Anda di halaman 1dari 3

Efek Pandemi Covid-19 Terhadap Ekosistem Jasa Keuangan Global

Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada berbagai sektor, tak terkecuali ekonomi
global. Sejak wabah ini pertama kali muncul di Wuhan, telah orang yang terinfeksi dan
menjadi korban mengerikan virus mematikan tersebut. Meskipun Tiongkok mampu
mengatasi wabah ini dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan, tetapi penyebarannya sangat
cepat dan meluas. Sejumlah negara pun melakukan Langkah lockdown guna mencegah
penyebaran virus ini.
Di Tiongkok sendiri, kebijakan restriktif guna mencegah penyebaran virus Covid-19
menyeabkan aktivitas masyarakat turun tajam dan kondisi tersebut menekan sektor jasa yang
memiliki kontribusi dominan pada PDB Tiongkok. Dampak Covid-19 terhadap ekonomi
Tiongkok telah terlihat pada awal 2020. Sejumlah indiktor turun tajam pada Januari dan
Februari 2020. Penjualan ritel, produksi perusahaan, dan kegiatan investasi menurun
signifikan. Kondisi ini akan menyebabkan ekonomi Tiongkok turun tajam pada TW1-20.
Merespons hal itu, sejumlah langkah kebijakan ditempuh pemerintah dan bank sentral
Tiongkok. PBOC menurunkan suku bunga kebijakan dan menerapkan berbagai stimulus
lainnya untuk menjaga confident, kecukupan likuiditas, dan stabilitas keuangan. Kebijakan
juga ditempuh pemerintah Tiongkok untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap sektor
pariwisata, UMKM, dan perdagangan. Sejalan dengan itu, ekonomi Tiongkok diprakirakan
pulih secara gradual. OECD memprakirakan ekonomi Tiongkok pada 2020 tumbuh 4,9%
yoy, turun dari 6,1% yoy pada 2019. Prospek pertumbuhan tersebut berpotensi lebih rendah
karena penyebaran Covid-19 telah meluas dan berbagai negara menempuh kebijakan restriksi
yang ketat sehingga akan menurunkan permintaan global.
Sebagai salah satu negara yang menjadi motor pertumbuhan PDB dunia, Tiongkok
memiliki peranan penting dalam ekonomi dunia. Melemahnya ekonomi Tiongkok tentu akan
memengaruhi ekonomi secara global. Covid-19 akan memengaruhi perekonomian global
melalui beberapa jalur, yaitu pariwisata, perdagangan dan supply chain, serta pasar keuangan.
Pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terpukul oleh wabah Covid-19, baik dari sisi
supply maupun demand. Kebijakan travel restrictions dan pembatalan serta pengurangan
frekuensi penerbangan telah menurunkan supply jasa pariwisata (domestik maupun
internasional). Sementara demand pariwisata terus menurun, terutama dari wisatawan
Tiongkok–menempati posisi teratas dari aspek pengeluaran (outbound spending).4 The UN
World Tourism Organization (UNWTO) memperkirakan perjalanan wisatawan internasional
akan turun 1% hingga 3% yoy pada 2020, dari proyeksi awal Januari. tumbuh 3-4%.
Penurunan ini setara dengan penurunan international tourism receipts senilai 30-50 miliar
dolar AS.
Selain itu, ekonomi jasa keuangan Indonesia juga tak terlepas dari dampak adanya
wabah pandemic ini. Sektor keuangan merupakan sektor yang terdiri dari perusahaan-
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan kepada nasabah komersial dan ritel, termasuk
perusahaan dan ainvestasi, bank, dan asuransi. Seringkali kumpulan perusahaan atau
Lembaga-lembaga pendukungnya disebut seagai Industri Jasa Keuangan (IJK) yang dianggap
sebagai pilar perekonomian nasional yang diharapkan mampu memajukan kesejahteraan
umum dan berdaya saing global.
Setidaknya terdapat dua tantangan yang dihadapi oleh ekosistem jasa keuangan, yakni
tantangan jangka pendek dan tantangan jangka panjang. Tantangan jangka pendek dating dari
ketidakpastian kondisi perekonomian dan sektor keuangan sebagai dampak pandemi Covid-
19, dukungan pembiayaan yang bersifat jangka menengah dan panjang untuk Program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), kondisi pasar keuangan masih berpotensi mengalami
volatilitas yang tinggi dan keberlanjutan kebijakan stimulus PEN. Tantangan struktural dari
global bersumber dari perlambatan pertumbuhan ekonomi, perang dagang yang masih
berlanjut, gejala proteksionisme yang semakin meningkat, dan ketidakpastian pasar keuangan
global.
Sementara itu, tantangan dari domestik bersumber dari defisit transaksi berjalan yang
masih berlanjut, sumber pembiayaan ekonomi jangka panjang yang masih terbatas,
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan pendapatan, tingkat produktivitas dan daya saing
yang masih rendah, belum optimalnya pembiayaan ekonomi berkelanjutan,
terdapatnya gap pengaturan dan pengawasan lintas sektor keuangan, rendahnya literasi dan
inklusi keuangan, dan disrupsi revolusi era ekonomi digital. Pada saat yang sama, ekspektasi
pemangku kepentingan terhadap peranan sektor keuangan ke depannya pun meningkat
dengan perekonomian Indonesia yang telah menembus tingkat kesejahteraan yang setara
dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle-income country).
Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, OJK menerbitkan Master Plan Sektor
Jasa Keuangan Indonesia (MPSJKI) 2021- 2025. MPSJKI 2021-2025 ini akan menjadi acuan
bagi seluruh pelaku industri jasa keuangan dan pemangku kepentingan lainnya dalam
pengembangan sektor keuangan, sehingga memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi
perekonomian nasional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
stabilitas sistem keuangan. Terkait dengan inklusi keuangan dan pendalaman keuangan,
Presiden Joko Widodo telah menetapkan target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada
tahun 2025 dan porsi kredit perbankan untuk UMKM minimal 30 persen pada 2025. Saat ini,
indeks inklusi keuangan baru mencapai 48,9 persen menurut versi Bank Dunia dan 76 persen
menurut versi OJK. Sedangkan porsi kredit untuk UMKM baru mencapai sekitar 18,6 persen
dari total kredit perbankan yang mencapai lebih dari Rp2.400 triliun.
Dibalik dampak yang terjadi, pandemic Covid-19 tentu dapat dijadikan momentum
untuk bertransformasi ke sistem digital. Dimana Ketika wabah Covid-19 terjadi semua negara
secara gencar untuk menggaungkan larangan bertatap muka atau membatasi aktivitas
masyarakat yang tentu berdampak pada berjalannya jasa keuangan. Oleh sebab itu, para
pelaku usaha perlu diberikan ilmu dan pengetahuan secara khuus tentang cara menghadapi
transformasi digital. Para pelaku industri jasa keuangan perlu memahami ini agar bisa
menyikapi perkembangan disrupsi yang terjadi. Beberapa hal yang perlu diketahui para
pelaku industri jasa keuangan dan pelaku usaha diantaranya, pemahaman strategi dan inovasi
model bisnis. Cara menghadapi transformasi bisnis digital dan masa normal baru. Serta cara
memimpin transformasi bisnis menuju sistem digital.

Daftar Pustaka:
https://fiskal.kemenkeu.go.id/files/warta-fiskal/file/1637682231_wafis_ed3rev3-
compressed.pdf
https://fintech.id/en/news/detail/pentingnya-keamanan-siber-bagi-percepatan-inovasi-dalam-
ekosistem-layanan-keuangan-digital-di-masa-pandemi-covid-19
https://www.yai.ac.id/gallery/pengaruh-pandemi-covid-19-terhadap-industri-jasa-keuangan

Anda mungkin juga menyukai