Anda di halaman 1dari 3

Dampak Pandemi Covid-19

Pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul
dari kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Di duga Covid-19 ini berasal dari
hewan kelewar dan setelah di telusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan
orang-orang yang memiliki riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan laut dan
hewan lokal di Wuhan, China.

Manusia merupakan mahluk sosial yang memungkinkan saling berinteraksi secara


langsung sehingga tingkat penyebaran pandemi Covid-19 semakin pesat, hingga Senin,
30 Maret 2020 tercatat 198 negara yang terinfeksi oleh Covid-19.
Indonesia merupakan salah satu negara yang terinfeksi pandemi Covid-19, pada 30 Maret
2020 tercatat 1,414 orang positif virus Corona. Diantaranya, 75 orang sembuh, 1,217
orang di rawat, dan 122 orang meninggal.

Salah satu penyebab virus corona mudah menyebar di Indonesia adalah karena
Indonesia merupakan negara dengan Sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan
salah satu faktor yang berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dan
memiliki kontribusi devisa terbesar kedua di Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa
Sawit.

Sektor pariwisata memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang pada
perekonomian Indonesia. Dampak jangka pendek dapat di rasakan secara langsung,
sedangkan dampak jangka Panjang dapat dilihat dengan bertambahnya pendapatan
nasional, namun dengan adanya Covid-19 semuanya tak lagi sama.
Sektor pariwisata yang sekarang mengalami kelesuan sehingga daya beli menurun secara
drastis karena berkurangnya pengunjung baik turis lokal maupun turis mancanegara, yang
secara otomatis pendapatan dan devisa yang di hasilkan dari sektor pariwisata semakin
menurun.

Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan pemerintah pada 18 Maret 2020, segala
kegiatan di dalam dan di luar ruangan di semua sektor yang terkait pariwisata dan
ekonomi kreatif ditunda sementara waktu demi mengurangi penyebaran corona.

Hal ini mengakibatkan sektor pariwisata menjadi lumpuh sementara, sehingga


pengangguran semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah satu wadah yang
memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata maupun
masyarakat dari luar.

Contohnya, Aston Bogor Hotel & Resort melakukan penutupan yang di mulai
pada tanggal 22 Maret 2020 serta 120 karyawan dipulangkan karena adanya penurunan
bisnis yang di akibatkan oleh pandemi dari virus corona ini, dan beberapa tempat
penginapan atau hotel-hotel lainnya. Beberapa Mall besar dibekasi juga ditutup dan
tempat hiburan lainnya. Di DKI Jakarta sebagai Epicentrum terinfeksi virus covid 19 juga
memberlakukan hal yang sama dengan penutupan seluruh tempat pariwisata dan tempat
hiburan,

Bukan hanya sektor pariwisata yang mengalami kelumpuhan sementara, tetapi


para karyawan dari jenis perusahaan lainnya ikut merasakan dampak dari pandemi
Covid-19. Yang dimana pekerjaan atau kegiatan yang biasanya dilakukan diluar rumah
secara langsung sekaran terpaksa harus dilakukan di dalam rumah.

Serta ada banyak pula karyawan yang terancam pemberhentian hak kerja (PHK)
karena banyak pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan dirumah, seperti
halnya kegiatan produksi yang bergantung pada mesin yang berada di tempat produksi.

PHK ini juga dilakukan karena kurangnya pembelian dari konsumen dan
dibatasinya ekspor ke negara tertentu sehingga akan menghambat ekspor dan mengurangi
pendapatan perusahaan, bahkan perusahaaan bisa mengalami kerugian. Ada pun
penyebab lain dari di PHK nya para karyawan yaitu karena kelangkaan bahan baku untuk
diproduksi yang di impor dari negara luar seperti dari negara Thiongkok sehingga akan
menghambat kegiatan industri.

Perusahaan yang berhenti beroperasi dan peningkatan jumlah angka pengangguran


dapat menghambat dan mengurangi produk domestik bruto (PDB) serta menghambat
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Presiden Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan alasan mengapa tidak
mengeluarkan kebijakan lockdown dalam pencegahan penyebaran Covid-19.
"Kemudian ada yang bertanya kenapa kebijakan lockdown tidak kita lakukan. Perlu saya
sampaikan setiap negara memiliki karakter berbeda-beda, budaya berbeda-beda,
kedisplinan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita tidak memilih jalan itu (lockdown),"
kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada gubernur se-Indonesia melalui video
conference, Selasa (24/3/2020).

Presiden Indonesia tidak mengeluarkan kebijakan lockdown bukan tanpa alasan,


menurut beliau setiap negara memiliki karakter dan budaya yang berbeda-beda. Beliau
juga mengaku telah melakukan kalkulasi dan analisis yang matang terhadap negara-
negara yang melakukan kebijakan lockdown.
“Kebijakannya seperti apa semua dari Kemenlu dari Dubes yang ada terus kita pantau
setiap hari. Jadi yang paling pas di negara kita physical distancing, menjaga jarak aman,"
jelas dia.
"Kalau itu bisa kita lakukan saya yakin kita bisa mencegah penyebaran Covid-19 ini,"
sambung Jokowi.
Jika presiden mengeluarkan kebijakan lockdown maka akan berdampak besar pada
pertumbuhan perekonomian Indonesia, hal ini di sebabkan oleh kegiatan perekonomian
yang akan berhenti secara besar-besaran. Sebagai gantinya pemerintah juga
mengeluarkan kebijakan lainnya seperti belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah untuk
menekan penyebaran Covid-19.
Meskipun kebijakan tersebut di berlakukan, namun masih ada saja masyarakat yang
menyalahgunakan kebijakan ini, seperti kegiatan belajar dan bekerja di rumah di gunakan
untuk berlibur di luar kota.

Sehingga penyelewengan kebijakan ini dapat memperluas dan mempercepat


penyebaran virus Corona, baik dari yang disebarkan oleh para pengunjung kepada
masyarakat setempat, maupun yang disebarkan oleh masyarkat setempat kepada para
pengunjung.

Sebagai warga negara yang baik dan patuh pada pemerintah dan aturan kita hanya
perlu disiplin terhadap kebijakan social distancing dan physical distancing (jaga jarak
aman) #dirumahAja untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 dan perekonomian
Indonesia cepat pulih kembali.

Anda mungkin juga menyukai