Anda di halaman 1dari 14

HUKUM TANAH DAN TATA RUANG

Nama : Ranti Amya Qalbia

NPM: 10040018189

Kelas : B

KUIS

Rangkuman UU Cipta Kerja

1. RUU tentang Cipta Kerja merupakan RUU yang disusun dengan menggunakan metode
omnibus law yang terdiri dari 15 bab dan 174 pasal yang berdampak terhadap 1.203 pasal dari 79
UU terkait dan terbagi dalam 7.197 daftar inventarisasi masalah (DIM).

2. Pembahasan DIM dilakukan oleh panitia kerja (panja) secara detail, intensif, dan tetap
mengedepankan prinsip musyawarah untuk mufakat yang dimulai dari tanggal 20 April sampai 3
Oktober 2020.

3. Hal-hal pokok yang mengemuka dan mendapatkan perhatian secara cermat dalam pembahasan
DIM dan selanjutnya disepakati, antara lain terkait dengan:

a. Dikeluarkannya 7 UU dari RUU tentang Cipta Kerja, yaitu UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang
Pers; UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional; UU Noor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen; UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; UU Nomor 20 Tahun
2013 tentang Pendidikan Kedokteran; UU Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan; dan UU
Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

b. Ditambahkan 4 UU dalam RUU tentang Cipta Kerja, yaitu UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Jo UU Nomor 16 Tahun 2009; UU Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan juncto UU Nomor 36 Tahun 2008; UU Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah juncto
UU Nomor 42 Tahun 2009; dan UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran
Indonesia;
c. Kemudahan dan kepastian dalam proses perizinan melalui OSS (online single submission),
kemudahan dalam mendaftarkan hak kekayaan intelektual (Haki); kemudahan dalam mendirikan
perusahaan terbuka (PT) perseorangan, kemudahan dengan persyaratan yang mudah dan juga
biaya yang murah, sehingga ada kepastian legalitas bagi pelaku usaha UMKM;

d. Sertifikasi halal, di mana dilakukan percepatan dan kepastian dalam proses sertifikasi halal
dan bagi UMK diberikan kemudahan dan biaya ditanggung pemerintah, serta memperluas
lembaga pemeriksa halal yang dapat dilakukan oleh ormas Islam dan perguruan tinggi negeri;

e. Keterlanjuran perkebunan masyarakat di kawasan hutan, di mana masyarakat akan dapat


memiliki kepastian pemanfaatan atas keterlanjuran lahan dalam kawasan hutan, di mana untuk
lahan masyarakat yang berada di kawasan konservasi masyarakat tetap dapat memanfaatkan
hasil perkebunan dengan pengawasan dari pemerintah;

f. Perizinan berusaha untuk kapal perikanan akan dilakukan penyederhanaan yang dilakukan
melalui satu pintu di KKP dan Kementerian Perhubungan memberikan dukungan melalui standar
keselamatan;

g. Perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pemerintah akan mempercepat


pembangunan rumah bagi MBR yang dikelola khusus oleh Badan Percepatan Penyelenggaraan
Perumahan (BP3);

h. Percepatan reformasi agraria, pemerintah akan mempercepat reformasi agraria dan redistribusi
tanah yang akan dilakukan oleh bank tanah;

i. Kewenangan pemda tetap dipertahankan sesuai dengan asas otonomi daerah dalam bingkai
NKRI yang pelaksanaannya disesuaikan dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK)
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, sehingga akan terjadi suatu standar pelayanan bagi
seluruh daerah;

j. Peningkatan perlindungan kepada pekerja, pemerintah menerapkan program Jaminan


Kehilangan Pekerjaan (JKP) dengan tidak mengurangi manfaat JKK, JKm, JHT, dan JP yang
tidak menambah beban iuran dari pekerja atau pengusaha;
k. Persyaratan pemutusan hubungan kerja (PHK), persyaratannya tetap mengikuti aturan dalam
UU tentang Ketenagakerjaan dan RUU tentang Cipta Kerja tidak menghilangkan hak cuti haid
dan cuti hamil yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan;

l. Kebijakan kemudahan berusaha untuk semua pelaku usaha, mulai dari UMKM, koperasi,
sampai usaha besar, serta penguatan kelembagaan UMKM dan koperasi melalui berbagai
kemudahan dan fasilitas berusaha;

m. Kebijakan menerapkan 1 (satu) peta (one map policy) yang dituangkan dalam RTRW yang
mengintegrasikan tata ruang darat, tata ruang pesisir dan pulau-pulau kecil, tata ruang laut, serta
tata ruang kawasan terutama kawasan hutan, sehingga ada kepastian hukum bagi pelaku usaha;

n. Pengaturan tenaga kerja asing (TKA), setiap pemberi kerja TKA harus memiliki rencana
penggunaan TKA yang disahkan oleh pemerintah pusat, pemberi kerja orang perseorangan
dilarang mempekerjakan TKA, dan TKA dilarang menduduki jabatan yang mengurusi
personalia; dan

o. Pengaturan mengenai kebijakan kemudahan berusaha di kawasan ekonomi, pelaksanaan


invetasi pemerintah pusat dan proyek strategis nasional, serta pelayanan administrasi
pemerintahan untuk memudahkan prosedur birokrasi dalam rangka cipta kerja.

Ketua rapat, anggota dewan, dan hadirin yang kami hormati,

Setelah melalui pembahasan secara intensif dan mendalam antara Badan Legislasi dengan
Pemerintah dan DPD RI, maka pada tanggal 3 Oktober 2020 Badan Legislasi menyelenggarakan
rapat kerja bersama pemerintah dan DPD RI, pemerintah dalam hal ini diwakili secara fisik oleh
menteri koordinator perekonomian, menteri hukum dan HAM, dan menteri ketenagakerjaan,
sedangkan delapan menteri lainnya yang ditugaskan sesuai surat presiden mengikuti secara
virtual.

Rapat kerja dalam rangka pengambilan keputusan dalam pembicaraan tingkat I atas hasil
pembahasan RUU tentang Cipta Kerja dengan agenda mendengarkan pandangan mini fraksi-
fraksi terhadap hasil pembahasan RUU.

Dalam rapat kerja Baleg tersebut, 7 (tujuh) fraksi yaitu F-PDIP, F-Golkar, F-Gerindra, F-
Nasdem, F-PKB, F-PAN, dan F-PPP menerima hasil kerja panja dan menyetujui agar RUU
tentang Cipta Kerja segera disampaikan kepada pimpinan DPR RI untuk dibawa dalam tahap
pembicaraan tingkat II dalam rapat paripurna DPR RI untuk ditetapkan dan disetujui sebagai
UU. Adapun 2 (dua) fraksi yaitu F-Demokrat dan F-PKS belum menerima hasil kerja panja dan
menolak RUU tentang Cipta Kerja dilanjutkan dalam tahap pembicaraan tingkat II dalam rapat
paripurna DPR RI.

Namun demikian sesuai dengan mekanisme pengambilan keputusan sebagaimana diatur dalam
ketentuan Peraturan DPR RI Nomor 1 tahun 2020 tentang Tata Tertib, rapat kerja Baleg bersama
pemerintah dan DPD RI memutuskan untuk menyetujui hasil Pembicaraan tingkat I terhadap
RUU tentang Cipta Kerja untuk dilanjutkan pada tahap pembicaraan tingkat II dalam rapat
paripurna DPR RI untuk ditetapkan dan disetujui sebagai UU tentang Cipta Kerja.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menerima laporan akhir dari Ketua Badan Legislasi
DPR, Supratman Andi Agtas.

Ketua rapat, anggota dewan, dan hadirin yang kami hormati,

Demikianlah laporan pembicaraan tingkat I Rancangan Undang-Undang tentang Cipta Kerja.


Selanjutnya perkenankan kami menyerahkan Rancangan Undang-Undang tentang Cipta Kerja
untuk mendapatkan persetujuan dalam rapat paripurna DPR RI yang terhormat ini.

Sebelum mengakhiri laporan ini, izinkan kami menyampaikan terima kasih kepada semua
anggota Badan Legislasi yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan pembahasan Rancangan
Undang-Undang tentang Cipta Kerja ini. Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan perhatian dan dukungan terhadap kegiatan Badan
Legislasi ini, baik dari tim pemerintah dalam hal ini Kementerian Koordinator Perekonomian
dan 10 kementerian yang ditugaskan dalam pembahasan RUU tentang Cipta Kerja sebagaimana
tercantum dalam surat presiden, pimpinan DPR, anggota DPR, fraksi, sekretariat dan tenaga ahli
Badan Legislasi, perancang UU dan peneliti dari Badan Keahlian Setjen DPR RI dan Setjen
DPD RI, sehingga pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Cipta Kerja dapat
diselesaikan.

Tidak lupa ucapan terima kasih juga disampaikan kepada jajaran TV parlemen dan kalangan
wartawan media cetak dan elektronik yang telah meliput dan menyiarkan baik langsung maupun
tidak langsung setiap kegiatan pembahasan RUU tentang Cipta Kerja sehingga bisa diikuti secara
langsung oleh masyarakat luas.

Semoga dengan disetujuinya RUU tentang Cipta Kerja ini dapat memberikan manfaat yang besar
untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional dan membawa Indonesia menuju negara yang
adil, makmur, dan sejahtera. Amin.

Setelah RUU Cipta Kerja disetujui anggota DPR menjadi UU Cipta Kerja, Menko Perekonomian
Airlangga Hartarto menyampaikan pendapat akhir pemerintah atas keputusan DPR.

Airlangga Hartarto.

Pointers Sambutan pada Acara Pendapat Akhir Pemerintah terhadap RUU Cipta Kerja pada
Rapat Paripurna DPR RI dalam rangka Pembicaraan Tingkat II/Pengambilan Keputusan terhadap
RUU Cipta Kerja.

Yang terhormat Ketua DPR RI (Ibu Puan Maharani) dan para wakil ketua DPR RI (Bapak Azis
Syamsudin, Bapak Sufmi Dasco Ahmad, Bapak Rachmat Gobel, Bapak Muhaimin Iskandar).

Yang kami hormati, para ketua fraksi di DPR RI (F-PDIP: Bapak Utut Adiyanto; F-PG: Bapak
Kahar Mudzakir, F-P.Gerindra: Bapak Ahmad Muzani; F-P.Nasdem; Bapak Ahmad M.Ali; F-
PKB: Bapak Cucun Ahmad Syamsurija; F-P.Demokrat: Bapak Edhie Baskoro; F-PKS: Bapak
Jazuli Juwaini; F-PAN: Bapak Ali Taher; F-PPP: Bapak Arsul Sani)

Yang kami hormati, para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, hadirin dan
undangan yang berbahagia,

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Salam sejahtera bagi kita semua,

Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan

1. Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, pada hari ini kita dapat memenuhi tugas konstitusional,
yaitu pembicaraan tingkat II/pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang
tentang Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja). Berkenaan dengan itu, perkenankan kami
menyampaikan pendapat akhir pemerintah untuk pengambilan keputusan terhadap Rancangan
Undang-Undang tentang Cipta Kerja.

Ketua, wakil ketua, dan para anggota dewan yang terhormat.

2. Pemerintah mengucapkan terima kasih, apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya,


kepada ketua, wakil ketua, dan anggota - Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang tentang
Cipta Kerja - Badan Legislasi DPR RI, yang telah melaksanakan proses pembahasan RUU Cipta
Kerja dengan berbagai pandangan, masukan dan saran yang konstruktif.

3. Sebagai pengingat kita bersama, bahwa Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo
dalam pidato pelantikan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia terpilih periode 2019-
2024 tanggal 20 Oktober 2019 telah menyampaikan bahwa kita memiliki potensi untuk dapat
keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap), dengan adanya
bonus demografi yang kita miliki saat ini. Namun tantangan yang terbesar adalah bagaimana kita
mampu menyediakan lapangan kerja. Dengan banyaknya aturan dan regulasi (hyper-regulation),
kita memerlukan penyederhanaan, sinkronisasi, dan pemangkasan regulasi, dan untuk itulah
perlunya membentuk UU Cipta Kerja, yang mengubah atau merevisi berbagai UU yang
menghambat pencapaian tujuan untuk penciptaan lapangan kerja. UU tersebut sekaligus sebagai
instrumen untuk penyederhanaan dan peningkatan efektivitas birokrasi.

Sidang dewan yang terhormat.

4. Pemerintah telah melakukan kajian terhadap kebijakan yang diperlukan dalam penciptaan
lapangan kerja, serta kebutuhan atas regulasi yang diperlukan, termasuk mengevaluasi berbagai
UU yang perlu dilakukan penyempurnaan. Berdasarkan kajian tersebut, pemerintah telah
mengidentifikasikan beberapa aspek yang diperlukan dalam cipta kerja, yang dibagi dalam 11
klaster permasalahan, yaitu: 1) Klaster penyederhanaan perizinan, 2) Klaster persyaratan
investasi, 3) Klaster ketenagakerjaan, 4) Klaster kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan
UMKM dan perkoperasian, 5) Klaster kemudahan berusaha, 6) Klaster dukungan riset dan
inovasi, 7) Klaster administrasi pemerintahan, 8) Klaster pengenaan sanksi, 9) Klaster pengadaan
lahan, 10) Klaster investasi dan proyek strategis nasional, dan 11) Klaster kawasan ekonomi.

5. Klaster-klaster pemasalahan tersebut dipandang akan cukup kuat untuk mendorong


peningkatan investasi, sehingga akan mampu menciptakan lapangan kerja baru, dengan tetap
memberikan perlindungan dan kemudahan bagi UMKM dan koperasi, serta meningkatkan
perlindungan bagi pekerja atau buruh. Dalam rangka mengintegrasikan berbagai klaster
permasalahan tersebut, pemerintah dalam melakukan pengkajian dan penyusunan kebutuhan
regulasi, telah menggunakan metode omnibus law, yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengganti dan/atau mencabut ketentuan dalam UU, atau mengatur ulang beberapa ketentuan
dalam UU, ke dalam satu UU (tematik). Secara praktik, omnibus law telah banyak diterapkan di
berbagai negara, dengan tujuan untuk memperbaiki regulasi di negaranya masing-masing,
terutama dalam rangka penciptaan lapangan kerja (job creation) serta peningkatan iklim dan daya
saing investasi.

6. Dalam kerangka tersebut, pemerintah telah menyusun RUU Cipta Kerja dan telah
menyampaikan kepada ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), melalui
Surat Presiden Nomor: R-06/Pres/02/2020 tanggal 7 Februari 2020. Berkenaan dengan
penyampaian RUU Cipta Kerja tersebut, presiden telah menugaskan kepada menteri koordinator
bidang perekonomian, menteri hukum dan hak asasi manusia, menteri keuangan, menteri
ketenagakerjaan, menteri dalam negeri, menteri lingkungan hidup dan kehutanan, menteri agraria
dan tata ruang/kepala Badan Pertanahan Nasional, menteri energi dan sumber daya mineral,
menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah, menteri pekerjaan umum dan perumahan
rakyat, dan menteri pertanian, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri, untuk mewakil
presiden dalam pembahasan RUU Cipta Kerja di DPR RI guna mendapatkan persetujuan
bersama.

Ketua, wakil ketua, dan para anggota dewan yang terhormat.

7. Sebagaimana kita alami bersama, saat ini kita sedang fokus melakukan upaya untuk
penanganan pandemi Covid-19, yang terjadi secara global dan memberikan dampak yang
siginifkan dan fundamental bagi ekonomi dunia dan perekonomian nasional kita.

8. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19, kita telah dihadapkan pada berbagai permasalahan
yang perlu segera diselesaikan, yaitu adanya hiper-regulasi, baik di tingkat pusat maupun daerah,
yang mencapai 43.604 regulasi, daya saing yang masih tertinggal dari beberapa negara di
kawasan ASEAN, masing tingginya jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja/ kerja tidak penuh
yang mencapai 45,8 juta atau 34% dari angkatan kerja, belum penuhnya perlindungan dan
pemberdayaan untuk UMKM dan koperasi.
9. Pandemi Covid-19 tidak hanya memberikan dampak besar kepada perekonomian nasional
kita, tetapi juga kepada pekerja/ buruh. Untuk itu diperlukan skema perlindungan baru, yang
melengkapi perlindungan yang sudah ada saat ini, yaitu dengan pelaksanaan program Jaminan
Kehilangan Pekerjaan (JKP), yang memberikan manfaat, yaitu: uang tunai (cash-benefit),
pelatihan (up grading/up skilling), dan akses informasi pasar kerja. Dengan demikian bagi
pekerja/buruh yang mengalami PHK, akan tertap terlindungi dalam jangka waktu tertentu, dan
dalam mencari pekerjaan baru yang lebih sesuai.

10. Dapat kami sampaikan bahwa pemerintah telah melakukan langkah-langkah penanganan
Covid-19 dan pemulihan ekonomi melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan awal melalui tanggap
darurat yang dilakukan oleh Satgas Penanganan Covid-19, tahapan rehabilitasi dan pemulihan
ekonomi yaitu menyeimbangkan antara gas (pemulihan ekonomi) dan rem (penanganan
kesehatan), serta tahapan transformasi ekonomi yang akan didorong oleh RUU Cipta Kerja.

Sidang dewan yang terhormat.

11. Dalam rapat paripurna ini, perkenanlah kami menyampaikan catatan mengenai dinamika
pembahasan RUU Cipta Kerja oleh Panja RUU Cipta Kerja, di mana kami telah mengikuti
pembahasan bersama dengan Panitia Kerja (Panja) RUU Cipta Kerja sejak tanggal 20 Mei 2020
sampai dengan saat ini. Berdasarkan catatan kami, telah dilakukan rapat sebanyak 63 kali (rapat
panja 56 kali, rapat timus/timsin 6 kali, dan 1 kali rapat kerja). Rapat-rapat ini merupakan suatu
rangkaian pembahasan yang cukup panjang, di tengah situasi pandemi Covid-19 yang banyak
membatasi aktivitas kita.

12. Pada proses pembahasan tersebut, sangat banyak dinamika yang terjadi, tidak hanya
berkaitan dengan substansi, tetapi juga situasi dan kondisi yang terjadi dalam rapat pembahasan.
Rapat-rapat yang dilakukan pada saat masa reses, rapat pada hari Sabtu/Minggu (weekend) dan
sampai malam/dini hari, pelaksanaan rapat dilakukan dalam kondisi padamnya listrik di ruangan
rapat Baleg. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada ketua, para wakil
ketua, para ketua poksi, dan anggota panja dan juga ucapan terima kasih kepada anggota DPD RI
yang terus menerus mengikuti seluruh proses pembahasan.

13. Meskipun pembahasan dilakukan dalam jadwal yang ketat, namun kita semua tetap
mengikuti protokol Covid-19 dengan ketat, antara lain pembatasan waktu rapat untuk setiap sesi
pembahasan, tetap menerapkan 3M, dan secara berkala dilakukan swab-test terhadap seluruh
peserta dan pendukung rapat panja.

14. Dari hasil kesungguhan dan kerja keras Panja RUU Cipta Kerja, pada tanggal 3 Oktober
2020, Panja RUU Cipta Kerja telah menyampaikan hasil pembahasan RUU Cipta Kerja kepada
Badan Legislasi DPR RI, yang sekaligus juga penyampaian pandangan mini fraksi-fraksi atas
RUU Cipta Kerja.

15. Kami mencatat beberapa pandangan mini fraksi, yaitu

a) Fraksi PDIP, Fraksi Golkar, Fraksi Gerindra, Fraksi Nasdem, Fraksi PKB, Fraksi PAN, dan
Fraksi PPP menyatakan menerima dan setuju atas RUU Cipta Kerja untuk dibahas pembicaraan
tingkat II/pengambilan keputusan atas RUU Cipta Kerja, dan menyampaikan beberapa catatan
pokok, yaitu RUU Cipta Kerja akan menjadi instrumen upaya untuk pemulihan ekonomi dan
tarnsformasi ekonomi ke depan. Kami menangkap pula harapan dari anggota panja agar RUU
Cipta Kerja dapat mengubah “air mata penderitaan menjadi air mata kebahagiaan”.

b) Adapun Fraksi Demokrat dan Fraksi PKS menyampaikan kebijakan politik Fraksi Demokrat
dan Fraksi PKS untuk menolak RUU Cipta Kerja dengan catatan yang berbeda.

• Fraksi Demokrat menyampaikan bahwa RUU Cipta Kerja belum urgen pada saat ini dan perlu
lebih fokus untuk menangani pandemi Covid-19 dan menganggap bahwa RUU Cipta Kerja akan
mengarah ke sistem sentralistik dan mengurangi hak-hak buruh serta prosesnya dianggap kurang
transparan.

• Kami mencatat bahwa Fraksi Demokrat baru terlibat dalam pembahasan di panja pada akhir-
akhir pembahasan, sehingga tidak mengikuti secara utuh dari awal terkait pembahasan dan
kesepakatan atas konsepsi RUU Cipta Kerja, termasuk mekanisme pembahasan yang dilakukan
dengan tetap melaksanakan secara ketat protokol kesehatan Covid-19. Beberapa konsepsi dasar
RUU Cipta Kerja yang telah masuk yaitu:

➢ Pentingnya RUU Cipta Kerja untuk merespons kondisi perekonomian terutama akibat
dampak Covid-19 yang berada dalam tahap pemulihan;

➢ Konsepsi kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tetap dalam bingkai
pelaksanaan Pasal 4 dan Pasal 18 UUD 1945,
➢ Konsepsi untuk tetap memberikan perlindungan dan kepastian hak bagi pekerja/buruh,

➢ Konsepsi perlindungan keselamatan, keamanan, kesehatan, dan lingkungan, serta sumber


daya alam.

Semua konsepsi tersebut telah dibahas dan disepakati, sehingga menjadi koridor dalam
pembahasan DIM RUU Cipta Kerja. Pada saat keikutsertaan Fraksi Demokrat dalam
pembahasan DIM, kami mencatat keterlibatan aktif Fraksi Demokrat memberikan berbagai
pertimbangan dan masukan yang sebagian dapat diterima oleh panja.

• Terhadap kebijakan politik Fraksi PKS yang menolak RUU Cipta Kerja, kami mencatat dan
mengapresiasi keterlibatan aktif Fraksi PKS dari awal sampai dengan akhir rapat panja, dan telah
menyampaikan pandangan yang komprehensif atas berbagai isu yang dapat diterima oleh semua
pihak, antara lain menyangkut konsepsi kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
jaminan produk halal, UMKM dan koperasi perlindungan lingkungan dan sumber daya alam,
keselamatan bangunan gedung, dan lainnya.

• Terkait dengan pandangan kedua fraksi tersebut, kami mengutip pernyataan ketua Badan
Legislasi sekaligus ketua Panja RUU Cipta Kerja bahwa proses pembahasan sangat terbuka dan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, meski tidak dapat memuaskan semua pihak. Kami
catat bahwa untuk pertama kalinya, proses pembahasan RUU, yaitu RUU Cipta Kerja disiarkan
secara langsung (live) oleh TV parlemen dan dipancarluaskan melalui media digital atau media
sosial, antara lain melalui YouTube sehingga bisa diakses oleh semua pihak dan masyarakat luas.

• Dapat kami sampaikan bahwa liputan media atas RUU Cipta Kerja ini telah dimulai sejak
disampaikannya pidato Bapak Presiden tanggal 20 Oktober 2020 sampai dengan penyampaian
RUU Cipta Kerja kepada DPR RI pada tanggal 7 Februari 2020. Liputan tersebut tetap berlanjut
baik dalam pembahasan di panja sampai dengan rapat paripurna saat ini.

• Kami memandang keseluruhan fraksi termasuk Fraksi Demokrat dan Fraksi PKS ikut serta
dalam pengambilan keputusan di panja dan di timus/timsin, termasuk persetujuan dan
pengambilan keputusan hasil panja kepada Badan Legislasi atas hasil pembahasan RUU Cipta
Kerja pada tanggal 3 Oktober 2020 lalu. Untuk itu kami menghargai keputusan Badan Legislasi
yang menerima sepenuhnya hasil pembahasan panja atas RUU Cipta Kerja dan pemerintah
menghormati kebijakan politik yang diambil oleh Fraksi Demokrat dan Fraksi PKS yang
disampaikan melalui tanggapan mini atas hasil pembahasan panja RUU Cipta Kerja.

• Pemerintah tetap membuka ruang dialog dan komunikasi dengan Fraksi Demokrat dan Fraksi
PKS untuk dapat memberikan penjelasan berbagai catatan yang telah disampaikan.

c) Kami juga mencatat bahwa Anggota DPD RI juga banyak memberikan masukan yang
konstruktif, termasuk pengaturan kewenangan perizinan berusaha yang diatur dalam RUU Cipta
Kerja, di mana DPD RI sepakat dengan panja bahwa kewenangan pemerintah daerah yang telah
diatur dalam UU tetap dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan mengikuti NSPK yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat. DPD RI juga menyepakati, bahwa dalam hal pemerintah
daerah tidak melaksanakan kewenangan sesuai dengan NSPK, maka kewenangan tersebut
dilaksanakan oleh pemerintah pusat dalam rangka memberikan kepastian hukum.

Ketua, wakil ketua, dan para anggota dewan yang terhormat.

16. Dalam pembahasan RUU Cipta Kerja tersebut, kita telah pula menyepakati, bahwa RUU
Cipta Kerja ini harus dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama untuk masyarakat,
pelaku usaha, dan pemerintah. Berbagai manfaat tersebut tertuang dalam rumusan 186 pasal dan
15 bab dalam RUU Cipta Kerja, antara lain yaitu:

a) Dukungan untuk UMKM: Dengan RUU Cipta Kerja pelaku usaha UMKM dalam proses
perizinan cukup hanya melalui pendaftaran.

b) Dukungan untuk koperasi: kemudahan dalam pendirian koperasi dengan menetapkan minimal
jumlah 9 orang, dan koperasi diberikan keleluasaan untuk melaksanakan prinsip usaha syariah,
serta dapat memanfaatkan teknologi.

c) Untuk sertifikasi halal: pemerintah menanggung biaya sertifikasi untuk UMK, dilakukan
percepatan dan kepastian dalam proses sertifikasi halal, serta memperluas lembaga pemeriksa
halal, yang dapat dilakukan oleh ormas Islam dan perguruan tinggi negeri.

d) Terhadap keterlanjuran perkebunan masyarakat di kawasan hutan, masyarakat diberikan izin


(legalitas) untuk pemanfaatan atas keterlanjuran lahan dalam kawasan hutan, di mana untuk
lahan masyarakat yang berada di kawasan konservasi, masyarakat tetap dapat memanfaatkan
hasil perkebunan dengan pengawasan dari pemerintah.
e) Untuk nelayan: yang sebelumnya proses perizinan kapal ikan harus melalui beberapa instansi
dengan RUU Cipta Kerja cukup hanya diproses di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

f) Dari sisi perumahan: backlog perumahan masyarakat dalam RUU Cipta Kerja akan dipercepat
dan diperbanyak pembangunan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang
dikelola oleh Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan (BP3).

g) Bank tanah akan melakukan reforma agraria dan redistribusi tanah kepada masyarakat.

17. Pada saat ini pasar tenaga kerja didominasi oleh lulusan SMA ke bawah sebesar 85% untuk
itu perlu penciptaan lapangan kerja. Di samping itu, dilakukan peningkatan perlindungan kepada
pekerja, meliputi:

a) Negara hadir untuk kepastian pemberian pesangon melalui program Jaminan Kehilangan
Pekerjaan yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Pemerintah berkontribusi dalam penguatan
dana yang akan dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Program JKP tidak mengurangi manfaat
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKm), Jaminan Hari Tua (JHT), dan
Jaminan Pensiun (JP) tanpa menambah beban iuran dari pekerja atau pengusaha.

b) Pengaturan jam kerja disesuaikan dengan sistem kerja Industri 4.0 dan ekonomi digital.

c) RUU Cipta Kerja tidak menghilangkan hak cuti haid, cuti hamil yang telah diatur dalam UU
Ketenagakerjaan.

18. Sedangkan bagi pelaku usaha akan mendapat manfaat yang mencakup:

a) Kemudahan dan kepastian dalam mendapatkan perizinan berusaha, dengan penerapan


perizinan berbasis risiko dan penerapan standar.

b) Pemberian hak dan perlindungan pekerja/ buruh yang dapat dilakukan dengan baik, akan
meningkatkan daya saing dan produktivitas.

c) Mendapatkan insentif dan kemudahan, baik dalam bentuk insentif fiskal maupun kemudahan
dan kepastian pelayanan dalam rangka investasi.

d) Adanya ruang kegiatan usaha yang lebih luas untuk dapat dimasuki investasi dengan mengacu
kepada bidang usaha yang diprioritaskan pemerintah.
e) Mendapatkan jaminan perlindungan hukum yang cukup kuat dengan penerapan ultimum
remedium yang berkaitan dengan sanksi, di mana pelanggaran administrasi hanya dikenakan
sanksi administrasi, sedangkan pelanggaran yang menimbulkan akibat K3L (kesehatan,
keselamatan, keamanan, dan lingkungan) dikenakan sanksi pidana.

Sidang dewan yang terhormat,

19. Dalam RUU Cipta Kerja telah pula kita sepakati untuk membentuk Lembaga Pengelola
Investasi (LPI) pemerintah pusat yang diharapkan dapat mengundang investasi dari para
Investor, baik dari negara-negara sahabat, lembaga internasional, maupun korporasi besar, yang
diharapkan dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas dan optimalisasi pengelolaan aset.

20. Dalam merespons kondisi pelaku usaha saat ini, pemerintah dan DPR RI sepakat untuk
menambahkan pengaturan mengenai fasilitas perpajakan yang menyangkut peningkatan
pendanaan investasi melalui penghapusan PPh dividen dalam negeri, sistem teritorial untuk
penghasilan tertentu dari luar negeri, pengecualian objek PPh untuk dana yang dikelola dan
dikembangkan Badan Pengelola Keuangan Haji serta lembaga sosial dan keagamaan.

21. RUU Cipta Kerja menegaskan pula peran dan fungsi dari pemerintah daerah sebagai bagian
dari pemerintah pusat, di mana kewenangan yang telah ada tetap dilaksanakan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan NSPK yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dengan demikian akan
terjadi suatu standar pelayanan yang baik bagi seluruh daerah.

22. RUU Cipta Kerja telah berhasil pula untuk mengatur dan menerapkan Kebijakan 1 Peta (one
map policy), yang dituangkan dalam RTRW dan mengintegrasikan tata ruang darat, tata ruang
pesisir dan pulau-pulau kecil, tata ruang laut, serta tata ruang kawasan terutama kawasan hutan,
sehingga ada aspek kepastian hukum bagi pelaku usaha yang telah memenuhi kesesuaian tata
ruang dalam RTRW. Pemerintah Pusat bersama dengan pemerintah daerah akan mempercepat
penetapan RDTR dalam bentuk digital.

23. Cakupan materi yang dimuat dalam RUU Cipta Kerja meliputi 76 UU sektor yang berkaitan
dengan ekosistem investasi dan perijinan berusaha, ketenagakerjaan, riset dan inovasi,
kemudahan berusaha, pengadaan lahan, kawasan ekonomi, dan dukungan administrasi
pemerintahan.
Ketua, wakil ketua, dan para anggota dewan yang terhormat.

24. Sekali lagi, perkenankan kami mewakili pemerintah, bersama para menteri terkait,
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas semua dukungan dan
kerja sama yang sangat baik, di dalam proses panjang pembahasan RUU Cipta Kerja. Semoga
RUU Cipta Kerja ini akan bermanfaat besar untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional kita
dan membawa Indonesia menuju negara yang adil, makmur, dan sejahtera.

25. Demikian pendapat akhir pemerintah terhadap RUU Cipta Kerja. Pemerintah sangat
memahami dan menyampaikan terima kasih, atas berbagai pandangan, tanggapan, dan masukan
yang konstruktif, dari semua fraksi di DPR RI.

26. Hal ini akan menjadi masukan dan catatan penting bagi pemerintah untuk terus melakukan
perbaikan ke depan. Pemerintah juga tidak akan pernah berhenti untuk terus bekerja dan
melakukan berbagai langkah nyata untuk mendorong pembangunan negara Indonesia yang kita
cintai ini, demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran yang berkeadilan.

27. Pada akhirnya, perkenankanlah kami atas nama pemerintah, sekali lagi mengucapkan terima
kasih yang tulus, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan para anggota
DPR RI, atas persetujuannya dalam menyepakati hal-hal yang sangat penting dan strategis dalam
RUU Cipta Kerja ini. Juga ucapan terima kasih kepada pimpinan Baleg DPR RI (Ketua: Bapak
Supratman, Wakil Ketua: Bapak M. Nurdin, Bapak Willy Aditya, Bapak Ibnu Multazam, Bapak
Achmad Baidowi). Demikian juga untuk para kapoksi di Baleg (PDI-P: Bapak Sturman
Panjaitan, Golkar: Bapak Firman Subagyo, Gerinda: Bapak Heri Gunawan, Nasdem: Bapak
Taufik Basyari, PKB: Bapak Abdul Wahid, Demokrat: Bapak Bambang Purwanto, PKS: Ibu
Ledia Hanifa, PAN: Bapak Ali Taher, PPP: Bapak Ahmad Baidowi) dan dari DPD RI (Pimpinan
Komite II dan Komite IV, Ibu Badikenita, Ketua PP UU dan Ibu Novita).

28. Marilah bersama-sama kita panjatkan doa ke hadirat Allah SWT, semoga langkah kita untuk
kemajuan Indonesia tercinta ini, senantiasa mendapatkan rida, rahmat, dan hidayah-Nya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai