Anda di halaman 1dari 11

Samuka Vol …. No ..... : hlm………...

SAMUKA
Jurnal Samudra Ekonomika
https://ejurnalunsam.id/index.php/jse
MODEL KETERKAITAN FEAR OF COVID-19, TRAVEL ANXIETY,
TERHADAP TRAVEL INTENTION MENGGUNAKAN VARIABEL
INTERVENING RISK ATTITUDE DI ERA NEW NORMAL

(SURVEI PADA WISATAWAN YANG BERDOMISILI DI SUMATERA


BARAT)

Verinita Arsya1 , 2Putri Habibah


e-mail: 1verinitaarsya@gmail.com 2Putrihabibqh@gmail.com
Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Jl. Rangkayo Rasuna Said, Kubu Gadang, Kec. Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh,
Sumatera Barat 26218

Fakultas Ekonomi Kampus II, Universitas Andalas, Payakumbuh

Received: ………….; Accepted: ……………..; Published: ………………..

Abstract
Sektor pariwisata berperan penting sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan kemunculan COVID-19
mengakibatkan runtuhnya pariwisata danserta sektor lainnya. COVID-19 berdampak
negative terhadap industry pariwisata baik dalam hal operasional dan ekonomi. Hal ini
memaksa perubahan kondisi dari era normal menjadi era new normal. Yang tentu saja
akan menyebabkan perubahan perilaku masyarakat ketika berwisata. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sikap para wisatawan ketika memiliki niat untuk
mengunjungi suatu destinasi wisata. Data pada penelitian ini diperoleh melalui kuesioner
yang disebarkan secara online kepada 210 responden yang berdomisili di lima
kabupaten/kota dengan kunjungan wisata tertinggi di Provinsi Sumatera Barat. Data
diolah dengan secara kuantitatif menggunakan SMART-PLS 3.0. Pada penelitian ini
diperoleh hasil bahwa ketakutan masyrakat untuk bewisata pada era new normal tidak
separah pada pandemi ini masih hangat-hangatnya.pada era new normal masyarakat
tetap melakukan perjalanan wisata meskipun memiliki kecemasan dan resiko akan tetap
terdampak COVID-19.

Key words : New Normal, Fear of COVID-19, Travel Anxiety, Risk Attitude, Travel
Intention

PENDAHULUAN
Pada tahun 2020 dunia digemparkan dengan merebaknya jenis virus baru yaitu
Coronavirus yang menyebabkan penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Diketahui,
virus ini muncul sejak akhir tahun 2019 dan diduga berasal dari Wuhan, Cina. Tidak
membutuhkan waktu lama, dari rentang waktu Januari hingga Juni 2020 virus ini telah
menyebar hampir keseluruh dunia. Sehingga, pada pertengahan bulan Maret tahun 2020 World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit ini merupakan sebuah pandemi.
Virus ini ditularkan melalui kontak langsung melalui percikan dahak dari orang yang
terinfeksi (melalui batuk dan bersin) virus COVID-19, dan jika menyentuh permukaan yang
telah terkontaminasi virus COVID-19. Virus ini dapat bertahan selama beberapa jam di
permukaan, tetapi jika disemprotkan dengan disinfektan sederhana dapat membunuh virus ini.
Apabila seseorang telah terinfeksi terkena penyakit ini, biasanya ditandai dengan gejala yang
hampir sama dengan flu biasa, seperti demam dan batuk tetapi dapat lebih parah seperti sesak
nafas, kehilangan penciuman dan dapat menyebabkan pneumonia atau kesulitan bernapas.
Walaupun jarang terjadi, jika berakibat fatal penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Akibat dari banyaknya orang-orang yang terpapar virus penyebab COVID-19 ini,
berbagai negara di dunia mulai memutar otak untuk dapat menghentikan penyebaran virus ini.
Untuk pertama kalinya, beberapa negara di dunia mulai memberlakukan penutupan wilayah
(lock down) baik itu antar negara maupun antar kota atau daerah di negara tersebut. Akibat dari
hal ini, seluruh sarana transportasi yang ada dilarang untuk beroperasi, pergerakan sosial
masyarakat pun mulai dibatasi, masyarakat mulai disarankan untuk bekerja, beribadah, sekolah,
dan melakukan pekerjaan lainnya dari rumah. Selain itu virus ini juga menyebabkan pembatalan
konser, event, penutupan tempat hiburan bahkan penutupan destinasi wisata. Karena adanya
penutupan wilayah (lockdown) akan mempengaruhi kinerja beberapa sektor, seperti: sektor
wisata, manufactur, ekonomi, transportasi, sosial dan pangan.
Padasektor wisata, pandemi ini mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan. Menurut
UNWTO (2020) memperkirakan jumlah penurunan wisatawan Internasional atau mancanegara
pada tahun 2021 berkurang antara 850 juta orang hingga 1,1 miliar orang, hal ini mengakibatkan
kerugian yang ditaksir antara US$910 miliar hingga US$1,2 triliun.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi pandemi di dunia, Hingga pada tanggal 14 September
2021, di Indonesia telah mencapai 4,17 juta kasus, hal ini menempatkan Indonesia di peringkat
ke-17 negara dengan kasus COVID-19 terbanyak didunia serta merupakan negara dengan
peringkat ke-4 jumlah kasus tertinggi di Asia (Woldometers, 2021). Untuk menekan jumlah
kasus ini, sebelumnya pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi
penularan wabah ini. Diantaranya adalah dengan melakukan penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), lock down wilayah, dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM). Karena ditetapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
lockdown, dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menyebabkan
penurunan aktivitas masyarakat secara global, termasuk aktivitas wisata.
Padasurvei yang dilakukan oleh Kemenpar (Kementriaan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif) pada tahun 2020, menyatakan bahwa pandemi ini mengakibatkan lebih 92% dari 5.242
orang yang memiliki pekerjaan pada sektor pariwisata kehilangan pekerjaannya. Kementriaan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mengatakan bahwa sektor usaha yang paling terdampak
saat pandemi ini mewabah adalah sebanyak 87,3% akomodasi, 9,4% transportasi, 2,4% restoran,
dan sebanyak 0,97% merupakan jenis atau bidang usaha lainnya. Bidang usaha tersebut seperti:
toko souvenir, spa, dan pelayanan jasa pariwisata lainnya.
Berdasarkan hal ini Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan lock down tidak dapat dilakukan secara terus
menerus karena hal ini akan menghambat perputaran roda perekonomian yang ada. Untuk
mengembalikan perekonomian agar tidak semakin buruk, pada tahun 2020 WHO (World Health
Organization) telah mengeluarkan pedoman untuk transisi hidup yang baru selama
pandemi ini terjadi, hal ini lebih dikenal dengan istilah era new normal.
Di Indonesia pemerintah telah memberlakukan kehidupan baru atau yang lebih dikenal
dengan era new normal sejak tanggal 29 Mei 2020. Penerapan aturan new normal ini diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri usaha.
yang ditandai dengan pelonggaran aktivitas sosial masyarakat. Pelonggaran aktivitas masyarakat
ini harus tetap dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti: menjaga jarak satu sama lain
minimal satu meter, menggunakan masker dan menghindari kerumunan. Karena angka kasus
terpapar virus corona masih berlangsung, kebijakan ini diluruskan sebagai “Adaptasi Kebiasaan
Baru” (Era New Normal) ditengah pandemi COVID-19 (Kemenkes RI , 2020)
New normal merupakan perubahan perilaku agar tetap beraktivitas normal serta
ditambahkan dengan penerapan protocol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan wabah
COVID-19 (Compas.com 2020). Untuk lebih jelasnya new normal adalah kegiatan/sikap
melanjutkan kebiasaan yang selama ini dilakukan tetapi menambahnya dengan menerapkan
protocol kesehatan. Era new normal akan membawa perubahan terhadap minat wisatawan.
Tentu saja nantinya wisatawan akan lebih mengedepankan aspek keamanan dan kesehatan untuk
setiap perjalanan wisatanya. Perubahan perilaku dalam berwisata ini harus diantisipasi oleh
seluruh pemangku kepentingan dengan menciptakan inovasi dan meningkatkan daya saing
sebagai respons terhadap perubahan di era new normal (Nasution, 2020).
Pada era ini akan terjadi perubahan perilaku yang mendasar dari wisatawan. Nantinya
wisatawan akan lebih mengedepankan faktor kebersihan, kesehatan dan keselamatan serta
keamanan atau Cleanlines, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) sehingga
industri pariwisata harus dapat beradaptasi untuk dapat meyakinkan wisatawan bahwa fasilitas
mereka dapat memenuhi standar yang diinginkan wisatawan, terutama standar kesehatan dan
keamanan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lee et al., (2020), mengatakan bahwa sektor
pariwisata di Malaysia sangat berdampak terhadap pandemi COVID-19 ini, pada bulan Mei
2020 saja terdapat sekitar 170.085 kamar hotel di cancel oleh calon wisatawan negara ini. Hal ini
mengakibatkan kerugian pada bidang pariwisata di Malaysia. Selain itu berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Chebli (2020) mengenai perubahan perilaku wisatawan selama pandemi
COVID-19 didapat kesimpulan bahwa wabah COVID-19 ini sangat berpengaruh secara
signifigan terhadap perubahan perilaku wisatawan, dimana mereka lebih memilih untuk
melakukan perjalanan wisata ke daerah yang lebih dekat dan tidak terlalu terkenal. Sehingga
akan mengurangi potensi untuk tertular COVID-19. Dari hal ini juga terlihat bahwa mereka
lebih mengutamakan kesehatan dan kualitas dari kebersihan destinasi wisata itu sendiri,
menghindari kerumunan atau keramaian dan tentu saja mengutamakan asuransi perjalan wisata.
Sama halnya dengan kondisi yang terjadi di global maupun di Nusantara di Provinsi
Sumatera Barat sendiri jumlah wisatawan mancanegara juga mengalami penurunan yang
signifigan. Berikut ini disajikan tabel yang memperlihatkan penurunan kunjungan wisatawan
mancanegara ke Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2019-2020.
Tabel 1. Wisatawan mancanegara ke Sumatera Barat Melalui BIM 2019-2020

Kebangsaan/Nationality 2019 2020


Malaysia 46.730 8.831
Australia 3.069 296
Singapura 598 88
Perancis 670 137
Amerika Serikat 707 86
Inggris 436 45
Tiongkok 416 255
Jerman 310 54
Jepang 290 60
India 176 19
Lain-lain 7.729 1.004
Jumlah/Total 61.131 10.875
Source: BPS (2020)
Terlihat pada Tabel1 jumlah kunjungan tahun 2019 sebesar 61.131 kunjungan wisatawan turis
mancanegara, tetapi tahun 2020 menurun drastis menjadi 10.875. Dari data diatas terlihat bahwa
terjadi penurunan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 50.256 orang yang berkunjung ke
Sumatera Barat selama pandemi ini berlangsung.

Tabel 2. Lima kunjungan wisatawan tertinggi nusantara ke 5 kabupaten/kota di Sumatera Barat

Kabupaten/Kota 2018 2019 2020


1. Kota Padang 1.877.313 843.296 2.621.929
2. Kota Bukittinggi 547.976 933.609 1.471.542
3. Kab Solok 228.572 120.411 734.450
4. Kab Agam 338.547 756.750 664.318
5. Lima Puluh Kota 251.053 639.840 654.334
Total 3.243.461 3.293.906 5.546.573
Source: BPS (2020)
Berbeda dengan kunjungan turis mancanegara, kunjungan wisatawan turis nusantara ke
beberapa Kota/Kab yang ada di provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari tahun 2018
hingga tahun 2020. Terlihat pada tahun 2020 kunjungan turis nusantara ke Kota padang
mengalami peningkatan sebesar 2.621.929, ke Kota Bukittinggi sebanyak 1.471.542, ke
Kabupaten Solok sebanyak 734.450, dan ke 50 Kota sebanyak 654.334.meskipun pada
Kabupaten Agam mengalami sedikit penurunan tetapi tidak melunturkan semangat turis
nusantara lainnya untuk berkunjung ke Kabupaten Agam. Meski berbeda dengan ke empat
Kabupaten dan Kota lain dengan kunjungan wisata nusantara tertinggi di Sumatera Barat. Dari
data dan penjabaran diatas terlihat bahwa orang-orang seperti tidak memiliki ketakutan,
kecemasan dan tidak takut akan resiko dari COVID-19. Mereka tetap melakukan kunjungan
perjalan meskipun berada di fase new normal yang notabenenya masih ada virus penyebab
COVID-19 ini di Indonesia. Hal ini sejalan oleh penelitian yang dilakukan oleh Jian Ming Luo
and Chi Fung Lam yang menunjukkan bahwa ketakutan akan COVID-19, kecemasan perjalanan,
dan sikap berisiko berdampak negatif terhadap niat perjalanan. Artinya, meskipun berada pada
situasi pandemi, orang-orang tidak memiliki ketakutan, kecemasan dan sikap berisiko terhadap
niat mereka untuk melakukan suatu perjalanan.
Karena adanya pandemic COVID-19 ini mengakibatkan perubahan perilaku pembelian
wisata di dunia maupun di Indonesia sendiri. Masalah keamanan serta kesehatan berpengaruh
terhadap perilaku pembelian wisatawan yang nantinya akan nerpengaruh dalam hal pengambilan
keputusan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata. Wisatawan akan memilih tujuan yang
dapat memenuhi ekspektasi mereka, tentu saja pilihan yang lebih bermanfaat untuk mereka.
Manfaat tersebut dapat berasal dari keamanan perjalanan mereka, resiko terpapar COVID-19
yang rendah dan tentu saja resiko biaya yang rendah pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Seabra, Dolnicar, Abrantes, & Kastenholz, (2013) yang menyatakan bahwa
apabila seorang turis tidak merasa aman di tempat tujuan mereka, Maka akan menghasilkan
kesan perjalanan yang negative bagi mereka. Karena sifat dan karakteristik wisata yang unik,
pariwisata sangat rentan terhadap persepsi risiko dari pada produk lainnya.
Risiko yang berkaitan dengan pariwisata ialah risiko yang dirasakan selama proses
pembelian wisatawan dalam hal tujuan dan proses perjalanan. Risiko yang dirasakan memiliki
dampak pada pembelian perilaku wisatawan dan niat mereka untuk berkunjung kembali.
Luo & Lam (2020) berpendapat bahwa keadaan emosi juga berpengaruh terhadap
perilaku dan keputusan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata pada era new normal.
Keadaan emosi ini seperti rasa takut pada COVID-19 (fear of covid 19), kegelisahan berwisata
(travel anxiety), sikap terhadap risiko yang akan muncul (risk attitude) dan keinginan
melakukan perjalanan wisata (travel intention)
Kellerman et all., (2013) mengemukakan bahwa ketakutan merupakan salah satu emosi
yang melibatkan perasaan yang subjektif, perilaku motoric ekspresif, gairah fisiologis dan
kecendrungan prilaku. Mereka juga mengemukakan bahwa emosi bukanlah sebuah fenomena
sederhana. Selain ketakukatan emosi lainnya dapat berupa kegembiraan, penerimaan, kejutan,
kemarahan, jijik dan harapan. Menurut Hoog (2008) secara umum ketakukan berarti sebuah
emosi yang dipicu oleh bahaya dan rasa sakit. Ketakutan terhadap virus corona berarti sebuah
emosi yang subjectif yang dipicu oleh rasa tidak aman seseorang atau kesadaran akan bahaya
terhadap virus corona itu sendiri. Hal ini bisa saja terjadi karena melihat orang disekitar mereka
yang terpapar virus kesakitan bahkan sampai meninggal dunia.
Menurut Dowling & Staelin (1994) kecemasan merupakan ketakutan atau konsekuensi
negatif. Ketika seseorang akan melakukan suatu tindakan/melakukan suatu pembelian yang
berisiko, Konsumen akan menerima konsekuensi atas keputusan perilaku mereka, konsekuensi
yang tidak diketahui ini akan menciptakan kecemasan bagi mereka. Secara lebih luas, kecemasan
merupakan perasaan gugup, khawatir, stress, takut, panik, frustasi dan canggung yang diderita
seseorang sebelum kepastian datang. Akibat dari ketidakpastian ini mereka harus mengevaluasi
berbagai factor. Beberapa orang bisa menganggap keputusan mereka akan mengakibatkan hal
menyenangkan terjadi, maupun akan mengakibat hal buruk terjadi. Karena kemungkinan dari
ketidakpastian hal buruk inilah kecemasan itu terjadi. Kecemasan adalah gangguan yang
membutuhkan tindak lanjut jangka panjang setidaknya satu bulan setelah COVID-19 (Uzunova
et al., 2021).
Menurut Hillson (2007) sikap berisiko merupakan pola pikir pada perilaku pada perilaku
pengambilan risiko dibawah lingkungan yang tidak pasti (lingkungan yang berisiko). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Zenker & Gyimóthy (2021) mereka mengatakan bahwa risk
attitude memiliki pengaruh terhadap Anxiety Travel Scale yakninya wisatawan akan termotivasi
untuk menghindari ancaman dan menyelematkan dirinya untuk menghindari risiko yang terjadi
selama perjalan wisata.
Menurut Kim & Go (2008) niat adalah sesuatu hal yang melibatkan perilaku manusia
yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Niat juga berkaitan dengan seberapa
ingin seseorang untuk melakukan sesuatu yang telah mereka rencanakan. Niat merupakan suatu
kemauan wisatawan ketika akan mengunjungi suatu destinasi wisata. Menurutnya juga niat
memiliki pemahaman yang sama dengan suatu pembelian dan sikap terhadap sebuah produk.
Jadi niat merupakan suatu sikap yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu tujuan.
Menurut Jang et al., (2009) niat berwisata merupakan sebuah kesempatan yang dimiliki
oleh wisatawan dapat berubah-ubah atau tidak absolut sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi tindakan serta resolusi akhir dari wisatawan tersebut.
Dari penjelasan mengenai latar belakang dan permasalahan yang ada, diperolehlah
delapan hipotesis masalah yang menghasilkan delapantujuan penelitian, yaitu:
H1 : Terdapat Pengaruh Fear of Covid 19 terhadap Travel Anxiety pada era new normal
Provinsi Sumatera Barat
H2 : Diduga Fear of Covid 19 berpengaruh terhadap risk attitude pada era new normal Provinsi
Sumatera Barat
H3 : Diduga Travel Anxiety berpengaruh Terhadap Risk Attitude pada era new normal Provinsi
Sumatera Barat
H4 : Diduga Travel anxiety berpengaruh terhadap Travel Intention pada era new normal Provinsi
Sumatera Barat
H5 : Diduga Risk Attitude berpengaruh Terhadap Travel Intention pada era new normal di
Provinsi Sumatera Barat
H6 : Diduga Fear of Covid 19 berpengaruh terhadap Travel Intention pada era new normal di
Provinsi Sumatera Barat
H7 : Diduga Fear of Covid 19 berpengaruh terhadap Travel Intention melalui risk attitude pada
era new normal di Provinsi Sumatera Barat
H8 : Diduga Travel Anxiety berpengaruh terhadap Travel Intention melalui Risk Attitude pada
era new normal di Provinsi Sumatera Barat

Figure 1. Kerrangka Konseptual


Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya:
1. Untuk menganalisis pengaruh fear of covid 19 terhadap travel anxiety pada era new normal
di provinsi Sumatera Barat
2. Untuk menganalisis pengaruh pengaruh fear of covid 19 terhadap risk attitude pada era
new normal di provinsi Sumatera Barat
3. Untuk menganalisis pengaruh pengaruh travel anxiety terhadap risk attitude pada era new
normal di provinsi Sumatera Barat
4. Untuk menganalisis pengaruh travel anxiety terhadap travel intention pada era new
normal di provinsi Sumatera Barat
5. Untuk menganalisis pengaruh pengaruh risk attitude terhadap travel intention pada era
new normal di provinsi Sumatera Barat
6. Untuk menganalisis pengaruh pengaruh fear of covid 19 terhadap travel intention pada era
new normal di provinsi Sumatera Barat
7. Untuk menganalisis pengaruh fear of covid 19 terhadap travel intention melalui risk
attitude pada era new normal di provinsi Sumatera Barat
8. Untuk menganalisis pengaruh travel anxiety terhadap travel intention melalui risk attitude
pada era new normal di provinsi Sumatera Barat
RESEARCH METHODS
Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dengan menggunakan metode kuantitatif
dimana teknik pengumpuulan data, analisa data dan penginterprestasian data menggunakan
angka. Tipe penelitian adalah kausalitas (Sebab-Akibat) dengan unit analisisnya ialah wisatawan
yang berdomisili di daerah destinasi wisata yang ada di Sumatera Barat (Kota Padang,
Bukittinggi, Kab. Solok, Kab, Agam, Kab. Lima Puluh Kota). Data merupakan data priomer
yang diperoleh secara langsung melalui kuesioner yang disebarkan secara online kepada 210
orang responden yang berdomisili di daerah destinasi wisata yang ada di Sumatera Barat (Kota
Padang, Bukittinggi, Kab. Solo, Kab, Agam, Kab. Lima Puluh Kota). Teknik pengambilan
sampel yaitu nonprobability sampling dengan Purposive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2018).

RESULTS AND DISCUSSION


Pada penelitian ini dari 210 orang responden dikelompokkan menjadi 12 karakteristik yang
menghasilkan jawabatan yang bervariasi. Dari 210 reponden karakteristik responden
berdasarakan jenis kelamin didominasi oleh perempuan dengan persentase sebanyak 61.9%, usia
didominasi oleh responden yang berusia 17-25 tahun dengan persentase 76.7%, status
didominasi pleh responden yang belum menikah dengan persentase sebanyak 81.9%, pendidikan
terakhir didominasi oleh tamatan SMA dengan persentase sebanyak 46.2%, pekerjaan
didominasi oleh mahasiswa sebanyak 59%, Sumber informasi dominan berasal dari teman/
keluarga dengan persentase sebanyak 32.9%, domidili didominasi oleh responden yang
berdomisili di kota Padang dengan persentase sebanyak 70%, daerah asal didominasi oleh
responden yang berasal dari kota Padang dengan persentase sebanyak 53.4%, partner ketika
berwisata didominasi akan berwisata dengan keluarga dengan persentase sebanyak 50%, tujuan
destinasi yang akan dikunjungi setelah pandemi berakhir didominasi oleh Yogyakarta dan Bali
dengan persentase 10%, dan jenis wisata yang akan dikunjungi didominasi oleh wisata alam
(gunung, hutan, air terjun) dengan persentase sebanyak 50.5%.
Table 3. Karakterisktik Responden

Karakteristik Dominan Persentase(%)


Jenis Kelamin Perempuan 61.9%
Usia 17-25 tahun 76.7%
Status Belum Menikah 81.9%
Pendidikan Terakhir Tamat SMA 46.2%
Pekerjaan Mahasiswa 59%
Penghasilan Perbulan 1.000.000 55.7%
Sumber Informasi Teman/Keluarga 32.9%
Domisili Padang 70%
Daerah Asal Padang 54.3%
Partner Berwisata Keluarga 50%
Tujuan Destinasi Bali 10%
Yogyakarta 10%
Jenis Wisata Yang Wisata alam (gunung, hutan, air terjun) 50.5%
akan Dikunjungi
Source: Data Diolah (2021)

Model Pengukuran
Pada penelitian ini pengukuran yang digunakan adalah SEM-PLS data yang diperoleh kemudian
diolah menggunakan aplikasi Smart-pls 3.0. Pengujian setiap hipotesis dilakukan dengan analisis
boostraping yang dapat dilihat pada hasil path coefficients. Dengan menggunakan tingkat
kepercayaan sebesar 95% (α = 5%). Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Figure 2. Model Pengukuran Akhir


Table 4. Hasil Uji Path Coeficient (Hasil Uji tanpa Mediasi)
T Statistics (|O/STDE|) T Tabel (Taraf Keterangan
Signifikan)
Fear of Covid-19 -> 1.659 DITERIMA
13.685
Travel Anxiety
Fear of Covid-19 -> 1.659 DITOLAK
0.104
Risk Attitude
Travel Anxiety -> Risk 1.659 DITERIMA
7.475
Attitude
Travel Anxiety -> 1.659 DITOLAK
0.512
Travel Intention
Risk Attitude -> Travel 1.659 DITERIMA
7.190
Intention
Fear of Covid-19 -> 1.659 DITOLAK
0.078
Travel Intention

Pada tabel diatas terlihat hasil pengujian untuk melihat pengaruh langsung atau pengaruh tanpa
mediasi antara variabel yang ada di dalam penelitian. Suatu hubungan variabel dapat dikatakan
signifikan ketika nilai dari T Statistik > T Tabel. Yang mana nilai T tabel pada penelitian ini
adalah sebesar 1.659. Hasil H1, H3, dan H5 signifikan dengan nilai (13.685>1.659),
(7.475>1.659) dan(7.190>1.659). Namun, untuk H2, H4 dan H6 tidak signifikan dengan nilai
(0.104<1.659) , (0.512<1.659) dan (0.078<1.659).

Dikarenkan penelitian ini menggunakan variabel mediasi, sehingga perlu dilihat hasil penelitian
untuk melihat pengaruh dari variabek mediasi (pengaruh tidak langsung) dapat dilihat seperti
dibawah ini:
Table 5. Hasil Uji Path Coeficient (Hasil Uji Mediasi)
T Tabel (Taraf Keterangan
T Statistics
Signifikan)
(|O/STDEV|)
Fear of Covid-19 -> Risk Attitude-> 1.659 DITOLAK
0.104
Travel Intention
Travel Anxiety -> Risk Attitude -> Travel 1.659 DITERIMA
4.629
Intention

Pada penelitian ini juga diuji efek mediasi dari variabel risk attitude dalam hubungannya
terhadap fear of covid-19, travel anxiety, dan travel intention. Hasil hipotesis dari mediasi dapat
dilihat pada tabel 5, yang menunjukan bahwa hipotesis 7 tidak signifikan atau ditolah, karena ,
memiliki nilai T statistik yang kecil dari T tabel ( 0.104 < 1.659). Sehingga dari hasil uji pengaruh
tidak langsung dapat disimpulkan bahwa risk attitude tidak memoderasi atau tidak memiliki
pengaruh pada fear of covid-19 terhadap travel intention.sedangkan pada hipotesis delapana,
variabel rist attitude mempengaruhi nilai dari travel anxiety terhadap travel intention.
Dapatdilihat bahwa nilai T Statistik > T Tabel, yaitu 4.629 > 1.659 sehingga hipotesisi diterima.
Dan variabel riskt attitude memoderasi variabel travel anxiety terhadap travel intention.
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel mediasi dapat menggunakan rumus:
Untuk menentukan nilai VAF dapat diperoleh menggunakan rumus:
Diukur hipotesis delapan yang diterima, seperti:

= 0.90 = 90% (full mediation)

Yang berarti variabel risk attitude berpengaruh sebesar 90% sebagai mediasi antara variabel
travel anxiety terhdap travel intention. Yang hal hal ini merupakan full mediation atau mediasi
penuh.

CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Fear of Covid-19 menunjukkan pengaruh positif terhadap Travel Anxiety pada era new
normal. Semakin tinggi ketakutan terhadap COVID-19 maka akan semakin tinggi pula
kecemasan untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
2. Fear of Covid-19 menunjukkan pengaruh negatif terhadap Risk Attitude pada era new normal.
Artinya, ketakutan terhadap COVID-19 tidak memiliki pengaruh terhadap sikap berisiko
untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
3. Travel Anxiety menunjukkan pengaruh positif terhadap Risk Attitude pada era new normal.
Semakin tinggi kecemasan untuk melakukan perjalanan maka akan semakin tinggi pula sikap
yang berisiko melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
4. Travel Anxiety menunjukkan pengaruh negatif terhadap Travel Intention pada era new
normal. Artinya, kecemasan untuk melakukan perjalanan tidak memiliki pengaruh terhadap
niat berkunjung untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera
Barat.
5. Risk Attitude menunjukkan pengaruh positif terhadap Travel Intention pada era new normal.
Semakin tinggi sikap yang berisiko untuk melakukan perjalanan maka akan semakin tinggi
pula niat melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
6. Fear of Covid-19 menunjukkan pengaruh negatif terhadap Travel Intention pada era new
normal. Artinya, ketakutan terhadap COVID-19 tidak memiliki pengaruh terhadap niat
berkunjung untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
7. Variabel intervening Risk Attitude tidak memediasi variabel Fear of Covid-19 terhadap Travel
Intention pada era new normal di provinsi Sumatera Barat. Artinya sikap berisiko tidak
memberikan pengaruh tidak langsung antara variabel Fear of Covid-19 terhadap Travel
Intention.
8. Variabel intervening Risk Attitude tidak memediasi variabel Travel Anxiety terhadap Travel
Intention pada era new normal di provinsi Sumatera Barat. Artinya sikap berisiko
memberikan pengaruh tidak langsung antara variabel Fear of Covid-19 terhadap Travel
Intention.
9. Pada hubungan Fear of Covid-19 terhadap Travel Intention variabel Risk Attitude berperan
sebagai partial mediation. Sedangkan pada variabel Travel Anxiety terhadap Travel Intention
variabel Risk Attitude berperan sebagai full mediation.
10. Ketakutan seseorang ketika akan berwisata di era new normal tidak sebesar ketika
pandemi ini masih hangat-hangatnya. Hal ini dikarenakan pada era new normal orang-orang
merasa aman denganadanya protocol kesehatan yang menyebabkan perubahan perilaku
wisatawan ketika akan berwisata. Terlebih pada saat masyarakat telah divaksin, ketakutan,
kecemasan dan resiko yang dirasakan pun akan menurun.
REFERENCES
Badan Ekonomi Kreatif, & Badan Pusat Statistik. (2017). Data Statistik dan Hasil Survei
Ekonomi Kreatif.
Bae,So Young and Chang, Po-Ju (2020). The effect of coronavirus disease-19 (COVID-19) risk
perception on behavioural intention towards ‘untact’ tourism in South Korea during the
first wave of the pandemic (March 2020). Current Issues in Tourism.
BPPS. (2021). Sumatera Barat Dalam Angka. Sumatera Barat Dalam Angka, 952.
Chebli, Amina (2020) “The Impact Of Covid-19 On Tourist Consumption Behaviour : A
Perspective Article, Journal of Tourism Management Research Vol. 7. No. 2 pp. 196-207
Henseler, J., Ringleand, C. M., & Sinkovics, R. R. (2001). THE USE OF PARTIAL LEAST
SQUARES PATH MODELINGIN INTERNATIONAL MARKETING. Partial Least
Squares Path Modeling in International Marketing, 29(3), 318–319.
https://doi.org/10.1016/0167-8116(92)90003-4
Jang, S., Bai, B., Hu, C., & Wu, C. M. E. (2009). Affect, travel motivation, and travel intention:
A senior market. Journal of Hospitality and Tourism Research, 33(1), 51–73.
https://doi.org/10.1177/1096348008329666
Joo, D., Xu, W., Lee, J., Lee, C. K., & Woosnam, K. M. (2021). Residents’ perceived risk,
emotional solidarity, and support for tourism amidst the COVID-19 pandemic. Journal of
Destination Marketing and Management, 19(December 2020), 100553.
https://doi.org/10.1016/j.jdmm.2021.100553
Luo, J. M., & Lam, C. F. (2020). Travel anxiety, risk attitude and travel intentions towards
“travel bubble” destinations in Hong Kong: Effect of the fear of COVID-19. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 17(21), 1–11.
https://doi.org/10.3390/ijerph17217859
Kemenparekraf (2020), “Siaran Pers Kunjungan Wisma Ke Indonesia Akibat Pandemi Covid
Sesuai Perkiraan” https://www.kemenparekraf.go.id,/p ost/siaran-pers-
penurunankunjungan-wisman-ke-indonesiaakibat-pandemicovid-19-sesuaiperkiraan Koo,
B., Agarwal, S., & Ji, H. (2012). In fl uences of travel constraints on the people with
disabilities ’ intention to travel : An application of Seligman ’ s helplessness theory.
Tourism Management, 33(3), 569–579.
Kemenparekraf (2020), “Siaran Pers Kunjungan Wisma Ke Indonesia Akibat Pandemi Covid
Sesuai Perkiraan” https://www.kemenparekraf.go.id,/p ost/siaran-pers-
penurunankunjungan-wisman-ke-indonesiaakibat-pandemicovid-19-sesuaiperkiraan
Kemenkes RI. (2020c). Pedoman dan Pencegahan Coronavirus (COVID- 19). Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. https://doi.org/10.33654/math.v4i0.299
Lee-Peng Foo, Mui-Yin Chin , Kim-Leng Tan and Kit-Teng Phuah,2020. The impact of
COVID-19 on tourism industry in Malaysia, Current Issues in Tourism, DOI:
10.1080/13683500.2020.1777951 Nasution, Dito. Aditia Darma, Erlina. dan Iskandar
Muda, 2020. “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia,” Jurnal
Benefita 5(2) Juli 2020
Nitzl, C., Roldan, J. L., & Cepeda, G. (2016). Mediation analysis in partial least squares path
modeling. Industrial Management & Data Systems, 116(9), 1849–1864.
https://doi.org/10.1108/imds-07-2015-0302
Pappas, N. (2021). COVID19: Holiday intentions during a pandemic. Tourism Management,
84(November 2020), 104287. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2021.104287
Putra, R. E., & Besra, E. (2021). Does the Covid-19 Pandemic Affect the Travel Intentions of
Comorbid Individuals ??? 12(1), 453–461.
Prasojo, E. 2020. Normal Baru Birokrasi. Kompas. Retrieved from
https://kompas.id/baca/opini/2020/06/13/normal-baru-birokrasi/ diakses pada 13 Juni 2021
Rias, Y. A., Rosyad, Y. S., Chipojola, R., & Wiratama, B. S. (2020). E ff ects of Spirituality ,
Knowledge , Attitudes , and Practices toward Anxiety Regarding COVID-19 among the
General Population in INDONESIA : A Cross-Sectional Study. 19, 1–16.
Rubin, G. J., & Wessely, S. (2020). The psychological effects of quarantining a city. Bmj, 368
Rudyanto, R., Pramono, R., & Juliana, J. (2021). Perception of knowledge of the risk of the
COVID-19 pandemic regarding touring intentions and tourism travel recommendations.
Journal of Environmental Management and Tourism, 12(4), 929–947.
https://doi.org/10.14505//jemt.v12.4(52).08
Seabra, A.N. 2013. “Measuring the Impacts of Online Word-of-Mouth on Tourists Attitude and
Intentions to Visit Jordan: An Empirical Study”. International BusinessResearch, Vol.7
No.1 pp. 14-22. Sekaran, U. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. (Anita Nur Hanifah,
Ed.) (6th ed.). Salemba Empat Sekaran, U. (2011). Metode Penelitian Untuk Bisnis.
Jakarta : Salemba Empat.. (Edisi 3). Yogyakarta
Suprihatin, W. (2020). Analisis Perilaku Konsumen Wisatawan Era Pandemi Covid-19 ( Studi
Kasus Pariwisata di Nusa Tenggara Barat ). Jurnal Bestari, 19(1), 56–66.
UNWTO (2020), International Tourism and Covid-19 https://www.unwto.org/international -
tourism-and-covid-19
Zehir, C., Sehitoglu, Y., & Zehir, S. (2014). E-S-Quality, Perceived Value and Loyalty
Intentions Relationships in Internet Retailers. Social and Behavioral Sciences, 150, 1071-
1079.
Zehir, C., & Narcikara, E. (2016). E-Service Quality and E-Recovery Service Quality: Effects
on Value Perceptions and Loyalty Intentions. Social and Behavioral Sciences, 229, 427-
443.
Zenker, S., Braun, E., & Gyimóthy, S. (2021). Too afraid to Travel? Development of a
Pandemic (COVID-19) Anxiety Travel Scale (PATS). Tourism Management, 84(July
2020).
Zenker, S., & Kock, F. (2020). The coronavirus pandemic – A critical discussion of a tourism
research agenda. Tourism Management, 81(April), 104164.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2020.104164

Anda mungkin juga menyukai