Anda di halaman 1dari 5

TEORI EKONOMI MAKRO

"DAMPAK COVID 19 TERHADAP KONDISI MAKRO INDONESIA"

DISUSUN OLEH :

NAMA : DOMMI MARLIANA MANIK

NIM : 19303041

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

T.A 2019/2020
DAMPAK COVID 19 TERHADAP USAHA KECIL DAN MENENGAH

Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul dari kota
Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Di duga Covid-19 ini berasal dari hewan kelewar dan
setelah di telusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan orang-orang yang memiliki
riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan, China.

Manusia merupakan mahluk sosial yang memungkinkan saling berinteraksi secara langsung
sehingga tingkat penyebaran pandemi Covid-19 semakin pesat

Indonesia merupakan salah satu negara yang terinfeksi pandemi Covid-19

Banyak bisnis yang mati akibat virus corona yang sudah menjadi pandemi saat ini,sudah banyak
menjangkit banyak daerah daerah.kemudian pemberitaan dibanyak media cetak,televisi dan
online ikut membesarkan wabah ini.kebijakan banyak negara yang terus disosialisasikan untuk
melakukan physical distancing sampai lockdown negaranya membuat banyak orang harus
tinggal dalam rumah.

Oleh karena itu bisnis banyak terganggu contohnya :


● Rumah makan tidak ada yang mau makan

● beberapa hanya mau layani take home

● orang orang takut untuk berwisata

● hotel dan penerbangan sepi

● orang orang tidak berani keluar rumah

● takut naik kendaraan umum ojek

● angkot sepi

● bisnis perbankan dan non bank juga terganggu

karena kreditur (ojol,dll) tidak punya pendapatan untuk bayar cicilan kreditnya,maka akan
banyak credit yang macet.

Salah satu penyebab virus corona mudah menyebar di Indonesia adalah karena Indonesia
merupakan negara dengan Sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu faktor
yang berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memiliki kontribusi
devisa terbesar kedua di Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa Sawit.

Sektor pariwisata memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang pada perekonomian
Indonesia. Dampak jangka pendek dapat di rasakan secara langsung, sedangkan dampak jangka
Panjang dapat dilihat dengan bertambahnya pendapatan nasional, namun dengan adanya
Covid-19 semuanya tak lagi sama.

Sektor pariwisata yang sekarang mengalami kelesuan sehingga daya beli menurun secara
drastis karena berkurangnya pengunjung baik turis lokal maupun turis mancanegara, yang
secara otomatis pendapatan dan devisa yang di hasilkan dari sektor pariwisata semakin
menurun.

Hal ini mengakibatkan sektor pariwisata menjadi lumpuh sementara, sehingga pengangguran
semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah satu wadah yang memberikan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata maupun masyarakat dari luar.

Banyak karyawan dipulangkan karena adanya penurunan bisnis yang di akibatkan oleh
pandemi dari virus corona ini.

Bukan hanya sektor pariwisata yang mengalami kelumpuhan sementara, tetapi para karyawan
dari jenis perusahaan lainnya ikut merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Yang dimana
pekerjaan atau kegiatan yang biasanya dilakukan diluar rumah secara langsung sekarang
terpaksa harus dilakukan di dalam rumah.

Serta ada banyak pula karyawan yang terancam pemberhentian hak kerja (PHK) karena banyak
pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan dirumah, seperti halnya kegiatan
produksi yang bergantung pada mesin yang berada di tempat produksi.
PEMBERHENTIAN HAK KERJA ini juga dilakukan karena kurangnya pembelian dari konsumen
dan dibatasinya ekspor ke negara tertentu sehingga akan menghambat ekspor dan mengurangi
pendapatan perusahaan, bahkan perusahaaan bisa mengalami kerugian. Ada pun penyebab
lain dari di PHK nya para karyawan yaitu karena kelangkaan bahan baku untuk diproduksi yang
di impor dari negara luar seperti dari negara Thiongkok sehingga akan menghambat kegiatan
industri.

Perusahaan yang berhenti beroperasi dan peningkatan jumlah angka pengangguran dapat
menghambat dan mengurangi produk domestik bruto (PDB) serta menghambat pertumbuhan
ekonomi Indonesia.

Jika presiden mengeluarkan kebijakan lockdown maka akan berdampak besar pada
pertumbuhan perekonomian Indonesia, hal ini di sebabkan oleh kegiatan perekonomian yang
akan berhenti secara besar-besaran. Sebagai gantinya pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
lainnya seperti belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah untuk menekan penyebaran Covid-
19.

Meskipun kebijakan tersebut di berlakukan, namun masih ada saja masyarakat yang
menyalahgunakan kebijakan ini, seperti kegiatan belajar dan bekerja di rumah di gunakan untuk
berlibur di luar kota.

Sehingga penyelewengan kebijakan ini dapat memperluas dan mempercepat penyebaran virus
Corona, baik dari yang disebarkan oleh para pengunjung kepada masyarakat setempat, maupun
yang disebarkan oleh masyarkat setempat kepada para pengunjung.

kekhawatiran tentang orang lain lebih penting daripada orang yang terpapar virus. Data dari
Google sendiri menjabarkan juga hasil pencarian yang menjadi tertinggi adalah mengenai
perkembangan Virus Corona (Virus Covid 19) di Indonesia. Dikarenakan tidak adanya vaksin
yang ada saat ini untuk Virus Corona (Virus Covid 19) menyebabkan masyarakat lebih takut dan
mulai peduli perihal penyabab Virus Corona (Virus Covid 19) di Indonesia

Secara dampak diperekonomian Indonesia sendiri, salah satu faktor dari Virus Corona (Virus
Covid 19) menyebabkan kurs dollar terhadap rupiah meninggi hingga mencapat 16.000 / $US.
Bahkan laporan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan terjadi penurunan
dalam beberapa minggu terkahir. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks
pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia.

Dampak terjadinya wabah penyakit terhadap pasokan tenaga kerja tak sebatas kematian.
Sebab, selain penderita menjadi tak produktif, kinerja anggota keluarga yang merawat mereka
akan terdampak.

Apalagi, sekitar 70 % pekerja perempuan juga bertanggung jawab atas kelangsungan rumah
tangga, termasuk kesehatan anggota keluarganya. Dalam kasus Covid-19, masa karantina yang
disarankan adalah selama 14 hari, lebih dari jatah cuti tahunan karyawan. Semakin banyak
pekerja yang terinfeksi, semakin tinggi pula biaya produksi yang ditanggung perusahaan.

Kondisi tersebut diperparah dengan kendala impor bahan baku dan barang modal dari Tiongkok
yang menjadi epicentrum pandemi. Ujung-ujungnya, harga barang pun naik. Kenaikan harga
barang, ditambah penghasilan yang menurun akibat penyakit (jika tidak di-PHK) adalah
kombinasi fatal pemukul daya beli.

Pemerintah harus mengantisipasi merosotnya konsumsi yang selama ini jadi penyokong
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka, kuncinya adalah realokasi anggaran. Pemerintah perlu
mempercepat pengajuan rancangan APBN Perubahan 2020 dan mendorong pemerintah daerah
melakukan hal yang sama. Jika itu tak dilakukan, praktis pemerintah hanya bisa memakai dana
tanggap darurat sebesar Rp 5 triliun. Melihat berbagai skenario tersebut, ekonomi Indonesia
pada 2020 dan tahun-tahun mendatang akan sangat bergantung pada penanganan pandemi
virus corona. Makin buruk penanganan, korban akan terus berjatuhan dan sulit membendung
dampak ekonominya.

Sebagai warga negara yang baik dan patuh pada pemerintah dan aturan kita
hanya perlu disiplin terhadap kebijakan social distancing dan physical distancing
(jaga jarak aman) #dirumahAja untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 dan
perekonomian Indonesia cepat pulih kembali.

Anda mungkin juga menyukai