Anda di halaman 1dari 17

Hal 1 dari 17

Studi Kasus Kebijakan Publik


PEMBUKAAN SEKTOR PARIWISATA DI TENGAH PANDEMI

Opening

Dunia sedang menghadapi keadaan darurat kesehatan, sosial, dan ekonomi


global yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi COVID-19. Sektor
transportasi dan pariwisata adalah sektor yang paling terpengaruh dengan adanya
pandemi ini. Fenomena yang nampak jelas ditandai dengan pesawat yang tidak
beroperasi, hotel yang ditutup dan pembatasan perjalanan orang yang diberlakukan di
hampir semua negara di seluruh dunia. Sektor penerbangan, baik domestik maupun
internasional, telah mengalami penurunan sejak awal Maret, penutupan situs dan
atraksi wisata, pembatalan atau penundaan festival dan acara besar, dan pembatasan
pertemuan publik (dalam dan luar ruangan) di banyak negara menjadi konsekuensi
langsung yang dihadapi sektor pariwisata sebagai dampak luar biasa karena adanya
pandemi COVID-19. Sebagai pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada
sektor pariwisata, pandemi COVID-19 telah memangkas kedatangan turis
internasional pada kuartal pertama tahun 2020 menjadi sebagian kecil dari jumlah
tahun lalu. Data yang tersedia menunjukkan penurunan dua digit sebesar 22% pada
Q1 2020, dengan kedatangan di bulan Maret turun 57%. Ini berarti hilangnya 67 juta
kedatangan internasional dan penerimaan sekitar USD 80 miliar (unwto.org).

Grafik Kedatangan Turis Internasional Januari, Februari, Maret 2020 (% perubahan)

Sumber: www.unwto.org
Hal 2 dari 17

Pariwisata adalah bagian penting dari perekonomian nasional bagi banyak


negara di dunia. Guncangan langsung dan besar pada sektor pariwisata akibat
pandemi virus Covid-19 mempengaruhi ekonomi suatu negara dalam lingkup yang
lebih luas, karena pemerintah di seluruh dunia telah memberlakukan langkah-langkah
antisipasi untuk menahan penyebaran virus Covid-19 seperti pembatasan perjalanan,
operasi bisnis, dan pembatasan interaksi orang-ke-orang yang kesemuanya itu telah
membuat ekonomi pariwisata terhenti (OECD.org). Kebijakan itu ada ketika negara-
negara lain menghimbau masyarakatnya menghindari lokasi dengan kerumunan orang
hingga waktu yang dianggap aman oleh para ahli kesehatan. Seperti halnya penutupan
sementara Disneyland di Jepang, pembatalan event MotoGP di Qatar, dan
dibatalkannya kegiatan konferensi di beberapa negara. Secara umum, pendapatan
industri pariwisata dunia jauh menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik Pendapatan Industri Pariwisata Dunia

Sumber: Katadata

Reaksi berantai atau efek domino pun terjadi pada sektor-sektor penunjang
pariwisata, seperti hotel dan restoran maupun pengusaha retail. Ketua Umum
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani memaparkan
dampak pandemi virus corona Covid-19 terhadap sektor perhotelan, restoran hingga
sektor lainnya yang terkait pariwisata, jika dikalkulasikan total kerugian yang dialami
sektor ini mencapai Rp 85,7 triliun (Tempo.Co) Anjloknya okupansi hotel hingga angka
40 persen membawa dampak yang cukup besar bagi kelangsungan bisnis hotel.
Industri retail berpotensi kehilangan omzet sebesar US$ 48 juta atau sekitar Rp 652
miliar seiring menurunnya kunjungan turis dari Negeri Panda dalam dua bulan terakhir.
Sementara itu, hasil perhitungan Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) menunjukkan, sektor perdagangan Indonesia
Hal 3 dari 17

diprediksi akan mengalami sejumlah kontraksi. Lebih dari 495 jenis komoditas atau
13% komoditas dengan tujuan ekspor Tiongkok akan terimbas. Selain itu, sekitar 299
jenis barang impor dari Tiongkok diperkirakan menyusut atau bahkan menghilang dari
pasar Indonesia (Katadata.co.id). Kementerian Pariwisata juga memperkirakan
kerugian devisa secara akumulasi mencapai empat miliar dolar AS hanya dari
berkurangnya kunjungan wisatawan asing dari Cina. Hingga bulan Februari, sudah ada
20 ribu pembatalan kedatangan wisatawan asing ke Bali. Belum lagi, di tempat wisata
lainnya, seperti Manado, Lombok, Nusa Tenggara, bahkan ke Yogyakarta.
Pembatalan ini berdampak pada penurunan pendapatan dari sektor transportasi,
akomodasi, hingga logistik para wisatawan asing di Indonesia.

Pemerintah Indonesia sebelumnya telah mengeluarkan kebijakan untuk


mengoptimalkan wisatawan domestik, bahkan memberi diskon tiket pesawat hingga
50 persen. Salah satu kebijakan paling kontroversial adalah dikucurkannya dana untuk
melibatkan influencer dalam upaya menggenjot pendapatan dari sektor pariwisata di
Indonesia. Di satu sisi, pemerintah berupaya melakukan upaya pencegahan
penyebaran virus corona di Indonesia. Namun, di sisi lain, pemerintah menggenjot
pendapatan dari wisatawan domestik dengan memberi diskon tiket pesawat besar-
besaran. Dengan kata lain, mobilitas wisatawan domestik (baik yang sudah terjangkit
virus corona maupun belum) akan semakin fleksibel dengan adanya tiket-tiket pesawat
murah yang terus dipromosikan oleh pemerintah. Peluang tersebarnya virus corona
dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia berpotensi akan semakin tinggi.

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamany khawatir


Indonesia bakal mengulangi kejadian yang menimpa Vietnam saat membuka
pariwisata di Da Nang. Usai dibuka, Da Nang kembali ditutup karena pembukaan itu
malah menyebabkan munculnya klaster baru kasus COVID-19 di kawasan wisata.
Padahal Vietnam dianggap sangat baik dalam mengontrol penyebaran virus corona
COVID-19. Sudah lama Vietnam tidak memiliki kasus baru selama lebih dari 3 bulan.
Pada akhir April 2020 lalu bahkan tak ada laporan kematian akibat COVID-19 di
Vietnam. Pembukaan kawasan pariwisata ini justru menghasilkan kematian pertama
karena COVID-19 di Vietnam. Hal inilah yang perlu dijadikan pelajaran bila Indonesia
ingin membuka pariwisata juga. Laura pun mempertanyakan kesiapan Bali dalam
tanggap darurat dan bisa menangani skenario bila terjadi lonjakan kasus. Termasuk
keberanian melakukan karantina dan pembatasan pergerakan bila terbukti ada
lonjakan kasus.

Tantangan yang cukup besar masih ada di depan, dimulai dengan durasi pandemi
dan pembatasan perjalanan yang tidak diketahui, dalam konteks resesi ekonomi
global. Negara-negara di seluruh dunia sedang menerapkan berbagai langkah untuk
mengurangi dampak wabah COVID-19 dan untuk merangsang pemulihan sektor
Hal 4 dari 17

pariwisata. Pengelolaan dampak ekonomi agar tidak membawa pada situasi resesi,
yang berpotensi membawa pada kondisi lebih buruk secara luas, harus dijalankan
dengan tetap melakukan pengendalian penularan virus Covid 19 sampai dengan
ditemukan dan diproduksinya vaksin yang telah teruji secara klinis. Artinya, strategi
ekonomi tetap dijalankan paralel dengan strategi kesehatan. Memperkuat skenario ini,
pada 20 Juli 2020 pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No 82 Tahun 2020
Tentang Komite Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan
Ekonomi Nasional. Mencermati berbagai kondisi yang ada, bagaimana alternatif
kebijakan yang dapat ditawarkan kepada pemerintah terkait pemulihan ekonomi
nasional dan penyelenggaraan pembukaan pariwisata agar dapat berjalan
dengan baik di masa adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19 di
Indonesia?

Pendahuluan

Pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung di Indonesia telah membawa


dampak yang sangat luas di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Sektor ekonomi
menjadi salah satu sektor yang terpukul selama pandemi ini. Pemerintah secara resmi
merilis proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi yang sangat tajam, sebesar minus
0.4% selama tahun 2020. Angka ini sangat jauh dengan prediksi awal pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,3% pada APBN tahun 2020. Perkiraan Organisasi Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD) menunjukkan telah terjadi penurunan pada kinerja
sektor pariwisata internasional di tahun 2020 sebanyak 45%. Menurut Vikas Bola,
Direktur Regional Asia Selatan Booking.com, sektor pariwisata diprediksi akan menjadi
industri yang terakhir pulih dari hantaman COVID-19.

Perkiraan OECD ditegaskan kembali oleh Presiden Joko Widodo saat membuka
rapat terbatas pada Kamis (6/8/2020). "Kemarin BPS (Badan Pusat Statistik) merilis
pertumbuhan kita di kuartal kedua jatuh berada di angka minus 5,32 dan saya melihat
sektor yang terdampak, terkontraksi sangat dalam yaitu di sektor pariwisata dan sektor
penerbangan," Ia menambahkan hal itu terlihat dari jumlah kedatangan wisatawan
mancanegara yang turun hingga 81 persen akibat pandemi Covid-19. Bahkan di
triwulan kedua 2020, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia hanya
482.000 orang. Menurut dia, penurunan itu sangat drastis. "Ini turun 81 persen untuk
quarter to quarter dan turun 87 persen untuk year on year, ini memang turunnya
terkontraksi sangat dalam," tutur Jokowi.
Hal 5 dari 17

Grafik Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman 2018-2020 (Ribu Kunjungan)

Sumber: Kementerian Pariwisata

Sejumlah pembatalan kedatangan wisatawan asal China terjadi sejak wabah


virus diumumkan. Lengangnya kursi pesawat, begitu juga hotel, cruise operator, dan
potensi bisnis lainnya pun menjadi lepas. Pada aspek pasar tenaga kerja, pada
Februari 2020, penyerapan tenaga kerja tumbuh 1,29% (year on year), lebih lambat
dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja pada Februari 2019 yang tumbuh
1,8%. Apabila ditelusuri lebih dalam, secara sektoral, perlambatan serapan tersebut
disumbang terutama oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan sektor
Konstruksi, sejalan dengan kinerja sektor tersebut yang melambat pada triwulan I
2020. (BPS via Bank Indonesia, 2020). Secara riil yang dirasakan oleh masyarakat
adalah adanya pengurangan jam kerja para karyawan sampai dengan pemutusan
hubungan kerja.

Pada kesempatan yang sama Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa


pandemi Covid-19 harus menjadi momentum transformasi sektor pariwisata di
Indonesia. "Menurut saya, penurunan (wisatawan) ini justru menjadi momentum kita
untuk konsolidasi, momentum kita untuk transformasi di bidang pariwisata dan juga di
bidang penerbangan melalui penataan yang lebih baik mengenai rute penerbangan,"
kata Presiden Jokowi. Ia mengatakan, masih harus dilakukan penataan infrastruktur
pariwisata untuk mengoptimalkan sektor tersebut. Salah satunya, kata Presiden
Jokowi, dapat dilakukan dengan mengatur rute penerbangan. "Melalui penataan yang
lebih baik mengenai rute penerbangan, penentuan hub, penentuan super hub.
Kemudian juga kemungkinan untuk menyatukan BUMN penerbangan dan pariwisata
sehingga arahnya (kemajuan pariwisata) semakin kelihatan," lanjut dia. "Maka, agar
terjadi sebuah lompatan di sektor pariwisata juga penting pengelolaan ekosistem
pariwisata dan pendukungnya termasuk penerbangan. Betul-betul harus didesain
dengan manajemen yang lebih terintegrasi," lanjut Presiden Jokowi.
Beberapa waktu sebelumnya, pemerintah telah mengisyaratkan sektor-sektor
yang akan dipilih untuk menggerakkan kembali sektor ekonomi. Dengan pertimbangan
Hal 6 dari 17

dampak ekonomi yang luas, sektor wisata ditetapkan sebagai prioritas dalam strategi
percepatan pemulihan pasca covid 19 di Indonesia. Peningkatan aktivitas pariwisata
akan mendorong peningkatan tingkat hunian hotel, utilisasi restoran, dan transportasi.
Pemerintah melalui Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19, Doni
Monardo, mengumumkan pembukaan kembali tempat pariwisata alam bertipe
konservasi maupun non-konservasi pada hari Jumat 22 Juni 2020. Kawasan
pariwisata alam yang dimaksud terdiri atas wisata bersifat konservasi seperti kawasan
wisata bahari, kawasan konservasi perairan, wisata petualangan, taman nasional,
taman wisata alam, taman hutan raya, suaka margasatwa, dan geopark. Sementara
pariwisata non-konservasi bisa berupa kebun raya, kebun binatang, taman safari, desa
wisata, dan kawasan wisata alam yang dikelola masyarakat.

Selanjutnya, Pemerintah resmi membuka kembali pariwisata di Pulau Bali pada


Kamis (30/7/2020) khusus untuk wisatawan lokal, meski memang pandemi COVID-19
belum usai. Pembukaan ini bakal berlanjut pada 11 September 2020 untuk wisatawan
mancanegara. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar
Panjaitan mengatakan pembukaan ini tak bisa dihindari karena pariwisata sangat
melekat dengan perekonomian Bali. Luhut mengklaim pemerintah tidak sembarang
mengeluarkan kebijakan ini. Luhut juga menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo
sudah mengingatkan agar penanganan ekonomi dijalankan beriringan dengan
penanganan COVID-19. “Kami membuka Bali ini bukan asal dibuka, semua itu
berangkat daripada berapa jumlah yang infeksi, berapa jumlah yang sembuh berapa
tadi mortality rate-nya,” ucap Luhut dalam keterangan tertulis, Jumat (31/7).

Jika Kasus Covid-19 Naik Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama
menyebut, aktivitas pariwisata di suatu daerah nantinya bisa saja dihentikan lagi jika
kasus penularan virus corona mengalami kenaikan. "Ya tentu Pak Presiden
menyampaikan juga kalau Covid-19 naik lagi, tentu diberhentikan lagi," kata dia usai
rapat kabinet. Oleh karena itu, Wishnutama menegaskan harus ada prosedur yang
ketat sebelum suatu tempat wisata dibuka kembali. Pertama, Pemda harus
memastikan bahwa penularan virus corona di wilayah tersebut sudah minim. Lalu
setiap tempat wisata juga harus melalui berbagai tahapan mulai dari menyusun
standar operasional prosedur (SOP), melakukan simulasi, sosialisasi, hingga uji coba.
Wishnutama mengingatkan setiap tempat baik hotel, restoran, jasa transportasi
ataupun tempat wisata untuk menerapkan protokol kesehatan untuk pencegahan
Covid-19. "Kalau perlu izin dicabut kalau tak mematuhi protokol kesehatan yang kita
siapkan," kata dia. Selain itu, Wishnutama juga mengingatkan masyarakat yang akan
berwisata untuk juga mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker,
menjaga jarak, dan menjaga kebersihan.
Hal 7 dari 17

Gambar Tren perkembangan Kasus Covid-19 di indonesia

Sumber : Kementerian Kesehatan

Terkait pembukaan kembali aktivitas pariwisata, pakar Epidemiologi Universitas


Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan sebaiknya pembukaan pariwisata ini ditunda
dulu. Penanganan COVID-19 di Indonesia masih belum cukup serius, sehingga
membuka kembali pariwisata justru bisa memperparah penyebaran COVID-19.
“[Kasus positif COVID-19] pasti naik. Pemerintah Bali sekarang siap tidak? Menerima
konsekuensi itu,” ucapnya.
Pandu meminta pemerintah tidak boleh hanya memikirkan ekonomi saja, tetapi
harus serius membenahi penanganan pandeminya dulu. Salah satu buktinya terlihat
dari jumlah tes dan uji spesimen di Bali yang masih minim dan diduga menjawab
mengapa jumlah kasus di Bali tak terlalu tinggi. Buktinya meski diklaim aman, jumlah
kasus positif COVID-19 di Bali terus bertambah. Situs infocorona.baliprov.go.id
mencatat rata-rata kasus baru mencapai 41. Penambahan kasus baru di Bali juga
belakangan semakin cepat. Untuk 1.000 kasus pertama, Bali membutuhkan waktu 48
hari per Sabtu (20/6), 20 hari untuk mencapai 2.000 kasus per Jumat (10/7), dan
menjadi 14 hari untuk mencapai 3.000 kasus per Jumat (24/7). “Kita tidak akan bisa
memulihkan ekonomi kalau [penanganan] pandemi masih begini,” kata Pandu.
Hal 8 dari 17

Body of the Case

a. Dampak Ekonomi Pandemi


Pariwisata adalah salah satu sektor terdampak paling parah di tengah
pandemi COVID-19 saat ini. Perkiraan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi (OECD) menunjukkan telah terjadi penurunan pada kinerja sektor
pariwisata internasional di tahun 2020 sebanyak 45%. Jumlah tersebut diprediksi
akan terus meningkat hingga 70% jika pemulihan kegiatan pariwisata tertunda
hingga September 2020 mendatang.

Perkiraan OECD ditegaskan kembali oleh Presiden Joko Widodo saat


membuka rapat terbatas pada Kamis (6/8/2020). "Kemarin BPS (Badan Pusat
Statistik) merilis pertumbuhan kita di kuartal kedua jatuh berada di angka minus
5,32 dan saya melihat sektor yang terdampak, terkontraksi sangat dalam yaitu di
sektor pariwisata dan sektor penerbangan," Ia menambahkan hal itu terlihat dari
jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang turun hingga 81 persen akibat
pandemi Covid-19.
Jokowi mengatakan, di triwulan kedua 2020, jumlah wisatawan mancanegara
yang datang ke Indonesia hanya 482.000 orang. Menurut dia, penurunan itu sangat
drastis. "Ini turun 81 persen untuk quarter to quarter dan turun 87 persen untuk year
on year, ini memang turunnya terkontraksi sangat dalam," tutur Jokowi.
Sebelumnya BPS melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal II-
2020 minus hingga 5,32 persen. Secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19
persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen.
Hal 9 dari 17

Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan Tiongkok yang saat ini jumlahnya


terbesar kedua diperkirakan menurun. Begitu pula pada sektor investasi dan
perdagangan. Dalam beberapa tahun terakhir, nilai investasi Tiongkok terus
meningkat. Bahkan menjadi terbesar kedua pada 2019. Di sektor perdagangan,
Tiongkok merupakan mitra terbesar Indonesia.
Sejumlah destinasi di Tanah Air mengalami pukulan yang keras karena
terdampak COVID-19, salah satunya Pulau Bali. Menteri PPN/Kepala Bappenas,
Suharso Monoarfa, menyebutkan Bali merupakan jantung pariwisata Indonesia
dengan menyumbang devisa sekitar 10 miliar dolar AS dari total devisa dari sektor
pariwisata mencapai sekitar 18 miliar dolar AS.
Destinasi pariwisata Indonesia tidak hanya Bali, walaupun sumber devisa
terbesar dari industri pariwisata memang dari Bali. Daerah lain di Indonesia, yang
tidak kalah pamornya dari Bali untuk menarik wisatawan – baik domestik maupun
mancanegara, adalah daerah-daerah wisata di Jawa Barat dan Nusa Tenggara
Barat.
Gambar Wilayah-Wilayah yang Masih Berstatus Rawan

Sumber: https://covid19.go.id/p/berita/bertambah-1409-total-sembuh-corona-55354-kasus

b. Dampak Sektor Tenaga Kerja


Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 7 April
2020, akibat pandemi Covid-19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di sektor
formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Total
ada 1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak ini. Rinciannya, 873.090 pekerja
dari 17.224 perusahaan dirumahkan, sedangkan 137.489 pekerja di-PHK dari
Hal 10 dari 17

22.753 perusahaan. Sementara itu, jumlah perusahaan dan tenaga kerja terdampak
di sektor informal adalah sebanyak 34.453 perusahaan dan 189.452 orang pekerja.
Namun, dalam catatan kebijakannya, tim riset SMERU menyebut bahwa
angka ini belum menggambarkan tingkat pengangguran secara keseluruhan karena
belum memasukkan pengangguran dari sektor informal dan angkatan kerja baru
yang masih menganggur. Tim riset SMERU kemudian melakukan simulasi
penghitungan peningkatan pengangguran secara total dan menghitung jumlah
pengurangan penyerapan tenaga kerja dari masing-masing sektor usaha akibat
terjadinya kontraksi ekonomi sampai akhir Maret 2020. Mengutip catatan kebijakan
SMERU, hasil simulasi menunjukkan bahwa TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)
meningkat dari 4,99 persen pada Februari 2020 (data BPS) menjadi sekitar 6,17
persen–6,65 persen pada Maret 2020. Persentase ini setara dengan peningkatan
jumlah pengurangan penyerapan tenaga kerja yang mencapai sekitar 1,6 juta
hingga 2,3 juta orang. Dilihat dari sebaran sektornya, perdagangan adalah sektor
yang paling banyak mengalami pengurangan penyerapan tenaga kerja.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor ini
berkurang sekitar 677.100–953.200 orang. Namun, jika dilihat dari proporsinya,
konstruksi adalah sektor yang paling banyak mengurangi penyerapan tenaga kerja
dengan proporsi sebesar 3,2 persen–4,5 persen dari jumlah pekerja di sektor
tersebut pada Februari 2020. Meski demikian, ada sektor-sektor yang diperkirakan
masih menyerap tenaga kerja, seperti jasa pendidikan, informasi dan komunikasi,
jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa keuangan dan asuransi. Hal ini
kemungkinan terjadi karena pada kuartal I 2020, produk domestik bruto (PDB)
sektor ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama
pada 2019.

Sektor-Sektor yang Dipilih Sebagai Sektor Kunci Pemulihan Pasca Pandemi


Di level nasional, pandemi COVID-19 telah merubah paradigma pengembangan
pariwisata di Indonesia. Tidak kurang Presiden Jokowi memprediksi tren pariwisata
akan bergeser selama fase new normal Covid-19. Masyarakat akan memilih pariwisata
yang tak melibatkan orang banyak. "Referensi hiburan akan bergeser ke alternatif
liburan yang tidak banyak orang, seperti solo travel tour, wellness tour, termasuk di
dalamnya juga virtual tourism serta staycation," kata Jokowi. Selain itu, Jokowi
menyebut para wisatawan juga akan mempertimbangkan faktor kesehatan,
kebersihan, keselamatan dan keamanan dalam memilih tempat berwisata.

Oleh karena itu, Kepala Negara meminta pelaku industri pariwisata untuk
mengantisipasi perubahan tren ini. "Industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus betul-
betul mengantisipasi terjadinya perubahan tren ini dan kita harus bisa betul-betul
Hal 11 dari 17

mencium perubahannya ke arah mana," kata dia. Jokowi menilai harus ada strategi
khusus dalam promosi pariwisata yang sesuai dengan pergeseran tren itu. Selain itu,
industri pariwisata perlu fokus terlebih dulu kepada wisatawan domestik. "Saya minta
menteri Pariwisata menyiapkan program promosi dalam negeri yang aman Covid-19,"
kata dia.
Merespon instruksi presiden, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Wishnutama menyatakah telah berkoordinasi dengan maskapai penerbangan, industri
perhotelan, hingga pengelola tempat wisata untuk memberikan paket promosi wisata
dengan harga menarik. "Kami berkomunikasi erat dengan Garuda untuk
mempersiapkan berbagai macam paket-paket. Termasuk dengan hotel-hotel juga
(tempat) wisata nantinya. Tentunya dengan harga yang sangat menarik," ujarnya.
Tidak hanya menjalin kerjasama dengan maskapai, Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) mengebut proses pemulihan
di sektor pariwisata. Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan
Giri Adnyani, menyebutkan bahwa kementerian telah menyiapkan program yang dibagi
menjadi dua periode. Pertama, Bulan Juni-Oktober 2020 sebagai gaining confidence
yang mencakup persiapan dan revitalisasi destinasi. Kedua, bulan Oktober 2020
sebagai appealing yang merupakan pembukaan destinasi pariwisata secara bertahap
dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Dengan skenario program dalam dua
tahap ini, pada tahun 2021 diharapkan pariwisata Indonesia bisa normal kembali.

Stakeholder

1. Pemerintah Pusat
Menteri Sekretaris Negara Pratikno menegaskan, pemerintah tetap
memprioritaskan kesehatan dalam penanganan pandemi virus corona Covid-19.
Langkah pemerintah yang membentuk Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional bukan
berarti menandakan penanganan di sektor kesehatan akan mengendur. "Tentu
saja prioritas pada kesehatan akan tetap sangat sangat sangat utama. Sekarang
ini sudah masuk pada tahap bagaimana kita menyiapkan segera untuk vaksin,"
kata Pratikno dalam keterangan tertulis, Rabu (22/7/2020). Pratikno menyebut,
Jokowi sengaja membentuk Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional agar
penanganan Covid-19 dari sisi kesehatan dan ekonomi bisa berjalan beriringan.
Sebab, Satgas Penanganan Covid-19 dan Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional
kini berada di bawah Komite Kebijakan.
"Ketua pelaksana dari Komite ini adalah Menteri BUMN yang tugasnya
menyinergikan dua satgas. Jadi Satgas Penanganan Covid-19 berjalan seperti
biasa, sekarang didukung secara terintegrasi oleh Satgas Perekonomian di bawah
kepemimpinan Pak Budi Gunadi Sadikin," kata Pratikno. Pratikno menyebut,
Hal 12 dari 17

ditempatkannya dua satgas dalam satu kelembagaan ini merupakan perwujudan


dari konsep gas dan rem sebagaimana yang telah disampaikan Presiden Jokowi
beberapa waktu lalu. Konsep tersebut mengintegrasikan upaya penanganan
kesehatan dan perekonomian secara seimbang dan terintegrasi. "Yang sering
dikatakan Pak Presiden ini ibarat ada gas ada rem, dua-duanya harus diselesaikan
secara seimbang," ujarnya.
Gambar Peraturan Perundang-Undangan Terkait Kebijakan Penanganan Covid-19

Sumber: BNPB

2. Pemerintah Daerah
Selama pandemi COVID-19, Luhut mengatakan sektor pariwisata cukup
terdampak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan kunjungan wisatawan
mancanegara pada Mei 2020 turun hingga 86,9% year on year (yoy). BI juga
mencatat realisasi devisa pariwisata pada Mei 2020 mengalami kontraksi hingga
minus 97,3% yoy. Dari data itu, Bali jelas sangat terpukul. Data BPS kata Luhut
mencatat, 60% wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berwisata ke
Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9% devisa pariwisata nasional sejumlah
Rp 75 triliun.
Gubernur Bali, I Wayan Koster, Rabu (22/7) lalu juga menyatakan pembukaan ini
diperlukan untuk mengembalikan denyut ekonomi di wilayahnya ini. Kontribusi
pariwisata pada ekonomi Bali mencapai 53 persen dari total PDRB dan
menampung 1,1 juta orang tenaga kerja. Yang terjadi saat ini, menurutnya, sangat
memengaruhi Bali. Pemprov Bali, kata Koster akan menerapkan sejumlah skema
sebagai jaminan dalam membuka kembali pariwisata. Salah satunya mewajibkan
restoran, hotel, dan objek wisata mengantongi sertifikat bahwa mereka sanggup
menjalankan protokol kesehatan. “Ketika dimulai diberikan sertifikat. Saat ini sudah
dikeluarkan sertifikasi tingkat provinsi dan kabupaten/kota,” ucap Koster.
Hal 13 dari 17

Harus ada syarat memang yang harus dilakukan dengan membuka kembali
pariwisata di Bali. Protokol kesehatan harus betul-betul dipatuhi baik oleh semua
pihak. Namun upaya Pemprov Bali dengan mengeluarkan sertifikat protokol
kesehatan tak akan efektif tanpa adanya pengawasan yang kuat dan tegas. Ketua
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Darmawan mengatakan
sertifikasi protokol kesehatan yang akan dikeluarkan Pemprov Bali tak akan cukup
sebagai upaya pengawasan. Sanksi tegas pun harus berani diberikan kepada siapa
saja yang melanggar. Ede juga menekankan tanggung jawab pemerintah untuk
meningkatkan jumlah tes yang belum dicapai oleh Bali sendiri. Jika mau sesuai
dengan standar WHO 1.000 per 1 juta penduduk, maka Bali memerlukan 4.500
tes/minggu dan 650 tes/hari dengan asumsi jumlah penduduk 4,5 juta. “Jangan
kemudian heboh ada klaster pariwisata. Jangan sampai ada yang muncul klaster
Bali,” ucap Ede.

3. Pelaku Usaha Bidang Pariwisata


Bali sangat bertumpu pada sektor pariwisata. Hampir sepertiga dari seluruh hasil
penjualan barang dan jasa di Bali berasal dari sektor penginapan, makanan dan
minuman, atau setara dengan Rp 58,7 triliun. Saat ini, sejak bulan April hampir 96%
hotel di Bali kosong karena tidak ada kunjungan wisatawan. Sejauh ini sudah ada
pemutusan hubungan kerja terhadap 800 orang dan 46,000 pekerja formal
dirumahkan karena perusahaan yang sudah tidak memiliki kemampuan untuk
membayar karyawannya.
"Selama lima bulan ini kita sudah sangat terpuruk, tidak bisa dibayangkan jika
kondisi ini akan lebih lama," demikian pengakuan dari salah seorang anggota
Himpunan General Manager Hotel di Bali memperkuat data-data di atas. Bisa
dikatakan bahwa industri pariwisata di Bali saat ini sudah megap-megap dan
kondisi keuangan perusahaan juga semakin menipis untuk membayar listrik dan
gaji karyawan selama pandemi. Pemerintah, lanjut dia, harus segera membuat
keputusan jika sudah ada prediksi saat ini, menganalisa lebih dalam dengan
perhitungan risiko, namun tetap dapat dikendalikan.
Kalangan pelaku industri meyakini bahwa pemerintah telah mempunyai rencana
yang matang untuk memutuskan jadi atau diundur pembukaan Bali. Sejalan
dengan hal tersebut, disarankan agar pemerintah memberikan stimulus untuk
menggairahkan masyarakat lokal dan domestik untuk berwisata di Bali.
Sementara itu terkait perubahan jadwal atas pembukaan destinasi Bali fase ketiga
untuk wisatawan mancanegara, Ketua DPD IHGMA Bali I Nyoman Astama
mengajak para pemangku kepentingan untuk berpikir lebih realistis
mengkombinasikan antara kondisi saat ini dengan nasib industri ke depannya.
"Karena kepercayaan ini harus terbangun. Yang terpenting 'kan sistem kelolanya
Hal 14 dari 17

harus teliti dan berorientasi ke depan. Mungkin jika dibuat lebih spesifik dengan
pembatasan tertentu seharusnya 11 September tetap bisa dibuka, karena banyak
juga yang berharap seperti ini," ucapnya.
Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Mei 2020
tercatat hanya 36 kunjungan. Angka ini menurun hingga 99,99% dari Mei 2019
yang sebanyak 486.602 kunjungan. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya,
menurun 88,99% dari 327 kunjungan. Wisman paling banyak datang melalui
bandar udara sebanyak 34 kunjungan, sedangkan dari pelabuhan hanya 2
kunjungan.
Total wisman ke Bali sepanjang 2020 sebanyak 1.050.060 kunjungan, turun
54,47% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sepanjang 2020,
Australia menjadi negara yang paling banyak mengunjungi Bali yaitu sebanyak
222.359 kunjungan. Sementara negara selanjutnya adalah Tiongkok, India, dan
Rusia.

Closing

Pemerintah bakal membuka kembali sektor pariwisata domestik dan telah


menambah jumlah anggaran ke sektor pariwisata dalam rangka pemulihan ekonomi
khususnya di sektor pariwisata. Untuk pemulihan industri pariwisata, pemerintah
menyiapkan stimulus dalam bentuk hibah pariwisata melalui transfer daerah dan
insentif penerbangan. Program ini diharapkan mampu menjadi pengungkit bagi industri
pariwisata sekaligus persiapan apabila terjadi kemungkinan terburuk dari Covid-19.
Dalam Rancangan Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun
Anggaran 2021 Kemenparekraf menambah anggaran senilai Rp. 800 miliar dengan
mengucurkan sekitar Rp 4,9 triliun yang difokuskan untuk pemulihan kegiatan industri,
pariwisata, dan investasi. Dari total anggaran tersebut, sebanyak 8,3 persen untuk
belanja pegawai, 79 persen untuk belanja barang, dan 12,7 persen untuk belanja
modal.

Presiden Joko Widodo mengakui langkah membuka sektor pariwisata saat ini
memiliki resiko besar. Namun langkah ini akan tetap ditempuh untuk membangkitkan
lagi sektor pariwisata yang sejak awal tahun terpuruk akibat pandemi. Berdasarkan
data Kementerian Kesehatan, pada Senin (24/8/2020), jumlah kasus positif Covid-19
di Indonesia terus bertambah mencapai 155.412 dengan jumlah pasien meninggal
dunia 6.759 orang. Sebelumnya, Presiden dalam rapat kabinet terbatas melalui video
conference pada Kamis (28/5/2020) telah memberikan peringatan bahwa rencana
pembukaan sektor pariwisata ini risikonya besar. Begitu ada imported case, kemudian
ada dampak kesehatan, maka citra pariwisata yang buruk akan bisa melekat dan akan
menyulitkan kita untuk memperbaikinya lagi, kata Presiden Jokowi. Oleh karena itu,
Hal 15 dari 17

Jokowi meminta pembukaan sektor pariwisata ini tak dilakukan secara tergesa-gesa.
Ia menegaskan pariwisata harus produktif, namun tetap aman dari Covid-19.

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terkena dampak langsung
dalam situasi pandemi saat ini dan hal ini membutuhkan tanggapan segera dan jangka
panjang. Banyak negara sekarang memasuki fase baru dalam memerangi virus dan
pada saat yang sama berusaha mengelola pembukaan kembali ekonomi pariwisata,
termasuk di Indonesia. Pemerintah Indonesia berencana untuk membuka kembali
sektor pariwisata di masa adaptasi kebiasaan baru dengan penerapan protokol
kesehatan. Wacana pemerintah untuk membuka kembali sektor pariwisata ini menuai
pro dan kontra dari sejumlah pihak. Pemerintah memerlukan agenda strategis dalam
upaya pemulihan ekonomi saat ini. Mencermati berbagai kondisi yang ada,
bagaimana alternatif kebijakan yang dapat ditawarkan kepada pemerintah terkait
pemulihan ekonomi nasional dan penyelenggaraan pembukaan pariwisata agar
dapat berjalan dengan baik di masa adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi
Covid-19 di Indonesia?
Hal 16 dari 17

Referensi
UNWTO. 2020. Impact Assessment of the Covid-19 Outbreak on International
Tourism dalam https://www.unwto.org/impact-assessment-of-the-covid-19-
outbreak-on-international-tourism
OECD. 2020. Tourism Policy Responses to the CoronaVirus (COVID-19) dalam
https://read.oecd-ilibrary.org/view/?ref=124_124984-7uf8nm95se&title=Covid-
19_Tourism_Policy_Responses
https://katadata.co.id/ekarina/berita/5f0d844724822/turis-asing-anjlok-saat-pandemi-
bisnis-pariwisata-rugi-rp-85-triliun
https://bisnis.tempo.co/read/1365055/phri-sektor-pariwisata-rugi-rp-857-triliun-akibat-
pandemi.
https://katadata.co.id/hariwidowati/berita/5e9a470e04ad6/efek-domino-virus-corona-
ke-industri-penunjang-pariwisata
https://republika.co.id/berita/q6p4rn282/badai-corona-bikin-lesu-industri-pariwisata
https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-20200803115017.pdf
https://tirto.id/penanganan-covid-19-di-bali-buruk-pembukaan-wisata-perlu-ditunda-
fVe2
http://indonesiabaik.id/infografis/pariwisata-indonesia-di-tengah-virus-corona
https://travel.tempo.co/read/1371227/5-tren-wisata-yang-berubah-di-masa-new-
normal-pandemi-covid-19/full&view=ok
https://www.dw.com/id/indonesia-kebut-pemulihan-pariwisata-lewat-program-chs-bali-
jadi-pilot-project/a-53498969
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200818/12/1280674/kemenparekraf-siapkan-
langkah-mitigasi-dampak-covid-19-apa-saja
https://www.antaranews.com/berita/1648242/bappenas-sebut-covid-19-dorong-
pariwisata-berbasis-kualitas
https://rri.co.id/bandung/warta-budaya-dan-wisata/845921/ini-skenario-disparbud-
jabar-bangkitkan-pariwisata
https://www.suarantb.com/rinjani-dan-wisata-pendakian-di-tengah-pandemi/
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/06/12324011/pertumbuhan-ekonomi-
minus-jokowi-sebut-sektor-pariwisata-dan-penerbangan
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/06/13373521/jokowi-sebut-pandemi-
covid-19-momentum-transformasi-pariwisata
Hal 17 dari 17

https://nasional.kompas.com/read/2020/05/29/08465791/buka-pariwisata-di-tengah-
pandemi-kebijakan-berisiko-yang-tetap-diambil?page=3
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/06/12324011/pertumbuhan-ekonomi-
minus-jokowi-sebut-sektor-pariwisata-dan-penerbangan
https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/102500165/pandemi-covid-19-apa-
saja-dampak-pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia-?page=all.
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/29/08465791/buka-pariwisata-di-tengah-
pandemi-kebijakan-berisiko-yang-tetap-diambil?page=3
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/22/11530211/istana-prioritas-pada-
kesehatan-tetap-sangat-sangat-sangat-utama
https://id.berita.yahoo.com/himpunan-gm-hotel-paparkan-kondisi-052041144.html
https://theconversation.com/bagaimana-pariwisata-bali-harus-berbenah-usai-
pandemi-covid-19-137605
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/07/13/wisman-ke-bali-hanya-36-
orang-turun-hampir-100-pada-mei-2020

Anda mungkin juga menyukai