Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Sektor pariwisata selama ini digadang gadang sebagai sumber kontribusi devisa negara
terbesar kedua bagi Indonesia. Menurut Buku Saku Kementerian Pariwisata ( 2016 ), kontribusi
sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto ( PDB ) nasional pada tahun 2014 telah
mencapai 9% atau sebesar Rp. 946,09 triliun, sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun
2014 telah mencapai Rp. 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 11 juta
orang ( Anggraini 2017 ).

Melalui mekanisme tarikan dan dorongan terhadap sektor ekonomi lain yang terkait
dengan sektor pariwisata seperti hotel dan restoran, angkutan, industri kerajinan dan lain lain.
Melalui multiplier, effect-nya, pariwisata dapat dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi
dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas.

Akselerasi pertumbuhan pariwisata menjadi salah satu strategi dari akselerasi


pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah membuat rencana program pembangunan pariwisata
yang dilakukan dengan berbagai strategi seperti pengembangan pasar wisatawan pengembangan
citra pariwisata di Indonesia.

Namun seperti yang kita ketahui saat ini muncul wabah virus corona, Infeksi virus Corona
disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember
2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.

Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan


lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi system pernapasan. Pada
banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus
ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).

Selain virus SARS-CoV-2 atau virus corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok
ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dab virus penyebab
Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang
sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS,
antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

Data hari ini, jumlah pasien yang dinyatakan positif bertambah 1.198 orang. Sehingga
total menjadi 54.010 kasus positif corona. Sementara untuk pasien sembuh bertambah 1.027
pasien, sehingga total secara akumulatif sebanyak 22.936 orang pasien sembuh. Sedangkan
pasien yang meninggal dunia karena virus ini bertambah 34 orang. Sehingga total kasus
meninggal mencapai 2.754 orang.

Pandemi atau epidemi global mengindikasikan infeksi COVID-19 yang sangat cepat hingga
hampir tak ada negara atau wilayah di dunia yang absen dari virus Corona. Peningkatan jumlah
kasus terjadi dalam waktu singkat hingga butuh penanganan secepatnya. Sayangnya, hingga kini
belum ada obat spesifik untuk menangani kasus infeksi virus Corona atau COVID-19.

WHO menyatakan saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus Corona secara
global. Eropa memiliki lebih banyak kasus dan kematian akibat COVID-19 dibanding China.
Jumlah total kasus virus Corona, menurut WHO, kini lebih dari 136 ribu di sedikitnya 123
negara dan wilayah. Dari jumlah tersebut, nyaris 81 ribu kasus ada di wilayah China daratan.
Italia, yang merupakan negara Eropa yang terdampak virus Corona terparah, kini tercatat
memiliki lebih dari 15 ribu kasus.
BAB II
ISI

Salah satu dampak akibat wabah virus Covid-19 adalah perekonomian suatu negara. Di
saat banyak negara sedang membangun ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi tiba-
tiba, harus terhenti akibat virus Covid-19. Seluruh negara berusaha menghadapi dan
menanggulangi virus ini agar tidak meluas yang menyebabkan lumpuhnya suatu kota seperti
kota-kota besar di negara dan tentunya di Indonesia sendiri.

Berdasarkan laporan McKinsey februari 2020 minimal ada 6 sektor industry yang
berdampak akibat virus Covid-19 termasuk di Indonesia yaitu pariwisata, penerbangan, otomotif,
oil and gas, consumer goods, dan elektronik. Jika virus ini dikendalikan maka pemulihan
ekonomi bisa berada di kuarter 2 dan kuarter 3 tahun ini.

Sejak adanya intruksi menjaga jarak social dan gaung beraktivitas di rumah saja, sektor
pariwisata menjadi lesu. Bahkan, kelesuan itu sudah dirasakan sebelum Indonesia
mengumumkan ada pasien positif corona pada awal Maret 2020 lalu.

Ketakutan akan berpergian baik itu perjalanan domestic maupun mancanegara juga
dirasakan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Hal ini terlihat juga dari efek domino yang terjadi
pada sektor-sektor penunjang pariwisata, seperti hotel, dan restoran maupun pengusaha retail.
Dilansir dari katadata.co.id, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengatakan,
dampak penyebaran virus corona dirasakan oleh pengusaha hotel, restoran, dan maskapai
penerbangan yang memiliki pangsa dan nilai investasi yang massif. Dinamika ini dikatakan
sebagai force majeure atau kondisi yang tidak dapat dihindari.

Melemahnya industri pariwisata akibat virus corona juga terjadi di Indonesia. Beberapa
destinasi wisata seperti Bali, Yogyakarta, dan Lombok mengalami penurunan pengunjung yang
cukup drastis. Bali adalah salah satu destinasi yang paling terkena dampaknya. Wisatawan
mancanegara adalah sumber pemasukan nomor satu dari Pulau Dewata tersebut. Terlebih,
wisatawan dari Cina adalah penyumbang terbanyaknya.
. Bukan hanya sektor pariwisata yang mengalami kelumpuhan sementara, tetapi para
karyawan dari jenis perusahaan lainnya ikut merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Yang
dimana pekerjaan atau kegiatan yang biasanya dilakukan diluar rumah secara langsung sekaran
terpaksa harus dilakukan di dalam rumah. Serta ada banyak pula karyawan yang terancam
pemberhentian hak kerja (PHK) karena banyak pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk
dikerjakan dirumah, seperti halnya kegiatan produksi yang bergantung pada mesin yang berada
di tempat produksi. PHK ini juga dilakukan karena kurangnya pembelian dari konsumen dan
dibatasinya ekspor ke negara tertentu sehingga akan menghambat ekspor dan mengurangi
pendapatan perusahaan, bahkan perusahaaan bisa mengalami kerugian. Ada pun penyebab lain
dari di PHK nya para karyawan yaitu karena kelangkaan bahan baku untuk diproduksi yang di
impor dari negara luar seperti dari negara Thiongkok sehingga akan menghambat kegiatan
industri. Perusahaan yang berhenti beroperasi dan peningkatan jumlah angka pengangguran
dapat menghambat dan mengurangi produk domestik bruto (PDB) serta menghambat
pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sejumlah stimulus yang disiapkan pemerintah untuk membangkitkan sektor pariwisata


tak mampu membendung dampak negative corona COVID-19. Atraksi wisata banyak ditutup
yang berarti taka da pemasukan bagi mereka. Occupancy mayoritas hotel juga turun drastis dan
berarti tidak ada pendapatan sama sekali.

Pemerintah juga mempersiapkan berbagai kebijakan dan langkah agar dapat mengurangi
dampak wabah virus ini terhadap berbagai usaha, tentunya termasuk sektor pariwisata ekonomi
kreatif dan juga para pekerjanya. Wishnutama menyatakan pihaknya sedang berkoordinasi
dengan Lembaga – Lembaga terkait untuk menyelamatkan sektor pariwisata. Selama menunggu
kebijakan, kemenparekraf juga menyiapkan kerja sama dengan jaringan hotel untuk
dialihfungsikan menjadi tempat tinggal bagi para tenaga medis dan gugus tugas di berbagai
daerah.

Ia juga mengklaim sedang berkoordinasi dengan penyedia jasa transportasi untuk


menyediakan alat transportasi bagi para petugas medis dan gugus tugas. Pemerintah juga akan
berupaya menghasilkan stimulus ekonomi agar meringankan beban dan biaya untuk para pelaku
usaha sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sehingga dapan mengurangi potensi PHK karyawan.
Wishnutama juga mengajak para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, untuk saling
membantu, dalam menghadapi kondisi yang tidak mudah ini. Khusus untuk para pelaku sektor
ekonomi kreatif, seperti televisi, film, rumah produksi, konten creator, radio, animasi desain
grafis, artis, seniman, juga berbagai komunitas dan jejaring kreatif di berbagai daerah untuk aktif
terlibat dalam membantu pemerintah dalam menyosialisasikan langkah kepada masyarakat
dalam menghadapi COVID-19.

Ia juga mengklaim sedang berkoordinasi dengan penyedia jasa transportasi untuk


menyediakan alat transportasi bagi para petugas medis dan gugus tugas. "Pemerintah juga
akan berupaya menghasilkan stimulus ekonomi agar meringankan beban dan biaya untuk
para pelaku usaha sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sehingga dapat mengurangi
potensi PHK karyawan di sektor tersebut," ujarnya.

Wishnutama menyatakan pihaknya sedang berkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait


untuk bisa menyelamatkan sektor wisata. Selama menunggu kebijakan, Kemenparekraf
juga menyiapkan kerja sama dengan jaringan hotel untuk dialihfungsikan menjadi tempat
tinggal para tenaga medis dan gugus tugas di berbagai daerah.

Anda mungkin juga menyukai