Anda di halaman 1dari 17

PEMBERDAYAAN LAHAN KOSONG DAERAH SAWE MUNDUK WARU SEBAGAI

WISATA KULINER ERA SOCIETY 5.0


Ida Bagus Putu Weda Ananta
Putu Ari Handayani
I Kadek Dwi Ananta
Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana No. 11, Banjar Tegal, Singaraja, Kabupaten
Buleleng, Bali, Indonesia.
Bagus.weda@undiksha.ac.id
ABSTRAK

Pada awal tahun 2020 dunia diguncangkan dengan hadirnya wabah virus covid-19. Proyek
Villa Uma Sari merupakan proyek pariwisata villa bertema alam, dan sudah berjalan sekitar
30%. Namun, pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19, proyek ini dihentikan karena
kekurangan dana. Dengan memanfaatkan lahan kosong dari proyek ini, warga desa Sawe
Rangsasa, Jembrana yaitu Ibu Tina melakukan inovasi membangun wisata kuliner kedai Sing
Liang pada saat pandemi Covid-19. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis potensi
masyarakat desa yang terkena dampak Covid-19 terhadap kedai Sing Liang. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan kedai
Sing Liang mampu menciptakan UMKM berbasis Pariwisata. Namun masih memiliki
kelemahan yaitu Ibu Tina hanya menggunakan Whatsapp dan Instagram dalam pemanfaatan
digital ekonomi.

Kata Kunci : Pariwisata, Wisata Kuliner, Digital Ekonomi

ABSTRACT

At the beginning of 2020 the world was shaken by the presence of the Covid-19 virus
outbreak. The Villa Uma Sari project is a nature-themed villa tourism project, and has been
running for about 30%. However, in 2020 during the Covid-19 pandemic, this project was
discontinued due to a lack of funds. By utilizing the vacant land from this project, a resident
of the village of Sawe Rangsasa, Jembrana, namely Mrs. Tina, innovated to build a culinary
tour of the Sing Liang shop during the Covid-19 pandemic. The purpose of this study is to
analyze the potential of the village community affected by Covid-19 to the Sing Liang shop.
The research method used is a qualitative method. The results of this study indicate that the
Sing Liang shop is able to create Tourism-based SMEs. However, it still has a weakness,
namely Mrs. Tina only uses Whatsapp and Instagram in the use of the digital economy.
Keywords: Tourism, Culinary Tourism, Digital Economy

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pariwisata adalah bidang yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia.
Saat awal tahun 2020 seluruh dunia diancam dengan adanya wabah virus covid-19.
Berdasarkan data WHO, covid-19 atau yang disebut dengan virus corona merupakan keluarga
besar virus yang dapat menularkan penyakit bagi hewan dan manusia. Bagi manusia virus
corona dapat menyebabkan infeksi pernapasan mulai dari flu biasa sampai penyakit yang
lebih mematikan seperti Middle East Respiratory Syndrom (MERS) serta Severe Acute
Respiratory Syndrme (SARS) (Nicola et al., 2020). Untuk menekan penyebaran covid-19
pemerintah di seluruh dunia mengambil sebuah tindakan yakni memberlakukan Lockdown
maupun melarang seluruh negara atau kota-kota yang paling terdampak covid untuk
memasuki wilayah perbatasan mereka. Upaya ini dilakukan supaya penyebaran covid-19
dapat di tekan (Fotiadis et al., 2021). Pemerintah Indonesia juga melakukan tindakan untuk
meminimalkan penyebaran covid-19. Presiden Indonesia, Joko Widodo memberikan instruksi
yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan adanya pembatasan sosial ini
menyebabkan kemandekan di berbagai sektor, baik sektor ekonomi, sosial dan politik. Sektor
pariwisata merupakan sektor yang paling terdampak dengan adanya pandemi ini (Skare et al.,
2020). Pada industri pariwisata terjadi penurunan yang besar dari kedatangan kunjungan
wisatawan mancanegara juga pembatalan penerbangan tiket pesawat, hotel serta penurunan
pemesanan. Hal ini juga terjadi penurunan karena perlambatan perjalanan domestik, terutama
wisatawan domestik, padatnya mobilitas masyarakat untuk melakukan perjalanan, dikhawatir
menjadi penyebab penyebaran Covid-19 di daerah wisata. Kasus ini juga terjadi pada
penurunan bisnis pariwisata serta perjalanan berdampak pada usaha UMKM, pekerja
informal maupun lapangan kerja semakin turun. Jadi perlu diketahui bahwa selama ini
pariwisata merupakan sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja lebih dari 13 juta
pekerja, dampak turunan atau disebut multiplier effect yang mengikuti termasuk industri
turunan yang terbentuk dibawahnya juga mengalami imbas melalui pandemik COVID 19 di
bidang pariwisata (Sugihamretha, 2020).
Dewasa ini, pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengganti
pola tatanan hidup atau dikenal dengan istilah new normal. Pola tatanan hidup ini terdiri dari
menggunakan masker, lalu menjaga jarak dan mencuci tangan atau dengan 3M, selain new
normal pemerintah juga memberikan ketentuan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan
Environment) teruntuk setiap pelayan pariwisata dengan harapan pariwisata mulai bangkit
serta penyebaran virus dapat diminimalkan. CHSE didasari Keputusan Menteri Kesehatan
mengenai Protokel kesehatan (Prokes) ditempat serta fasilitas umum dalam rangka
menghindari penyebaran virus covid-19, bahkan oleh pemerintah CHSE memberikan
sertifikasi khusus yang artinya bagi setiap tempat yang sudah memiliki lisense CHSE tersebut
sudah terbukti protokol kesehatannya, sertifikasi ini tidak diharuskan tetapi diharapkan untuk
digunakan dengan tujuan kegiatan pariwisata bisa berjalan kembali sesuai Prokes dan
pariwisata mulai bangkit. Hal yang utama adalah cleanliness, health, safety, industri
pariwisata harus membangun kepercayaan orang untuk berwisata disaat pandemi covid-19
(Rosanti et al., 2020). Kemandirian daerah wisata memang penting pada masa pandemi ini.
Daerah wisata yang mempunyai banyak pemasukan melalui kegiatan wisata kini harus
membuat ulang strategi untuk tetap bertahan dengan kemandirian yang dibentuk. Adapun
salah satu contoh daerahnya yaitu Desa Sawe Rangsasa, Kabupaten Jembrana. Pada saat
pandemi, terdapat tempat wisata yang gagal dibangun yaitu Villa. Di Desa Sawe Rangsasa
terdapat beberapa proyek villa, salah satunya Villa Uma Sari. Proyek Villa Uma Sari
merupakan villa yang bernuansa alam dan pada saat malam hari, kita akan bisa melihat
seluruh kota Jembrana yang bercahaya, karena daerah Sawe Rangsasa merupakan daerah
dataran tinggi dan bersuhu dingin. Namun proyek ini hanya terselesaikan 30%, yaitu
pemerataan tanah, pengaspalan jalan dan pemasangan sumber listrik. Karena Villa Uma Sari
ini terbengkalai, di masa new normal ini, digitalisasi ekonomi di Indonesia terus mengalami
pertumbuhan, banyak perusahaan dan pelaku usaha (UMKM) saat ini lebih memilih
melakukan aktivitas ekonominya secara online dan offline. Masyarakat daerah Sawe
Rangsasa memanfaatkan potensi ini untuk mendirikan UMKM yang tentunya harga kontrak
dari pemilik Proyek Villa Uma Sari sangat terjangkau. Salah satunya yaitu kedai Sing Liang.
kedai Sing Liang yaitu restaurant outdoor yang menyajikan minuman hangat, dingin maupun
hidangan utama sebagai icon dari kedai Sing Liang yaitu aneka roti bakar atau toast, karena
lokasi restoran ini di dataran tinggi, dengan memanfaatkan ekonomi digital, kedai Sing Liang
menjadi tempat untuk bersantai dan tempat mencari udara segar yang dipadukan dengan
pemandangan kota Jembrana yang indah. Dengan adanya berbagai UMKM di daerah Sawe
Rangsasa dari hasil inovasi masyarakat desa Sawe Rangsasa, diharapkan menjadi solusi
percepatan normalisasi ekonomi dan mengembalikan sektor pariwisata di daerah ini. Dengan
latar belakang diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan potensi
masyarakat desa sawe Rangsasa proyek tempat wisata yang gagal akibat Covid-19 menjadi
tempat wisata baru dan menambah lapangan pekerjaan yang dihasilkan dari kedai Sing Liang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata
Pariwisata merupakan keseluruhan yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait. Pariwisata secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai perjalanan seseorang atau sekelompok orang dari satu
tempat ke tempat lain membuat rencana dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan rekreasi
dan mendapatkan hiburan sehingga keinginannya terpenuhi (Prayogo, 2018). Pariwisata
pasca-pandemi akan membutuhkan parameter konvensional dan pengembangan paradigma
transformasional yang mendukung pemulihan yang optimal dan awareness mengenai
kesehatan masyarakat luas, baik di komunitas yang dikunjungi maupun yang berkunjung.
COVID-19 telah menawarkan beberapa perspektif tentang sistem pariwisata pasca pandemi
dengan mensinergikan sektor terkait untuk mengembangkan kembali pariwisata (Points &
Fink, 2020). Industri pariwisata adalah salah satu industri yang memiliki keterkaitan dengan
sektor lain, karena pariwisata dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal
balik yaitu adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah dan tujuan wisata
serta masyarakat daerah wisata. Contohnya yaitu sinergi ekonomi kreatif dan pariwisata akan
menghasilkan permulihan ekonomi dan berkembangnya pariwisata yang positif, yang
diharapkan terjadi pengembangan pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) melalui
ekonomi kreatif, inilah merupakan salah satu model pembangunan pariwisata ke depan dan
meningkatkan daya tarik wisatawan.

Peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa semakin menarik atraksi atau daya tarik
wisata yang ditawarkan oleh destinasi wisata, maka akan semakin berminat wisatawan untuk
mengunjungi destinasi wisata tersebut (Marpaung, 2019; Purba & Simarmata, 2018). Minat
berwisata di era new normal adalah keinginan untuk melakukan wisata ditengah pandemi
dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di seluruh kegiatan dalam industri pariwisata
(Sinaga et al., 2020). Terdapat beberapa faktor yang mendorong orang untuk menjadi
wisatawan, antara lain: 1) keinginan untuk melarikan diri dari tekanan hidup sehari-hari di
kota, keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu luang; 2) kemajuan
dalam bidang komunikasi dan transportasi; dan 3) keinginan untuk melihat dan mendapatkan
pengalaman baru tentang budaya dan tempat lain. Penelitian Yakup (2019) mengungkapkan
bahwa pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap pariwisata. Penelitian ini mengkaji
bahwa pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia berdasarkan data
Time Series selama 1975-2017.

2.2 Wisata Kuliner

Wisata kuliner telah muncul sebagai aspek sentral dari setiap pengalaman wisata. Ini
mencakup praktik budaya, lanskap, laut, sejarah lokal, nilai-nilai, dan warisan budaya.
Makanan berfungsi sebagai penghubung antara kita dengan warisan kita miliki, dan orang-
orang di sekitar kita. Ini adalah saluran yang beragam dan dinamis untuk berbagi cerita,serta
membentuk hubungan, dan membangun komunitas. Dengan menggabungkan perjalanan
dengan pengalaman makan dan minum, wisata makanan menawarkan "kesan tempat" yang
baik bagi penduduk lokal maupun wisatawan. Indonesia tidak diragukan lagi dalam bidang
kuliner. Beraneka ragam suku dan budaya menimbulkan ciri khas tersendiri di masing-
masing daerah. Begitu pula dengan ciri khas di bidang kuliner. Kata wisata kuliner berasal
dari bahasa asing yaitu Voyages Culinaires (Prancis) atau Culinary Travel (Inggris) yang
artinya perjalanan wisata yang berkaitan dengan masak- memasak. Menurut Asosiasi
Pariwisata Kuliner Internasional (International Culinary Tourism Association/ICTA), wisata
kuliner merupakan kegiatan makan dan minum yang unik dilakukan oleh setiap pelancong
yang berwisata. Berbeda dengan produk wisata lainnya seperti wisata bahari, wisata budaya
dan alam yang dapat dipasarkan sebagai produk wisata utama, tetapi pada wisata kuliner
biasanya dipasarkan sebagai produk wisata penunjang (Eri Besra, 2012:82). Wisata kuliner
merupakan bidang studi ilmiah yang muncul sebagai bagian penting dari industri pariwisata.
Juga dikenal sebagai wisata gastronomi, wisata mencicipi, dan wisata makanan, wisata
kuliner mengacu pada makan petualang, makan karena mencari pengalaman baru atau rasa
penasaran, menjelajahi budaya lain melalui makanan, dengan sengaja berpartisipasi dalam
jalur makanan orang lain, dan pengembangan makanan sebagai tujuan wisata. dan daya tarik.
Dalam wisata kuliner, motivasi utama untuk bepergian adalah untuk mengalami pengalaman
makanan tertentu Lucy M. Long (dalam Jeffrey M. Pilcher,2012)

2.3 Ekonomi Digital


Sugiarto (2019) memaparkan bahwa Konsep mengenai ekonomi digital pertama kali
diperkenalkan oleh Don Tapscott (The Digital Economy, 1995), yang bermakna keadaan
sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai karakteristik sebagai sebuah ruang
intelijen, meliputi informasi, berbagai akses instrumen, kapasitas, dan pemesanan informasi.
Ekonomi digital dapat di artikan sebagai perilaku manusia tentang cara memilih untuk
memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan hanya menggunakan jari jemari atau
ekonomi digital bisa juga diartikan sebagai aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, konsumsi dan distribusi dengan menggunakan jari jemari. Pengertian ekonomi
digital diatas berarti bahwa manusia tidak perlu lagi ke pasar untuk mendapatkan barang dan
jasa, tetapi cukup dengan smartphonenya maka barang sudah bisa sampai dirumah untuk
memenuhi keinginannya (Permana dan Puspitaningsih, 2019). McKinsey (2018) dalam
laporannya juga menjelaskan dampak positif adanya penjualan online sebagai bagian dari
digitalisasi ekonomi, terutama di bidang sociopreneur. Pertama dalam hal keuntungan,
Statista (Jayani, 2019) memproyeksikan total pendapatan yang berasal dari pasar e-commerce
Indonesia sepanjang 2019 mencapai Indonesia US$ 18,8 miliar, tumbuh hingga 56% dari
periode sebelumnya yang sebesar US$ 12 miliar. Secara berturut-turut pertumbuhan e-
commerce pada 2020 diprediksi sebesar 43,5% dengan nilai pendapatan sebesar U021,
pertumbuhan e-commerce sebesar 30,6% dengan nilai pendapatan US$ 35,2 miliar. Pada
Pada 2022 pertumbuhan pasar e-commerce sebesar 19,7% dengan nilai pendapatan sebesar
US$ 42 miliar dan 2023 tumbuh sebesar 11,9% dengan nilai pendapatan sebesar US$ 47
miliar. Namun ternyata prediksi ini tidak relevan sekarang, lantaran ada faktor tidak terduga
terjadi yakni pandemi Covid-19. Mengutip studi Chayapa & Cheng Lu (Permadi, et al, 2018)
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk
berbelanja online shopping yakni;
1) Kenyamanan. Faktor ini penting mengingat sebagian besar masyarakat mulai
berusaha menghindari keramaian hingga berdesak-desakan saat berbelanja dipusat-
pusat perbelanjaan. Dengan demikian pilihan untuk berbelanja di online shopping
menjadi alternatif baru yang bisa membuat lebih efektif.
2) Kelengkapan informasi. Hadirnya teknologi informasi membuat akses terhadap
informasi begitu cepat dan mudah. Hal itu ditambah dengan banyaknya platform
yang telah menyediakan beragam informasi, fitur rating dan review hingga
memberikan ulasan tentang kualitas dan informasi sebuah produk.
3) Ketersediaan produk dan jasa. Hanya dengan mengakses website, masyarakat dapat
dengan cepat mengetahui ketersdiaan barang tanpa harus berkunjung ke toko
tersebut. Hal ini juga dapat membantu calon pembeli yang berlokasi jauh dengan
toko, dengan tidak perlu berkunjung namun tetap dapat membeli barang secara
online.
4) Efisiensi Biaya dan Waktu. Beberapa website sering menawarkan kepada calon
pembeli harga terbaik dengan membandingkan harga di beberapa toko sekaligus.
Perbandingan harga ini menjadi berarti bagi calon pembeli. Apalagi model online
shopping dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Pemanfaatan digital marketing di Era industri ekonomi digital, sangat berperan dalam
meningkatkan promosi pariwisata. Digital marketing merupakan suatu keharusan karena
generasi ini yang sering digunakan baik disadari maupun tidak. Aplikasi Digital marketing
yang akan digunakan diantaranya website, media sosial, online advertising, web forum,
mobile aplikasi. Digital marketing kedepannya adanya aplikasi yang memudahkan wisatawan
untuk melakukan travel dengan system yang otomatis dan adanya multi bahasa. Pemanfaatan
digital marketing di era pada dunia pariwisata bukan hanya akan mengubah paradigma
industri, namun juga pekerjaan, cara berkomunikasi, berbelanja, bertransaksi, hingga gaya
hidup (Heliani, 2019).

Promosi pariwisata juga semakin mudah dilakukan dengan adanya internet, semua
orang tanpa terkecuali, sepanjang bisa mengakses internet maka semua promosi pariwisata
melalui internet dapat dilihat. Era yang telah banyak mengalami perubahan ini membuat
semua orang dituntut untuk kreatif sehingga menghasilkan konten-konten creator yang sudah
mulai banyak menghiasi jagat maya saat ini. Mulai dari animator, youtuber dan lain-lain yang
pundi-pundi koinnya tidak bisa dianggap remeh bahkan sudah banyak artis yang
menggunakan youtube dalam menunjang karir mereka yang pada akhirnya akan berpengaruh
pula pada pendapatan mereka.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian serta Sumber data


Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
Sugiyono (2019:18), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci.
Dalam penelitian kualitatif, data yang dihasilkan akan dipaparkan secara deskriptif melalui
ucapan atau tulisan dan perilaku yang di amati dari orang-orang atau subjek itu sendiri.
Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan ini berasal dari data primer, yaitu data yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan pemilik dari kedai Sing
Liang. Dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh berupa dokumen-dokumen serta
informasi tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Obsevasi atau pengamatan, yaitu teknik pengambilan data dan informasi yang
relevan, yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung semua proses
kegiatan yang terjadi dalam usaha ini.
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
secara langsung sehingga diperoleh data dan informasi yang relevan dan memadai.
c. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dan informasi dari sumber-sumber tertulis
melalui buku-buku, jurnal, dan informasi dari internet dengan melakukan
penelitian terhadap catatan atau dokumen yang ada seperti sejarah perusahaan,
struktur organisasi dan prosedur sistem akuntansi persediaan serta dokumen
pendukung lainnnya yang dijadikan pelengkap dan referensi penelitian.

3.3 Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini
adalah analisis konten. Analisis konten adalah salah satu metode penelitian deskriptif yang
paling umum untuk menganalisis data kualitatif. Metode ini digunakan untuk menganalisis
informasi yang terdokumentasi dalam bentuk teks, media, atau bahkan benda fisik. Kapan
menggunakan metode ini tergantung pada pertanyaan penelitian. Adapun untuk analisis
konten biasanya digunakan untuk menganalisis tanggapan dari orang yang telah
diwawancara. Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam analisis konten metode
kualitatif yaitu :
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data
merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang tidak perlu data
sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang
bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan.
2. Penyajian data
Penyajian data juga merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian
data merupakan kegiatan saat sekumpulan data disusun secara sistematis dan
mudah dipahami, sehingga memberikan kemungkinan menghasilkan kesimpulan.
Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan
lapangan), matriks, grafik, jaringan, bagan, dan konten.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam teknik analisis data kualitatif
yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengacu pada tujuan analisis
hendak dicapai. Kesimpulan ini harus menjawab pertanyaan penelitian sesuai
dengan data yang sudah dikumpulkan dan di analisis.

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah yang ditempuh dalam upaya memeriksa


perkembangan kedai Sing Liang yang beralamat di Sawe Rangsasa, Dauhwaru, Jembrana,
Bali adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui keadaan Proyek Villa Uma Sari yang gagal akibat dampak Covid-19.
b. Mengetahui perkembangan kedai Sing Liang.
c. Mengetahui penggunaan digital ekonomi untuk kedai Sing Liang.
d. Mengetahui laporan keuangan yang digunakan kedai Sing Liang.
e. Menarik suatu kesimpulan serta dapat memberikan saran dan masukan untuk kedai
Sing Liang.
3.4 Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam miniriset ini peneliti menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti akan
melakukan wawancara dengan dua sumber berbeda, yaitu pemilik dan pelayan untuk
menanyakan hal terkait dengan UMKM Sing Liang, kemudian peneliti akan membandingkan
hasil dari jawaban informan untuk dinilai, bagaimana keabsahan data berdsarkan hasil dari
wawancara dengan dua sumber informan.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proyek Villa Uma Sari

Proyek Villa Uma Sari merupakan proyek villa yang dikelola Bapak Angga. Proyek
Villa ini bertema pedesaan dan juga alam, hal ini dibuktikan dari lokasi Proyek Villa Uma
Sari ini yang berada di Desa Sawe Rangsasa, Jembrana, Bali. Selain itu, Lingkungan Sawe
Rangsasa merupakan daerah dataran tinggi, tentu saja daerah dataran tinggi sangat bagus
untuk proyek villa karena bisa melihat seluruh pemandangan kota di Kabupaten Jembrana,
Bali. Di daerah ini kita juga bisa melihat pemandangan gunung Merbuk, lalu kita juga bisa
berendam di sungai, serta menikmati pemandangan sawah yang luas. Proyek Villa Uma Sari
ini memiliki luas sekitar setengah hektar. Proyek Villa Uma Sari ini sudah berjalan sejak
tahun 2019. Pada bulan Januari 2020 proyek ini sudah berjalan sekitar 30%. Namun, pada
tahun 2020 karena ada pandemi Covid-19, proyek ini dihentikan karena kekurangan dana.
Pada Proyek Villa Uma Sari ini, sudah dibangun tiang penghubung listrik, pembuatan jalan,
dan pemerataan tanah. Tentu saja pemandangan kota sangat indah, banyak penduduk
setempat pada pagi hari beraktivitas olahraga serta menikmati matahari terbenam pada sore
hari. Saat ini, Proyek Villa Uma Sari sudah dikembangan menjadi tempat wisata UMKM. Hal
ini disebabkan karena masyarakat Desa Sawe Rangsasa memanfaatkan potensi yang ada
untuk memanfaatkan lahan kosong ini menjadi suatu UMKM Outdoor yang sangat cocok
untuk dikunjungi setiap harinya. Tentu saja hal ini sangat menguntungkan Bapak Angga
karena tanahnya bisa dikontrak dan mendapatkan pendapatan sebagai pemasukan dari Bapak
Angga tersebut. Walaupun letak tempat wisata UMKM ini jauh dengan kota, namun antusias
orang-orang untuk mengunjungi tempat wisata UMKM di Sawe Rangsasa sangatlah tinggi.
Hal ini dibuktikan karena pemandangan yang disajikan sangat indah, selain itu harga
makanan di setiap UMKM sangat murah, dan tentu saja udaranya sangat dingin. Walaupun
sebelumnya daerah Sawe Rangsasa ini terkena dampak Covid-19 yang membuat tempat
wisata di daerah Sawe Rangsasa menjadi mati. Namun dengan berbagai inovasi dari setiap
warga Sawe Rangsasa, pada tahun 2022 saat ini, daerah Sawe Rangsasa menjadi daerah yang
memiliki pendapatan tinggi, karena banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata
UMKM ini, yang menyajikan pemandangan alam, pemandangan kota dari kejauhan, lampu-
lampu yang banyak jenisnya, udara segar, harga terjangkau, dan lain-lain.

4.2 Kedai Sing Liang

Kedai Sing Liang merupakan UMKM bertema Outdoor yang menyajikan berbagai
makanan dan menu spesial Roti Bakar beraneka rasa atau disebut Toast. Kedai ini terletak di
daerah Sawe Rangsasa tepatnya di lahan kosong Proyek Villa Uma sari yang terhenti
sebelumnya. Pemilik dari Kedai ini yaitu Ibu Tina. Pada tahun 2020 hingga Pertengahan
2021, Ibu Tina hanya merupakan pedagang donat. Setiap hari jam 6 pagi Ibu Tina mengirim
donat ke pasar untuk dijual. Pada saat sebelum dampak pandemi Covid-19, para konsumen
yang membeli donat Ibu Tina di pasar sangat ramai. Namun pada saat adanya pandemi
Covid-19, tingkat penjualan donat Ibu Tina menurun hingga pernah hampir bangkrut.
Kemudian setelah mengetahui Proyek Villa Uma Sari dihentikan karena kekurangan dana
yang diakibatkan pandemi Covid-19, dan adanya lahan kosong yang memiliki tempat sangat
strategis. Lalu Ibu Tina berinovasi untuk mencoba membangun kedai bertema outdoor yang
menjual berbagai minuman dan makanan khususnya roti bakar beraneka rasa ini. Modal
untuk mendirikan Kedai ini berasal dari modal sendiri, yaitu hasil dari menjual donat setiap
harinya. Awalnya kedai Ibu Tina sangat sepi karena kurangnya informasi yang ada.

Namun setelah memanfaatkan digital ekonomi, kedai Ibu Tina ini mulai ada
pengunjung. Karena permintaan pengunjung mayoritasnya yaitu makanan hangat, membuat
Ibu Tina berinovasi menambahkan menu berbagai macam rasa pada roti bakarnya. Lalu Ibu
Tina menamai kedai atau UMKM Sing Liang. Karena dulunya, banyak anak muda yang
datang ke kedai ini dalam keadaan galau dan ingin menghibur diri dengan melihat
pemandangan yang ada. Keunikan restoran ini terletak pada bangunan kayu bekas yang dicat
berwarna-warni. Selain itu kursi dan bantal pun ditata menggunakan berbagai macam warna
untuk menambah keceriaan saat berkunjung ke sini. Harga makanan dan minuman di kedai
ini terbilang murah bila dibandingkan dengan tempat lain. Namun kebanyakan makanan dan
minumannya berupa makanan lokal dan roti bakar. Serta, tempat ini cukup romantis
dinikmati berdua dengan pacar maupun sahabat. Pada saat weekend, di kedai Sing Liang ini
menyajikan live music yang mendukung suasana dari tempat wisata bertema outdoor ini.
Tidak hanya dikunjungi oleh remaja, tempat ini sangat cocok dikunjungi keluarga yang
tinggal di kota. Selain itu, tempat ini sangat direkomendasikan bila kalian hendak hunting
foto instagramable, membuat video aesthetic, dan lain-lain. Saat ini, karena suksesnya kedai
Ibu Tina di masa pandemi Covid-19 maupun setelah pandemi. Masyarakat desa Sawe
Rangsasa mengikuti jejak Ibu Tina dengan berinovasi melakukan hal yang sama namun
membedakan menu makanan dengan kedai Sing Liang. Sehingga membuat daerah ini
menjadi UMKM berbasis wisata, yang sebelumnya hanyalah lahan kosong yang tidak
berguna.

4.3 Penggunaan digital ekonomi UMKM Sing Liang

UMKM Sing Liang merupakan UMKM bertema outdoor yang menyajikan makanan
dan menu spesial yaitu roti bakar beraneka rasa. UMKM Sing Liang ini dibangun pada saat
pandemi Covid-19. Tentu saja jika tanpa memanfaatkan digital ekonomi, UMKM Sing Liang
tidak akan menjadi sukses, karena lokasi UMKM ini berada jauh dengan kota, selain itu
karena ada pandemi Covid-19, membuat warga di Kabupaten Jembrana berdiam dirumah saja
maupun menerapkan social distancing. Di Indonesia pandemic Covid-19 berdampak pada
sektor transportasi, pariwisata, perdagangan, kesehatan dan sektor lainnya, namun Sektor
ekonomi yang paling terkena dampak COVID-19 adalah rumah sektor industri tangga
(Susilawati et al., 2020). Terganggunya system produksi serta rantai pemasok, transportasi
dan distribusi secara global (Kumar et al., 2020) juga berdampak pada perekonomian di
Indonesia ditambah lagi pendapatan yang turun. Meskipun banyak usaha yang bangkrut
masih ada satu peluang yang dapat menjadi harapan bergulirnya ekonomi kerakyatan melalui
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pesatnya perkembangan teknologi dan perilaku
masyarakat yang ingin praktis dan cepat pada akhirnya membuka peluang bagi UMKM untuk
tumbuh dengan memanfaatkan teknologi. Tentunya dengan memanfaatkan digital teknologi,
UMKM masih memiliki peluang untuk menjadi pilar eknomi kerakyatan. UMKM sejak tahun
2016-2019 tumbuh sebesar 4,2% setiap tahunnya dengan rata-rata kontribusi UMKM
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah sebesar 50% sejak 3 tahun terakhir
(Soetjipto, 2020). Tentu saja hal ini membuat Ibu Tina menerapkan digital ekonomi agar
terhindar dari bangkrut. Adapun penerapan digital ekonomi yang dilakukan oleh Ibu Dore
yaitu menggunakan instagram (kedaisingliang_) dan Aplikasi Whatsapp (083119995780).
Alasan menggunakan 2 Aplikasi saja yaitu karena Ibu Tina sering menggunakan aplikasi
tersebut. Namun walaupun menggunakan 2 Aplikasi saja, UMKM Sing Liang tetap dikenal
dengan cepat, karena Ibu Tina yang sebelumnya merupakan pedagang donat yang sering
menitipkan donatnya di pasar, tentu saja hal ini membuat Ibu Tina mempunyai banyak teman.
Tetapi walaupun sudah menerapkan digital ekonomi, para warga maupun konsumen lebih
antusias berkunjung langsung ke lokasi UMKM Sing Liang, agar bisa menikmati
pemandangan yang indah. Jadi dalam penerapan digital ekonomi pada UMKM Sing Liang,
lebih dominan berfungsi sebagai penyalur informasi secara online. Tetapi tetap berfungsi
sebagai media pemesanan online sesuai keinginan konsumen. Untuk ruang lingkup jika ingin
memesan secara online hanya sebatas di daerah Kabupaten Jembrana saja. Karena makanan
yang ada di UMKM Sing Liang tidak layak dikonsumsi jika melebihi 1 hari, selain itu juga
tidak enak jika makanannya sudah dingin.

4.4 Laporan Keuangan UMKM Sing Liang

UMKM Sing Liang merupakan kedai yang didirikan oleh Ibu Tina yang
memanfaatkan lahan kosong dari Proyek Villa Uma Sari yang gagal. Walaupun saat ini
UMKM Sing Liang sudah bisa dikatakan usaha yang sukses, namun Ibu Tina tetap membuat
atau mencatat laporan keuangannya secara sederhana. Ibu Tina membuat laporan keuangan
UMKM Sing Liang hanya bagian laba atau ruginya saja. Sumber data untuk menentukan laba
rugi dari UMKM Sing Liang ini yaitu berasal dari nota penjualan. Setiap akhir bulan, Ibu
Tina menjumlahkan hasil dari pendapatan penjualannya yang bersumber dari nota penjualan,
lalu dikurangi modal awal sehingga mendapatkan laba bersih dari UMKM Sing Liang
tersebut.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

UMKM Sing Liang adalah UMKM bertema outdoor yang menyajikan makanan serta
menu spesial khususnya roti bakar beraneka rasa atau toast. UMKM Sing Liang didirikan
oleh Ibu Tina yang memanfaatkan lahan kosong dari Proyek Villa Uma Sari yang gagal.
Berdasarkan pembahasan diatas, UMKM Sing Liang sudah menerapkan digital ekonomi
untuk mendukung usahanya. Hal ini bisa kita lihat dari media sosial UMKM Sing Liang yaitu
menggunakan instagram dan whatsapp. Walaupun hanya menggunakan 2 Aplikasi saja,
namun hal ini sesuai dengan teori dari (Soetjipto, 2020), tentunya dengan menggunakan
digital teknologi, UMKM masih memiliki peluang untuk menjadi pilar eknomi kerakyatan.
Selain itu dengan inovasi yang dilakukan Ibu Tina membuat masyarakat di Daerah Sawe
Rangsasa menjadi termotivasi untuk melakukan inovasi usaha yang sama dengan Ibu Tina
sehingga menciptakan UMKM berbasis pariwisata. Dan Bapak Angga sebagai pemilik
proyek villa Uma Sari yang gagal bisa mendapatkan pendapatan dari hasil kontrak UMKM
tersebut. Selain itu Ibu Tina juga sudah menerapkan pencatatan laporan keuangan untuk
UMKM Sing Liang walaupun masih sederhana namun tetap berguna.

5.2 Saran

 Dari hasil miniriset tersebut, UMKM Sing Liang diharapkan bisa lebih memanfaatkan
digital ekonomi. Karena saat ini, penggunakan internet maupun handphone di
Indonesia sangat tinggi. Tentu saja hal ini jika dimanfaatkan dengan baik, akan
membuat UMKM Sing Liang lebih sukses.

 UMKM Sing Liang juga diharapkan bisa membuat laporan keuangan secara detail
maupun secara modern agar bisa menentukan strategi usaha untuk di masa depan.
 Masyarakat Desa Sawe Rangsasa diharapkan bisa memanfaatkan potensi desa yang
lainnya dan tidak hanya meniru inovasi Ibu Tina saja.

DAFTAR PUSTAKA

Elistia. (2020). Perkembangan dan Dampak Pariwisata di Indonesia Masa Pandemi Covid-
19. Prosiding Konferensi Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi (KNEMA),
1177(9), 1–16.

Hajati, D. I. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. ATRABIS: Jurnal Administrasi Bisnis, 7(2),
159–168.

Hanim, L. (2018). UMKM dan Bentuk-Bentuk Usaha. Semarang : UNISSULA PRESS.

Hardiani, W. A. A., Putri, J. A., Octafian, R., Satoto, Y. R., & Krisnatalia, H. (2021).
Penguatan Desa Wisata Sikasur Di Era New Normal. Jurnal Pengabdian Dharma
Laksana, 4(1), 53. https://doi.org/10.32493/j.pdl.v4i1.13182

Maharani, A., & Mahalika, F. (2020). New Normal Tourism Sebagai Pendukung Ketahanan
Ekonomi Nasional Pada Masa Pandemi ( New Normal Tourism As a Support of
National Economic Resistance in the Pandemic Period ). Jurnal Kajian LEMHANNAS
RI, 8, 14. http://jurnal.lemhannas.go.id/index.php/jkl/article/view/87

Novitaningtyas, I. dkk. (2022). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung


wisatawan di kawasan balkondes borobudur. Jurnal Pariwisata Universitas BSI, 9(1),
28–36.

Nurlinda, & Sinuraya, J. (2020). Potensi UMKM Dalam Menyangga Perekonomian


Kerakyatan di Masa Pandemi Covid-19: Sebuah Kajian Literatur. Seminar Akademik
Tahunan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 160–175. https://feb.untan.ac.id/wp-
content/uploads/2020/12/Nurlinda.pdf

Raharja, S. J., & Natari, S. U. (2021). Pengembangan Usaha Umkm Di Masa Pandemi
Melalui Optimalisasi Penggunaan Dan Pengelolaan Media Digital. Kumawula: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 108.
https://doi.org/10.24198/kumawula.v4i1.32361
Utami, B. A., & Kafabih, A. (2021). Sektor Pariwisata Indonesia Di Tengah Pandemi Covid
19. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 4(1), 383–389.
https://doi.org/10.33005/jdep.v4i1.198

Utami, K. S. (2022). Penguatan Strategi Pemasaran UMKM di masa Pandemi Covid-19 :


Studi Kasus Pelaku Usaha Tenun di Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Maksipreneur,
11(2), 284–302.

Wahyu Hidayat, W. (2018). Analisa Laporan Keuangan. Pulung : Uwais Inspirasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai