Anda di halaman 1dari 18

BAB III

KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi akibat pandemi Covid 19 dialami


oleh seluruh negara-negara di di dunia baik negara maju (Advance Economies) ,
negara berkembang dan menengah (Emerging market and Middle Income
Economies), dan negara miskin (Low Income Developing Countries) tak terkecuali
Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut antara lain
adanya ketergantungan yang tinggi pada sektor tertentu seperti pariwisata dan
perdagangan internasional yang merupakan dua sektor yang sangat terdampak.
Terkendalinya pandemi Covid-19 yang lebih baik sejak akhir 2021 di Indonesia
memberikan harapan baru bagi tumbuhnya kembali perekonomian baik di level
nasional maupun di Jawa tengah setelah sebelumnya sempat tertekan hebat
meskipun masih dibayangi munculnya mutasi virus dengan bermacam varian.
Tata Kelola mengatasi pandemi yang lebih baik seperti menekan laju penularan
dengan terus mendorong 3T (Testing, Tracing, Treatment) dan 5M (Mencuci
tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Menjauhi kerumunan, Mengurangi
mobilitas) serta percepatan vaksinasi bagi seluruh masyarakat diharapkan
mampu mendukung rebound kondisi perekonomian.
Isu isu lain yang perlu menjadi fokus perhatian diantaranya adalah isu
perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan sehingga ada tuntutan green
economy oleh negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Hal ini berdampak pada
perlunya kebijakan dan strategi mendukung green economy investment yang
masih jauh implementasinya di Jawa Tengah, khususnya pada IKM dan UMKM.
Isu pengurangan suntikan keuangan di pasar modal oleh Bank Sentral Amerika
Serikat (The Fed) yang dimulai akhir tahun 2021 dikenal dengan istilah tapering
dimungkinkan turut memberi pengaruh dalam perekonomian Indonesia. Dampak
jangka pendeknya adalah terjadinya pelemahan nilai rupiah yang apabila
berlanjut akan mendorong kenaikan harga-harga (inflasi). Isu terkait iklim
investasi sebagai dampak putusan Mahkamah Konstitusi terkait Undang-Undang
Cipta Kerja No 11 Tahun 2020 juga perlu menjadi perhatian. Meskipun
Pemerintah Pusat dalam hal ini Presiden tetap memberikan kepastian kepada
para pelaku usaha dan para investor dari dalam dan luar negeri, bahwa investasi
yang telah dilakukan, serta investasi yang sedang dan akan berproses tetap aman
dan terjamin, perlu ditindaklanjuti dengan upaya upaya nyata di daerah untuk
dapat mengawal dengan baik proses investasi sehingga diharapkan dapat
terealisasi dan berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja yang
akhirnya bisa mendukung perekonomian nasional daerah.
Perekonomian Indonesia di tahun 2021 triwulan I bertumbuh sebesar 0,74
persen (y on y), triwulan II sebesar 7,07 persen (y on y), triwulan III sebesar 3,51
Persen (y on y). Berbagai kebijakan telah diambil oleh Pemerintah terutama
untuk mendorong perekonomian nasional antara lain melalui Program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) yang dilakukan mulai tahun 2020 dan berlanjut hingga
tahun 2022. Kebijakan dari sisi fiskal juga dilakukan melalui insentif dari sisi
perpajakan, belanja negara, baik dari pusat dan daerah, serta dukungan dari
pembiayaan yang diharapkan akan terus mendorong berbagai kegiatan sektoral
dan di daerah. Pemerintah melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan,

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 1


serta Lembaga Penjamin Simpanan juga memastikan sektor keuangan dapat
terjaga stabilitasnya dan bisa mendukung pemulihan ekonomi. Realisasi APBN
Tahun 2021 secara keseluruhan maupun program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN) sudah mengalami akselerasi yang signifikan. Pemerintah Indonesia terus
mendorong momentum pemulihan ekonomi ini dengan berbagai kebijakan yang
ada. Penyerapan belanja APBN 2021 dan program PEN terus akan diakselerasi
untuk penanganan masalah kesehatan akibat Covid-19, perlindungan sosial,
program prioritas, insentif usaha, dukungan UMKM dan korporasi. Perubahan
alokasi beberapa komponen PEN diantaranya penanganan kemiskinan ekstrem
(PKE), program padat karya dan program jaminan kehilangan pekerjaan. Untuk
mendukung pelaksanaan PEN di Jawa Tengah digunakan untuk jaring pengaman
sosial, kesehatan dan ekonomi serta Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem (PKE).

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah


Perekonomian Jawa Tengah sampai dengan triwulan III tahun 2021 sebesar
2,56 persen (yoy), meningkat dibanding dengan triwulan III 2020 sebesar -3,93
persen. Dari sisi permintaan (demand), pertumbuhan tertinggi terjadi pada
Komponen Ekspor Barang dan Jasa (termasuk Ekspor Antar Daerah) yang
tumbuh sebesar 17,83 persen, diikuti oleh Komponen PMTB (Penambahan Modal
Tetap Bruto) dan Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT (Lembaga Non-profit
Yang Melayani Rumah Tangga) yang masing-masing tumbuh sebesar 6,72 persen
dan 6,28 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa (termasuk
Impor Antar Daerah) tumbuh sebesar 16,62 persen. Sektor penyumbang terbesar
masih pada komponen PKRT (Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga) yaitu
sebesar 59,37 persen, dan diikuti oleh PMTB yang menyumbang 32,21 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Jawa Tengah mulai menggeliat. Dari sisi
penawaran ekonomi (supply side), tiga sektor penyumbang PDRB terbesar Jawa
Tengah, yaitu Industri Pengolahan (berkontribusi 33,61 persen terhadap PDRB),
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menyumbang 14,62 persen, dan
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
(berkontribusi 13,69 persen terhadap PDRB). Hampir seluruh lapangan usaha
mengalami peningkatan pertumbuhan, kecuali lapangan usaha Administrasi
Pemerintahan mengalami kontraksi sebesar -8,10 persen; Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan -6,12 persen; Transportasi dan Pergudangan -0,99 persen; Jasa
Kesehatan -0,98 persen dan Jasa Lainnya -2,51 persen. Pertambangan dan
Penggalian merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi
yaitu sebesar 13,23 persen pada tahun Triwulan III 2021, setelah sebelumnya
tumbuh 0,52 persen di Triwulan III 2020. Adapun Industri Pengolahan
mengalami pertumbuhan sebesar 2,62 persen, serta sektor Perdagangan Besar
dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh 6,52 persen.
Pada periode Agustus 2021 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa
Tengah sebesar 5,95 persen atau sebanyak 1,13 juta orang, turun 0,53 persen
dibandingkan periode Agustus 2020. Kondisi ketenagakerjaan yang semakin
kondusif ini dipengaruhi oleh kebijakan pemberian vaksin kepada masyarakat di
awal tahun 2021, dan didukung dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
akan protokol kesehatan. Dari empat komponen kelompok tenaga kerja yang
terdampak Covid-19 seluruhnya mengalami penurunan, baik penduduk bekerja
yang mengalami pengurangan jam kerja, penduduk yang sementara tidak

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 2


bekerja, bukan angkatan kerja, serta penduduk yang pernah berhenti bekerja
karena Covid-19, namun lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih
tetap menjadi penyumbang paling tinggi pengangguran di Jawa Tengah, yaitu
sebesar 10 persen pada tahun 2021. Selain itu,kesejahteraan masyarakat Jawa
Tengah juga mulai meningkat, hal ini ditandai dengan menurunnya angka
kemiskinan Jawa Tengah dari yang sebelumnya sebesar 11,84 persen pada
September 2020 menjadi 11,25 persen pada September 2021 atau menurun
sebanyak 185,92 ribu orang.
Pandemi Covid-19 yang belum dapat dipastikan kapan berakhir menjadi
salah satu ancaman paling besar perekonomian daerah saat ini. Namun kita
harus tetap mengupayakan perekonomian daerah yang semakin baik dengan
mendorong sektor-sektor yang memiliki dampak signifikan terhadap pencapaian
PDRB, potensi ekspor dan memperluas negara tujuan ekspor. Selain itu sektor
Pertanian dan UMKM perlu didorong untuk mulai mengimplementasikan
teknologi digital menuju revolusi industri 4.0, memberikan kemudahan pada
akses pembiayaan UMKM (kredit murah, subsidi bunga kredit/bagi hasil dan
imbal jasa penjaminan), mendorong kepeminatan investasi PMA/PMDN ke Jawa
Tengah melalui kemudahan perijinan/OSS, ketersediaan energi, ketersediaan
kawasan industri, kemudahan pembiayaan, kompetensi tenaga kerja. Serta
meningkatkan keterlibatan Pentahelix dalam bentuk kemitraan/kolaborasi
bersama pihak swasta (Kerjasama/kolaborasi dan kemitraan dengan perusahaan
start up/e-commerce), masyarakat, dunia usaha, dan perguruan tinggi dengan
tetap mengedepankan kebijakan Green Economy.
Mendasarkan pada kondisi tersebut maka perekonomian Jawa Tengah
tahun 2023 diproyeksikan pada kisaran angka 5,00 - 5,60 persen. Sedangkan
proyeksi pengendalian inflasi tetap berada pada kisaran 3,0±1 persen. Proyeksi
pertumbuhan ekonomi tersebut dengan asumsi efektifnya respon kebijakan
kesehatan yang dibarengi dengan efektifnya mitigasi dampak ekonomi dan
pemulihannya akibat pandemi Covid-19. Kebijakan pemberian vaksin kepada
masyarakat diharapkan akan semakin meningkatkan mobilitas dan konsumsi
domestik masyarakat yang mampu menggerakkan ekonomi daerah. Investasi
juga diasumsikan akan semakin meningkat di tahun 2023 dengan semakin
terkendalinya kasus pandemi Covid-19. Sektor-sektor unggulan Jawa Tengah
juga diasumsikan akan terus membaik terutama yang terdampak seperti sektor
pariwisata, perdagangan, dan industri pengolahan.
Ekonomi yang diproyeksikan akan tumbuh positif di tahun 2023
diharapkan dapat berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan tingkat
pengangguran terbuka, serta meningkatnya PDRB per kapita di Jawa Tengah.
Tahun 2023 angka kemiskinan diproyeksikan pada kisaran angka 9,51 – 9,29
persen dan Tingkat Pengangguran Terbuka pada kisaran angka 4,00 persen.
Sedangkan PDRB per kapita diharapkan akan meningkat pada kisaran angka
43,32 juta rupiah/kapita/tahun. Penurunan angka kemiskinan dan TPT
diharapkan akan dibarengi dengan menurunnya kesenjangan pendapatan
masyarakat yang diukur dari Indeks/Rasio Gini sebesar 3,0+1 di tahun 2023.

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 3


Tabel 3.1.
Proyeksi Indikator Ekonomi Daerah Jawa Tengah Tahun 2023
No Indikator Satuan Proyeksi Tahun 2023
1 Pertumbuhan Ekonomi % 5,00 -5,60
2 PDRB ADHK Milyar Rp 1.118,21
3 PDRB per kapita Juta Rp 43,32
4 Inflasi % 3,0 ± 1
5 Nilai PMA dan PMDN Milyar Rp 59.932,02
6 Tingkat Pengangguran Terbuka % 5,36 - 4,80
7 Angka Kemiskinan % 9,51 – 9,29
8 Rasio Gini Angka 0,34
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2022

Kebijakan pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2023 diarahkan pada


"Perwujudan Masyarakat Jawa Tengah yang Semakin Sejahtera dan Berdikari".
Pembangunan perekonomian Jawa Tengah tahun 2023 difokuskan untuk
memulihkan daya beli masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan
permintaan agregat. Upaya pemulihan juga dilakukan melalui diversifikasi
ekonomi untuk mengakselerasi pertumbuhan sektor-sektor yang terkena dampak
besar dari Covid-19 dan mendorong sektor lain yang berpotensi tumbuh lebih
cepat. Beberapa strategi yang dilakukan untuk menjaga perekonomian daerah
tahun 2023 tetap positif bahkan meningkat, serta mampu memulihkan ekonomi
masyarakat antara lain:
1) Pemantapan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi secara berkelanjutan dan
semakin berdikari dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup
dan ketahanan bencana;
2) Pemantapan percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran, yang
juga diarahkan untuk mendukung kebijakan penanggulangan kemiskinan
ekstrem (PKE);
3) Pemantapan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia menuju
SDM berdaya saing;
4) Perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, kondusivitas
wilayah, serta pemantapan kapasitas dan ketahanan fiskal daerah.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah


Pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun
2023 disusun dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Kebijakan keuangan daerah tidak lepas
dari kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan yang harus dikelola secara
efektif, efisien, transparan, tertib, akuntabel dan tepat serta sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk kemanfaatan bagi kepentingan
masyarakat. Selain itu, kebijakan keuangan daerah juga tetap mempedomani
kebijakan yang telah diamanatkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun
2018-2023.
3.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah Provinsi Jawa Tengah meliputi komponen Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang
Sah. Kinerja pendapatan daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 4


pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal nasional terkait dengan dana transfer
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, kebijakan pada harga bahan bakar
minyak, perkiraan perkembangan pemasaran industri otomotif, dan realisasi
pendapatan dari tahun sebelumnya.
Kinerja pendapatan daerah Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu
tahun 2018-2021 cenderung meningkat, namun demikian mengalami penurunan
di tahun 2020 sebagai dampak terjadinya pandemi Covid-19 terhadap
perekonomian secara global, nasional dan daerah. Pada tahun 2021 realisasi
pendapatan kembali meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang
semakin membaik.
Penerimaan pajak masih menjadi penopang utama sektor pendapatan
daerah. Pada tahun anggaran 2021, realisasi penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) mencapai Rp4,758 triliun meningkat sebesar Rp179,30 milyar
(3,92%) apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun sebelumnya.
Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) tahun 2021 sebesar
Rp2,775 triliun meningkat Rp547,51 milyar (24,57%) dibandingkan penerimaan
tahun 2020 sebesar Rp2,228 triliun. Penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor (PBBKB) sebesar Rp1,826 triliun juga mengalami peningkatan
Rp107,27 milyar (6,24%) dibanding penerimaan tahun 2020 sebesar Rp1,719
triliun. Penerimaan Pajak Air Permukaan (PAP) pada tahun 2021 sebsar Rp17,24
miliar mengalami peningkatan sebesar Rp1,18 miliar (7,39%) dibanding
penerimaan tahun 2020 sebesar Rp16,05 miliar. Sementara itu penerimaan Pajak
Rokok pada tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 256,07 miliar dari
realisasi tahun 2020 sebesar Rp2,595 triliun menjadi Rp2,339 triliun. Penurunan
realisasi Pajak Rokok sebagai akibat dari kebijakan pemerintah melalui Peraturan
Menteri Keuangan No. 128/PMK.07/ 2018 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak
Rokok Sebagai Kontribusi Dukungan Program Jaminan Kesehatan.
Retribusi merupakan pungutan daerah atas jasa atau pemberian ijin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pembatasan aktivitas selama PPKM
berdampak langsung terhadap menurunnya intensitas dan volume pemberian
jasa dan layanan retribusi yang meliputi jasa umum, jasa usaha dan perijinan
tertentu. Realisasi penerimaan retribusi pada tahun 2021 sebesar Rp91,17 milyar
mengalami penurunan sebesar Rp2,16 miliar (-2,32%) dibandingkan penerimaan
tahun 2020 sebesar Rp93,27 milar.
Pendapatan transfer merupakan dana yang bersumber dari pemerintah
pusat dan Pemerintah Daerah lainnya. Realisasi pendapatan transfer mengalami
peningkatan dari 11,7 Trilyun pada tahun 2020 menjadi 11,8 Trilyun pada tahun
2021. Pendapatan transfer dianggarkan sesuai dengan alokasi yang ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2023 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi transfer ke daerah dan dana desa
(TKDD) Tahun Anggaran 2023 atau informasi resmi mengenai alokasi TKDD
Tahun Anggaran 2023 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian
Keuangan.

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 5


Tabel 3.2.
Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 – 2021
Jumlah (Rp)
Uraian
2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4)
PENDAPATAN DAERAH 25.859.780.137.936 25.393.735.934.148 26.632.424.248.741

PENDAPATAN ASLI DAERAH 14.437.914.236.398 13.668.282.278.855 14.694.839.930.940

Pajak Daerah 11.951.919.535.383 11.139.173.309.780 11.718.115.003.777

Retribusi Daerah 114.861.058.851 93.279.121.699 91.149.045.205


508.263.876.971
Hasil Pengelolaan Kekayaan
512.701.993.939 530.091.029.137
Daerah Yang Dipisahkan
2.377.312.004.987
Lain-Lain Pendapatan Asli
1.858.431.648.225 1.905.738.818.239
Daerah yang Sah

PENDAPATAN TRANSFER 11.398.681.901.538 11.702.101.655.293 11.871.855.466.054

Dana Bagi Hasil Pajak 564.290.383.834 843.392.119.954


768.488.755.162

Dana Bagi Hasil Sumber Daya


11.677.937.800 16.888.016.587
Alam 12.586.758.109
Dana Alokasi Umum 3.784.512.513.000 3.438.709.973.000 3.432.978.859.000

Dana Alokasi Khusus (fisik) 267.101.813.252 350.564.240.958 401.885.567.398

Dana Alokasi Khusus (non


6.707.320.412.787 6.983.232.690.794 6.932.434.804.222
fisik)

Dana Insentif Daerah 62.388.421.000 - 68.710.605.000

Dana Penyesuaian - 68.212.455.000


-
Pendapatan Bagi Hasil
1.390.419.865 1.102.159.000
Lainnya -
LAIN-LAIN PENDAPATAN
23.184.000.000 23.352.000.000
DAERAH YANG SAH 65.728.851.747

Pendapatan Hibah 23.184.000.000 23.352.000.000 64.882.003.502

Lain lain pendapatan 846.848.245


Sumber: LRA APBD Provinsi Jawa Tengah, 201-2021 (2021: unaudited)

Selama kurun waktu tahun 2019-2021, PAD memberikan sumbangan


terbesar pada pendapatan daerah, diikuti dengan pendapatan transfer, dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah. Kontribusi rata-rata PAD terhadap pendapatan
daerah sebesar 55,1 persen, pendapatan transfer sebesar 44,7 persen, dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah sebesar 0,25 persen. Sumber pendapatan
utama PAD berasal dari komponen pajak daerah dengan kontribusi terhadap PAD
rata-rata sebesar 80,03 persen.

Tabel 3.3.
Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2019 – 2021 (%)
Uraian 2019 2020 2021 Rata –rata
(1) (2) (3) (4) (5)
PENDAPATAN DAERAH 100,00 100,00 100 100
PENDAPATAN ASLI DAERAH 55,83 53,83 55,1 55.07
Pajak Daerah 82,78 81,50 80,03 82.06
Retribusi Daerah 0,80 0,68 0,62 0.72

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 6


Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
3,55 3,88 3,47 3.56
Dipisahkan

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang


12,87 13,94 15,87 13.66
Sah
PENDAPATAN TRANSFER 44,08 46,08 44,7 44.82

Dana Bagi Hasil Pajak 4,95 7,21 8,6 6.93

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 0,10 0,14 0,11 0.11

Dana Alokasi Umum 33,20 29,39 28,92 31.20


Dana Alokasi Khusus (fisik) 2,34 3,00 3,39 2.79

Dana Alokasi Khusus (non fisik) 58,84 59,68 58,39 58.46

Dana Insentif Daerah 0,55 0,00 0,58 0.36


Dana Penyesuaian 0,00 0,58 - 0.15
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 0,01 0,01 - 0.01
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG
0,09 0,09 0.25 0.13
SAH
Pendapatan Hibah 100,00 100,00 98,71 99.68
Sumber: LRA APBD Provinsi Jawa Tengah, 2019-2021

Mendasarkan pada asumsi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2023


sebesar 5,00-5,60 persen, mempertimbangkan kondisi realisasi tahun 2019-
2021, dan kebijakan pemerintah pusat terkait dana transfer ke daerah, maka
pendapatan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2023 diproyeksikan sebesar
23,829 trilyun rupiah. Pendapatan Asli Daerah diproyeksikan sebesar 16,436
trilyun rupiah, pendapatan transfer sebesar 7,369 trilyun rupiah, dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah sebesar 23,35 milyar rupiah.
Tabel 3.4.
Proyeksi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023
NO URAIAN TAHUN 2023
1. PAD 16.436.068.467.000
1.1. Pajak Daerah 14.001.483.562.000
1.2. Retribusi Daerah 129.616.436.000
1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang 577.495.307.000
dipisahkan
1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 1.727.473.162.000
2. Pendapatan Transfer 7.369.819.887.000
2.1 Transfer Pemerintah Pusat 7.369.819.887.000
2.2 Transfer antar daerah -
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 23.352.000.000
Jumlah Pendapatan Daerah (1+2+3) 23.829.240.354.000
Sumber: Bapenda, BPKAD, Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2022

Berbagai upaya peningkatan kinerja akan terus ditempuh untuk dapat


mencapai target pendapatan di tahun 2023, yaitu melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi pada semua sumber pendapatan dengan memperhatikan aspek
legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan
masyarakat serta memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas dan
transparansi. Upaya yang di tempuh untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah adalah sebagai berikut:
Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 7
a. Pemenuhan sarana dan prasarana peningkatan pelayanan pembayaran pajak;
b. Melakukan sosialisasi kesadaran pembayaran pajak dan pelaksanaan door to
door bekerjasama dengan PKK, Babinkamtibmas, Ormas, Bumdes;
c. Peningkatan penagihan pajak kendaraan bermotor se Jawa Tengah melalui
program Gerakan Disiplin Pajak Untuk Rakyat (Gadis Pantura);
d. Pelayanan pajak kendaraan bermotor di perusahaan dengan jumlah tenaga
kerja yang banyak;
e. Meningkatkan pelayanan Samsat dengan beberapa inovasi seperti
penambahan titik layanan kepada wajib pajak, program Pajak Untuk Rakyat
Bangkit Bersama (Mitra Putra Bangsa) sebagai program apresiasi bagi wajib
pajak yang taat pajak sekaligus memberikan ruang promosi bagi pelaku usaha
yang terdampak pandemic, penyempurnaan SAMSAT Digital (New Sakpole).
f. Meningkatkan koordinasi dan sinergitas di bidang pendapatan daerah dengan
Pemerintah Pusat, OPD penghasil, kabupaten dan kota, serta POLRI;
g. Meningkatkan pelayanan dan fasilitas objek retribusi daerah sebagai upaya
meningkatkan retribusi daerah;
h. Meningkatkan peran dan fungsi UPT, UPPD dan Balai Penghasil dalam
peningkatan pelayanan dan pendapatan;
i. Pengembangan aplikasi Sistem Informasi Tarif Retribusi Online (Sitari-on)
untuk pembayaran non tunai retribusi;
j. Penguatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dan menjaga tingkat kesehatan
BUMD untuk dapat meningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap
Pendapatan Daerah;
k. Penguatan kelembagaan dan sinergitas antar BUMD dan OPD serta
mengembangkan potensi usaha;
l. Revitalisasi dan pendayagunaan aset milik pemerintah agar dapat menarik
minat investor dan dikerjasamakan sebagai sumber pendapatan daerah;

3.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah


Pada Tahun Anggaran 2020 kinerja Pendapatan Daerah mengalami
penurunan akibat dampak dari Pandemi Covid-19 tetapi belanja daerah
mengalami peningkatan dalam rangka penanganan pandemi dengan
menggunakan alokasi SILPA tahun 2019. Pada tahun 2021 pendapatan daerah
mulai menunjukkan kenaikan yang didukung diantaranya adalah meningkatnya
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, dimana hal ini juga sejalan
dengan meningkatnya realisasi belanja.
Peningkatan realisasi terjadi pada Belanja Barang dan Jasa (dari 4,1
Trilyun pada tahun 2020 menjadi 5,3 Trilyun pada tahun 2021) yang sejalan
dengan menurunnya level PPKM sehingga kegiatan Pemulihan Ekonomi Daerah
mulai terlaksana dalam kondisi “new normal” dilakukan recofusing dan tetap
menerapkan protokol kesehatan. Hal ini berdampak pada Belanja Modal, dimana
realisasi tahun 2020 hanya sebesar 900 Milyar bertambah sebesar 1,4 Trilyun di
tahun 2021 guna meningkatkan infrastruktur sebagai Pemulihan Ekonomi
Daerah dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.
Penurunan realisasi belanja terbesar terjadi pada Belanja Tak Terduga
(realisasi 1,7 Trilyun pada tahun 2020 menjadi 72 Miliar pada tahun 2021),
dimana pada tahun 2021 penanganan dampak Pandemi Covid-19 sudah dapat
direncanakan dengan lebih baik sehingga alokasi Belanja Tak Terduga sudah
Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 8
sesuai program/kegiatan pada belanja. Selanjutnya, penurunan realisasi juga
terjadi pada Belanja Pegawai (dengan realisasi tahun 2020 sebesar 6,4 Trilyun
menjadi 5,6 Trilyun pada tahun 2021) dan realisasi Belanja Bantuan Keuangan
(sebesar 2 Trilyun di tahun 2020 menjadi 1,7 Trilyun di tahun 2021).
Selain itu, peningkatan realisasi belanja juga terjadi pada Belanja Bagi
Hasil (sebesar 4,6 Trilyun di tahun 2020 menjadi 5,7 Trilyun di tahun 2021)
searah dengan mulai naiknya Pendapatan Daerah. Pelaksanaan Belanja Hibah
dan Belanja Batuan Sosial juga mengalami peningkatan. Belanja hibah di tahun
2020 sebesar 5,5 Trilyun menjadi 5,7 Trilyun di tahun 2021 sedang Belanja
Bantuan Sosial di tahun 2020 sebesar 42 Milyar menjadi sebesar 66 Milyar di
tahun 2021. Peningkatan ketiga jenis belanja ini diharapkan.
Meskipun realisasi belanja mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya, namun masih ada beberapa kendala yang mengakibatkan tingkat
serapan rendah seperti masih terdapatnya permasalahan dalam cleansing data
penerima bantuan sosial agar tidak tumpang tindih, masih kurangnya peminat
belanja subsidi karena persyaratan yang ketat dan kurangnya pemahaman
terhadap pengelolaan keuangan daerah. Upaya perbaikan telah dilakukan seperti
pembaruan data dan pelaksanaan verifikasi faktual data penerima bantuan,
melakukan pendampingan serta pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis guna
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Tabel 3.5.
Realisasi Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 – 2021
Jumlah (Rp)
Uraian
2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4)

BELANJA DAERAH 26.151.062.842.457 25.651.740.349.991 25.873.548.674.845


BELANJA OPERASI 16.354.554.423.473 16.223.988.285.131 16.853.635.999.467
Belanja Pegawai 6.591.903.141.578 6.483.761.623.794 5.685.925.255.020
Belanja Barang dan Jasa 4.562.499.451.144 4.104.637.788.228 5.372.398.492.773
Belanja Subsidi 0 0 90.482.166
Belanja Hibah 5.155.826.080.751 5.593.181.623.109 5.729.041.514.318
Belanja Bantuan Sosial 44.325.750.000 42.407.250.000 66.180.255.190
BELANJA MODAL 2.099.719.124.860 996.994.505.160 1.450.310.724.259
BELANJA TAK TERDUGA 2.662.431.206 1.783.884.978.571 72.303.305.000
BELANJA TRANSFER 7.694.126.862.918 6.646.872.581.129 7.497.298.646.119

Belanja Bagi Hasil Pajak


5.248.472.302.270 4.633.245.749.888 5.735.553.033.353
Kepada Kab/Kota

Belanja Bantuan Keuangan


1.050.456.112.049 845.543.195.241 493.309.827.766
kepada Kab/Kota

Bantuan Keuangan kepada


1.361.431.049.000 1.168.083.636.000 1.268.435.785.000
Desa

Bantuan Keuangan kepada


19.767.399.599 -
Parpol

Bantuan Keuangan kepada


14.000.000.000 -
Pemda Lain
Sumber: LRA APBD Provinsi Jawa Tengah, 2019-2021 (2021 Unaudited)

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 9


Pada tahun 2023 komposisi belanja daerah telah disusun mendasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Belanja daerah tahun 2023 diproyeksikan sebesar 23,609 trilyun rupiah
yang diarahkan pada:
1. Pemantapan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi serta kesejahteraan
masyarakat;
2. Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta penanganan
masalah sosial;
3. Dukungan Implementasi kebijakan Penanganan Kemiskinan Ekstrim (PKE) di
seluruh kabupaten;
4. Pencapaian target, sasaran dan program unggulan RPJMD 2018-2023;
5. Upaya pemenuhan alokasi persentase belanja sebagaimana amanat
peraturan perundang-undangan yaitu untuk 20 persen fungsi pendidikan
dan 10 persen fungsi kesehatan. Sedangkan mandatory untuk belanja
infrastruktur, pelatihan ASN dan anggaran pengawasan (APIP) akan
disesuaikan dengan potensi anggaran;
6. Dukungan kebijakan, rencana program/kegiatan pembangunan dan
pendanaan dalam pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2019
tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal - Semarang -
Salatiga Demak - Grobogan, Kawasan Purworejo - Wonosobo - Magelang -
Temanggung, Dan Kawasan Brebes Tegal – Pemalang dan Peraturan Presiden
Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional;
7. Kesiapsiagaan terhadap bencana baik alam maupun non alam;
8. Upaya mengakomodir masukan usulan pembangunan yang disampaikan
melalui Pokok-Pokok Pikiran/aspirasi Legislatif, masukan masyarakat dari
berbagai forum musyawarah dan koordinasi di bidang perencanaan dengan
tetap memperhatikan kapasitas, kewenangan, prioritas pembangunan serta
peraturan perundangan yang berlaku;
9. Meningkatkan sinergi pembangunan antar wilayah dan daerah dalam
penyelesaian permasalahan dan pencapaian prioritas pembangunan tahun
2023 melalui bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan bantuan
keuangan kepada pemerintah desa;
10. Persiapan Penyelenggaraan Pilkada serentak Tahun 2024.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
pengelolaan Keuangan Daerah, struktur belanja daerah tahun 2023 terdiri dari:
1. Belanja Operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-
hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek, meliputi :
a. Belanja Pegawai digunakan untuk menganggarkan kompensasi yang
diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, pimpinan/anggota
DPRD, dan Pegawai ASN yang dianggarkan pada belanja OPD
bersangkutan serta ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Belanja Pegawai tahun 2023 diproyeksikan dengan
asumsi termasuk penambahan belanja pegawai untuk P3K dan CPNS;
b. Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan
barang/jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 10


untuk mendukung pelaksanaan aktifitas dengan prinsip efektifitas,
effisiensi, akutabilitas, manfaat dan memperhatikan protokol Covid-19.
Belanja barang dan jasa diantaranya digunakan untuk Bantuan
Operasional Pendidikan (BOP) bagi siswa SMA, SMK dan SLB Negeri;
operasional dan pengelolaan SMK Boarding School dan SMK Semi
Boarding School; pembiayaan iuran peserta PBI Jaminan Kesehatan;
pembiayaan program-program pendukung perekonomian seperti
kewirausahaan, sektor koperasi dan UMKM, pertanian, perikanan,
pariwisata, perdagangan, dan perindustrian; serta pembiayaan program-
program peningkatan tata kelola pemerintahan seperti manajemen
kepegawaian, pendidikan dan pelatihan aparatur, pelayanan publik,
peningkatan keterntraman dan ketertiban;
c. Belanja Hibah diberikan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, dan/atau badan dan lembaga,
serta organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Belanja hibah antara lain digunakan untuk pembiayaan
BOSDa SMA-SMK-SLB swasta dan MA, stimulan kesejahteraan pendidik
keagamaan, Instansi vertical, PMI, Pramuka, organisasi olahraga, sarana
peribadatan/keagamaan, kebudayaan, serta hibah kepada partai politik;
d. Belanja Bantuan Sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan berupa uang dan/atau barang kepada individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus
dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat
berkelanjutan diantaranya Beasiswa Siswa Miskin dan perlindungan
sosial bagi masyarakat non produktif melalui Program Kartu Jateng
Sejahtera.
2. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, digunakan dalam kegiatan Pemerintahan Daerah dan batas minimal
kapitalisasi aset. Belanja Modal diantaranya untuk lanjutan pembangunan
Masjid Agung Jawa Tengah di Kabupaten Magelang, Pembangunan Kolam
Diving & sarana prasarana pendukung Kawasan Jatidiri, penyelesaian
pembangunan SMK Lumbir Kab. Banyumas & SMK Tawangmangu
Karanganyar, pembangunan SMK pagentan Banjarnegara, dan penyediaan
sarpras data center serta pembangunan jalan Lasem-Sale pasca bencana.
3. Belanja Tidak Terduga merupakan pengeluaran anggaran atas beban APBD
untuk keadaan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat
diprediksi sebelumnya. Penganggaran Belanja Tidak Terduga tersebut
dianggarkan secara rasional untuk keadaan darurat yang meliputi:
a. bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial dan/atau kejadian luar
biasa;
b. pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan, dan/atau
c. kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan pelayanan
publik serta keadaan yang mendesak yang meliputi:
Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 11
1) kebutuhan daerah dalam rangka pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan;
2) belanja daerah yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib;
3) pengeluaran daerah yang berada di luar kendali Pemerintah Daerah dan
tidak dapat diprediksikan sebelumnya, serta amanat peraturan
perundang-undangan; dan/atau
4) pengeluaran daerah lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah Daerah dan/atau
masyarakat.
4. Belanja Transfer merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Daerah lainnya (Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa).
Belanja transfer tahun 2023 terdiri atas :
a. Belanja Bagi Hasil adalah belanja bagi hasil pajak daerah kepada
pemerintah kabupaten/kota;
b. Belanja Bantuan Keuangan merupakan dana yang diberikan kepada
Daerah lainnya baik dalam rangka kerja sama daerah, pemerataan
peningkatan kemampuan keuangan, dan/atau tujuan tertentu lainnya
dalam rangka sinergitas dan percepatan pencapaian sasaran
pembangunan. Bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota
antara lain meliputi bantuan sarana prasarana, bantuan pendidikan,
SPPD, dan TMMD. Sementara bantuan keuangan kepada pemerintah desa
antara lain meliputi bantuan RTLH pedesaan, KPMD, desa wisata, dan
pengembangan kawasan pedesaan..

Tabel 3.6.
Proyeksi Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023
No Uraian Jumlah
1. Belanja Operasi 8.980.117.643.000
1.1. Belanja Pegawai 6.386.185.141.000
1.2. Belanja Barang dan Jasa 4.629.033.778.000
1.3. Belanja Hibah 1.954.495.260.000
1.4. Belanja Bantuan Sosial 85.922.400.000
1.5. Belanja Subsidi -
2. Belanja Modal 1.415.110.726.000
3. Belanja Tidak Terduga 22.050.000.000
4. Belanja Transfer 9.116.443.048.700
4.1. Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota dan
6.072.836.202.000
Pemdes
4.2. Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota 3.043.606.847.000
5 Total Jumlah Belanja (1+2+3+4) 23.609.240.354.000
Sumber: Bapenda, BPKAD, Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2022

3.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah


Pembiayaan daerah mencakup seluruh penerimaan yang perlu dibayar
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
berkenaan maupun pada tahun anggaran berikutnya, dan pada hakekatnya
meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk
memanfaatkan surplus. Pembiayaan daerah meliputi penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan merupakan pembiayaan
yang disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar
Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 12
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun berikutnya. Pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan yang
disediakan untuk menganggarkan setiap pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun berikutnya.
Selama kurun waktu tahun 2019-2021 penerimaan pembiayaan
didapatkan dari SiLPA tahun sebelumnya, Pengeluaran pembiayaan pada periode
tahun yang sama diperuntukkan bagi penyertaan modal dan pembentukan dana
cadangan.
Tabel 3.7.
Realisasi Pembiayaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 – 2021
Jumlah (Rp)
Uraian
2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4)
PEMBIAYAAN 1.410.440.151.221 1.119.348.228.370 646.343.812.527
PENERIMAAN 861.343.812.527
1.630.776.601.765 1.119.348.228.370
PEMBIAYAAN
Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun 1.612.602.481.841 1.119.095.687.470 861.343.812.527
Sebelumnya
Pencairan dana Cadangan - - -
Penerimaan pengembalian
140.403.868 - -
dana bergulir

Pembiayaan dari Sektor


18.033.716.056 - -
Perbankan
Penerimaan Kembali
252.540.900 -
Piutang
PENGELUARAN 215.000.000.000
220.336.450.544 -
PEMBIAYAAN
Pembentukan dana 200.000.000.000
- -
cadangan
Penyertaan modal 180.000.000.000 - 15.000.000.000
Pembayaran Pokok
40.336.450.544 -
Pinjaman kepada Bank
Sumber: LRA APBD Provinsi Jawa Tengah 2019-2021 ( 2021 Unaudited)

Kebijakan pembiayaan daerah tahun 2023 diarahkan pada penerimaan dan


pengeluaran pembiayaan daerah. Penerimaan pembiayaan daerah yang
diarahkan pada pemanfaatan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun
anggaran sebelumnya. Sedangkan pengeluaran pembiayaan daerah dialokasikan
untuk pembentukan dana cadangan Pilkada dan penyertaan modal dalam rangka
pemenuhan kewajiban penyertaan modal BUMD yang dikelola dengan prinsip
kehati-hatian (prudential) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selain itu sejalan dengan implementasi dari Peraturan Presiden Nomor
79 Tahun 2019 dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020, terdapat
pembangunan dan pengembangan infrastruktur di Jawa Tengah yang akan
dilaksanakan oleh BUMD Provinsi Jawa Tengah yang berpotensi adanya
penyertaan modal investasi dari Pemerintah Provinsi.

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 13


Tabel 3.8.
Proyeksi Pembiayaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023
No Uraian Anggaran
1 Penerimaan Pembiayaan 150.000.000.000
SiLPA 150.000.000.000
Pencairan Dana Cadangan -
2 Pengeluaran Pembiayaan 370.000.000.000
Pembentukan Dana Cadangan 300.000.000.000
Penyertaan Modal 70.000.000.000
3 Pembiayaan Daerah
Sumber: Bapenda, BPKAD, Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2021

Dari uraian tersebut diatas maka kerangka pendanaan untuk


pembangunan daerah tahun 2023 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.9.
Kerangka Pendanaan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023
NO URAIAN TAHUN 2023
1. PAD 16.436.068.467.000
1.1. Pajak Daerah 14.001.483.562.000
1.2. Retribusi Daerah 129.616.436.000
1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang 577.495.307.000
dipisahkan
1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 1.727.473.162.000
2. Pendapatan Transfer 7.369.819.887.000
2.1 Transfer Pemerintah Pusat 7.369.819.887.000
2.2 Transfer antar daerah -
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 23.352.000.000
Jumlah Pendapatan Daerah (1+2+3) 23.829.240.354.000

1. Belanja Operasi 8.980.117.643.000


1.1. Belanja Pegawai 6.386.185.141.000
1.2. Belanja Barang dan Jasa 4.629.033.778.000
1.3. Belanja Hibah 1.954.495.260.000
1.4. Belanja Bantuan Sosial 85.922.400.000
1.5. Belanja Subsidi -
2. Belanja Modal 1.415.110.726.000
3. Belanja Tidak Terduga 22.050.000.000
4. Belanja Transfer 9.116.443.048.700
4.1. Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota dan
6.072.836.202.000
Pemdes
4.2. Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota 3.043.606.847.000
5 Total Jumlah Belanja (1+2+3+4) 23.609.240.354.000
6 Surplus (defisit) 220.000.000.000

1 Penerimaan Pembiayaan 150.000.000.000


SiLPA 150.000.000.000
Pencairan Dana Cadangan -
2 Pengeluaran Pembiayaan 370.000.000.000
Pembentukan Dana Cadangan 300.000.000.000
Penyertaan Modal 70.000.000.000
7 Pembiayaan Daerah (220.000.000.000)
Total (6+7) 0
Sumber: Bapenda, Bappeda dan BPKAD Provinsi Jawa Tengah, 2022
Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 14
3.2.4. Sumber Pendanaan Lainnya
Sumber pendanaan pembangunan pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
selain bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) terdapat
juga sumber pendanaan pembangunan lainnya yang diterima dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), berupa Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
Tabel 3.10.
Alokasi Dana APBN (Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 – 2022
Jumlah (Rp. 000,-)
No. Kementerian/PD Provinsi
2020 2021 2022
I Kementerian Dalam Negeri
20.390 5.722.397 -
(DK & TP)
Dinpermasdesdukcapil 2.983.658 -
Biro Pemerintahan Otdaker 20.390 1.567.739 -
Inspektorat 790.000 -
Bappeda 381.000 -
II Kementerian Pertanian (DK
390.608.656 461.535.241 280.480.476
& TP)
Dintanbun (Dekonsentrasi) 87.269.664 106.094.750 55.083.259
Dintanbun (TP) 231.481.602 265.812.924 161.923.281
Disnakeswan 44.286.930 72.110.542 63.473.936
DKP ( Dekonsentrasi) 27.570.460 - -
DKP (TP) - - -
Dishanpan 17.517.025 -
III Kementerian Perdagangan
- 3.735.902 -
(DK)
Disperindag - 3.735.902 -
IV Kementerian Kesehatan
11.904.755 66.785.466 70.460.196
(DK)
Dinas Kesehatan 11.904.755 66.785.466 70.460.196
V Kement PU (DK & TP) 150.589.515 142.143.963 107.025.750
Dinas Bina Marga Cipta
91.600.978 47.793.736 12.376.762
Karya
Dinas PSDA dan Tata Ruang 58.988.537 94.350.227 94.648.988
VI Kementerian Tenaga
6.887.355 6.019.873 6.808.858
Kerja(DK & TP)
Dinas Tenaga Kerja 6.887.335 6.019.873 6.808.858
VII Kementerian Sosial (DK &
22.677.090 17.112.154 -
TP)
Dinas Sosial 22.677.090 17.112.154 -
VIII Kementerian Lutkan (DK &
2.365.866 4.997.705 8.380.561
TP)
Dinas Lutkan (Dekonsentrasi) 2.365.866 4.697.705 4.763.699
Dinas Lutkan (TP) 300.000 3.616.862
IX Kementerian Koperasi &
5.371.153 7.923.185 58.530.916
UKM (DK)
Dinas Koperasi & UMKM 5.371.153 7.923.185 58.530.916
X Kementerian Pora (DK) 8.393.308 8.194.653 5.959.120
Dinas Porapar 8.393.308 8.194.653 5.959.120
XI Kementerian Pariwisata dan
1.933.612 3.920.000 -
Ekonomi Kreatif

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 15


Jumlah (Rp. 000,-)
No. Kementerian/PD Provinsi
2020 2021 2022
Dinas Porapar 1.933.612 3.920.000 -
XII BKPM (DK) 427.322 274.890 279.504
DPMPTSP 427.322 274.890 279.504
XIII Kementerian Pemberdayaan
726.000 - -
Perempuan
DP3AKB 726.000 - -
XIV Kementerian Perindustrian
3.672.461 - 2.216.775
(DK)
Disperindag 3.672.461 - 2.216.775
XV Kementerian Perencanaan
572.216 1.144.613 1.144.613
Pembangunan Nasional (DK)
Bappeda 572.216 1.144.613 1.144.613
XVI Arsip Nasional RI
440.905 422.490 733.838

Dinas Arpus 440.905 422.490 733.838


XVII Kementerian Desa dan
Pembangunan Daerah 120.752.936 - -
tertinggal dan Transmigrasi
Dinas Tenaga Kerja - -
Dinas Pembermasdes
120.752.936 - -
Dukcapil
Jumlah Total 727.459.540 730.708.711 542.020.607
Sumber: Bappeda dan BPKAD Provinsi Jawa Tengah 2022

Melaksanakan amanat Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2


Tahun 2017 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan
(TJSLP) dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 39 Tahun 2017 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun
2017, Provinsi Jawa Tengah telah menginisiasi sumber pembiayaan diluar APBD,
utamanya dalam rangka percepatan penurunan angka kemiskinan dan
pengangguran. Hal ini tercermin dari realisasi anggaran yang tersedia sebesar
Rp. 50.877.983.891,- pada tahun anggaran 2021 dan pada tahun 2022
sementara direncanakan sebesar Rp. 9.700.145.074,-
Adapun realisasi kegiatan pada tahun 2021 tertinggi pada bidang pokja
kesejahteraan sosial sebesar Rp. 9.461.440.525,- dan terendah pada bidang
pokja energi baru terbarukan sebesar Rp. 167.535.000,-. Perusahaan dengan
alokasi program terbanyak adalah Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah
dengan 244 Program. Sedangkan perusahaan dengan alokasi dana terbesar
adalah PT. Semen Gresik Tbk. dengan alokasi sebesar Rp.10.776.655.374,-
Perkembangan program TJLSP/CSR di Jawa Tengah tahun 2021-2022
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.11.
Rekapitulasi Pelaksanaan TJSLP/CSR Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021
Jumlah
No. Perusahaan Anggaran
Program

1 PT Semen Gresik Tbk 76 10.776.655.374

2 Bank Jateng 27 7.719.700.000

3 PT Sri Rejeki Isman Tbk 50 5.006.772.500

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 16


Jumlah
No. Perusahaan Anggaran
Program
4 PT Sumber Segara Primadaya – PLTU Cilacap 20 4.718.005.290

5 Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah 244 3.256.862.462

6 PT Phapros Tbk 75 1.942.123.566

7 PT Petrokimia Gresik 7 1.889.999.998

8 PT Pos Indonesia (Persero) Regional VI Semarang 47 1.457.847.500

9 PT Geo Dipa Energi (Persero) Unit Dieng 40 1.435.825.063

10 PT INDONESIA POWER SEMARANG PGU 68 1.285.228.500

11 PT Solusi Bangun Indonesia Tbk – Cilacap 121 1.111.189.120

12 PT Sinar Tambang Arthalestari 84 1.057.523.219


PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Mrica
13 13 882.514.960
Banjarnegara
14 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Region VII/Jawa 2 5 735.000.000

15 PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk 23 721.000.000

16 PT Telkom Regional IV Jateng & DIY 79 713.501.817

17 PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah 38 689.783.994

18 PT Sarana Patra Hulu Cepu (PT SPHC) 28 578.687.581

19 PDAB Tirta Utama Jawa Tengah 54 492.446.667

20 BPR BKK PURWOKERTO 70 440.333.546

21 BPR BKK SURYA YUDHAKENCANA 40 433.680.000

22 PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) 21 385.888.596

23 BPR BKK JEPARA 44 368.880.000

24 BPR BKK CILACAP 10 350.432.500

25 PT Kayu Lapis Indonesia – Kendal 68 346.095.099

26 BPR BKK KARANGMALANG 6 309.637.300

27 PT Jamkrida Jawa Tengah 24 255.971.150

28 BPR BKK TEMANGGUNG 23 204.483.900

29 Angkasa Pura Airport 4 194.205.000

30 PT Kawasan Industri Wijayakusuma (Persero) 27 174.100.976

31 BPR BKK Kendal 28 154.351.850

32 BPR BKK UNGARAN 18 107.445.500

33 BPR BKK TASIKMADU 29 93.923.000

34 Perum BULOG Divisi Regional Jawa Tengah 7 86.800.000

35 BPR BKK PATI 16 82.089.500

36 BPR BKK KAB. PEKALONGAN 13 79.544.000

37 BPR BKK DEMAK 11 78.407.412

38 BPR BKK GROGOL 3 47.450.000

39 PT Kimia Farma Tbk Semarang 8 43.650.000

40 BPR BKK MUNTILAN 22 38.734.000

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 17


Jumlah
No. Perusahaan Anggaran
Program
41 BPR BKK BANJARHARJO 10 34.638.150

42 BPR BKK KUDUS 2 28.500.000

43 BPR BKK BATANG 1 25.000.000

44 BPR BKK TULUNG 16 17.100.801

45 BPR BKK KOTA MAGELANG 4 13.147.000

46 BPR BKK KOTA TEGAL 4 12.827.000

47 PT Coca Cola Amatil Indonesia Central Java 14 Na

48 PT Bhimasena Power Indonesia 191 Na


PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGKITAN
49 1 Na
TANJUNG JATI B
Total 1834 50.877.983.891
Sumber: Forum TJSLP Provinsi Jawa Tengah, 2022

Tabel 3.12.
Rekapitulasi Alokasi Anggaran TJSLP Per Bidang Pokja Tahun 2021 dan
Rencana Tahun 2022
2021 2022
No Bidang Pokja
(realisasi/Rp) (Rencana/Rp)
1 Bidang Kesejahteraan Sosial 9.461.440.525 3.592.680.000
2 Bidang Infrastruktur 9.447.024.780 1.985.000.000
3 Bidang Ekonomi Rakyat 7.461.240.335 780.000.000
4 Bidang Kesehatan 5.235.715.894 400.000.000
5 Bidang Keagamaan 4.398.868.941 554.500.000
6 Bidang Pendidikan 4.356.243.170 1.386.400.000
Bidang Pertanian, Perkebunan,
7 Kehutanan, Peternakan, Kelautan Dan 3.657.185.400 37.000.000
Perikanan
8 Bidang Kedaruratan 3.262.176.212 205.082.537
Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan
9 1.601.704.790 147.782.537
Lingkungan Hidup
Bidang Olahraga, Seni, Budaya Dan
10 1.017.446.956 60.000.000
Pariwisata
11 Bidang Pendampingan Umum 811.401.888 486.700.000
12 Bidang Energi Baru Terbarukan 167.535.000 65.000.000
Total 50.877.983.891 9.700.145.074
Sumber: Forum TJSLP Provinsi Jawa Tengah, 2022

Rancangan Awal RKPD Tahun 2023 Bab III - 18

Anda mungkin juga menyukai