Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FANIA RAHMAWATI

NIM : 3230023006

Pemulihan Perekonomian Indonesia Setelah Kontraksi Akibat Pandemi


Covid-19

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen. Hal ini menyebabkan perekonomian
Indonesia pada tahun 2020 mengalami deflasi atau penurunan drastis karena perkembangan ekonomi
di Indonesia mempunyai pegerakan yang kurang stabil. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh
adanya pandemi Covid-19.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan guna mengurangi rantai penyebaran


pandemi Covid-19 namun kebijakan ini menyebabkan berkurangnya jumlah konsumsi Rumah
Tangga (RT) dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga
(LNPRT) padahal kedua konsumsi ini sangat memberi pengaruh atas kontraksi pada Produk
Domestik Bruto (PDB). Konsumsi di Indonesia tidak terkendali karena situasi yang terjadi dan
menyebabkan perekonomian pada konsumsi Rumah Tangga (RT) mengalami penurunan dari 5,04
persen menjadi -2,63 persen dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga
(LNPRT) mengalami penurunan dari 10,62 persen menjadi -4,29 persen .

Konsumsi Pemerintah mengalami penurunan dari 3,25 persen menjadi 1,94 persen. Hal ini
karena Pemerintah mengurangi alokasi di bidang infrastruktur pada tahun 2020 sedangkan anggaran
untuk kesehatan lebih ditingkatkan pemerintah sesuai dengan fokus Pemerintah untuk
penanggulangan pandemi di Indonesia.

Tidak hanya konsumsi, investasi juga mengalami penurunan dari 3,25 persen menjadi 1,94
persen. Penurunan ini mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Penurunan investasi lebih besar
atas pengaruh berkurangnya lapangan kerja. Aktivitas perdagangan yaitu ekspor dan impor dengan
pihak luar negeri juga mengalami penurunan dari -0,87 persen menjadi -7,70 persen pada ekspor dan
-7,69 persen menjadi -17,71 persen pada impor. Meskipun ekspor dan impor terjadi penurunan yang
drastis mempengaruhi nilai dari ekspor neto pada saat kontraksi perekonomian.

Melihat kontraksi pada tahun 2020 Pemerintah mengeluarkan strategi kebijakan guna
memulihkan perekonomian Indonesia. Pemerintah optimis melaksanakan kebijakan dengan
konsisten dan membangun kerja sama dengan seluruh komponen bangsa. Hal ini tidak hanya
dilakukan oleh Pemerintah Pusat namun harus didukung penuh oleh Pemerintah Daerah sebagai
peran utama pada pergerakan pemulihan ekonomi Indonesia saat ini. Pemerintah Daerah berperan
strategis dalam mendorong percepatan dan efektivitas pemulihan ekonomi serta memahami struktur
ekonomi daerah, demografi, dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya saat Pandemi terjadi.
Pemerintah Daerah mempunyai tolak ukur utama guna mendorong pemulihan perekonomian yaitu
kebijakan yang telah dirancang dalam APBD.

Masyarakat dan pelaku usaha juga memiliki peran strategis dalam pergerakan pemulihan
ekonomi Indonesia. Pemerintah memberikan kemudahan dalam kebijakan fiskal maupun kebijakan
moneter, kedua kebijakan ini dapat disambut dengan positif oleh masyarakat dan pelaku usaha serta
dapat bergerak maju sesuai rancangan Pemerintah guna memulihkan ekonomi Indonesia yang telah
mengalami kontraksi.

Kebijakan dari Pemerintah adalah mengalokasikan dana APBN untuk pemulihan ekonomi
Indonesia bertujuan perekonomian dapat pulih dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini
dilakukan dengan meningkatkan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta
menjaga stabilitasi ekonomi dan ekspansi moneter. Tiga kebijakan akan dilaksanakan bersamaan
sinergi antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait.

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia mulai awal kuartal II


tahun 2020. Hal ini disebabkan adanya peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) sehingga menimbulkan lockdown kepada beberapa kota bertujuan memutuskan mata rantai
penyebaran Covid-19. Peraturan ini menyebabkan meningkatnya penurunan perekomian pada
perusahaan formal maupun non formal. Penurunan perekonomian menyebabkan munculnya
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disebabkan oleh perusahaan tidak dapat membayarkan upah
yang seharusnya. Tidak hanya itu, penurunan ini banyak yang menyebabkan perusahaan
memutuskan untuk gulung tikar atau bangkrut.

Kontraksi disebabkan adanya penurunan konsumsi. Selain konsumsi untuk kebutuhan sehari-
hari. Pendapatan konsumsi dari sektor transportasi udara sangat berpengaruh dengan kontraksi yang
dialami pada saat pandemi. Adanya peraturan PSBB menyebabkan masyarakat terbatas dapat
berpergian melalui transportasi udara. Dapat dilihat pendapatan pada sektor pelayanan udara
berkurang sekitar lebih dari Rp200 Miliar. Terbatasnya penggunaan transportasi udara
mengakibatkan wisatawan asing maupun lokal tidak dapat menjalankan kunjungan wisata di
Indonesia. Hal ini sangat berdampak kepada kota Bali dimana pendapatan mereka cukup banyak dari
wisatawan yang sedang berkunjung dilihat dari pendapatan hotel dan restoran yang menurun sekitar
50 persen dari biasanya.

Para ekonom menilai kondisi deflasi pada tahun 2020 sangat wajar karena adanya pandemi
Covid-19. Deflasi tidak hanya disebabkan oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menurun tapi
disebabkan oleh meningkatnya pengangguran. Faktanya Indonesia mengalami deflasi dengan tingkat
inflasi berada pada 1,68 persen dimana angka ini menjadi angka terendah dan jauh dari target
Pemerintah yang tercantum pada PMK No.124/PMK.010/2017.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat adalah kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter. Kebijakan ini direalisasikan bersama Pemerintah Daerah dan masyarakat karena keduanya
berperan strategis menjalankan kebijakan dengan lancar bertujuan memulihkan perekonomian
Indonesia.

Pemerintah melakukan kebijakan fiskal dengan harapan dapat mengurangi dampak negatif
pada perekonomian Indonesia yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Selain itu, kebijakan ini
bertujuan agar menggerakkan kembali usaha para pelaku usaha termasuk UMKM. Kebijakan fiskal
mempunyai 3 (tiga) stimulus sebagai pergerakan perubahan, yaitu:

1. Percepatan belanja Pemerintah

Pemerintah melakukan percepatan pencairan belanja modal, mempercepat penunjukan pejabat


perbendaharaan negara, melaksanakan tender, mempercepat pencairan belanja bantuan sosial dan
tranfer ke dana daerah dan desa. Tujuan percepatan ini mengarahkan agar dapat adaptasi dengan
kebiasaan yang baru secara bertahap, menyelesaikan permasalahan yang terjadi pasca pandemi, dan
penguatan reformasi untuk keluar dari middle income trap.
2. Relaksasi pajak penghasilan

Pemerintah meringankan besaran pajak dengan menanggung pajak penghasilan Pasal


21, pembebasan impor pajak penghasilan yang terdapat pada Pasal 22, pengurangan pajak
penghasilan Pasal 25, dan pengembalian PPN dipercepat. Selain relaksasi pajak penghasilan,
pemerintah melakukan simplifikasi dan percepatan proses ekspor impor. Percepatan ekspor impor di
utamakan untuk pedagang terkemuka, penyederhanaan dana pengurangan pembatasan ekspor dan
impor (manufaktur, makanan dan dukungan medis), dan layanan ekspor-impor melalui ekosistem
logistik nasional.

3. Pemulihan ekonomi nasional dengan melaksanakan kebijakan Keuangan Negara melalui relaksasi
APBN.

Relaksasi APBN mempersiapkan defisit yang dapat melampaui 3 persen dengan tujuan tahun
2023 akan kembali seperti semua ke level maksimal 3 persen. Relaksasi akan berkaitan dengan
alokasi belanja antar organisasi, antar fungsi, dan antar program serta mandatory spending. Relaksasi
alokasi atau realokasi Belanja Pemerintah Daerah, Pemberian Pinjaman kepada LPS, Penerbitan SUN
dan SBSN untuk dapat dibeli oleh Bank Indonesia , BUMN, investor korporasi dan/atau investor
ritel. Penggunaan sumber anggaran alternatif antara lain SAL, dana abadi pendidikan, dan dana yang
dikelola oleh Badan Layanan Umum.

Kebijakan moneter yang dilakukan Pemerintah yaitu bekerja sama dengan Bank Indonesia
(BI) agar ikut serta mengoptimalkan berbagai kebijakan moneter dan makroprudensial akodomatif
bertujuan mempercepat digitalisasi sistem pembayaran Indonesia untuk mendukung upaya pemulihan
ekonomi. Pemerintah melaksanakaan kebijakan moneter sebagai berikut: melanjutkan kebijakan nilai
tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme
pasar, melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan
moneter akodomatif, memperkuat kebijakan tranparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan
penekanan pada kenaikan suku bunga kredit baru, memperpanjang kebijakan penurunan nilai denda
keterlambatan pembayaran kartu kredit 1 persen dari outstanding, mempercepat program pendalaman
pasar uang melalui penguatan kerangka peraturan pasar uang dan implementasi Electronic Trading
Platfom (ETP) Mulitimatching khususnya pasar uang Rupiah dan valas, serta memfasilitasi
penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi dan melanjutkan sosialisasi pengginaan Local
Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan instansi terkait.

Kebijakan moneter bertujuan agar kinerja perekonomian dunia terus membaik sesuai
prakiraan, ditengah ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun. Hal ini diakibatkan adanya
pandemi sehingga nilai tukar Indonesia mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2020. Akan
tetapi, kebijakan moneter yang diberikan pemerintah akan menguatkan nilai tukar Rupiah sejalan
dengan kembalimnya masuk aliran modal asing. Terlihat pada awal kuartal III tahun 2021 nilai tukar
Rupiah mengalami penguatan sebesar 0,49 persen secara rerata dan 0,30 persen secara point to
point dibandingkan level Mei 2021.

Tetapnya kurva LM dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia
untuk mencapai stabilisasi nilai tukar Rupiah saat pandemi berlangsung. Kebijakan fiskal yang
diberikan oleh Pemerintah seperti belanja pemerintah serta insentif pajak menyebabkan kuva IS 1 ke
arah kanan menjadi kurva IS2 serta mendorong kenaikan output yang menggeser Y 1 ke arah kanan
menjadi Y2. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat sehingga dapat
mengembalikan kurva demand seperti semula dan kebijakan ini diberikan oleh pemerintah dengan
harapan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia yang menurun agar kembali seperti semula.

Oleh karena itu, Pemerintah akan melakukan kebijakan fiskal berupa intensif pajak dan
belanja membuat konsumsi belanja RumahTangga pada masyarakat meningkat. Selain itu, Pemerintah
terus memantau kebijakan moneter dengan tujuan jumlah uang beredar akan meningkat dan
menurunkan tingkat bunga. Manfaat dari penurunan tingkat bunga adalah meningkatnya daya tarik
para investor untuk melakukan investasi sehingga membantu Produk Domestik Bruto (PDB)
meningkat dan memulihkan ekonomi Indonesia. Pemerintah harus melaksanakan kebijakan moneter
agar mempertahankan jumlah uang yang beredar di masyarakat dan suku bunga yang mempengaruhi
investasi.

Kebijakan yang diberikan oleh Pemerintah dalam rangka pemulihan perekonomian nasional
dampak dari pandemi Covid-19 menyebabkan Pemerintah melaksanakan kebijakan fiskal maupun
kebijakan moneter. Pelaksanaan kebijakan dengan defisit APBN meningkatkan belanja pemerintah
serta pemberian insentif pajak. Hal ini bertujuan agar masyarakat mampu mencukupi daya belinya
sehingga kurva aggregate demand (AD1) mengalami pergeseran ke kanan menjadi AD2. Hal ini
menyebabkan kembalinya keawal output Y yang telah berubah menjadi Y 1, menjabarkan bahwa
adanya kenaikan income pada perekonomian Indonesia. Kebijakan inipun sangat berpengaruh pada
kenaikan harga, inflasi dapat dilhat dari naiknya P 1 menjadi P2. Dapat disimpulkan kebijakan dapat
membantu pemulihan ekonomi Indonesia menjadi seperti awal bahkan lebih baik.

Pandemi Covid -19 sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2020.
Pandemi ini mengakibatkan adanya penurunan kepada semua komponen produk domestik bruto
(PDB) kecuali pengeluaran konsumsi pemerintah. Komponen produk domestik bruto (PDB) yang
mengalami penurunan bahkan kontraksi disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang masuk ke
Indonesia sehingga pertumbuhan perekonomian Indonesia termasuk dalam kategori krisis.
Perekonomian krisis terlihat dari kontraksinya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar
2,19 persen (y-on-y). Komponen yang sangat berpengaruh adalah pengeluaran konsumsi rumahtangga
dan pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumahtangga yang mana kedua
pengeluaran ini menurun karena adanya kebijakan dari pemerintah akan upaya pemulihan
perekonomian pada saat ini.

Oleh karena itu, Pemerintah mengadakan kebijakan dalam berbagai aspek guna memajukan
perekonomian Indonesia. Pemerintah lebih fokus kepada kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan
fiskal yang diambil mempunyai banyak ragamnya salah satunya insentif pajak yang sangat
berpengaruh. Insentif pajak membuat para masyarakat merasa keringanan akan kewajiban mereka dan
tidak mempengaruhi perekonomian mereka sehingga masyarakat tetap bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti sebelumnya.

Tidak hanya itu, Pemerintah melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia untuk memajukan
kebijakan moneter. Kebijakan ini bertujuan menurunkan jumlah uang yang beredar dan suku bunga
pada bank. Ketika suku bunga mengalami penurunan pada saat itu juga para investor
menginvestasikan kepemilikan mereka kembali.

Semua kebijakan yang telah dirancang oleh Pemerintah memiliki tujuan agar output
pendapatan pada PDB dapat kembali seperti awal dan mengalani peningkatan, tidak hanya itu tujuan
lain adalah agar Indonesia mengalami inflasi kembali dan tingkat pengangguran di Indonesia
berkurang.
Dapat disimpulkan ekonomi di Indonesia berdasarkan fakta saat ini semakin membaik karena
adanya rancangan kebijakan dari Pemerintah. Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi (PDB)
sebesar 3,69 persen sepanjang tahun 2021, lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang sempat
mengalami kontraksi. Struktur ekonomi Indonesia secara spasial didominasi oleh beberapa provinsi di
Pulau Jawa sebagai kontribusi terbesar dan pesatnya peningkatan pada kinerja ekonomi.

Kondisi perekonomian dapat tercermin dari kondisi pasar modalnya. Secara makro,
kondisi perekonomian sebuah negara berkorelasi terhadap kondisi pasar modalnya, namun
pasar modal cenderung lebih reaktif terhadap potensi krisis. Kecenderungan tersebut terjadi karena
pada umumnya pelaku pasar modal memiliki forward looking, yaitu perkiraan masa
depan terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

Di Indonesia, pandemi Covid-19 meningkatkan ketidakpastian ekonomi yang sangat


besar. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu penyebab utama turunnya kepercayaan diri investo
r yang berdampak pada turunnya volume investasi yang dilakukan.

Ketidakpastian yang terjadi akibat pandemic Covid19 tersebut terjadi dalam beragam aspek,
mulai dari pemotongan pendapatan hingga pemutusan hubungan kerja, sehingga masyarakat pada u
mumnya merespon isu tersebut dengan menjadi selektif dalam penggunaan uang. Hal
tersebut kemudian menyebabkan penurunan permintaan barang dan jasa ,yang
sekaligus berdampak negatif terhadap profit perusahaan barang dan jasa.

Ketidakpastian dan menurunnya permintaan barang dan jasa kemudian mempengaruhi keunt
ungan sebagian besar perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia, akibatnya
penurunan harga saham menjadi hal yang tidak dapat dihindari.

Penurunan signifikan tersebut dapat dilihat dengan membandingkan


nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sebelum dan saat pandemi terjadi. Penurunan
drastic,mulai terjadi pada akhir bulan 2 tahun 2022 dimana virus covid19 saat itu sudah

menyebar dan menciptakan rasa takut di seluruh dunia. IHSG yang saat itu bernilai 5.863

kemudian mencapai titik terendahnya pada 5.288 di minggu yang sama.

Daftar Pustaka:

Mankiw, N. Gregory. 2016. Macroeconomics ninth edition. New York: Worth Publisher. Republik
Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.01/2017 tentang

Sasaran Inflasi Tahun 2019, Tahun 2020, Dan Tahun 2021. Jakarta: Kementerian Keuangan.

Nainggolan, Edward UP. 2020. Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
(https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13287/Strategi-Kebijakan-Pemulihan-
Ekonomi-Nasional.html)
Moegiarso, Susiwijono. 2021. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2021 Menembus Zona
Ekspansif. (https://ekon.go.id/publikasi/detail/3196/pertumbuhan-ekonomi-triwulan-ii-
2021-menembus-zona-ekspansif)
Kementerian Keuangan. 2020. “Stimulus Fiskal di tengah Badai Pandemi”
Tim Kementerian Keuangan. 2021.“Informasi APBN 2021 Percepatan Pemulihan Ekonomi
dan Penguatan Reformasi:. (https://www.kemenkeu.go.id/media/16835/informasi-apbn-
2021.pdf)
Penulis : Rasulistina Nur Hayati.

Link Reverensi : https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-banjarmasin/baca-artikel/14769/Pemulihan-


Perekonomian-Indonesia-Setelah-Kontraksi-Akibat-Pandemi-Covid-19.html

Anda mungkin juga menyukai