SAMUKA
Jurnal Samudra Ekonomika
https://ejurnalunsam.id/index.php/jse
MODEL KETERKAITAN FEAR OF COVID-19, TRAVEL ANXIETY,
TERHADAP TRAVEL INTENTION MENGGUNAKAN VARIABEL
INTERVENING RISK ATTITUDE DI ERA NEW NORMAL
Jl. Rangkayo Rasuna Said, Kubu Gadang, Kec. Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh,
Sumatera Barat 26218
Abstract
Sektor pariwisata berperan penting sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan kemunculan COVID-19
mengakibatkan runtuhnya pariwisata danserta sektor lainnya. COVID-19 berdampak
negative terhadap industry pariwisata baik dalam hal operasional dan ekonomi. Hal ini
memaksa perubahan kondisi dari era normal menjadi era new normal. Yang tentu saja
akan menyebabkan perubahan perilaku masyarakat ketika berwisata. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sikap para wisatawan ketika memiliki niat untuk
mengunjungi suatu destinasi wisata. Data pada penelitian ini diperoleh melalui kuesioner
yang disebarkan secara online kepada 210 responden yang berdomisili di lima
kabupaten/kota dengan kunjungan wisata tertinggi di Provinsi Sumatera Barat. Data
diolah dengan secara kuantitatif menggunakan SMART-PLS 3.0. Pada penelitian ini
diperoleh hasil bahwa ketakutan masyrakat untuk bewisata pada era new normal tidak
separah pada pandemi ini masih hangat-hangatnya.pada era new normal masyarakat
tetap melakukan perjalanan wisata meskipun memiliki kecemasan dan resiko akan tetap
terdampak COVID-19.
Key words : New Normal, Fear of COVID-19, Travel Anxiety, Risk Attitude, Travel
Intention
PENDAHULUAN
Pada tahun 2020 dunia digemparkan dengan merebaknya jenis virus baru yaitu
Coronavirus yang menyebabkan penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Diketahui,
virus ini muncul sejak akhir tahun 2019 dan diduga berasal dari Wuhan, Cina. Tidak
membutuhkan waktu lama, dari rentang waktu Januari hingga Juni 2020 virus ini telah
menyebar hampir keseluruh dunia. Sehingga, pada pertengahan bulan Maret tahun 2020 World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit ini merupakan sebuah pandemi.
Virus ini ditularkan melalui kontak langsung melalui percikan dahak dari orang yang
terinfeksi (melalui batuk dan bersin) virus COVID-19, dan jika menyentuh permukaan yang
telah terkontaminasi virus COVID-19. Virus ini dapat bertahan selama beberapa jam di
permukaan, tetapi jika disemprotkan dengan disinfektan sederhana dapat membunuh virus ini.
Apabila seseorang telah terinfeksi terkena penyakit ini, biasanya ditandai dengan gejala yang
hampir sama dengan flu biasa, seperti demam dan batuk tetapi dapat lebih parah seperti sesak
nafas, kehilangan penciuman dan dapat menyebabkan pneumonia atau kesulitan bernapas.
Walaupun jarang terjadi, jika berakibat fatal penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Akibat dari banyaknya orang-orang yang terpapar virus penyebab COVID-19 ini,
berbagai negara di dunia mulai memutar otak untuk dapat menghentikan penyebaran virus ini.
Untuk pertama kalinya, beberapa negara di dunia mulai memberlakukan penutupan wilayah
(lock down) baik itu antar negara maupun antar kota atau daerah di negara tersebut. Akibat dari
hal ini, seluruh sarana transportasi yang ada dilarang untuk beroperasi, pergerakan sosial
masyarakat pun mulai dibatasi, masyarakat mulai disarankan untuk bekerja, beribadah, sekolah,
dan melakukan pekerjaan lainnya dari rumah. Selain itu virus ini juga menyebabkan pembatalan
konser, event, penutupan tempat hiburan bahkan penutupan destinasi wisata. Karena adanya
penutupan wilayah (lockdown) akan mempengaruhi kinerja beberapa sektor, seperti: sektor
wisata, manufactur, ekonomi, transportasi, sosial dan pangan.
Padasektor wisata, pandemi ini mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan. Menurut
UNWTO (2020) memperkirakan jumlah penurunan wisatawan Internasional atau mancanegara
pada tahun 2021 berkurang antara 850 juta orang hingga 1,1 miliar orang, hal ini mengakibatkan
kerugian yang ditaksir antara US$910 miliar hingga US$1,2 triliun.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi pandemi di dunia, Hingga pada tanggal 14 September
2021, di Indonesia telah mencapai 4,17 juta kasus, hal ini menempatkan Indonesia di peringkat
ke-17 negara dengan kasus COVID-19 terbanyak didunia serta merupakan negara dengan
peringkat ke-4 jumlah kasus tertinggi di Asia (Woldometers, 2021). Untuk menekan jumlah
kasus ini, sebelumnya pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi
penularan wabah ini. Diantaranya adalah dengan melakukan penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), lock down wilayah, dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM). Karena ditetapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
lockdown, dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menyebabkan
penurunan aktivitas masyarakat secara global, termasuk aktivitas wisata.
Padasurvei yang dilakukan oleh Kemenpar (Kementriaan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif) pada tahun 2020, menyatakan bahwa pandemi ini mengakibatkan lebih 92% dari 5.242
orang yang memiliki pekerjaan pada sektor pariwisata kehilangan pekerjaannya. Kementriaan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mengatakan bahwa sektor usaha yang paling terdampak
saat pandemi ini mewabah adalah sebanyak 87,3% akomodasi, 9,4% transportasi, 2,4% restoran,
dan sebanyak 0,97% merupakan jenis atau bidang usaha lainnya. Bidang usaha tersebut seperti:
toko souvenir, spa, dan pelayanan jasa pariwisata lainnya.
Berdasarkan hal ini Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan lock down tidak dapat dilakukan secara terus
menerus karena hal ini akan menghambat perputaran roda perekonomian yang ada. Untuk
mengembalikan perekonomian agar tidak semakin buruk, pada tahun 2020 WHO (World Health
Organization) telah mengeluarkan pedoman untuk transisi hidup yang baru selama
pandemi ini terjadi, hal ini lebih dikenal dengan istilah era new normal.
Di Indonesia pemerintah telah memberlakukan kehidupan baru atau yang lebih dikenal
dengan era new normal sejak tanggal 29 Mei 2020. Penerapan aturan new normal ini diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri usaha.
yang ditandai dengan pelonggaran aktivitas sosial masyarakat. Pelonggaran aktivitas masyarakat
ini harus tetap dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti: menjaga jarak satu sama lain
minimal satu meter, menggunakan masker dan menghindari kerumunan. Karena angka kasus
terpapar virus corona masih berlangsung, kebijakan ini diluruskan sebagai “Adaptasi Kebiasaan
Baru” (Era New Normal) ditengah pandemi COVID-19 (Kemenkes RI , 2020)
New normal merupakan perubahan perilaku agar tetap beraktivitas normal serta
ditambahkan dengan penerapan protocol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan wabah
COVID-19 (Compas.com 2020). Untuk lebih jelasnya new normal adalah kegiatan/sikap
melanjutkan kebiasaan yang selama ini dilakukan tetapi menambahnya dengan menerapkan
protocol kesehatan. Era new normal akan membawa perubahan terhadap minat wisatawan.
Tentu saja nantinya wisatawan akan lebih mengedepankan aspek keamanan dan kesehatan untuk
setiap perjalanan wisatanya. Perubahan perilaku dalam berwisata ini harus diantisipasi oleh
seluruh pemangku kepentingan dengan menciptakan inovasi dan meningkatkan daya saing
sebagai respons terhadap perubahan di era new normal (Nasution, 2020).
Pada era ini akan terjadi perubahan perilaku yang mendasar dari wisatawan. Nantinya
wisatawan akan lebih mengedepankan faktor kebersihan, kesehatan dan keselamatan serta
keamanan atau Cleanlines, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) sehingga
industri pariwisata harus dapat beradaptasi untuk dapat meyakinkan wisatawan bahwa fasilitas
mereka dapat memenuhi standar yang diinginkan wisatawan, terutama standar kesehatan dan
keamanan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lee et al., (2020), mengatakan bahwa sektor
pariwisata di Malaysia sangat berdampak terhadap pandemi COVID-19 ini, pada bulan Mei
2020 saja terdapat sekitar 170.085 kamar hotel di cancel oleh calon wisatawan negara ini. Hal ini
mengakibatkan kerugian pada bidang pariwisata di Malaysia. Selain itu berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Chebli (2020) mengenai perubahan perilaku wisatawan selama pandemi
COVID-19 didapat kesimpulan bahwa wabah COVID-19 ini sangat berpengaruh secara
signifigan terhadap perubahan perilaku wisatawan, dimana mereka lebih memilih untuk
melakukan perjalanan wisata ke daerah yang lebih dekat dan tidak terlalu terkenal. Sehingga
akan mengurangi potensi untuk tertular COVID-19. Dari hal ini juga terlihat bahwa mereka
lebih mengutamakan kesehatan dan kualitas dari kebersihan destinasi wisata itu sendiri,
menghindari kerumunan atau keramaian dan tentu saja mengutamakan asuransi perjalan wisata.
Sama halnya dengan kondisi yang terjadi di global maupun di Nusantara di Provinsi
Sumatera Barat sendiri jumlah wisatawan mancanegara juga mengalami penurunan yang
signifigan. Berikut ini disajikan tabel yang memperlihatkan penurunan kunjungan wisatawan
mancanegara ke Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2019-2020.
Tabel 1. Wisatawan mancanegara ke Sumatera Barat Melalui BIM 2019-2020
Model Pengukuran
Pada penelitian ini pengukuran yang digunakan adalah SEM-PLS data yang diperoleh kemudian
diolah menggunakan aplikasi Smart-pls 3.0. Pengujian setiap hipotesis dilakukan dengan analisis
boostraping yang dapat dilihat pada hasil path coefficients. Dengan menggunakan tingkat
kepercayaan sebesar 95% (α = 5%). Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada tabel diatas terlihat hasil pengujian untuk melihat pengaruh langsung atau pengaruh tanpa
mediasi antara variabel yang ada di dalam penelitian. Suatu hubungan variabel dapat dikatakan
signifikan ketika nilai dari T Statistik > T Tabel. Yang mana nilai T tabel pada penelitian ini
adalah sebesar 1.659. Hasil H1, H3, dan H5 signifikan dengan nilai (13.685>1.659),
(7.475>1.659) dan(7.190>1.659). Namun, untuk H2, H4 dan H6 tidak signifikan dengan nilai
(0.104<1.659) , (0.512<1.659) dan (0.078<1.659).
Dikarenkan penelitian ini menggunakan variabel mediasi, sehingga perlu dilihat hasil penelitian
untuk melihat pengaruh dari variabek mediasi (pengaruh tidak langsung) dapat dilihat seperti
dibawah ini:
Table 5. Hasil Uji Path Coeficient (Hasil Uji Mediasi)
T Tabel (Taraf Keterangan
T Statistics
Signifikan)
(|O/STDEV|)
Fear of Covid-19 -> Risk Attitude-> 1.659 DITOLAK
0.104
Travel Intention
Travel Anxiety -> Risk Attitude -> Travel 1.659 DITERIMA
4.629
Intention
Pada penelitian ini juga diuji efek mediasi dari variabel risk attitude dalam hubungannya
terhadap fear of covid-19, travel anxiety, dan travel intention. Hasil hipotesis dari mediasi dapat
dilihat pada tabel 5, yang menunjukan bahwa hipotesis 7 tidak signifikan atau ditolah, karena ,
memiliki nilai T statistik yang kecil dari T tabel ( 0.104 < 1.659). Sehingga dari hasil uji pengaruh
tidak langsung dapat disimpulkan bahwa risk attitude tidak memoderasi atau tidak memiliki
pengaruh pada fear of covid-19 terhadap travel intention.sedangkan pada hipotesis delapana,
variabel rist attitude mempengaruhi nilai dari travel anxiety terhadap travel intention.
Dapatdilihat bahwa nilai T Statistik > T Tabel, yaitu 4.629 > 1.659 sehingga hipotesisi diterima.
Dan variabel riskt attitude memoderasi variabel travel anxiety terhadap travel intention.
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel mediasi dapat menggunakan rumus:
Untuk menentukan nilai VAF dapat diperoleh menggunakan rumus:
Diukur hipotesis delapan yang diterima, seperti:
Yang berarti variabel risk attitude berpengaruh sebesar 90% sebagai mediasi antara variabel
travel anxiety terhdap travel intention. Yang hal hal ini merupakan full mediation atau mediasi
penuh.
CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Fear of Covid-19 menunjukkan pengaruh positif terhadap Travel Anxiety pada era new
normal. Semakin tinggi ketakutan terhadap COVID-19 maka akan semakin tinggi pula
kecemasan untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
2. Fear of Covid-19 menunjukkan pengaruh negatif terhadap Risk Attitude pada era new normal.
Artinya, ketakutan terhadap COVID-19 tidak memiliki pengaruh terhadap sikap berisiko
untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
3. Travel Anxiety menunjukkan pengaruh positif terhadap Risk Attitude pada era new normal.
Semakin tinggi kecemasan untuk melakukan perjalanan maka akan semakin tinggi pula sikap
yang berisiko melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
4. Travel Anxiety menunjukkan pengaruh negatif terhadap Travel Intention pada era new
normal. Artinya, kecemasan untuk melakukan perjalanan tidak memiliki pengaruh terhadap
niat berkunjung untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera
Barat.
5. Risk Attitude menunjukkan pengaruh positif terhadap Travel Intention pada era new normal.
Semakin tinggi sikap yang berisiko untuk melakukan perjalanan maka akan semakin tinggi
pula niat melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
6. Fear of Covid-19 menunjukkan pengaruh negatif terhadap Travel Intention pada era new
normal. Artinya, ketakutan terhadap COVID-19 tidak memiliki pengaruh terhadap niat
berkunjung untuk melakukan perjalanan pada era new normal di provinsi Sumatera Barat.
7. Variabel intervening Risk Attitude tidak memediasi variabel Fear of Covid-19 terhadap Travel
Intention pada era new normal di provinsi Sumatera Barat. Artinya sikap berisiko tidak
memberikan pengaruh tidak langsung antara variabel Fear of Covid-19 terhadap Travel
Intention.
8. Variabel intervening Risk Attitude tidak memediasi variabel Travel Anxiety terhadap Travel
Intention pada era new normal di provinsi Sumatera Barat. Artinya sikap berisiko
memberikan pengaruh tidak langsung antara variabel Fear of Covid-19 terhadap Travel
Intention.
9. Pada hubungan Fear of Covid-19 terhadap Travel Intention variabel Risk Attitude berperan
sebagai partial mediation. Sedangkan pada variabel Travel Anxiety terhadap Travel Intention
variabel Risk Attitude berperan sebagai full mediation.
10. Ketakutan seseorang ketika akan berwisata di era new normal tidak sebesar ketika
pandemi ini masih hangat-hangatnya. Hal ini dikarenakan pada era new normal orang-orang
merasa aman denganadanya protocol kesehatan yang menyebabkan perubahan perilaku
wisatawan ketika akan berwisata. Terlebih pada saat masyarakat telah divaksin, ketakutan,
kecemasan dan resiko yang dirasakan pun akan menurun.
REFERENCES
Badan Ekonomi Kreatif, & Badan Pusat Statistik. (2017). Data Statistik dan Hasil Survei
Ekonomi Kreatif.
Bae,So Young and Chang, Po-Ju (2020). The effect of coronavirus disease-19 (COVID-19) risk
perception on behavioural intention towards ‘untact’ tourism in South Korea during the
first wave of the pandemic (March 2020). Current Issues in Tourism.
BPPS. (2021). Sumatera Barat Dalam Angka. Sumatera Barat Dalam Angka, 952.
Chebli, Amina (2020) “The Impact Of Covid-19 On Tourist Consumption Behaviour : A
Perspective Article, Journal of Tourism Management Research Vol. 7. No. 2 pp. 196-207
Henseler, J., Ringleand, C. M., & Sinkovics, R. R. (2001). THE USE OF PARTIAL LEAST
SQUARES PATH MODELINGIN INTERNATIONAL MARKETING. Partial Least
Squares Path Modeling in International Marketing, 29(3), 318–319.
https://doi.org/10.1016/0167-8116(92)90003-4
Jang, S., Bai, B., Hu, C., & Wu, C. M. E. (2009). Affect, travel motivation, and travel intention:
A senior market. Journal of Hospitality and Tourism Research, 33(1), 51–73.
https://doi.org/10.1177/1096348008329666
Joo, D., Xu, W., Lee, J., Lee, C. K., & Woosnam, K. M. (2021). Residents’ perceived risk,
emotional solidarity, and support for tourism amidst the COVID-19 pandemic. Journal of
Destination Marketing and Management, 19(December 2020), 100553.
https://doi.org/10.1016/j.jdmm.2021.100553
Luo, J. M., & Lam, C. F. (2020). Travel anxiety, risk attitude and travel intentions towards
“travel bubble” destinations in Hong Kong: Effect of the fear of COVID-19. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 17(21), 1–11.
https://doi.org/10.3390/ijerph17217859
Kemenparekraf (2020), “Siaran Pers Kunjungan Wisma Ke Indonesia Akibat Pandemi Covid
Sesuai Perkiraan” https://www.kemenparekraf.go.id,/p ost/siaran-pers-
penurunankunjungan-wisman-ke-indonesiaakibat-pandemicovid-19-sesuaiperkiraan Koo,
B., Agarwal, S., & Ji, H. (2012). In fl uences of travel constraints on the people with
disabilities ’ intention to travel : An application of Seligman ’ s helplessness theory.
Tourism Management, 33(3), 569–579.
Kemenparekraf (2020), “Siaran Pers Kunjungan Wisma Ke Indonesia Akibat Pandemi Covid
Sesuai Perkiraan” https://www.kemenparekraf.go.id,/p ost/siaran-pers-
penurunankunjungan-wisman-ke-indonesiaakibat-pandemicovid-19-sesuaiperkiraan
Kemenkes RI. (2020c). Pedoman dan Pencegahan Coronavirus (COVID- 19). Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. https://doi.org/10.33654/math.v4i0.299
Lee-Peng Foo, Mui-Yin Chin , Kim-Leng Tan and Kit-Teng Phuah,2020. The impact of
COVID-19 on tourism industry in Malaysia, Current Issues in Tourism, DOI:
10.1080/13683500.2020.1777951 Nasution, Dito. Aditia Darma, Erlina. dan Iskandar
Muda, 2020. “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia,” Jurnal
Benefita 5(2) Juli 2020
Nitzl, C., Roldan, J. L., & Cepeda, G. (2016). Mediation analysis in partial least squares path
modeling. Industrial Management & Data Systems, 116(9), 1849–1864.
https://doi.org/10.1108/imds-07-2015-0302
Pappas, N. (2021). COVID19: Holiday intentions during a pandemic. Tourism Management,
84(November 2020), 104287. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2021.104287
Putra, R. E., & Besra, E. (2021). Does the Covid-19 Pandemic Affect the Travel Intentions of
Comorbid Individuals ??? 12(1), 453–461.
Prasojo, E. 2020. Normal Baru Birokrasi. Kompas. Retrieved from
https://kompas.id/baca/opini/2020/06/13/normal-baru-birokrasi/ diakses pada 13 Juni 2021
Rias, Y. A., Rosyad, Y. S., Chipojola, R., & Wiratama, B. S. (2020). E ff ects of Spirituality ,
Knowledge , Attitudes , and Practices toward Anxiety Regarding COVID-19 among the
General Population in INDONESIA : A Cross-Sectional Study. 19, 1–16.
Rubin, G. J., & Wessely, S. (2020). The psychological effects of quarantining a city. Bmj, 368
Rudyanto, R., Pramono, R., & Juliana, J. (2021). Perception of knowledge of the risk of the
COVID-19 pandemic regarding touring intentions and tourism travel recommendations.
Journal of Environmental Management and Tourism, 12(4), 929–947.
https://doi.org/10.14505//jemt.v12.4(52).08
Seabra, A.N. 2013. “Measuring the Impacts of Online Word-of-Mouth on Tourists Attitude and
Intentions to Visit Jordan: An Empirical Study”. International BusinessResearch, Vol.7
No.1 pp. 14-22. Sekaran, U. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. (Anita Nur Hanifah,
Ed.) (6th ed.). Salemba Empat Sekaran, U. (2011). Metode Penelitian Untuk Bisnis.
Jakarta : Salemba Empat.. (Edisi 3). Yogyakarta
Suprihatin, W. (2020). Analisis Perilaku Konsumen Wisatawan Era Pandemi Covid-19 ( Studi
Kasus Pariwisata di Nusa Tenggara Barat ). Jurnal Bestari, 19(1), 56–66.
UNWTO (2020), International Tourism and Covid-19 https://www.unwto.org/international -
tourism-and-covid-19
Zehir, C., Sehitoglu, Y., & Zehir, S. (2014). E-S-Quality, Perceived Value and Loyalty
Intentions Relationships in Internet Retailers. Social and Behavioral Sciences, 150, 1071-
1079.
Zehir, C., & Narcikara, E. (2016). E-Service Quality and E-Recovery Service Quality: Effects
on Value Perceptions and Loyalty Intentions. Social and Behavioral Sciences, 229, 427-
443.
Zenker, S., Braun, E., & Gyimóthy, S. (2021). Too afraid to Travel? Development of a
Pandemic (COVID-19) Anxiety Travel Scale (PATS). Tourism Management, 84(July
2020).
Zenker, S., & Kock, F. (2020). The coronavirus pandemic – A critical discussion of a tourism
research agenda. Tourism Management, 81(April), 104164.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2020.104164