INDUSTRI PERHOTELAN
Abstrak
Penyebaran virus corona atau covid-19 semakin meluas di penjuru dunia. Penyebaran ini
pun mempengaruhi kegiatan ekonomi, termasuk industri perhotelan. Pandemi global yang
terjadi di awal tahun 2020 telah mengubah industri travel sepenuhnya. itu telah mengejutkan
sektor global, dan paling signifikan mempengaruhi grosir, pariwisata dan perjalanan.
Dengan penutupan bandara dan penutupan, perjalanan dan hotel, industri perhotelan telah
mengalami penutupan pasar utama dalam dekade terakhir. Situasi ini telah menciptakan
beberapa epidemi yang disebut depresi pariwisata. Ada berbagai penyebab manajemen
risiko di sektor pariwisata, misalnya bencana alam (gempa bumi, tsunami, banjir, dan
kebakaran alam). Penyebab politik (perang, pemilu, demonstrasi), penyebab ekonomi (pasar
saham jatuh, resesi) dan dalam hal ini adalah pandemi global. Namun, peneliti tertarik pada
sektor ekonomi mikro dan bagaimana resort mengelola depresi pariwisata. Dalam kasus
khusus ini, penulis akan melakukan studi kasus di Caesars Palace Dubai.
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses (Cov) adalah virus
yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona
menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom
Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV).
Virus Corona adalah zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan
berawal pada tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee
mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”.
Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini
terdapat 93 negara yang mengkorfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona
yang telah meluas ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada perekonomian dunia
baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata. Tahun 2020 telah menjadi tahun yang
mengejutkan bagi sebagian besar orang secara global. Media dan dunia telah digemparkan
dengan sebuah berita pandemic global yang telah menyebar secara pesat di seluruh penjuru
dunia, yang disebut virus COVID-19. Hal itu menyebabkan regulasi lockdown pada hampir
seluruh penerbangan dan batas awal masuk negara di hampir seluruh dunia. Sebagian
besar negara di dunia mengalami penyebaran COVID-19 atau yang disebut Coronavirus, dan
pemerintahan telah mengatur regulasi seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar),
isolasi masyarakat, serta penutupan sarana-sarana umum seperti pantai, taman dan mall-mall.
COVID-19 telah mengubah hampir seluruh industri dengan penyesuaian seperti bekerja dari
rumah (Work From Home) dan regulasi lainnya.
Salah satu industri yang mengalami dampak dari pandemi ini adalah industri pariwisata.
Pariwisata adalah salah satu bidang yang sangat terkenal dengan dunia Bisnis Perhotelan.
Tanpa pariwisata, tidak akan ada bidang pembelajaran tentang industri ini. Oleh karena itu,
ada banyak potensi di seluk beluk liburan dan apa ciri-ciri saat ini. Organisasi Tur Dunia PBB
/ United Nations Of World Travel Organizations (UNTWO) mengatakan bahwa
mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan orang yang bepergian ke dan tinggal di tempat-
tempat di luar lingkungan mereka yang biasa selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut
untuk liburan, bisnis atau keperluan lainnya. Pariwisata juga telah memberikan dampak
positif tehadap devisa dan peekonomian negara. Seperti contohnya adalah negara Uni Emirat
Arab (UAE) yang dapat menerima sekitar 6,20 persen dari GDP (Gross Domestic
Product) melalui pariwisata (Arabiaday, 2019). Sebagai negara yang mengadalkan
sektor perekonomian dari perdagangan real estate dan industri servis serta priwisata ini, UAE
telah terdampak karena virus COVID-19. Menurut Bhomes.com, Sektor ini adalah salah satu
penghasil devisa terbesar. Pemerintah Dubai sangat bergantung pada pariwisata untuk
menjaga ekonominya bertahan setelah cadangan minyaknya habis. Tempat wisata utama
adalah festival belanja, seperti DSF (Dubai Shopping Festival) dan DSS (Dubai Summer
Surprise), dan keajaiban konstruksi kuno dan modern. Dubai adalah kota kedelapan yang
paling banyak dikunjungi di dunia pada tahun 2007 dan diharapkan dapat menampung lebih
dari 15 juta pengunjung pada tahun 2015. Pada tahun 2020, Dubai akan menggelar Dubai
Expo 2020 yang diperkirakan akan dikunjungi oleh 68 juta wisatawan.
Oleh karena itu penulis tertarik membahasnya lebih dalam lagi tentang dampak wabah covid
– 19 terhadap industri pariwisata khususnya bidang perhotelan dan cara kerja manajemen
resiko dalam menghadapi wabah covid – 19 dengan menarik judul “PENERAPAN
MANAJEMEN RISIKO COVID-19 PADA INDUSTRI PERHOTELAN
”.
Rumusan Masalah
1) Apa itu pandemi covid – 19 dan dampaknya terhadap perekonomian ?
2) Apa dampak yang ditimbulkan pandemi covid-19 terhadap industri pariwisata ?
3) Bagaimana sektor perhotelan mengelola manajemen resiko saat menghadapi
pandemi covid19 ?
Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui apa itu pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap
perekonomian.
2) Untuk mengetahui dampak pandemi terhadap kesehatan dan perekonomian di
bidang pariwisata
3) Untuk mengetahui bagaimana penanganan dan penerapan Manajemen Resiko yang
dilakukan oleh pengelola resort.
Manfaat Penulisan
1) Bagi Penulis, untuk mengetahui apa itu covid-19 dan dampanknya terhadap
perekonomian.
2) Bagi Pembaca, untuk mengetahui cara menyikapi pandemi Covid-19 dan
bagaimana penerapan Manajemen Resiko saat terjadi pelemahan ekonomi.
PEMBAHASAN
1. Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul dari kota Wuhan,
China pada akhir Desember 2019. Di duga Covid-19 ini berasal dari hewan kelewar dan setelah di
telusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan orang-orang yang memiliki riwayat telah
mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan, China. Manusia merupakan
mahluk sosial yang memungkinkan saling berinteraksi secara langsung sehingga tingkat penyebaran
pandemi Covid-19 semakin pesat, hingga Kamis, 26 maret 2020 tercatat 198 negara yang terinfeksi
oleh Covid-19. Nasib bagaimana terpukulnya sektor pariwisata bisa dilihat di salah satu kota
surganya hiburan dan rekreasi, Dubai. pencegahan Covid19 berupa physical distancing dan
mengindari kerumunan, sudah barang tentu sektor pariwisata sangat terbentur dalam sejak
pandemi global ini karena kegiatan tersebut sering dijalankan dengan kerumunan orang atau
massa. Lembaga riset Capital Economics mengatakan, dengan utang yang tinggi, sektor real
estate yang berjuang, meningkatnya persaingan dari negara tetanggdan ekonomi yang
terjerembab, Dubai sangat didera dampak pandemi corona. Ekonom riset perusahaan James
Swanston mengatakan, seluruh sektor jasa, yang membentuk sekitar 80 persen
perekonomian Dubai terpukul akibat covid19. Sektor pariwisata, perdagangan grosir dan
eceran juga terkena dampak terburuk. UAE telah mengumumkan paket stimulus senilai 70
miliar dollar AS atau setara 17,5 triliun rupiah dan langkah-langkah lain untuk mendukung
perekonomian, termasuk keringanan pajak dan pembebasan berbagai bea, sambil
memungkinkan bisnis memecat karyawan asing, mengurangi upah, atau memaksakan cuti
yang tidak dibayar.
Terlebih terhadap pariwisata global terpuruk akibat pandemi Covid-19. Berbagai pembatasan
sosial membuat tingkat kunjungan wisatawan anjlok. Secara global terjadi penurunan
kedatangan turis mancanegara di berbagai negara hingga 700 juta orang. Akibatnya sektor
pariwisata secara global mengalami kerugian sebesar USD 730 miliar. Semua negara pun
menggelontorkan dana untuk menangani krisis yang terjadi. Bahkan beberapa negara di Asia, Eropa
dan Amerika Serikat pun tidak mampu menyelesaikan masalah. Tak terkecuali di Indonesia.
Sampai bulan Oktober 2020, terjadi kemerosotan kedatangan turis sebanyak 72,4 persen.
Turis yang datang ke Indonesia didominasi mereka yang hanya berbatasan darat secara
langsung. Seperti Malaysia dan Timor Leste. Bahkan kunjungan turis ke Bali hanya sekitar
100 orang. Padahal biasanya persentase kedatangan turis ke Indonesia lebih besar dari orang
Indonesia yang melakukan perjalanan wisata di luar negeri. "Turis yang masih melakukan
perjalanan di Indonesia 7,4 persen dan orang Indonesia yang keluar hanya 5,4 persen,"
ungkap dia.
Angka ini dinilai lebih kecil dari yang dicapai beberapa negara Asia lainnya seperti
Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja. Masih menyebarnya virus corona di 34 provinsi
inilah yang membuat turis asing belum berani datang ke Indonesia.
5) Tindakan lain adalah peninjauan dan penyesuaian semua area dengan peralatan dan
fasilitas tamu bersama yakni menyediakan fasilitas yang menunjang protokol kesehatan saat
wisatawan berkunjung ke destinasi, diikuti oleh pengurangan kuota dalam kapasitas
menginap atau berkunjung agar pelaksanaan jarak antar pengunjung dilaksanakan dengan
disiplin.
6) Mempromosikan destinasi pariwisata domestik atau mengubah arah wisatawan dalam
melaksanakan destinasi ke suatu daerah baru yang tidak banyak dikunjungi sebelumnya
sehingga risiko penumpukan wisatawan akan berkurang. Jika dikaitkan dalam bahasan
manajemen risiko maka dibutuhkan adanya pelaksanaan model pariwisata yang berkualitas
dibandingkan pariwisata masal terlebih lagi dikondisi saat ini.
PENUTUP
KESIMPULAN
Bisnis pariwisata perhotelan merupakan salah satu bisnis yang terkena efek Pandemi Covid-
19 yang menyebabkan kerugian yang diakibatkan oleh faktor eksternal perusahaan.
Runtuhnya perekonomian bidang perjalanan maupun pariwisata disebabkan oleh kurangnya
informasi dan pemahaman akan penanggulangan Covid-19 yang baru terkuak ketika jumlah
korban sudah membludak. Hal ini tentunya membutuhkan manajemen risiko yang perlu
untuk dilaksankan guna melindungi perusahaan terhadap kerugian yang timbul. Manajemen
Risiko dilaksanakan guna mendapatkan hasil mengenai permasalahan yang terjadi melalui
proses identifikasi dan pengukuran akan risiko yang terjadi sehingga dapat ditemukan hasil
dan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Salah satu daerah yang terdampak paling besar
adalah Dubai Uni Emirates Arab yang telah menyebabkan kerugian besar karena kehilangan
sumber penghasilan utamanya selain komoditas minyak karena Dubai mengandalkan
pariwisata dan tingkat hunian suatu akomodasi untuk dikelola sebagai penghasilan negara.
Hal ini pun tak hanya berdampak pada pemerintahan saja, namun juga berdampak pada para
pelaku usaha pariwisata. Sektor pariwisata memberikan kontribusi besar pada pendapatan di
dunia yang didapat melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, penyerapan investasi serta
tenaga kerja maupun pengembangan wilayah sehingga dampak karena adanya wabah virus
corona ini sangatlah besar sehingga dalam menanggulangi risiko yang terjadi dilaksanakan
sesuai dengan Hierarki Pengendalian Bahaya dengan adanya penerapan Alat Pelindung Diri
baik dari tenaga kesehatan dan masyarakat untuk mencapai tujuan nasional dalam
menciptakan efektivitas penanggulangan covid-19. Selain itu dengan menggeser model
pariwisata menjadi Pedesaan atau alam dapat memperkecil ruang lingkup dalam kerumunan
namun tetap terlihat menarik dengan berbagai pengemasan kegiatan yang dilaksanakan oleh
pelaku pariwisata di desa. Pariwisata dengan memanfaatkan alam pedesaan memiliki potensi
lebih rendah dibandingkan man made yang mengumpulkan masa dalam kondisi pandemi kini
sehingga penyebaran melalui kegiatan pariwisata akan berkurang dibandingkan pariwisata
massal.
DAFTAR PUSTAKA
https://feb.uns.ac.id/feb/e-bulletin-maret-bagaimana-dampak-covid-19-terhadap-ekonomi-
global/
“Bank Dunia Gelontorkan Rp2.660 T Tangani Dampak Virus Corona” ,Artikel diambil dari
internet pada 11 April
2020 melalui : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200403012904-532-489817/bank-
dunia-gelontorkan-rp2660-t-tangani-dampak-virus-corona
“Bersiap Tameng Ekonomi untuk Dampak Wabah Corona” , Artikel diambil dari internet
pada 11 April 2020 melalui https://jeo.kompas.com/bersiap-tameng-ekonomi-untuk-
dampak-wabah-corona
https://www.pajakku.com/read/5eccb6eb17946d2a32e32841/Akibat-Pandemi-COVID-19-
Arab-Saudi-Menaikkan-PPN-Hingga-Tiga-Kali-Lipat
file:///C:/Users/w/Downloads/113-Article%20Text-428-2-10-20200609.pdf