Anda di halaman 1dari 8

Dampak Covid 19 terhadap Dunia Usaha

I. PENDAHULUAN

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus


yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19.  Infeksi
virus ini disebut Covid-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember
2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa
negara, termasuk Indonesia. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,
pneumonia akut, sampai kematian.

Sampai saat ini, COVID-19 terus menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Hampir setiap negara
telah melaporkan kasus, tetapi bebannya didistribusikan secara asimetris. Sampai dengan Rabu
15 April 2020, warga dunia yang terinfeksi virus corona mencapai 1.973.715 kasus.
Amrrdfrerika Serikat (AS) tercatat sebagai negara yang memiliki kasus terbesar dengan 608.377
orang terkonfirmasi positif Covid-19. Dalam beberapa hari terakhir (6-12 April), 46 persen dari
kasus baru yang dikonfirmasi telah dilaporkan di Eropa dan 39 persen di Amerika Serikat.
Sampai batas tertentu, itu dikarenakan negara-negara berada pada tahap pandemi yang berbeda.
Beberapa yang efektif pada penahanan awal, seperti Singapura dan Hong Kong, telah mengalami
kebangkitan dan menerapkan langkah-langkah tambahan untuk mengatasinya. Yang lain, seperti
banyak negara di Eropa Barat, telah melihat jumlah kasus baru yang tinggi atau mulai menurun
dan sedang memperdebatkan pendekatan yang tepat untuk membuka kembali ekonomi mereka.
Beberapa negara tampaknya berada di puncak infeksi dan segera membangun kapasitas lonjakan
dalam sistem kesehatan mereka. Di bagian lain dunia, jumlah kasus meningkat dengan cepat.
Negara-negara seperti Rusia dan Turki melihat akselerasi baru-baru ini. India juga telah
mengalami peningkatan yang signifikan dalam jumlah kasus sejak awal April dan telah
mengembangkan strategi tanggapannya, termasuk memperluas kuncian secara nasional.

Pandemi COVID-19 ini memunculkan beberapa dampak di berbagai aspek, bukan hanya
berdampak pada kesehatan saja, akan tetapi virus ini juga berdampak pada beberapa sektor,
seperti: sektor pariwisata, perekonomian, perdagangan dan juga investasi. Kendati secara tidak
langsung, sektor bisnis atau dunia usaha pun ikut mengalami pukulan yang cukup berat.
II. PEMBAHASAN

Dalam penanggulangan wabah virus corona/covid-19 ini, pemerintah Indonesia mengeluarkan


berbagai kebijakan. Pertama adalah social distancing atau pembatasan sosial. Kebijakan ini
mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga jarak dengan orang lain. Social distancing adalah
imbauan yang dilakukan dengan tujuan utamanya dapat mengurangi risiko penyebaran virus
corona covid-19. Sebab, satu cara penularan virus corona adalah dengan droplets yang secara
tidak sadar dapat dikeluarkan oleh orang lain di sekitar. Tidak hanya itu, melakukan interaksi dan
bahkan bersentuhan dengan orang lain pun dapat menjadi salah satu penyebab dari penularan
virus corona covid-19 tersebut. Maka dari itu, dengan melakukan social distancing pada saat ini
adalah tindakan yang tepat.

Kebijakan kedua, bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Selain itu, pemerintah juga
meminta seluruh masyarakat untuk menggunakan masker saat berada di luar rumah.

Kebijakan yang pengaruhnya paling besar adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Dari data yang dilaporkan dan dijabarkan oleh beberapa media. Virus corona ini sangat
berdampak pada perekonomian Negara-negara yang terkena wabah ini, termasuk diindonesia.

Tidak ada bisnis, industri, atau ekonomi yang terhindar dari dampak buruk virus corona dan
penyakit menularnya, COVID-19. Beberapa industri secara alami mengambil dampak yang jauh
lebih sulit daripada yang lain, seperti maskapai penerbangan, restoran, perusahaan acara
langsung, bioskop dan banyak lagi. Tapi ini bukan satu-satunya yang menderita. Setiap industri
mengalami serangkaian tantangan uniknya sendiri yang mengancam akan merusak bisnis yang
pernah berkembang. Kebijakan penerapan PSBB merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2018 tentang Karantina Kesehatan. Selain itu, pemerintah juga akan menerbitkan PP tentang
PSBB dan keppres penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat untuk melaksanakan amanat
UU tersebut. Keputusan PSBB diambil dengan adanya status kedaruratan kesehatan masyarakat
yang ditetapkan sebelumnya.

Dengan segala pembatasan tersebut membuat dunia usaha melemah.

Pertama, dalam Sektor Pariwisata, Sektor pariwisata adalah industri pertama yang merasakan
dampaknya. Banyak perusahaan biro perjalanan dan penerbangan yang mengalami kerugian
akibat pemerintah menghentikan penerbangan dari dan ke China per 5 Februari 2020 lalu. Sejak
diberlakukanya policy tersebut, Beberapa destinasi wisata seperti Bali, Yogyakarta, dan Lombok
mengalami penurunan pengunjung yang cukup drastis.

Turunnya wisman tersebut berdampak pada penurunan okupansi atau tingkat hunian hotel. Jika
kondisi ini terus berlangsung, industri pariwisata bersiap menghadapi situasi terburuk.

Bali adalah salah satu destinasi yang paling terkena dampaknya. Wisatawan mancanegara adalah
sumber pemasukan nomor satu dari Pulau Dewata tersebut. Terlebih, wisatawan dari Cina adalah
penyumbang terbanyaknya. Pada bulan Februari 2020, sebanyak 392.824 wisatawan datang ke
Bali menurut Kantor Imigrasi Bali dan angka ini turun sebesar 33% sejak bulan Januari akibat
virus corona. Jumlah wisatawan Cina ke Bali pun berkurang drastis. Tahun 2019 lalu, sekitar 2
juta wisatawan Cina mengunjungi Bali sedangkan pada bulan Februari hanya ada sekitar 4 ribu
wisatawan. Diperkirakan Bali akan sulit untuk mencapai target melebih 2 juta pengunjung di
tahun 2020 ini. Pantai terlihat sepi dari pengunjung. Hanya ada pengelola usaha yang duduk
santai di pesisir. Beberapa kapal pesiar bahkan memutuskan untuk tidak berlabuh di Bali. Selain
itu, jumlah penghuni hotel di Bali turun sampai 70 persen sejak virus corona menyebar dan hal
ini berpengaruh terhadap kesejahteraan para karyawan. Meskipun begitu, Pemerintah Provinsi
Bali telah memberikan imabuan kepada pengusaha hotel dan travel supaya tidak melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK). Akan tetapi, dampak virus corona pada ekonomi tidak bisa
dihindari. Maka dari itu, beberapa karyawan hotel di Bali hanya dibayar setengah gaji.
Pemotongan ini diperlukan agar usaha tetap berjalan namun juga menjaga kebutuhan ekonomi
para karyawan. Beberapa manajemen hotel juga meminta para perkeja mereka untuk cuti saat
sedang sepi. Hal serupa juga terjadi di Yogyakarta. Wisatawan mancanegara yang biasa terlihat
lalu lalang di jalan kini terlihat hampir tidak ada. Hotel-hotel pun sepi karena tidak ada yang
menghuni.

Kedua,sektor manufaktur. Pasokan bahan baku yang terbatas dari China berimbas pada produksi
yang terhalang. Data Kementerian Perindustrian mencatat 30 persen bahan baku yang
dibutuhkan industri dalam negeri berasal dari China. Kondisi tersebut semakin miris dengan
kenaikan harga komponen akibat merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS yang terus melemah.
Selain itu, kenaikan harga bahan baku juga dipicu karena ongkos logistik yang meningkat
lantaran sejumlah akses pelabuhan tertutup. Perusahaan bisa saja membeli pasokan, tetapi
ketersediaannya terbatas. Perusahaan juga tidak bisa menaikkan harga karena rentan kehilangan
daya beli masyarakat.

Ketiga,Pandemi COVID-19 ini juga berdampak di sektor perdagangan, China tercatat sebagai
salah satu mitra dagang utama Indonesia serta negara asal impor dan tujuan ekspor nonmigas
terbesar Indonesia. Besarnya impor nonmigas dari China ke Indonesia pada Januari 2020 tercatat
sebesar 3,9 miliar dollar AS. Tahun 2019, besaran impor nonmigas dari China tercatat 44,58
miliar dollar AS atau sekitar 26,11 persen dari total impor Indonesia. Namun menurut BPS,
ekspor nonmigas pada Januari 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan Desember 2019.
Penurunan ini terjadi pada sebagian besar negara tujuan utama, salah satunya China yang
mencapai 211,9 juta dollar AS atau turun 9,15 persen, sedangkan nilai impor nonmigas pada
Januari 2020 juga ikut menurun. Total nilai impor nonmigas selama Januari 2020 sebesar 9,67
miliar dollar AS atau turun 313,5 juta dollar AS atau turun 3,14 persen dibandingkan Desember
2019.Terhambatnya pasokan bahan baku industri dari China itu memengaruhi produksi dalam
negeri. Imbasnya, kapasitas produksi bisa berkurang dan kenaikan harga akibat kurangnya bahan
baku. Dampak lanjutan pengurangan kapasitas produksi bisa membuat perusahaan melakukan
efisensi dengan pengurangan karyawan.

Keempat,COVID-19 juga berdampak kepada pekerja dan pengusaha besar. Contoh paling nyata
dan langsung terlihat saat ini adalah semakin sedikitnya masyarakat yang pergi ke pusat
perbelanjaan. Wakil Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pandemi ini telah
membuat jumlah kedatangan ke mal-mal di seluruh Indonesia anjlok hingga 90 persen. Jumlah
pengunjung merosot usai muncul anjuran untuk mengurangi kegiatan di luar rumah demi
mencegah penyebaran virus. Kondisi tersebut, membuat pengelola mal banyak merugi. Bahkan
ada beberapa beberapa pusat perbelanjaan yang kemudian memilih untuk menutup operasi dan
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ke karyawan. Salah satu contohnya adalah
Ramayana di City Plaza Depok. Sebanyak 87 karyawan Ramayana terpaksa kena PHK karena
perusahaan memutuskan tidak lagi beroperasi sejak 6 April 2020 lalu. Store Manager City Plaza
Depok, M Nukmal Amdar menuturkan, wabah virus Corona menyebabkan omzet penjualan
menurun hingga 80 persen. Akibatnya, perusahaan tak mampu lagi menanggung semua biaya
operasional.

Kelima, Selain pusat perbelanjaan, sektor perhotelan dan transportasi juga langsung terpuruk.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, terdapat 1.226 hotel yang melaporkan
menutup sementara aktivitas perhotelan. Jumlah ini bisa lebih banyak, lantaran ini hanya
berdasarkan laporan yang diterima PHRI. Diperkirakan, jumlah pegawai hotel yang terdampak
wabah virus corona ini mencapai 150 ribu orang. Penutupan juga terjadi untuk restoran.
Beberapa restoran yang di mal banyak yang tutup, dan hanya ada beberapa apa yang masih
melayani order secara online. Sedangkan di sektor transportasi, industri penerbangan juga
langsung terdampak. Beberapa maskapai penerbangan nasional sudah merumahkan pilot dan
karyawannya karena pendapatan mereka menurun drastis. Sejak Januari sampai Maret 2020,
terjadi penurunan penumpang pesawat. Bahkan sepanjang April tak ada permintaan pemesanan
tiket pesawat sama sekali. Dunia usaha angkutan darat di DKI Jakarta pun tak berdaya di tengah
pandemi Corona. Jumlah penumpang menurun drastis lebih dari 90 persen yang membuat
pemasukan bisnis menipis tapi beban pengeluaran tetap mengalir sehingga membuka ruang
terjadinya kebangkrutan massal. Organisasi Angkutan Darat (Organda) Provinsi DKI Jakarta
memastikan setengah dari jumlah keseluruhan armada transportasi darat yang mencapai 85.902
telah berhenti beroperasi. Jika kondisi ini terus berlarut dipastikan bahwa pada Juni 2020, usaha
transportasi darat ibu kota akan mati.

Bank Indonesia (BI) melakukan survei, terhadap 3.719 pelaku usaha yang tersebar di seluruh
Indonesia. Hasilnya, menemukan jika memang terjadi penurunan kegiatan dunia usaha di Kuartal
I 2020. Turunnya kegiatan usaha terjadi pada sejumlah sektor ekonomi seperti sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal tersebut terutama disebabkan oleh
adanya penurunan permintaan dan gangguan pasokan akibat wabah Corona.

Namun di luar itu juga ada sektor yang mampu bertahan. Sektor usaha yang akan bisa bertahan
dan justru mengalami peningkatan di tengah pandemi Corona adalah sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kemudian, subsektor perikanan juga
diproyeksi meningkat sejalan dengan menurunnya curah hujan yang mempengaruhi hasil
tangkapan.
Adapun sektor lainnya yang diproyeksi masih bertahan ialah sektor listrik, gas dan air bersih.

Lalu sektor pengangkutan dan komunikasi juga diproyeksi mengalami akselerasi, khususnya
subsektor pengangkutan karena adanya hari Raya Idul Fitri. Namun memang, akselerasi ini tak
tinggi karena masih adanya imbauan dari pemerintah terkait pembatasan mudik. Terakhir, sektor
jasa-jasa diperkirakan mengalami peningkatan kinerja yang cukup baik. Sedangkan untuk sektor
pertambangan dan penggalian diperkirakan akan tumbuh negatif. Harga minyak dunia serta
curah hujan yang tinggi diprakirakan masih membatasi operasi sektor pertambangan dan
penggalian.

Untuk kegiatan usaha sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh terkontraksi. Hal tersebut
terjadi karena dampak dari permintaan yang menurun. Sejalan dengan penurunan kinerja
kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan juga mengalami
penurunan yang semakin dalam. Kegiatan usaha sektor kontruksi juga terindikasi tumbuh
terkontraksi. Perlambatan kegiatan usaha disebabkan oleh melemahnya pangsa permintaan
proyek konstruksi dan infrastruktur. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin)
Rosan P Roeslani menyatakan, tidak ada industri yang tidak terkena imbas penyebaran Corona.
Namun, industri rokok dan telekomunikasi, seperti instalasi menara BTS, memang justru
mengalami pertumbuhan dalam kondisi sekarang.

Rosan juga menyebutkan beberapa sektor usaha yang bertahan namun tidak mengalami kinerja
yang signifikan, seperti industri otomotif, semen, konstruksi, petrokimia dan perbankan.

"Industri farmasi, alat kesehatan, telekomunikasi itu naik sekarang, karena orang beli alat
kesehatan, obat, lalu berdiam diri di rumah dan bekerja di rumah jadi membutuhkan
telekomunikasi," ujar Bob kepada Liputan6.com.

Berbeda dengan Bob, Rosan menyatakan meskipun saat ini sedang baik, namun 90 persen bahan
baku alat kesehatan masih impor sehingga harga masih mahal dan kinerja industri alat kesehatan
dan farmasi juga tidak mengalami kenaikan yang tinggi.
Lebih lanjut Rosan menyatakan sektor perkebunan justru terdampak karena konsumsi dunia
menurun.

"Seperti kelapa sawit, banyak untuk ekspor. Ini kan terdampak juga. Lalu pertambangan juga
menurun, seperti coal mine, batu bara, ekspor kita kan ke India. Mereka kan pertumbuhannya
sedang turun, jadi kita terhambat," jelas Rosan.

Suramnya berbagai sektor industri tersebut bisa berujung pada nasib pekerja atau buruh.
Seretnya produksi, lesunya perdagangan, dan minimnya wisatawan asing ke Indonesia bisa
memengaruhi masa depan pekerja di sejumlah sektor industri, mulai dari sebagian pekerja
dirumahkan hingga PHK. Bahkan, menurut penelusuran berita, PHK sudah terjadi di sejumlah
sektor. Ratusan ribu pekerja dirumahkan pada awal 2020.

Keenam,Dampaknya terhadap UMKM.Menteri koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan,


sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ada yang mengalami kerugian di tengah
pandemi Corona. Namun ternyata juga ada usaha kecil yang mampu bertahan dan bahkan
mengambil keuntungan.

Sebanyak 65 persen UMKM mengeluhkan karena jumlah permintaan menurun baik permintaan
dalam negeri maupun luar negeri.

Sementara UMKM yang mampu membukukan keuntungan adalah UMKM yang mampu
mengubah produksi atau beralih usaha karena melihat peluang di tengah wabah corona, seperti
ada yang memproduksi Alat Pelindung Diri (APD), masker, hand sanitizer dan lainnya. Ada juga
beberapa konveksi-konveksi yang beralih produksi membuat APD, masker, dan sekarang
permintaan cukup besar ada juga yang membuat hand sanitizer.

UMKM yang masih bertahan juga mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku, sektor
makanan dan minuman yang terdampak sekali, karena bahan baku gula sulit ditemukan atau
langka dan harganya tinggi.

III. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

Covid-19 Penyebab Krisis Pada Pertumbuhan Ekonomi Global. Diakses pada 18 April 2020, dari
https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/67954-Covid-19-Penyebab-Krisis-Pada-
Pertumbuhan-Ekonomi-Global

HEADLINE: Nasib Dunia Usaha di Tengah Pandemi Corona, Siapa Bertahan, Tertekan atau
Justru Tumbuh. Diakses pada 18 April 2020, dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4228742/headline-nasib-dunia-usaha-di-tengah-pandemi-
corona-siapa-bertahan-tertekan-atau-justru-tumbuh

Dampak Virus Corona/Covid-19 di Indonesia dalam Berbagai Aspek. Diakses pada 18 April
2020, dari
https://www.kompasiana.com/sifaulfiaddini19520/5e75a6e9097f36459e0c2ed2/dampak-virus-
corona-covid-19-di-indonesia-dalam-berbagai-aspek

Jokowi Putuskan Pembatasan Sosial Skala Besar, Apa Bedanya dengan Karantina Wilayah?.
Diakses pada 18 April 2020,dari
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/01/064500365/jokowi-putuskan-pembatasan-sosial-
skala-besar-apa-bedanya-dengan-karantina

Virus Corona Dan Dampaknya Terhadap Industri Pariwisata. Diakses pada 18 April 2020, dari
https://www.bobobox.co.id/blog/dampak-virus-corona-pada-pariwisata/

Dunia Usaha dan Pekerja Dibayangi Korona. Diakses pada 18 April 2020, dari
https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/25/dunia-usaha-dan-pekerja-dibayangi-korona/

Anda mungkin juga menyukai