Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO COVID-19 PADA

INDUSTRI PERHOTELAN

Disusun oleh : ANGGER WICAK HANDADARI


UT UPBJJ SURABAYA
S1 MANAJEMEN

Abstrak
Penyebaran virus corona atau covid-19 semakin meluas di penjuru dunia. Penyebaran ini
pun mempengaruhi kegiatan ekonomi, termasuk industri perhotelan. Pandemi global yang
terjadi di awal tahun 2020 telah mengubah industri travel sepenuhnya. itu telah mengejutkan
sektor global, dan paling signifikan mempengaruhi grosir, pariwisata dan perjalanan.
Dengan penutupan bandara dan penutupan, perjalanan dan hotel, industri perhotelan telah
mengalami penutupan pasar utama dalam dekade terakhir. Situasi ini telah menciptakan
beberapa epidemi yang disebut depresi pariwisata. Ada berbagai penyebab manajemen
risiko di sektor pariwisata, misalnya bencana alam (gempa bumi, tsunami, banjir, dan
kebakaran alam). Penyebab politik (perang, pemilu, demonstrasi), penyebab ekonomi (pasar
saham jatuh, resesi) dan dalam hal ini adalah pandemi global. Namun, peneliti tertarik pada
sektor ekonomi mikro dan bagaimana resort mengelola depresi pariwisata. Dalam kasus
khusus ini, penulis akan melakukan studi kasus di Caesars Palace Dubai.

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses (Cov) adalah virus
yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona
menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom
Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV).
Virus Corona adalah zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan
berawal pada tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee
mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”.
Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini
terdapat 93 negara yang mengkorfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona
yang telah meluas ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada perekonomian dunia
baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata. Tahun 2020 telah menjadi tahun yang
mengejutkan bagi sebagian besar orang secara global. Media dan dunia telah digemparkan
dengan sebuah berita pandemic global yang telah menyebar secara pesat di seluruh penjuru
dunia, yang disebut virus COVID-19. Hal itu menyebabkan regulasi lockdown pada hampir
seluruh penerbangan dan batas awal masuk negara di hampir seluruh dunia. Sebagian
besar negara di dunia mengalami penyebaran COVID-19 atau yang disebut Coronavirus, dan
pemerintahan telah mengatur regulasi seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar),
isolasi masyarakat, serta penutupan sarana-sarana umum seperti pantai, taman dan mall-mall.
COVID-19 telah mengubah hampir seluruh industri  dengan penyesuaian seperti bekerja dari
rumah (Work From Home) dan regulasi lainnya.
Salah satu industri yang mengalami dampak dari pandemi ini adalah industri pariwisata.
Pariwisata adalah salah satu bidang yang sangat terkenal dengan dunia Bisnis Perhotelan.
Tanpa pariwisata, tidak akan ada bidang pembelajaran tentang industri ini. Oleh karena itu,
ada banyak potensi di seluk beluk liburan dan apa ciri-ciri saat ini. Organisasi Tur Dunia PBB
/ United Nations Of World Travel Organizations (UNTWO) mengatakan bahwa
mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan orang yang bepergian ke dan tinggal di tempat-
tempat di luar lingkungan mereka yang biasa selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut
untuk liburan, bisnis atau keperluan lainnya. Pariwisata juga telah memberikan dampak
positif tehadap devisa dan peekonomian negara. Seperti contohnya adalah negara Uni Emirat
Arab (UAE) yang dapat menerima sekitar 6,20 persen dari GDP (Gross Domestic
Product) melalui pariwisata (Arabiaday, 2019). Sebagai negara yang mengadalkan
sektor perekonomian dari perdagangan real estate dan industri servis serta priwisata ini, UAE
telah terdampak karena virus COVID-19. Menurut Bhomes.com, Sektor ini adalah salah satu
penghasil devisa terbesar. Pemerintah Dubai sangat bergantung pada pariwisata untuk
menjaga ekonominya bertahan setelah cadangan minyaknya habis. Tempat wisata utama
adalah festival belanja, seperti DSF (Dubai Shopping Festival) dan DSS (Dubai Summer
Surprise), dan keajaiban konstruksi kuno dan modern. Dubai adalah kota kedelapan yang
paling banyak dikunjungi di dunia pada tahun 2007 dan diharapkan dapat menampung lebih
dari 15 juta pengunjung pada tahun 2015. Pada tahun 2020, Dubai akan menggelar Dubai
Expo 2020 yang diperkirakan akan dikunjungi oleh 68 juta wisatawan.
Oleh karena itu penulis tertarik membahasnya lebih dalam lagi tentang dampak wabah covid
– 19 terhadap industri pariwisata khususnya bidang perhotelan dan cara kerja manajemen
resiko dalam menghadapi wabah covid – 19 dengan menarik judul “PENERAPAN
MANAJEMEN RISIKO COVID-19 PADA INDUSTRI PERHOTELAN
”.

 Rumusan Masalah
1) Apa itu pandemi covid – 19 dan dampaknya terhadap perekonomian ?
2) Apa dampak yang ditimbulkan pandemi covid-19 terhadap industri pariwisata ?
3) Bagaimana sektor perhotelan mengelola manajemen resiko saat menghadapi
pandemi covid19 ?

 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui apa itu pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap
perekonomian.
2) Untuk mengetahui dampak pandemi terhadap kesehatan dan perekonomian di
bidang pariwisata
3) Untuk mengetahui bagaimana penanganan dan penerapan Manajemen Resiko yang
dilakukan oleh pengelola resort.
 Manfaat Penulisan
1) Bagi Penulis, untuk mengetahui apa itu covid-19 dan dampanknya terhadap
perekonomian.
2) Bagi Pembaca, untuk mengetahui cara menyikapi pandemi Covid-19 dan
bagaimana penerapan Manajemen Resiko saat terjadi pelemahan ekonomi.

PEMBAHASAN
1. Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul dari kota Wuhan,
China pada akhir Desember 2019. Di duga Covid-19 ini berasal dari hewan kelewar dan setelah di
telusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan orang-orang yang memiliki riwayat telah
mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan, China. Manusia merupakan
mahluk sosial yang memungkinkan saling berinteraksi secara langsung sehingga tingkat penyebaran
pandemi Covid-19 semakin pesat, hingga Kamis, 26 maret 2020 tercatat 198 negara yang terinfeksi
oleh Covid-19. Nasib bagaimana terpukulnya sektor pariwisata bisa dilihat di salah satu kota
surganya hiburan dan rekreasi, Dubai. pencegahan Covid19 berupa physical distancing dan
mengindari kerumunan, sudah barang tentu sektor pariwisata sangat terbentur dalam sejak
pandemi global ini karena kegiatan tersebut sering dijalankan dengan kerumunan orang atau
massa. Lembaga riset Capital Economics mengatakan, dengan utang yang tinggi, sektor real
estate yang berjuang, meningkatnya persaingan dari negara tetanggdan ekonomi yang
terjerembab, Dubai sangat didera dampak pandemi corona. Ekonom riset perusahaan James
Swanston mengatakan, seluruh sektor jasa, yang membentuk sekitar 80 persen
perekonomian Dubai terpukul akibat covid19. Sektor pariwisata, perdagangan grosir dan
eceran juga terkena dampak terburuk. UAE telah mengumumkan paket stimulus senilai 70
miliar dollar AS atau setara 17,5 triliun rupiah dan langkah-langkah lain untuk mendukung
perekonomian, termasuk keringanan pajak dan pembebasan berbagai bea, sambil
memungkinkan bisnis memecat karyawan asing, mengurangi upah, atau memaksakan cuti
yang tidak dibayar.
Terlebih terhadap pariwisata global terpuruk akibat pandemi Covid-19. Berbagai pembatasan
sosial membuat tingkat kunjungan wisatawan anjlok. Secara global terjadi penurunan
kedatangan turis mancanegara di berbagai negara hingga 700 juta orang. Akibatnya sektor
pariwisata secara global mengalami kerugian sebesar USD 730 miliar. Semua negara pun
menggelontorkan dana untuk menangani krisis yang terjadi. Bahkan beberapa negara di Asia, Eropa
dan Amerika Serikat pun tidak mampu menyelesaikan masalah. Tak terkecuali di Indonesia.
Sampai bulan Oktober 2020, terjadi kemerosotan kedatangan turis sebanyak 72,4 persen.
Turis yang datang ke Indonesia didominasi mereka yang hanya berbatasan darat secara
langsung. Seperti Malaysia dan Timor Leste. Bahkan kunjungan turis ke Bali hanya sekitar
100 orang. Padahal biasanya persentase kedatangan turis ke Indonesia lebih besar dari orang
Indonesia yang melakukan perjalanan wisata di luar negeri. "Turis yang masih melakukan
perjalanan di Indonesia 7,4 persen dan orang Indonesia yang keluar hanya 5,4 persen,"
ungkap dia.
Angka ini dinilai lebih kecil dari yang dicapai beberapa negara Asia lainnya seperti
Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja. Masih menyebarnya virus corona di 34 provinsi
inilah yang membuat turis asing belum berani datang ke Indonesia.

Ekonomi Dubai pasca pandemi


Industri pariwisata di Uni Emirat Arab terus berkembang meskipun ada tantangan akibat
pandemi virus corona, berkat respons cepat negara itu dalam memerangi Covid-19 dengan
mengumumkan berbagai paket keuangan untuk mendukung perekonomian. Di era pasca-
Covid-19, ide-ide baru dan solusi inovatif akan memainkan peran kunci untuk mempercepat
pemulihan pariwisata. Dilansir dari Gulf Today, Senin (16/11), diadakan di bawah
perlindungan Sheikh Sultan Bin Mohammad Al Qasimi, Putra Mahkota dan Wakil Penguasa
Sharjah dan Ketua Dewan Eksekutif Sharjah, forum tersebut membahas jalur pemulihan
terbaik dan tercepat untuk sektor pariwisata emirat dengan para peserta mengusulkan solusi
inovatif untuk mendukung para pemangku kepentingan, industri pariwisata, perhotelan, dan
perjalanan dan mempertahankan pertumbuhan dan kenormalan mereka secara bertahap.
Forum tersebut menyoroti tantangan dan peluang pariwisata, perhotelan, dan perjalanan yang
muncul di era pasca-pandemi dan memamerkan proyek-proyek pariwisata paling sukses dan
inovasi terbaru yang mendorong pemulihan pariwisata. Edisi ketujuh SHF, diselenggarakan
secara virtual untuk pertama kalinya karena Covid-19, diselenggarakan oleh Otoritas
Pengembangan Perdagangan dan Pariwisata (SCTDA) Sharjah.   Pembicara terkenal dari
pemerintah dan sektor swasta, pakar, pengambil keputusan, pemangku kepentingan
pariwisata dan ekonomi, serta perwakilan dari otoritas lokal dan organisasi internasional ikut
serta dalam forum tersebut. Para hadirin termasuk Sheikh Khalid Bin Ahmed Bin Sultan Al
Qassimi, Direktur Jenderal, Departemen eGovernment, Government of Sharjah; Khalid Jasim
Al Midfa, Ketua SCTDA; tamu kehormatan dan pembicara Abdulla Al Saleh Wakil Menteri
Ekonomi untuk Perdagangan & Industri Luar Negeri, dan Natalia Bayona, Direktur
Departemen Inovasi, Transformasi Digital dan Investasi, Organisasi Pariwisata Dunia
(UNWTO); dan Tiffany Misrahi, Wakil Presiden Kebijakan, World Travel & Tourism
Council (WTTC).
Sheikh Khalid Bin Ahmed Bin Sultan Al-Qassimi berkata: “Pariwisata adalah salah satu
sektor yang paling terpukul karena pandemi Covid-19, sebuah krisis yang sangat menantang
semua segmen masyarakat, terutama sektor kesehatan, sosial, dan ekonomi. Namun, meski
berdampak negatif, pandemi tersebut telah mendorong tumbuhnya transformasi digital.
Dalam hal ini, UEA telah menunjukkan kesiapan dan kemampuannya untuk memastikan
kelangsungan bisnis di sektor-sektor penting, termasuk perjalanan, pariwisata, dan
perhotelan, dengan memanfaatkan infrastruktur teknologi canggih negara tersebut. Sejalan
dengan arahan Yang Mulia Dr Sheikh Sultan Bin Muhammad Al-Qasimi, Anggota Dewan
Tertinggi Federal dan Penguasa Sharjah, kami tetap berkomitmen untuk memberikan layanan
teknis terbaik kepada semua entitas pemerintahan Sharjah, menggunakan platform kelas
dunia,sambil memastikan kepatuhan dengan standar keamanan siber dan privasi pribadi
tertinggi. Kami yakin bahwa krisis global yang sedang berlangsung pada akhirnya akan
segera berakhir, dan sektor pariwisata akan memulihkan semangat dan pertumbuhannya,
didukung oleh solusi digital terintegrasi yang dirancang untuk memastikan pengalaman yang
aman dan nyaman bagi wisatawan dan pengunjung. ”           
Khalid Jasim Al Midfa mengatakan, “Forum Perhotelan Sharjah diadakan pada saat ada
kebutuhan yang meningkat untuk memobilisasi dan mendorong upaya nasional dan
internasional untuk meluncurkan inisiatif efektif yang akan mempercepat pemulihan sektor
pariwisata dan perhotelan.

2. Dampak pandemi covid19 terhadap industri kepariwisataan


Adanya pandemi yang terjadi di seluruh dunia memberikan dampak pada aktivitas
perekonomian secara global. Salah satu kegiatan ekonomi yang mengalami dampak paling
parah menurut beberapa analis ekonomi adalah industri pariwisata. Diterapkannya kebijakan
pembatasan sosial membuat mobilitas masyarakat menjadi sangat terbatas dari mulai
dilarangnya melakukan perjalanan keluar kota dan berkumpul dalam jumlah besar
menyebabkan banyak calon wisatawan yang membatalkan kunjungan ke Objek Daya Tarik
Wisata (ODTW) di beberapa daerah tertentu. Pihak pengelola ODTW pun memilih untuk
menutup tempatnya dari kunjungan wisatawan baik itu dari dalam maupun luar negeri
sebagai usaha dalam membatasi bahkan memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
UNWTO (United Nation World Tourism Organization) telah memperkirakan kedatangan
wisatawan internasional dapat turun 20% sampai 30% pada tahun 2020. Hal ini memberikan
dampak berupa kerugian sebesar kurang lebih 300-450 miliar dolar AS dalam bentuk ekspor
pariwisata internasional yang didapat secara global. Sektor pariwisata memiliki dampak yang
sangat besar pada kehidupan masyarakat baik itu pada ekonomi, lingkungan alam, penduduk
lokal di tempat tujuan, dan pada wisatawan itu sendiri. Berbagai macam dampak muncul
mulai dari pembaruan dari proses produksi yang diperlukan untuk memproduksi barang dan
jasa untuk pengunjung serta pihak yang memiliki kepentingan yang terlibat di sektor
pariwisata menyebabkan perlunya melakukan pendekatan secara keseluruhan dalam hal
pengembangan destinasi pariwisata, manajemen pariwisata maupun monitoring kegiatan
pariwisata yang ada. Pendekatan ini sangat dianjurkan untuk diberlakukan pada kebijakan
pariwisata nasional dan lokal serta perjanjian internasional. Sektor pariwisata sangat berperan
penting dalam mengembangkan ekonomi masyarakat dan sejalan dengan kebijakan
pemerintah untuk membangun ekonomi berkelanjutan di masa mendatang. Sektor pariwisata
telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara
yang meliputi tempat rekreasi, hotel, restoran, angkutan serta bentuk usaha yang mendukung
pertumbuhan industri pariwisata lainnya. Dampak Covid-19 terhadap pariwisata terlihat pada
penurunan kunjungan wisatawan luar negeri dan dalam negeri. Menurunnya sektor
transportasi dan penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan awal dari
memburuknya kondisi ketenagakerjaan sektor pariwisata. Pengusaha yang bergerak di bidang
pariwisata mengalami kesulitan dalam membiayai operasional usahanya karena mengalami
penurunan pendapatan serta kerugian hingga bangkrut yang disebabkan tidak adanya
pemasukan usaha Tidak beroperasinya salah satu aktivitas dalam sektor pariwisata membuat
sebagian besar masyarakat menjadi kekurangan ekonomi.

Pariwisata dunia dalam pandemi Covid-19


Organisasi pariwisata dunia (UNWTO) pada bulan Maret 2020 telah mengumumkan bahwa
dampak pandemi Covid-19 akan terasa di seluruh dunia dalam sektor pariwisata. Dalam
merespon pandemi Covid-19, UNWTO telah mengubah prospek pertumbuhan wisatawan
internasional yang turun sebesar 1% sampai 3%. Hal ini berdampak pada menurunnya
penerimaan atau mengalami kerugian sebesar 30 miliar USD sampai dengan 50 miliar USD
yang menyebabkan banyaknya perusahaan yang bergerak di sektor pariwisata mengalami
bangkrut. Sebelum munculnya pandemi Covid-19, wisatawan internasional diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 3-4%. Asia dan Pasifik merupakan wilayah yang paling
besar terkena dampak dari adanya pandemi Covid-19, dengan penurunan kedatangan
wisatawan yang diperkirakan antara 9-12%.

3. Pengelolaan manajemen risiko bagi industri perhotelan pasca pandemi


Penanggulangan risiko yang terjadi dibidang pariwisata memerlukan adanya kerjasama antar
pemerintah dan pelaku pariwisata serta masyarakat yang dimulai dari adanya penyediaan
dalam fasilitas pekerja dalam industri kesehatan serta Pemerintah memberikan dana bantuan
seperti Bantuan Langsung Tunai dan pemberian tunjangan pariwisata dan potongan subsidi
listrik kepada masyarakat untuk menunjang perekonomian. Tentunya dalam menunjang
kegiatan pariwisata dan bisnis, pengelola industri perhotelan di Dubai melaksanakan berbagai
regulasi ketat untuk menghindari perluasan penyebaran virus semakin parah dan tak
terkendali sehingga dalam menanggulanginya dilaksanakan melalui beberapa cara berikut :
1) Dalam pelaksanaan PSBB yang mengakibatkan kerugian manajemen bisnis perjalanan
yang tidak memperbolehkan adanya kontak fisik yang terlalu riskan guna menghindari
penyebaran virus dalam ranah lingkup berwisata maka perusahaan dapat menggunakan media
sosial maupun media internet yang dipergunakan dalam strategi promosi sebagai terobosan
pemasaran produk maupun jasa yang dimiliki yang disesuaikan oleh kebutuhan wisatawan
dengan melaksankan kegiatan berdasarkan adaptasi pendekatan berbasis pengguna (userbased
approach) sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas produk dengan menyesuaikan selera
wisatawan yang membutuhkan rasa aman dari kekhawatiran terpapar virus Covid-19,
mengingat pariwisata sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup.
2) Dalam rangka mengendalikan penyebaran Covid-19 pelaksanaan vaksinasipun dijalankan
melalui adanya pengendalian administratif dengan memprioritaskan pelaku kesehatan publik,
pariwisata dan lansia dalam pelaksanaannya dengan adanya jumlah masyarakat yang telah
divaksin. Pelaksanaan vaksinasi dijalankan untuk mengurangi dampak penyebaran dengan
memanipulasi sistem imun masyarakat untuk kebal akan virus covid-19 melalui pengujian
klinis.
3) Layanan kesehatan merupakan garda terdepan dalam menanggulangi risiko pandemi
Covid-19 ini maka dalam pelaksanaannya dilaksanakan percepatan penanganan Covid-19
melalui anggaran pemerintah Dubai sektor industri kepariwisataan pemerintah untuk
menyiapkan sarana dan prasarana baik berupa APD, Gedung yang memadai hingga jumlah
kasur untuk pasien terdampak sehingga berbagai insentif yang diberikan diharapkan dapat
memberi pengurangan risiko masyarakat terdampak yang kemudian akan berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan wisatawan asing dalam penanganan Covid-19 di
Dubai.
4) Melaksanakan Protokol Kesehatan pada Akomodasi maupun Layanan Pariwisata seperti
pemeriksaan suhu harian untuk semua karyawan, menyemprotkan disinfektan pada berbagai
fasilitas umum, meningkatkan pelatihan keselamatan kesehatan untuk semua staff pariwisata,
pelatihan yang ditingkatkan untuk pembersihan kamar tamu dan umum area, menetapkan
prosedur pembersihan baru, dan menerapkan praktik jarak sosial di tempat umum.

5) Tindakan lain adalah peninjauan dan penyesuaian semua area dengan peralatan dan
fasilitas tamu bersama yakni menyediakan fasilitas yang menunjang protokol kesehatan saat
wisatawan berkunjung ke destinasi, diikuti oleh pengurangan kuota dalam kapasitas
menginap atau berkunjung agar pelaksanaan jarak antar pengunjung dilaksanakan dengan
disiplin.
6) Mempromosikan destinasi pariwisata domestik atau mengubah arah wisatawan dalam
melaksanakan destinasi ke suatu daerah baru yang tidak banyak dikunjungi sebelumnya
sehingga risiko penumpukan wisatawan akan berkurang. Jika dikaitkan dalam bahasan
manajemen risiko maka dibutuhkan adanya pelaksanaan model pariwisata yang berkualitas
dibandingkan pariwisata masal terlebih lagi dikondisi saat ini.

PENUTUP
KESIMPULAN
Bisnis pariwisata perhotelan merupakan salah satu bisnis yang terkena efek Pandemi Covid-
19 yang menyebabkan kerugian yang diakibatkan oleh faktor eksternal perusahaan.
Runtuhnya perekonomian bidang perjalanan maupun pariwisata disebabkan oleh kurangnya
informasi dan pemahaman akan penanggulangan Covid-19 yang baru terkuak ketika jumlah
korban sudah membludak. Hal ini tentunya membutuhkan manajemen risiko yang perlu
untuk dilaksankan guna melindungi perusahaan terhadap kerugian yang timbul. Manajemen
Risiko dilaksanakan guna mendapatkan hasil mengenai permasalahan yang terjadi melalui
proses identifikasi dan pengukuran akan risiko yang terjadi sehingga dapat ditemukan hasil
dan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Salah satu daerah yang terdampak paling besar
adalah Dubai Uni Emirates Arab yang telah menyebabkan kerugian besar karena kehilangan
sumber penghasilan utamanya selain komoditas minyak karena Dubai mengandalkan
pariwisata dan tingkat hunian suatu akomodasi untuk dikelola sebagai penghasilan negara.
Hal ini pun tak hanya berdampak pada pemerintahan saja, namun juga berdampak pada para
pelaku usaha pariwisata. Sektor pariwisata memberikan kontribusi besar pada pendapatan di
dunia yang didapat melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, penyerapan investasi serta
tenaga kerja maupun pengembangan wilayah sehingga dampak karena adanya wabah virus
corona ini sangatlah besar sehingga dalam menanggulangi risiko yang terjadi dilaksanakan
sesuai dengan Hierarki Pengendalian Bahaya dengan adanya penerapan Alat Pelindung Diri
baik dari tenaga kesehatan dan masyarakat untuk mencapai tujuan nasional dalam
menciptakan efektivitas penanggulangan covid-19. Selain itu dengan menggeser model
pariwisata menjadi Pedesaan atau alam dapat memperkecil ruang lingkup dalam kerumunan
namun tetap terlihat menarik dengan berbagai pengemasan kegiatan yang dilaksanakan oleh
pelaku pariwisata di desa. Pariwisata dengan memanfaatkan alam pedesaan memiliki potensi
lebih rendah dibandingkan man made yang mengumpulkan masa dalam kondisi pandemi kini
sehingga penyebaran melalui kegiatan pariwisata akan berkurang dibandingkan pariwisata
massal.

DAFTAR PUSTAKA
https://feb.uns.ac.id/feb/e-bulletin-maret-bagaimana-dampak-covid-19-terhadap-ekonomi-
global/
“Bank Dunia Gelontorkan Rp2.660 T Tangani Dampak Virus Corona” ,Artikel diambil dari
internet pada 11 April
2020  melalui : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200403012904-532-489817/bank-
dunia-gelontorkan-rp2660-t-tangani-dampak-virus-corona
“Bersiap Tameng Ekonomi untuk Dampak Wabah Corona” , Artikel diambil dari internet
pada  11 April 2020  melalui  https://jeo.kompas.com/bersiap-tameng-ekonomi-untuk-
dampak-wabah-corona
https://www.pajakku.com/read/5eccb6eb17946d2a32e32841/Akibat-Pandemi-COVID-19-
Arab-Saudi-Menaikkan-PPN-Hingga-Tiga-Kali-Lipat
file:///C:/Users/w/Downloads/113-Article%20Text-428-2-10-20200609.pdf

Anda mungkin juga menyukai