana yang tidak.
Gift voucher, Upaya lain yang bisa dilakukan oleh pengusaha hotel adalah mulai
membuat gift voucher yang menarik. Pada masa ini semakin banyak orang yang
memberikan hadiah voucher hotel kepada orang terkasih, atau anggota keluarga.
Bentuknya bisa voucher menginap, voucher spa, atau voucher jamuan teh sore
hari. Voucher tersebut berlaku selama dua tahun atau lebih.
Menurut Petronzio, dalam beberapa pekan terakhir ini dia mencatat kenaikan
pembelian voucher menginap, spa, dan makan di restoran.
Dia menduga, konsumen tersebut berniat memberi hadiah bagi dirinya sendiri,
atau keluarganya, hadiah karena berhasil melewat pandemi Covid-19.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menghadapi krisis yang di
sebabkan oleh COVID-19 seperti Berikut :
• Keamanan
Dalam keadaan normal yang baru, pelancong dan tamu akan membuat tindakan
keselamatan dan kebersihan menjadi prioritas ketika memilih akomodasi
mereka dan mereka akan menuntut klien-hotel kami menerapkan protokol
pembersihan yang ketat untuk menangani virus corona.
• Fleksibilitas
• Hospitality
Hospitality
• Saat ini, penting untuk menyampaikan kepada tamu Anda bahwa Anda
selalu berkomunikasi dengan pihak berwenang setempat.
• Gunakan disinfectan dan hand sanitizer yang diakui oleh otoritas terkait.
Ini beberapa sudah diakui.
• Terus beri tahu tim tentang evolusi dan ekspektasi bisnis hotel.
• Manfaatkan periode lambat untuk melatih tim Anda, apakah mereka tim
yang menghadapi publik atau mereka yang bekerja di back office.
Jadi kami menarik kesimpulan bahwa sampai saat ini hotel harus memikirkan
untuk mengurangi biaya sebanyak mungkin, tetapi dalam beberapa minggu dan
bulan mendatang, kami harus menerima situasi ini sebagai “normal” dan mulai
menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan pemesanan. Kita hidup
dalam situasi yang unik di mana kita harus bereaksi dengan cepat dan secara
sosial bertanggung jawab sambil selalu mencari keselamatan tamu dan
karyawan kita.