Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN RESIKO YANG DITERAPKAN PERBANKAN SAAT MENGHADAPI

PANDEMI COVID – 19 UNTUK MENJAGA STABILITAS EKONOMI DI INDONESIA

Disusun oleh ;

UPBJJ UT TERNATE

S1 MANAGEMEN

Abstrak

Penyebaran virus corona atau covid-19 semakin meluas di penjuru dunia. Penyebaran
ini pun mempengaruhi kegiatan ekonomi, termasuk industri perbankan. Dalam riset
yang dirilis belum lama ini,menyatakan pertumbuhan ekonomi global, emerging market,
dan kawasan Asia Pasifik direvisi 10 hingga 30 basis poin lebih rendah secara year to
date. Perbankan Indonesia pun tidak luput dari terkoreksinya laba dan NIM. Hal ini
karena profitabilitas perbankan Indonesia dipengaruhi rendahnya pendapatan bunga
dan non-bunga dan biaya provisi yang tinggi.Tantangan yang dihadapi antara lain
disrupsi pada rantai pasok barang dan jasa serta pelemahan permintaan. Untuk
mengatasinya, berbagai kebijakan moneter, fiskal, dan makroprudensial pun
diluncurkan.

Namun, kebijakan ini masih dilakukan secara parsial dan tidak merata, serta butuh jeda
waktu hingga hasilnya terlihat. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi global pun
diperkirakan menurun pada kuartal I tahun ini dan akan berlanjut di kuartal setelahnya.
Beberapa risiko yang membayangi industri perbankan antara lain perlambatan
penyaluran kredit, penurunan kualitas aset, dan pengetatan margin bunga bersih.
Peningkatan rasio kredit bermasalah dan credit costs juga menjadi risiko di tengah
penyebaran virus corona, khususnya di sektor food and beverage, pariwisata, supply
chain, perkapalan, ritel, dan transportasi domestik.

Kata Kunci : Manajemen Resiko, Krisis Ekonomi, Kredit Bank, Covid-19.

PENDAHULUAN

C AR D ION OR MIN

Pria : Jantungku Sesehat Remaja 18 Tahun di Usia 58 (Baca)


PELAJARI LEBIH

1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses (Cov) adalah


virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus
Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti
Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah
(SARS-CoV). Virus Corona adalah zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan
manusia. Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus
COVID-19 di Wuhan berawal pada tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan
Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment
of pneumonia of unknown cause”. Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan
sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat 93 negara yang mengkorfirmasi
terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona yang telah meluas ke berbagai belahan
dunia membawa dampak pada perekonomian dunia baik dari sisi perdagangan,
investasi dan pariwisata.

—Baca juga: Cara Parafrase Karil dan Tesis Universitas Terbuka—

China merupakan negara eksportir terbesar dunia. Indonesia sering melakukan


kegiatan impor dari China dan China merupakan salah satu mitra dagang terbesar
Indonesia. Adanya virus Corona yang terjadi di China menyebabkan perdagangan
China memburuk. Hal tersebut berpengaruh pada perdagangan dunia termasuk di
Indonesia. Penurunan permintaan bahan mentah dari China seperti batu bara dan
kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di Indonesia yang dapat menyebabkan
penurunan harga komoditas dan barang tambang.

Penerimaan pajak sektor perdagangan juga mengalami penurunan padahal


perdagangan memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penerimaan pajak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor migas dan non-migas
mengalami penurunan yang disebabkan karena China merupakan importir minyak
mentah terbesar. Selain itu, penyebaran virus Corona juga mengakibatkan penurunan
produksi di China, padahal China menjadi pusat produksi barang dunia. Apabila China
mengalami penurunan produksi maka global supply chain akan terganggu dan dapat
mengganggu proses produksi yang membutuhkan bahan baku dari China. Indonesia
juga sangat bergantung dengan bahan baku dari China terutama bahan baku plastik,
bahan baku tekstil, part elektronik, komputer dan furnitur.

Virus Corona juga berdampak pada investasi karena masyarakat akan lebih berhati-hati
saat membeli barang maupun berinvestasi. Virus Corona juga memengaruhi proyeksi
pasar. Investor bisa menunda investasi karena ketidakjelasan supply chain atau akibat
asumsi pasarnya berubah. Di bidang investasi, China merupakan salah satu negara
yang menanamkan modal ke Indonesia. Pada 2019, realisasi investasi langsung dari
China menenpati urutan ke dua setelah Singapura. Terdapat investasi di Sulawesi
berkisar US $5 miliar yang masih dalam proses tetapi tertunda karena pegawai dari
China yang terhambat datang ke Indonesia.

Indonesia adalah salah satu negara yang memberlakukan larangan perjalanan ke dan
dari China untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Larangan ini menyebabkan
sejumlah maskapai membatalkan penerbangannya dan beberapa maskapai terpaksa
tetap beroperasi meskipun mayoritas bangku pesawatnya kosong demi memenuhi hak
penumpang. Para konsumen banyak yang menunda pemesanan tiket liburannya
karena semakin meluasnya penyebaran virus Corona. Keadaan ini menyebabkan
pemerintah bertindak dengan memberikan diskon untuk para wisatawan dengan tujuan
Denpasar, Batam, Bintan, Manado, Yogyakarta, Labuan Bajo, Belitung, Lombok, Danau
Toba dan Malang. Di Eropa juga memberlakukan aturan dimana maskapai
penerbangan harus menggunakan sekitar 80 persen slot penerbangan yang beroperasi
ke luar benua Eropa agar tidak kehilangan slot ke maskapai pesaingnya. Bukan hanya
di Indonesia yang membatasi perjalanan ke China, namun negara-negara yang lain
seperti Italia, China, Singapura, Rusia, Australia dan negara lain juga memberlakukan
hal yang sama (www.cnnindonesia.com).

Virus Corona juga sangat berdampak pada sektor pariwisata. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan asal China mencapai 2.07 juta orang
pada tahun 2019 yang mencakup 12.8 persen dari total wisatawan asing sepanjang
2019. Penyebaran virus Corona menyebabkan wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia akan berkurang. Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran
maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan adanya virus Corona.
Okupansi hotel mengalami penurunan sampai 40 persen yang berdampak pada
kelangsungan bisnis hotel. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran atau
rumah makan yang sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan. Melemahnya
pariwisata juga berdampak pada industri retail. Adapun daerah yang sektor retailnya
paling terdampak adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan dan
Jakarta. Penyebaran virus Corona juga berdampak pada sektor usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) karena para wisatawan yang datang ke suatu destinasi biasanya
akan membeli oleh-oleh. Jika wisatawan yang berkunjung berkurang, maka omset
UMKM juga akan menurun. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2016 sektor
UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan jenis usaha mikro banyak menyerap
tenaga kerja.

Beberapa langkah yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi dampak dari virus
Corona ini adalah menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps
menjadi 4.75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4.00% dan suku
bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5.50%. Kebijakan ini dilakukan untuk
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek
pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya Covid-19. Bank Indonesia
akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik untuk menjaga agar
inflasi dan stabilitas eksternal tetap terkendali serta memperkuat momentum
pertumbuhan ekonomi (www.bi.go.id). Oleh karena itu penulis tertarik membahasnya
lebih dalam lagi tentang dampak wabah covid – 19 terhadap kegiatan perbankan dan
cara kerja manajemen resiko dalam menghadapi wabah covid – 19 dengan menarik
judul “MANAJEMEN RESIKO YANG DITERAPKAN PERBANKAN SAAT
MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 UNTUK MENJAGA STABILITAS EKONOMI DI
INDONESIA”.

Read less... / Kembali ke atas...

1. Rumusan Masalah
1)      Apa itu pandemi covid – 19 dan dampaknya terhadap perekonomian ?

2)      Apa dampak yang ditimbulkan pandemi covid-19 terhadap aktivitas perbankan ?

3)      Bagaimana sektor perbankan mengelola manajemen resiko saat menghadapi


pandemi covid-19 ?

1. Tujuan Penulisan

1)      Untuk mengetahui apa itu pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap


perekonomian.

2)      Untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan dan aktivitas


perbankan.

3)      Untuk mengetahui bagaimana penanganan dan penerapan Manajemen Resiko


yang dilakukan oleh perbankan.

1. Manfaat Penulisan

1)      Bagi Penulis, untuk mengetahui apa itu covid-19 dan dampanknya terhadap
perekonomian.

2)      Bagi Pembaca, untuk mengetahui cara menyikapi pandemi Covid-19 dan


bagaimana penerapan Manajemen Resiko saat terjadi pelemahan ekonomi.

PEMBAHASAN

1. Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Perekonomian

Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul dari
kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Di duga Covid-19 ini berasal dari
hewan kelewar dan setelah di telusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan
orang-orang yang memiliki riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan laut dan
hewan lokal di Wuhan, China. Manusia merupakan mahluk sosial yang memungkinkan
saling berinteraksi secara langsung sehingga tingkat penyebaran pandemi Covid-19
semakin pesat, hingga Kamis, 26 maret 2020 tercatat 198 negara yang terinfeksi oleh
Covid-19.

Indonesia merupakan salah satu negara yang terinfeksi pandemi Covid-19, pada 26
Maret 2020 tercatat 893 orang positif virus Corona. Diantaranya, 35 orang sembuh, 780
orang di rawat, dan 78 orang meninggal. Salah satu penyebab virus corona mudah
menyebar di Indonesia adalah karena Indonesia merupakan negara dengan Sektor
pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memiliki kontribusi devisa terbesar kedua di
Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa Sawit.
Baca juga:   Contoh Karil UT Jurusan Sastra Inggris
Powered by Inline Related Posts

Kinerja perekonomian Indonesia jelas akan ikut terdampak. Pertumbuhan ekonomi dan
kinerja perdagangan nasional diprediksi turut lesu sebagai dampak melorotnya
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global. Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati mengatakan, kondisi perekonomian global saat ini sangat menantang. Dia
pun mengakui, memburuknya kondisi ekonomi global akan memengaruhi ekonomi
Indonesia. Kita pahami kondisi ekonomi global sangat menantang. Selain dihadapkan
pada pelemahan ekonomi, sekarang ditambah dengan terjangkitnya virus novel corona
dampaknya tidak main-main. Angka revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang
dilansir IMF adalah kondisi yang sama dengan kurun 2008-2009. Pada kurun waktu itu,
dunia dihadapkan pada krisis keuangan global yang bermula dari Amerika Serikat.

Jika durasi Covid-19 bisa lebih dari 3 sampai 6 bulan, kemudian lockdown, serta
perdagangan internasional bisa drop di bawah 30 persen, penerbangan drop sampai
dengan 75 persen hingga 100 persen, maka skenario bisa menjadi lebih dalam,
pertumbuhan ekonomi bisa di kisaran 2,5 persen bahkan 0 persen. Berdasarkan
perhitungannya hingga pekan kedua Maret 2020, ekonomi Indonesia masih tumbuh di
kisaran 4,9 persen. Jadi kalau kuartal I masih 20 hari terakhir, dan itu menurun, hingga
kuartal I diharapkan masih tumbuh 4,5 persen hingga 4,9 persen.

Tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang loyo, kinerja perdagangan, pasar keuangan,
nilai tukar, hingga aktivitas bisnis juga diyakini bakal terdampak. Ekonom Institute of
Development Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara,
memproyeksi ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,5 persen pada 2020. Angka ini
lebih rendah dari proyeksi lembaga pemeringkat internasional Moody’s yang
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,8 persen pada tahun ini.
Bhima menilai, dampak virus corona ke laju pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa
ditelusuri lewat korelasi hubungan ekonomi China dan Indonesia. Jadi, setiap 1 persen
penurunan pertumbuhan ekonomi China, ekonomi Indonesia bisa terpengaruh 0,3
persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan korelasi perdagangan dan
investasi Indonesia-China cukup besar. Indef memproyeksikan pertumbuhan ekonomi
China hanya sekitar 5 persen pada 2020, atau turun 1 persen dibanding 2019.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi akan berkaitan langsung dengan turunnya
pendapatan domestik bruto (PDB). Jika growth hanya 4,5 persen maka PDB nilainya
Rp 16.546 triliun. Ini berarti kita kehilangan Rp 127 triliun (dibanding 2019).

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia


pada 2020 berkisar 5-5,4 persen, turun dari perkiraan semula di kisaran 5,1-5,5 persen.
Revisi perkiraan ini ada karena melihat adanya pengaruh jangka pendek pemulihan
ekonomi dunia pasca terjadinya Corona Virus Disease 2019. Terlebih lagi, wabah ini
sangat berpengaruh dan berdampak pada sektor parisiwata, perdagangan, dan
investasi. Terkait prediksi IMF, Bank Dunia, dan Amerika Serikat, yang menyebutkan
bahwa ekonomi China akan turun 1 persen akibat wabah virus corona, Airlangga
menyebut bila durasinya lebih lama maka penurunannya pun akan lebih dalam.
Ekonomi Indonesia Hari Ini

Pesatnya penyebaran virus corona mengguncang pasar saham global. Indeks Harga


Saham Gabungan (IHSG) pun tidak bisa menahan pengaruh anjloknya pasar saham
global. Segera setelah kasus pertama virus corona di Indonesia dikonfirmasi oleh
pemerintah, IHSG langsung anjlok. Bahkan, IHSG telah merosot ke bawah level 4.000,
saat tulisan ini tayang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Penutupan 23 Maret
2020. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya mencegah penurunan dalam di
pasar saham. Pengawas pasar modal ini mengeluarkan kebijakan baru untuk menahan
penurunan IHSG. Melalui surat bernomor S-274/PM.21/2020, OJK memerintahkan
kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menghentikan kegiatan perdagangan saham
bila IHSG berada dalam tekanan.

Nilai tukar rupiah pun sama menderitanya dengan IHSG. Setelah bertahan cukup lama
di kisaran level Rp 14.000 per dollar AS, mata uang Garuda kini menapaki level Rp
16.000 per dollar AS. Pada Rabu (18/3/2020) pukul 12.44 WIB, nilai tukar rupiah di
pasar spot terpantau berada di level Rp 15.222 per dollar AS. Rupiah melemah 50 poin
atau 0,33 persen dibandingkan pada posisi pembukaan, yakni Rp 15.085 per dollar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank
Indonesia (BI) menunjukkan pada Rabu (18/3/2020), rupiah berada di level Rp 15.223
per dollar AS. Angka ini pun melemah dibandingkan sehari sebelumnya, yakni Rp
15.083 per dollar AS. Rupiah pun makin terpuruk pada Senin (23/3/2020), bahkan
perdagangan di pasar spot ditutup melewati level Rp 16.000 per dollar AS, tepatnya Rp
16.575 per dollar AS.

Kurs rupiah di pasar spot pada Senin ini merupakan nilai tukar terendah dalam sejarah
hingga tulisan ini tayang. Di tengah sesi perdagangan, merujuk data Bloomberg, rupiah
sempat pula diperdagangkan di level Rp 16.625 per dollar AS. Rupiah di Pasar Spot di
Akhir Perdagangan 23 Maret 2020. Jisdor pada Senin juga memperlihatkan penurunan
nilai tukar rupiah yang terus berlanjut. Dibuka di level Rp 16.005 per dollar AS, rupiah di
Jisdor ditutup di level Rp 16.608 per dollar AS.

1. Aktivitas Perbankan Saat Pandemi Covid-19

Penyebaran corona COVID-19 turut berdampak negatif pada kegiatan usaha


perbankan di berbagai negara. Namun, industri perbankan di sejumlah negara mampu
bertahan. FOMC (Federal Open Market Committee) mengumumkan pengurangan 0,5
basis poin dalam kisaran target untuk suku bunga dana federal, sehingga kisaran
menjadi 1-1,25 persen, Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat
mengatakan. “Penyebaran Virus Corona telah membawa tantangan dan risiko baru.
Wabah ini juga mengganggu aktivitas ekonomi di banyak negara dan telah mendorong
pergerakan signifikan di pasar keuangan,”. Penurunan suku bunga acuan oleh The Fed
ini merupakan penurunan pertama kali di luar jadwal reguler The Fed sejak 2008, ketika
ekonomi dunia dihantam krisis finansial. Pemotongan ini juga merupakan level darurat
pertama yang tidak terjadwal dan merupakan penurunan suku bunga satu kali terbesar
sejak krisis keuangan tahun 2008.
Hal yang sama diperkirakan juga melanda bank-bank di negara kawasan Asia
Tenggara. Pertumbuhan kredit, penurunan pendapatan bunga dan non bunga bank-
bank di kawasan Asia Tenggara diperkirakan juga mengalami perlambatan. Rasio dana
murah di Asia Tenggara berada di kisaran 48 persen, dan berakibat pada tekanan
terhadap NIM seiring pemangkasan suku bunga acuan.  COVID-19 menghantam sektor
perbankan ASEAN melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah, yang
mengakibatkan perlambatan pertumbuhan kredit dan berujung pada menurunnya
profitabiltias industri perbankan. Fitch Ratings menilai, bank-bank di Thailand dan
Singapura yang bergantung pada pariwisata, kemungkinan paling terpengaruh COVID-
19.

Berkurangnya pemasukan dari sektor pariwisata, terganggunya rantai pasok


manufaktur serta melemahnya permintaan ekspor, cenderung memberi tekanan pada
keuntungan perusahaan yang pada akhirnya dapat membebani kualitas aset
perbankan. Meskipun, sektor-sektor terkait pariwisata hanya sebagian kecil dari
portofolio kredit yang disalurkan perbankan Vietnam, industri perbankan Vietnam
cenderung menghadapi perlambatan pertumbuhan kredit dan laba. Selain itu, modal
terbatas yang dimiliki bank-bank Vietnam tidak dapat membantu merangsang
pertumbuhan kredit dalam masa pemulihan dari serbuan COVID-19. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi juga akan menguji kualitas pinjaman perbankan.

WHO Sebut Pembatasan Sosial Saja Tak Cukup untuk Atasi COVID-19 Perbankan
Indonesia pun tidak luput dari terkoreksinya laba dan NIM. Hal ini karena profitabilitas
perbankan Indonesia dipengaruhi rendahnya pendapatan bunga dan non-bunga dan
biaya provisi yang tinggi. Tetapi banyak bank di Indonesia yang memiliki pendapatan
yang memuaskan serta buffer modal yang besar. Sebagai catatan, rata-rata return on
asset (ROA) bank-bank di Indonesia sekitar 2 persen dan rasio tier 1 rata-rata 21,9
persen pada akhir 2019 Dampak COVID-19 lebih terasa pada kredit UKM yang sebesar
15 persen dari portofolio perbankan.

1. Strategi Penguatan Manajemen Resiko Yang Dilakuakan Dunia Perbankan


Indonesia

Bisnis Bank di Indonesia di tengah gejolak sentimen global virus Corona masih
difokuskan pada penyaluran kredit pada sektor yang tidak terlalu dipengaruhi langsung
oleh virus Corona dengan tetap menjaga aspek manajemen risiko yang baik. Managing
Director Chief Operating Officer PT Bank DBS Indonesia, Aryo Bimo Notowidigdo, juga
menyebutkan perusahaan terus berupaya meningkatkan fee based income lain mulai
dari segmen UKM, koperasi hingga nasabah ritel. Kendati begitu, perbankan sudah
mulai mengambil langkah-langkah antisipasi agar tekanan ekonomi tidak berdampak ke
kualitas kredit.

Salah satunya, dengan meningkatkan pemantauan kredit kepada debitur yang memiliki
potensi tekanan tinggi akibat kondisi saat ini. Selain itu, juga menyiapkan skema
restrukturisasi, seperti memperpanjang masa pengembalian kredit bila ke depan ada
kasus-kasus kredit bermasalah. Umumnya, sektor kredit yang berpotensi menyumbang
NPL adalah pariwisata dan perhotelan. Hal ini sejalan dengan turunnya minat
wisatawan untuk melancong saat isu penyebaran virus corona terus meluas. Bahkan,
ketika Indonesia pun sudah mengumumkan kasus positif virus corona perdana.

Suku Bunga BI Turun

BI sebagai penjaga utama stabilitas mata uang rupiah dan inflasi di Tanah Air langsung
mengeluarkan jurus-jurus moneter terkait pelemahan ekonomi saat ini. Suku bunga
acuan perbankan pun diturunkan seraya berharap segera memberikan efek menetes ke
industri perbankan untuk ikut penurunan ini. Pada Kamis (19/3) lalu, usai Rapat Dewan
Gubernur (RDG), Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan penurunan suku bunga
acuan 7Days Reverse Repo Rate (7DRRR) di level 4,5 persen. 7DRRR ini menjadi
acuan industri perbankan dalam menentukan suku bunga pinjaman/kredit/pembiayaan.
Perry mengatakan kebijakan moneter di tengah wabah corona saat ini tetap akomodatif
dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran. BI tetap
memperhatikan stabilitas eksternal yang terjaga serta upaya untuk menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat.

Baca juga:   Contoh Karya Ilmiah UT Ilmu Perpustakaan


Powered by Inline Related Posts

Pekerjaan terbesar BI sekarang tentu menjaga penguatan rupiah atas dolar AS. Pada
penutupan perdagangan Jumat (20/3), rupiah berada di level 15.960 per dolar AS.
Rupiah sempat menembus 16 ribu per dolar AS atau menyamai kerendahan saat krisis
moneter 1998. Jika rupiah menguat maka inflasi bisa terus terjaga. Suku bunga bank
pun masih bisa direlaksasi. Sebaliknya, jika rupiah makin melemah, inflasi bisa
terancam, dan penurunan suku bunga acuan bisa terancam. Intervensi masih menjadi
kata maut BI dalam menjaga stabilitas rupiah. BI melakukan triple intervention (tiga
intervensi) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental dan
mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF),
maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.

Perry mengatakan sepanjang tahun ini BI sudah mengeluarkan uang hampir Rp 300
triliun dalam rangka menjaga stabilitas rupiah di tengah wabah corona. Jurus lainnya, BI
memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari
untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak
20 Maret 2020. Terkait perbankan, BI ,memperluas kebijakan insentif pelonggaran Giro
Wajib Minimum (GWM) harian dalam rupiah sebesar 50 bps yang semula hanya
ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor, ditambah
dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain,
berlaku efektif sejak 1 April 2020.

Relaksasi Perbankan dari OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta industri perbankan mulai menerapkan


kebijakan relaksasi terhadap debitur yang terdampak wabah Virus Corona baru atau
Covid-19.  OJK menerapkan kebijakan pemberian stimulus bagi perekonomian dengan
menerbitkan POJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional
Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019
pada Kamis (19/3). Sekar Putih mengatakan dengan terbitnya POJK ini maka
pemberian stimulus untuk industri perbankan sudah berlaku sejak 13 Maret 2020
sampai dengan 31 Maret 2021. Perbankan diharapkan dapat proaktif dalam
mengidentifikasi debitur-debiturnya yang terkena dampak penyebaran Covid-19 dan
segera menerapkan POJK stimulus dimaksud.

POJK mengenai stimulus perekonomian tersebut dikeluarkan untuk mengurangi


dampak terhadap kinerja dan kapasitas debitur yang diperkirakan akan menurun akibat
wabah Covid-19. Kinerja ini bisa meningkatkan risiko kredit yang berpotensi
mengganggu kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan. Melalui kebijakan
stimulus tersebut, perbankan juga memiliki pergerakan yang lebih luas sehingga
pembentukan kredit macet dapat terkendali dan memudahkan memberikan kredit baru
kepada debiturnya. Menurut Sekar, POJK itu diharapkan menjadi countercyclical
dampak penyebaran Covid-19 sehingga bisa mendorong optimalisasi kinerja
perbankan, khususnya fungsi intermediasi, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan
mendukung pertumbuhan ekonomi.

Pemberian stimulus ditujukan kepada debitur pada sektor-sektor yang terdampak


penyebaran virus corona. Ini termasuk debitur UMKM dan diterapkan dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian. Juga, disertai adanya mekanisme pemantauan
untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dalam penerapan ketentuan (moral
hazard). Kebijakan stimulus dimaksud terdiri dari penilaian kualitas kredit atau
pembiayaan atau penyediaan dana lain hanya berdasarkan ketepatan pembayaran
pokok dan/atau bunga untuk kredit sampai dengan Rp 10 miliar. Selain itu,
restrukturisasi dengan peningkatan kualitas kredit atau pembiayaan menjadi lancar
setelah direstrukturisasi. Ketentuan restrukturisasi ini dapat diterapkan bank tanpa
batasan plafon kredit.

Relaksasi pengaturan tersebut berlaku untuk debitur non-UMKM dan UMKM, dan akan
diberlakukan sampai dengan satu tahun setelah ditetapkan. Mekanisme penerapan
diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan masing-masing bank dan disesuaikan
dengan kapasitas membayar debitur. Dengan beragam stimulus ekonomi sektor
perbankan ini diharapkan sektor riil tetap bisa bergerak. Pengusaha UMKM yang
memiliki kredit bank bisa sedikit tenang dengan adanya penurunan suku bunga,
keringanan membayar cicilan dalam hal ini cicilan bunga saja untuk periode tertentu,
hingga bentuk-bentuk kemudahan lainnya. Bagi debitur besar, stimulus perbankan ini
bisa menjadi jalan untuk merestrukturisasi kredit mereka. Stimulus ini bisa jadi cara
untuk menekan sekecil mungkin kredit macet debitur yang memang menjadi ancaman
industri bank.

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran


Wabah virus corona memberikan dampak hebat terhadap perekonomian banyak
negara di dunia, termasuk di Indonesia. Yang paling tampak saat ini adalah
terguncangnya bursa saham global ke titik rendah, yang juga terjadi di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Industri manufaktur, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),
industri keuangan, hingga pendapatan individu masyarakat pun ikut terhempas
gelombang wabah corona ini. Tak heran jika banyak negara memberikan stimulus
ekonomi untuk mengurangi dampak penurunan ekonomi.

Stimulus ekonomi juga diberikan pemerintah Indonesia. Pertama, untuk sektor


pariwisata. Pemerintah memberikan diskon tiket pesawat domestik dan hapus pajak
industri hotel dan restoran di daerah wisata utama. Kedua, stimulus penghapusan pajak
bagi pekerja. Dan ketiga di dunia perbankan dengan cara diterbitkannya Peraturan dari
OJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. POJK ini
stimulus untuk industri perbankan sudah berlaku sejak 13 Maret 2020 sampai dengan
31 Maret 2021. Perbankan diharapkan dapat proaktif dalam mengidentifikasi debitur-
debiturnya yang terkena dampak penyebaran Covid-19 dan segera menerapkan POJK
stimulus. POJK mengenai stimulus perekonomian ini dikeluarkan untuk mengurangi
dampak terhadap kinerja dan kapasitas debitur yang diperkirakan akan menurun akibat
wabah virus Corona sehingga bisa meningkatkan risiko kredit yang berpotensi
mengganggu kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan.

Melalui kebijakan stimulus ini, Perbankan juga memiliki pergerakan yang lebih luas
sehingga pembentukan kredit macet dapat terkendali dan memudahkan memberikan
kredit baru kepada debiturnya. POJK ini juga diharapkan menjadi countercyclical
dampak penyebaran virus Corona sehingga bisa mendorong optimalisasi kinerja
perbankan khususnya fungsi intermediasi, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan
mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemberian stimulus OJK ini ditujukan kepada
debitur pada sektor-sektor yang terdampak penyebaran virus COVID-19, termasuk
dalam hal ini debitur UMKM dan diterapkan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-
hatian yang disertai adanya mekanisme pemantauan untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan dalam penerapan ketentuan (moral hazard).  Dengan demikian,
pembengkakan rasio kredit macet bank dan gagal bayar debitur bisa terhindari sejak
dini. Efek besarnya, ancaman PHK massal pun bisa dielakkan dan daya beli
masyarakat bisa tetap terjaga. Tentu, OJK dalam hal ini harus benar-benar ketat dalam
menyeleksi industri mana saja yang pantas mendapat keringan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Karta. 2020. “Stimulus Ekonomi Wabah Corona: Industri Perbankan”,Artikel


diambil dari internet pada 11 April
2020 melalui : https://republika.co.id/berita/q7iu7z282/stimulus-ekonomi-wabah-corona-
industri-perbankan

“Bank Dunia Gelontorkan Rp2.660 T Tangani Dampak Virus Corona” ,Artikel diambil
dari internet pada 11 April
2020 melalui
: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200403012904-532-489817/bank-dunia-
gelontorkan-rp2660-t-tangani-dampak-virus-corona

“Bersiap Tameng Ekonomi untuk Dampak Wabah Corona” , Artikel diambil dari internet
pada 11 April 2020  melalui https://jeo.kompas.com/bersiap-tameng-ekonomi-untuk-
dampak-wabah-corona

Agustina, Alin. 2020.“Dampak Pandemi Covid-19 Pada Pertumbuhan Ekonomi


Indonesia”, Artikel diambil dari internet pada 12 April
2020 melalui : https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/66831-Dampak-
Pandemi-Covid-19-Pada-Pertumbuhan-Ekonomi-Indonesia

Chadiza, Dea. 2020. “Ketika Corona COVID-19 Menghantam Sektor Bank di Berbagai”.


Artikel diambil dari internet pada 12 April 2020 melalui : https://tirto.id/ketika-corona-
covid-19-menghantam-sektor-bank-di-berbagai-negara-eE1H

Herman. 2020. “Kebijakan Bank Indonesia Hadapi Dampak Virus Corona Dinilai Sudah
Tepat” ,Artikel diambil dari internet pada 12 April
2020 melalui : https://www.beritasatu.com/ekonomi/611015-kebijakan-bank-indonesia-
hadapi-dampak-virus-corona-dinilai-sudah-tepat

Istianur, Ilyas. 2020. “Atasi Dampak Corona, OJK Luncurkan Stimulus Kredit


Perbankan”, Artikel diambil dari internet pada 11 April 2020
melalui : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4206570/atasi-dampak-corona-ojk-
luncurkan-stimulus-kredit-perbankan

Ika, Pipit. 2020. “6 Langkah BI Hadapi Dampak Corona”. Artikel diambil dari internet
pada 11 April 2020 melalui : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4220922/6-langkah-
bi-hadapi-dampak-corona

Azizah, Muftiyatul. 2020. “Dampak Virus Corona terhadap Perekonomian Global


Khususnya di Indonesia”. Artikel diambil dari internet pada 11 April
2020 melalui : https://duta.co/dampak-virus-corona-terhadap-perekonomian-global-
khususnya-di-indonesia

“Ini Strategi Bisnis Bank DBS di Tengah Sentimen Wabah Corona”. Artikel diambil dari
internet pada 12 April
2020 melalui : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200306182802-19-143106/ini-
strategi-bisnis-bank-dbs-di-tengah-sentimen-wabah-corona

Sebayang, Rehiya. 2020. “IMF: Dampak Corona ke Ekonomi Lebih Buruk dari Krisis
2008”. Artikel diambil dari internet pada 11 April
2020 melalui : https://www.cnbcindonesia.com/news/20200404140558-4-149774/imf-
dampak-corona-ke-ekonomi-lebih-buruk-dari-krisis-2008

Ika, Pipit. 2020. “Kondisi Sektor Jasa Keuangan pada Maret di Tengah Wabah Virus
Corona”. Artikel diambil dari internet pada 12 April
2020 melalui : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4212410/kondisi-sektor-jasa-
keuangan-pada-maret-di-tengah-wabah-virus-corona

“OJK Sebut Kredit Bermasalah Naik di Tengah Virus Corona”. Artikel diambil dari
internet pada 12 April
2020  melalui : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200305142617-78-480788/
ojk-sebut-kredit-bermasalah-naik-di-tengah-virus-corona

Sulistyo, Annisa. 2020. “Potensi Dampak Virus Corona ke Sektor Bank di Beberapa


Negara”. Artikel diambil dari internet pada 12 April
2020  melalui : https://finansial.bisnis.com/read/20200303/90/1208329/potensi-dampak-
virus-corona-ke-sektor-bank-di-beberapa-negara

Tags: Karil UT

Anda mungkin juga menyukai