Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Santi Kristiani

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043493067

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4227/Ekonomi Moneter

Kode/Nama UPBJJ : 51/Tarakan

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Jelaskan bagaimana tingkat suku bunga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar!
Artinya tingkat suku bunga semakin meningkat maka jumlah uang beredar akan menurun, karena
masyarakat akan lebih tertarik menyimpan uangnya di bank untuk mendapat pendapatan yang lebih
tinggi dengan tingkat suku bunga yang tinggi, sebalikanya tingkat suku bunga semakin menurun maka
jumlah uang beredar akan meningkat.
2. Peran pemerintah dalam menanggulangi demand pull inflation
Pemerintah menjaga inflasi agar tetap stabil melalui kebijakan moneter. Mekanisme pengendalian
inflasi oleh Bank Indonesia dilakukan melalui pengendalian jumlah uang beredar dengan menetapkan
tingkat suku bunga. Misalnya, pemerintah ingin menurunkan permintaan, hal ini dilakukan dengan
menaikkan tingkat suku bunga.
3. Target inflasi pada dasarnya membantu otoritas moneter memecahkan masalah dengan menjadikan
inflasi-bukan kesempatan kerja (employment), output, ataupun yang lainnya-sebagai tujuan utama
kebijakan moneter, Dalam Perjanjian Kerja Sama antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan,
usulan sasaran inflasi dibahas bersama dalam rapat koordinasi tingkat kementerian dan lembaga dalam
TPIP dan kemudian ditetapkan oleh Pemerintah untuk kurun waktu tertentu melalui Peraturan Menteri
Keuangan (PMK).

Pemerintah dan Bank Indonesia menyepakati lima langkah strategis untuk memperkuat pengendalian
inflasi dalam rapat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) tanggal 11 Februari 2021.
Langkah strategis yang ditujukan untuk menjaga inflasi dalam kisaran sasaran 3,0%±1% pada 2021
mencakup:
• Menjaga inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3,0% -
5,0%.Upaya dilakukan dengan memperkuat empat pilar strategi yang mencakup
Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif
(4K) di masa pandemi Covid-19, termasuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran
distribusi menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Implementasi strategi
difokuskan untuk menjaga kesinambungan pasokan sepanjang waktu dan kelancaran distribusi
antardaerah, antara lain melalui pemanfaatan teknologi informasi dan penguatan kerja sama
antardaerah;
• Memperkuat koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengendalian inflasi melalui
penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2021 dengan
tema “Mendorong Peningkatan Peran UMKM Pangan melalui Optimalisasi Digitalisasi untuk
Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan";
• Memperkuat sinergi antar Kementerian/Lembaga dengan dukungan Pemerintah Daerah dalam
rangka menyukseskan program kerja TPIP 2021;
• Memperkuat ketahanan pangan nasional dengan meningkatkan produksi, antara lain melalui
program food estate, serta menjaga kelancaran distribusi melalui optimalisasi infrastruktur dan
upaya penanganan dampak bencana alam; dan
• Menjaga ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dalam rangka program Ketersediaan
Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) untuk mendukung pelaksanaan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Sinergi kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia melalui implementasi berbagai
inovasi program yang diarahkan untuk menjaga stabilitas pasokan dan kelancaran distribusi di masa
pandemi dapat menjaga inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK). Pada 2020 inflasi IHK tercatat rendah
sebesar 1,68% (yoy) dan berada di bawah kisaran sasaran 3,0%±1%. Inflasi yang rendah tersebut
dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum kuat sebagai dampak pandemi Covid-19 di tengah
pasokan yang memadai.
Pertemuan tersebut juga menyepakati sasaran inflasi 3 (tiga) tahun ke depan sebagai tindak lanjut akan
berakhirnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.124/010/2017 tentang Sasaran Inflasi Tahun
2019, Tahun 2020, dan Tahun 2021. Sasaran inflasi tahun 2022, 2023, dan 2024 disepakati masing-
masing sebesar 3,0%±1%, 3,0%±1%, dan 2,5%±1% yang akan ditetapkan kemudian melalui PMK.
Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjangkar pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat ke
depan, terutama dalam mendukung proses pemulihan ekonomi nasional dan reformasi struktural.
Sumber : https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_233821.aspx

4. Kebijakan moneter Ekspansif adalah Kebijakan yang dapat merangsang atau mendorong pemulihan
ekonomi ketika resesi melanda. Jadi ketika ekonomi sedang lesu, BI menjalankan kebijakan ini.
Misalnya, resesi pandemi yang dipicu oleh penurunan BI rate. Kebijakan ini akan membantu
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli (permintaan masyarakat).
Untuk melaksanakan kebijakan moneter ekspansif, bank sentral menurunkan suku bunga acuan. Bank
komersial menanggung biaya pinjaman yang lebih rendah. Mereka menyerahkan lebih sedikit uang
untuk membayar bunga ke bank sentral. Akibatnya, mereka memiliki lebih banyak uang untuk
dipinjamkan ke sektor rumah tangga dan bisnis. Biaya pinjaman yang lebih rendah kepada bank sentral
juga mendorong turunnya suku bunga pinjaman di kedua sektor tersebut. Hal ini, pada gilirannya,
meningkatkan ketersediaan kredit dalam perekonomian pada biaya yang lebih rendah.
Suku bunga yang lebih rendah merangsang rumah tangga untuk mengajukan pinjaman baru.
Mereka menggunakannya untuk membeli beberapa barang tahan lama. Akibatnya, konsumsi rumah
tangga meningkat.
Di sisi lain, pelaku usaha juga memanfaatkan suku bunga rendah untuk berinvestasi dalam barang
modal. Awalnya, mereka kemungkinan akan membeli beberapa peralatan ringan untuk meningkatkan
efisiensi. Ketika permintaan menjadi lebih kuat, mereka kemudian membeli peralatan yang lebih berat
untuk meningkatkan produksi.
Konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis yang lebih tinggi mendorong peningkatan permintaan
agregat. Perlahan, ekonomi bergerak keluar dari resesi dan menuju jalur ekspansi.

Sumber : https://cerdasco.com/kebijakan-moneter-ekspansif/

5. Sasaran antara (intermediate target) merupakan mekanisme transmisi kebijakan moneter yg


didefenisikan sebagai jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi
perekonomian, terutama pendapatan nasional dan laju perubahan harga.
konsep dasar mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai dari instrumen kebijakan yang
mempengaruhi sasaran operasional,sasaran antara dan sasaran akhir.
Dalam rezim kebijakan moneter yang menggunakan kerangka kerja pentargetan inflasi,
pemahaman mengenai jalur transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian sangat diperlukan.
Karena besaran target inflasi yang ditetapkan Bank Sentral dan pencapaian target inflasi tersebut
akan ditentukan oleh jalur transmisi mana yang lebih dominan dalam perekonomian. Jika
mekanisme transmisi ini kurang dipahami maka akan berakibat tidak kredibelnya kebijakan
moneter yang ditetapkan. Sehingga, memahami mekanisme transmisi adalah kunci untuk dapat
mengarahkan kebijakan moneter agar dapat mempengaruhi perekonomian riil dan tingkat harga.
Bank sentral memiliki peran dan tujuan yang strategis dalam perekonomian suatu negara.
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di indonesia diberikan mandat untuk mencapai dan
memelihara stabilitas moneter. Mandat ini terdapat dalam pasal 7 UU No. 3 Tahun 2004 tentang
BI.Untuk mencapai tujuan tersebut,BI memiliki beberapa instrumen untuk merumuskan dan
menjalankan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi
makro melalui pengendalian besaran moneter seperti jumlah uang beredar (JUB),uang
primer,atau suku bunga.
Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja,semakin besar gairah untuk berusaha,maka akan mengakibatkan peningkatan
produksi.
Contoh Intermediate target : Seperti pengendalian jumlah uang beredar dan nilai tukar.

Sumber : http://repository.ut.ac.id/5059/1/fekonisip21445.pdf

Sekian Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai