Anda di halaman 1dari 7

Ekonomi & Akuntansi 4A

Damianus Keenan Jusak / 5


Nicholas Gunawan / 27
Rafael Russell Effendi / 30
Sabastian Liu / 33
Tobias Timothy Muliawan / 35

Tugas:
Dari informasi inflasi yang kalian dapatkan dan sudah dibaca. Carilah informasi mengenai
inflasi di Indonesia 5 tahun terakhir. Buatlah tabel dan grafik berisi perbandingan angka
inflasi di Indonesia selama 5 tahun terakhir.
Buatlah analisisnya terkait hal tersebut dan analisislah hubungan antara inflasi dengan
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal selama 5 tahun terakhir. Tugas ini akan menjadi
nilai psikomotorik.
Terima kasih.
Jadi perlu diketahui terlebih dahulu bahwa kebijakan-kebijakan ini merupakan sebuah “alat”
yang digunakan pemerintah dan bank sentral suatu negara untuk mengatur perekonomian
suatu negara untuk mencapai tujuan ekonomi yang diharapkan.
- Kebijakan Moneter :
● Langkah yang diambil bank sentral suatu negara untuk mengatur pasokan
uang yang beredar (tidak berlebihan tidak kekurangan).
● Tujuan :
1. Menjaga dan mencapai stabilitas harga
2. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang sehat
3. Menjaga stabilitas sistem keuangan
● Instrumen :
1. Menaikkan / menurunkan suku bunga (Politik Diskonto)
a) Mendorong pertumbuhan ekonomi (+) : bank menurunkan suku
bunga untuk mendorong investasi dan konsumsi
b) Mengendalikan inflasi (-) : menaikkan suku bunga untuk
mengurangi pengeluaran dan membatasi pertumbuhan kredit.
2. Politik pasar terbuka
a) Membeli atau menjual surat berharga. Ketika pemerintah
melakukan hal ini, maka uang yang digunakan masyarakat
untuk membeli surat tersebut akan masuk ke otoritas moneter.
b) Dengan menambah atau mengurangi cadangan bank, mereka
dapat mengendalikan pasokan uang di perekonomian.
3. Politik persediaan kas
a) Bank sentral dapat menetapkan rasio cadangan wajib yang
harus dipatuhi oleh bank-bank komersial
b) Dengan mengubah rasio cadangan maka dapat mengatur
jumlah uang yang tersedia untuk dipinjamkan bank komersial
(ada ke-4 di modul cuman gw ga ketemu di online (males nyari))

- Kebijakan Fiskal :
● Serangkaian tindakan pemerintah untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan
negara
● Tujuan :
1. Keseimbangan pendapatan vs pengeluaran
2. Merangsang pertumbuhan ekonomi
3. Mengatasi masalah seperti ketimpangan pendapatan dan pengangguran

Inflasi Indonesia 2020


Pada tahun 2020, inflasi yang terjadi di Indonesia cukup rendah dengan angka 1,68%.
Inflasi yang rendah ini dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum kuat saat itu
dikarenakan pandemi covid-19 yang sedang berlangsung saat itu. Inflasi yang rendah juga
dipengaruhi oleh pasokan yang memadai serta sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan
Pemerintah di tingkat pusat maupun pemerintah di tingkat daerah dalam menjaga stabilitas
harga. Dalam menghadapi wabah covid-19, untuk mengurangi dampak ekonomi, Pemerintah
Indonesia mengambil kebijakan yang komprehensif dalam bidang fiskal maupun moneter.

Kebijakan moneter yang diambil pada bulan Desember 2020, Rapat Dewan Gubernur
(RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Desember 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI
7-Day Reverse Repo Rate (B17DRR) sebanyak 3,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar
3,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,50%.

Kebijakan fiskal pada tahun 2020 bisa dikatakan telah dilakukan secara luar biasa
dalam rangka membantu masyarakat dan dunia dalam usaha agar bisa pulih dan bangkit
kembali di masa pandemi COVID-19. Presiden juga mengeluarkan PERPU No 1/2020 yang
menjadi UU Nomor 2/202 dan menjadi dasar dalam merumuskan dan mengalokasikan
anggaran dalam rangka pemulihan ekonomi nasional dan juga menangani COVID-19.
Melalui perubahan APBN 2020 pada Perpres 54/2020 dan Perpres 72/2020, pemerintah
melebarkan defisit ke angka 6,34% dari PDB sebagai langkah yang luar biasa dalam
menghadapi COVID-19. Pelebaran defisit APBN membuat pemerintah memerlukan sumber
pembiayaan tambahan antara lain melalui skema burden sharing bersama Bank Indonesia.

Pada tahun 2020, pendapatan negara mencapai angka RP1.633,6 triliun yang lebih
rendah dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp327 triliun dikarenakan perpajakan lebih
rendah sebagai dampak perlambatan ekonomi dan pemanfaatan stimulus perpajakan dalam
dunia usaha/kerja. Belanja negara terealisasi sebanyak Rp2.589 triliun (naik 12% dari
realisasi 2019) dan hal ini didukung oleh kebijakan refocusing/relokasi belanja K/L dan
transfer ke daerah dan dana desa yang diarahkan dalam rangka menangani COVID-19 dan
dampaknya terhadap masyarakat dan dunia kerja. Karena itulah defisit APBN 2020 mencapai
Rp 956,3 triliun. Dijelaskan juga oleh wakil menteri keuangan Suahasil Nazara bahwa APBN
2020 ditunjukan ke dalam berbagai output yang sangat penting di masa pandemi seperti
output di bidang kesehatan yang mencakup insentif tenaga kesehatan, bantuan iuran JKN, alat
kesehatan, penambahan ruang puskesmas, pembayaran pengobatan pasien, dan obat-obatan.
Ada juga output di sektor bantuan sosial, bantuan pemerintah, subsidi dan dukungan UMKM
yang mencakup kartu sembako, diskon listrik, bantuan gaji karyawan, BLT Dana Desa serta
subsidi Bunga UMKM. Sektor lainnya adalah sektor pendidikan dan infrastruktur.

Inflasi Indonesia 2021


Pada tahun 2021 ini terjadinya peningkatan yang tidak begitu besar jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (Dari 1,68% naik menjadi 1,87%). Pandemi yang terjadi di tahun
2021 ini membuat ada peningkatan inflasi di Indonesia yang dapat dibilang masih terkendali
dengan baik jika kita bandingkan dengan beberapa negara lainnya yang mengalami
peningkatan inflasi yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia karena adanya
supply-demand imbalance dan krisis energi, misalnya di Singapura dengan inflasi sebesar
3,8%, Euro Area sebesar 4,9%, dan Amerika Serikat sebesar 6,8% pada November 2021. Hal
tersebut terjadi karena permintaan domestik yang masih tergolong rendah akibat pandemi
COVID-19, pasokan yang mencukupi, serta sinergi dari Bank Indonesia yang terus menjaga
inflasi tetap rendah.

Kebijakan moneter yang dilakukan pada Desember 2021 adalah Rapat Dewan
Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021 memutuskan untuk
mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) sebesar 3,50%, suku bunga
Deposit Facility sebesar 2,75% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Keputusan
ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah
perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dikarenakan banyaknya ketidakpastian, Presiden Joko Widodo menyampaikan RAPBN harus
mengantisipasi ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia, volatilitas harga komoditas,
perkembangan tatanan sosial ekonomi, dan pemulihan ekonomi nasional, serta stabilitas
sektor keuangan.

Kebijakan fiskal pada tahun 2021 ini lebih diarahkan untuk mampu menstimulasi
perekonomian agar tumbuh pada level yang cukup tinggi, menggairahkan investasi dan
ekspor, mendorong inovasi dan penguatan kualitas SDM, serta mendorong daya saing
nasional termasuk melalui transformasi struktural. Inflasi yang terjadi tahun 2021 ini
membuat beberapa harga beberapa barang yang sangat dibutuhkan meningkat seperti
makanan, minuman, tembakau, kebutuhan rumah, pakaian, alat medis, hand sanitizer, masker,
dan lain-lainnya. Dengan adanya makanan, minuman, tembakau yang mengalami
peningkatan paling tinggi dengan tingkat inflasi 1,67% selama satu tahun ini. Tetapi semua
inflasi ini masih bisa dijaga karena adanya pembatasan mobilitas oleh pemerintah dan
didukung dengan pasokan yang lancar dan benar.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan komoditas batu bara dan minyak goreng
menjadi salah satu pemicu kenaikan angka inflasi yang mencapai 0,37 persen pada bulan
November 2021 secara bulanan. Berdasarkan catatan BPS, inflasi tertinggi terjadi pada sektor
pertambangan dan penggalian yang mencapai 9,03% selama tahun 2021 atau mengalami
peningkatan sebesar 1,09% pada November 2021 sendiri.

Inflasi Indonesia 2022


Pada tahun 2022 ini, banyak sekali aktivitas perekonomian sudah kembali berjalan
dengan biasa lagi. Walaupun seperti itu, inflasi pada tahun 2022 meningkat sebesar 5,51%
yang peningkatannya cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Beberapa hal menjadi
faktor utama terjadinya inflasi pada tahun 2022 yaitu :

Kenaikan harga BBM yang drastis sebesar 12,5% pada bulan Januari akibat dari
kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah. Kenaikan harga BBM ini
juga berdampak pada berbagai sektor seperti biaya produksi dan distribusi barang dan jasa
serta meningkatkan permintaan akan bahan bakar alternatif seperti gas elpiji.

Kenaikan harga listrik sebesar 6,5% pada bulan Februari 2022. Kenaikan ini terjadi
karena kenaikan biaya pembangkit listrik dan subsidi listrik yang berkurang. Hal ini
berdampak pada operasional rumah tangga dan industri sehingga menurunkan daya beli
masyarakat.

Kenaikan harga gas elpiji sebesar 10% pada bulan Maret 2022 dikarenakan harga
gas dunia dan subsidi gas elpiji yang berkurang. Ditambah juga demand yang tinggi akan
bahan bakar alternatif seperti gas elpiji. Kenaikan harga ini berdampak terhadap hal - hal
seperti biaya memasak dan pemanas air sehingga akhirnya membuat orang beralih kepada
bahan bakar seperti kayu bakar dan arang.

Kenaikan harga bahan makan sebesar 8,7% pada bulan April 2022. Hal tersebut
terjadi karena faktor musiman, cuaca ekstrem, hama penyakit dan gangguan pasokan.
Kenaikan harga bahan makan berdampak pada biaya pengeluaran rumah tangga terutama
pada kaum yang berkekurangan.

Kenaikan harga transportasi yang meningkat sebesar 7,3% akibat kenaikan harga
BBM, listrik dan gas elpiji yang berpengaruh pada angkutan darat, laut dan udara. Hal ini
menambah beban inflasi pada daerah yang terpencil yang bergantung pada transportasi antar
pulau.

Beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yang terjadi pada
tahun 2022 yaitu :
- Meningkatkan belanja negara terutama pada sektor kesehatan, perlindungan sosial
dan pemulihan usaha untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional
setelah pandemi Covid-19, serta memberi insentif pajak kepada masyarakat di dunia
usaha.

- Mempertahankan subsidi pada bahan bakar minyak, listrik dan elpiji serta
memberi bantuan sosial pada masyarakat miskin dan rentan. Hal ini dilakukan
agar mengurangi dampak kenaikan harga BBM, listrik gas elpiji dan bahan makanan
yang menjadi faktor utama inflasi di Indonesia.

- Menjaga defisit anggaran dalam batas yang aman dan berkelanjutan agar
menjaga kepercayaan investor terutama investor asing agar menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah.
Daftar Pustaka
- https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_230221.aspx#:
~:text=Inflasi%20Indeks%20Harga%20Konsumen%20(IHK,3%2C0%C2%B11%25.
- https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/Tinjauan-Kebijakan-Moneter-Desem
ber-2020.aspx
- https://fiskal.kemenkeu.go.id/baca/2021/01/07/191807937352884-kebijakan-fiskal-ta
hun-2020-dilakukan-secara-luar-biasa
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20220103085302-4-303986/bps-inflasi-indones
ia-187-di-2021
- https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/Tinjauan-Kebijakan-Moneter-Desem
ber-2021.aspx
- https://inkindo-dki.org/page/kerangka-ekonomi-makro-dan-pokok-pokok-kebijakan-fi
skal-tahun-2021
- https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_240222.aspx#:
~:text=Berdasarkan%20data%20Badan%20Pusat%20Statistik,3%2C0%C2%B11%25
- https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_250123.aspx#:
~:text=Berdasarkan%20data%20Badan%20Pusat%20Statistik,dampak%20penyesuaia
n%20harga%20bahan%20bakar
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20230102120919-4-402052/bps-inflasi-2022-te
rtinggi-sejak-2014-ini-pemicunya#:~:text=Margo%20menuturkan%20bahwa%20infla
si%20akhir,dan%20andilnya%201%2C51%25.
- https://www.indonesia.go.id/kategori/editorial/3122/kebijakan-fiskal-2022-dilakukan-
secara-ekspansif
- https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_247622.aspx
- https://www.tribunnews.com/bisnis/2022/03/09/pemerintah-siapkan-5-langkah-strateg
is-pengendalian-inflasi-2022
-

Anda mungkin juga menyukai