Dosen Pengampu :
Dra. I Gusti Agung Ketut Sri Ardani, MM.
Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini banyak industri atau perusahaan yang berusaha melawan dampak
disrupsi akibat dari revolusi industri 4.0. Perusahaan-perusahan seperti ritel,
perbankan dan perusahaan manufaktur banyak yang melakukan perubahan strategi
dan perubahan struktur tenaga kerja. Namun belum selesai berjuang akibat
disrupsi, pada saat ini perusahaan-perusahaan harus berjuang melawan efek dari
virus COVID-19. Pekerja yang sakit dan keterbatasan bahan baku produksi
miniminal menjadi alasan perusahaan harus mengatisipasi efek dari COVID-19.
2
berkaitan erat. Indonesia sebagai tujuan wisata dunia seperti Jakarta, Bali,
Yogyakarta, dan daerah lainnya akan mengalami penurunan jumlah kunjungan
wisatawan asing.
TINJAUAN PUSTAKA
3
masyarakat serta aktivitas pariwisata yang sebagian besar berhenti pada Maret
2020.
Ada temuan unik dari Qiu et al. (2020), bahwa selama pandemi
berlangsung ada usaha unik dari masyarakat lokal yakni mendorong kontribusi
lebih bagi penduduk yang lebih muda untuk berkontribusi dalam membiayai
pengurangan risiko, sebab mereka lebih mengerti secara digital dan lebih sering
terhubung ke internet dari pada penduduk yang lebih tua. Generasi muda lebih
memungkinkan untuk mengakses informasi terbaru tentang krisis pandemi secara
real time. Dengan demikian, selama wabah COVID-19 berlangsung, pemerintah
daerah dan organisasi pariwisata harus melibatkan generasi muda yang cenderung
lebih termotivasi dan berpengetahuan, dalam tindakan pemulihan krisis setelah
pandemi.
4
Dalam kajian tentang wabah penyakit kaki dan mulut yang dikaitkan
dengan dunia pariwisata, Ritchie et al. (2004) menjelaskan bahwa wabah penyakit
kaki dan mulut di Inggris sangat berdampak pada kegiatan pariwisata karena
kurangnya persiapan, sehingga tindakan yang diambil dalam fase darurat krisis
sangat inkonsistensi dalam mengembangkan pesan-pesan utama kepada para
pemangku kepentingan. Sebagian disebabkan karena kebingungan dan kurangnya
informasi di tingkat nasional, sehingga komunikasi pemasaran pasca pemulihan
juga kurang maksimal karena lamanya waktu wabah penyakit.
PEMBAHASAN
5
Selama ini, penyusunan masterplan pariwisata Bali masih reaktif dan
parsial. Dalam strategi bisnis, istilah rektif adalah reaksi cepat tanpa analisa
panjang terhadap situasi eksternal yang terjadi. Hal ini akan semakin diperparah
jika organisasi tidak memiliki visi atau masterplan yang jelas. Sebagai contoh
sejak masuknya wisatawan China di Bali, perang tarif antar penyedia jasa terjadi
dan pada akhirnya membuat atmosfer kompetisi pasaran yang tidak sehat.
Areal persawahan yang merupakan aset besar daerah dalam konteks sosio-
kultural masyarakat Bali, dan pada saat ini secara mudah dialih fungsikan menjadi
areal perumahan yang sangat masif. Contohnya di Kabupaten Bangli, dalam lima
tahun terakhir sudah 700 hektare sawah berubah fungsi. Belum lagi area
perkotaan yang tidak bersahabat dan hanya menjadi jalur lalu lalang kendaraan
tanpa memikirkan estetika, keindahan, keunikan arsitektur kotanya dan semakin
jauh dari basis pariwisata budaya.
6
Strategi Bisnis Pariwisata dan Pembenahan yang harus dilakukan
Beberapa bentuk industri kreatif yang cukup berpotensi untuk Bali dan
banyak daerah di Indonesia yaitu education tourism atau wisata pendidikan.
Pengembangan industri wisata pendidikan ini bisa dilakukan dengan kolaborasi
yang kuat antara pemerintah dan lembaga terkait dengan pariwisata. Begitu pula
dengan adanya retreat dan wellness tourism atau pariwisata kesehatan yang sangat
7
berpotensi menarik orang asing untuk tinggal lama di Bali atau di Indonesia dan
melakukan pengeluaran secara konsisten untuk suatu daerah. Namun sejalan
dengan gagasan sebelumnya bahwa kolaborasi bersama antara lembaga sangat
perlu dilakukan baik dalam tatanan kebijakan, administrasi dan penguatan kualitas
sektoral. Hal yang sama bisa dilakukan untuk pasar domestik. Selain
pengembangan pasar, yang terpenting adalah membangun industri jasa
transportasi umum secara profesional. Pembangunan jasa transportasi umum
terbukti berkontribusi besar untuk pendapatan daerah kota-kota wisata di dunia
dan menyerap tenaga kerja.
8
2. Hasil uji COVID-19 tersebut juga memiliki masa berlaku paling lama 14
hari sejak hasil tersebut dikeluarkan.
3. Bagi wisatawan yang telah menunjukkan surat keterangan yang masih
berlaku, tidak lagi diwajibkan melakukan SWAB Test atau Rapid Test,
kecuali mengalami gejala klinis COVID-19.
4. Bagi wisatawan yang tidak dapat menunjukkan hasil uji COVID-19 baik
Rapid Test maupun SWAB Test, wajib mengikuti test tersebut ketika sampai
di Bali.
5. Jika Rapid Test dinyatakan reaktif, wisatawan akan melakukan SWAB
Test di Bali.
6. Wisatawan yang kedapatan memiliki hasil reaktif pada uji rapid, wajib
mengikuti uji tambahan yaitu SWAB Test berbasis PCR di Bali.
7. Wisatawan juga wajib melakukan karantina di tempat yang telah
disediakan Pemerintah Provinsi Bali selama menunggu hasil uji tersebut
keluar. Biaya uji SWAB Test, Rapid Test merupakan tanggung jawab
wisatawan.
8. Sebelum keberangkatan ke Bali, setiap wisatawan berkewajiban mengisi
Aplikasi LOVEBALI. Petunjuk Aplikasi LOVEBALI dapat diakses pada
laman https://lovebali.baliprov.go.id. Pelaku usaha akomodasi pariwisata di
Bali wajib memastikan setiap Wisatawan sudah mengisi Aplikasi
LOVEBALI.
9
menyampaikan keluhan atau masalah selama berada di Bali melalui aplikasi
LOVEBALI yang telah dibuat untuk mendukung penilaian kinerja atau evaluasi
pariwisata terhadap daerah Bali.
PENUTUP
Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.sindonews.com/berita/1577497/18/dampak-virus-corona-bagi-
industri-pariwisata?showpage=all
file:///C:/Users/HP/Downloads/60329-1201-174430-2-10-20201030.pdf
https://theconversation.com/bagaimana-pariwisata-bali-harus-berbenah-usai-
pandemi-covid-19-137605
https://www.akseleran.co.id/blog/wisata-bali-di-era-new-normal/
11