Namun, kebijakan ini masih dilakukan secara parsial dan tidak merata, serta
butuh jeda waktu hingga hasilnya terlihat. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi global pun diperkirakan menurun pada kuartal I tahun ini dan akan
berlanjut di kuartal setelahnya. Beberapa risiko yang membayangi industri
perbankan antara lain perlambatan penyaluran kredit, penurunan kualitas
aset, dan pengetatan margin bunga bersih. Peningkatan rasio kredit
bermasalah dan credit costs juga menjadi risiko di tengah penyebaran virus
corona, khususnya di sektor food and beverage, pariwisata, supply chain,
perkapalan, ritel, dan transportasi domestik.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Virus Corona juga berdampak pada investasi karena masyarakat akan lebih
berhati-hati saat membeli barang maupun berinvestasi. Virus Corona juga
memengaruhi proyeksi pasar. Investor bisa menunda investasi karena
ketidakjelasan supply chain atau akibat asumsi pasarnya berubah. Di bidang
investasi, China merupakan salah satu negara yang menanamkan modal ke
Indonesia. Pada 2019, realisasi investasi langsung dari China menenpati
urutan ke dua setelah Singapura. Terdapat investasi di Sulawesi berkisar US
$5 miliar yang masih dalam proses tetapi tertunda karena pegawai dari China
yang terhambat datang ke Indonesia.
Virus Corona juga sangat berdampak pada sektor pariwisata. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan asal China mencapai
2.07 juta orang pada tahun 2019 yang mencakup 12.8 persen dari total
wisatawan asing sepanjang 2019. Penyebaran virus Corona menyebabkan
wisatawan yang berkunjung ke Indonesia akan berkurang. Sektor-sektor
penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun
juga akan terpengaruh dengan adanya virus Corona. Okupansi hotel
mengalami penurunan sampai 40 persen yang berdampak pada
kelangsungan bisnis hotel. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran
atau rumah makan yang sebagian besar konsumennya adalah para
wisatawan. Melemahnya pariwisata juga berdampak pada industri retail.
Adapun daerah yang sektor retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali,
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan dan Jakarta. Penyebaran virus
Corona juga berdampak pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) karena para wisatawan yang datang ke suatu destinasi biasanya
akan membeli oleh-oleh. Jika wisatawan yang berkunjung berkurang, maka
omset UMKM juga akan menurun. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada
tahun 2016 sektor UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan jenis
usaha mikro banyak menyerap tenaga kerja.
1. Rumusan Masalah
Baca juga: Contoh Karil UT Jurusan Ilmu Komunikasi
1. Tujuan Penulisan
1. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali
muncul dari kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Di duga Covid-19
ini berasal dari hewan kelewar dan setelah di telusuri, orang-orang yang
terinfeksi virus ini merupakan orang-orang yang memiliki riwayat telah
mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan, China.
Manusia merupakan mahluk sosial yang memungkinkan saling berinteraksi
secara langsung sehingga tingkat penyebaran pandemi Covid-19 semakin
pesat, hingga Kamis, 26 maret 2020 tercatat 198 negara yang terinfeksi oleh
Covid-19.
Indonesia merupakan salah satu negara yang terinfeksi pandemi Covid-19,
pada 26 Maret 2020 tercatat 893 orang positif virus Corona. Diantaranya, 35
orang sembuh, 780 orang di rawat, dan 78 orang meninggal. Salah satu
penyebab virus corona mudah menyebar di Indonesia adalah karena
Indonesia merupakan negara dengan Sektor pariwisata. Sektor pariwisata
merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pertumbuhan
perekonomian Indonesia dan memiliki kontribusi devisa terbesar kedua di
Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa Sawit.
Nilai tukar rupiah pun sama menderitanya dengan IHSG. Setelah bertahan
cukup lama di kisaran level Rp 14.000 per dollar AS, mata uang Garuda kini
menapaki level Rp 16.000 per dollar AS. Pada Rabu (18/3/2020) pukul 12.44
WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau berada di level Rp 15.222 per
dollar AS. Rupiah melemah 50 poin atau 0,33 persen dibandingkan pada
posisi pembukaan, yakni Rp 15.085 per dollar AS. Sementara itu, kurs
referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI)
menunjukkan pada Rabu (18/3/2020), rupiah berada di level Rp 15.223 per
dollar AS. Angka ini pun melemah dibandingkan sehari sebelumnya, yakni Rp
15.083 per dollar AS. Rupiah pun makin terpuruk pada Senin (23/3/2020),
bahkan perdagangan di pasar spot ditutup melewati level Rp 16.000 per dollar
AS, tepatnya Rp 16.575 per dollar AS.
Hal yang sama diperkirakan juga melanda bank-bank di negara kawasan Asia
Tenggara. Pertumbuhan kredit, penurunan pendapatan bunga dan non bunga
bank-bank di kawasan Asia Tenggara diperkirakan juga mengalami
perlambatan. Rasio dana murah di Asia Tenggara berada di kisaran 48
persen, dan berakibat pada tekanan terhadap NIM seiring pemangkasan suku
bunga acuan. COVID-19 menghantam sektor perbankan ASEAN melalui
pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah, yang mengakibatkan perlambatan
pertumbuhan kredit dan berujung pada menurunnya profitabiltias industri
perbankan. Fitch Ratings menilai, bank-bank di Thailand dan Singapura yang
bergantung pada pariwisata, kemungkinan paling terpengaruh COVID-19.
BI sebagai penjaga utama stabilitas mata uang rupiah dan inflasi di Tanah Air
langsung mengeluarkan jurus-jurus moneter terkait pelemahan ekonomi saat
ini. Suku bunga acuan perbankan pun diturunkan seraya berharap segera
memberikan efek menetes ke industri perbankan untuk ikut penurunan ini.
Pada Kamis (19/3) lalu, usai Rapat Dewan Gubernur (RDG), Gubernur BI
Perry Warjiyo mengumumkan penurunan suku bunga acuan 7Days Reverse
Repo Rate (7DRRR) di level 4,5 persen. 7DRRR ini menjadi acuan industri
perbankan dalam menentukan suku bunga pinjaman/kredit/pembiayaan. Perry
mengatakan kebijakan moneter di tengah wabah corona saat ini tetap
akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam
kisaran sasaran. BI tetap memperhatikan stabilitas eksternal yang terjaga
serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di
tengah perekonomian global yang melambat.
PENUTUP
Melalui kebijakan stimulus ini, Perbankan juga memiliki pergerakan yang lebih
luas sehingga pembentukan kredit macet dapat terkendali dan memudahkan
memberikan kredit baru kepada debiturnya. POJK ini juga diharapkan menjadi
countercyclical dampak penyebaran virus Corona sehingga bisa mendorong
optimalisasi kinerja perbankan khususnya fungsi intermediasi, menjaga
stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pemberian stimulus OJK ini ditujukan kepada debitur pada sektor-sektor yang
terdampak penyebaran virus COVID-19, termasuk dalam hal ini debitur
UMKM dan diterapkan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian
yang disertai adanya mekanisme pemantauan untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan dalam penerapan ketentuan (moral hazard). Dengan
demikian, pembengkakan rasio kredit macet bank dan gagal bayar debitur
bisa terhindari sejak dini. Efek besarnya, ancaman PHK massal pun bisa
dielakkan dan daya beli masyarakat bisa tetap terjaga. Tentu, OJK dalam hal
ini harus benar-benar ketat dalam menyeleksi industri mana saja yang pantas
mendapat keringan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ika, Pipit. 2020. “6 Langkah BI Hadapi Dampak Corona”. Artikel diambil dari
internet pada 11 April
2020 melalui : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4220922/6-langkah-bi-
hadapi-dampak-corona
“Ini Strategi Bisnis Bank DBS di Tengah Sentimen Wabah Corona”. Artikel
diambil dari internet pada 12 April
2020 melalui : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200306182802-19-
143106/ini-strategi-bisnis-bank-dbs-di-tengah-sentimen-wabah-corona
Ika, Pipit. 2020. “Kondisi Sektor Jasa Keuangan pada Maret di Tengah Wabah
Virus Corona”. Artikel diambil dari internet pada 12 April
2020 melalui : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4212410/kondisi-sektor-
jasa-keuangan-pada-maret-di-tengah-wabah-virus-corona
Tags: Karil UT