Anda di halaman 1dari 3

NAMA : VIA FITRI NURIA HANI

NIM : 212023
JURUSAN : EKONOMI 2021 A
MATA KULIAH : EKONOMI MONETER (UTS)
DOSEN PEMBINA : Dr. LINA SUSILOWATI .SE ,ME

1.Adanya ketegangan geopolitik imbas perang Rusia-Ukraina, utamanya terkait ancaman krisis
pangan dan energi memberikan dampak yang cukup luar biasa bagi perekonomian. Diperlukan
sinergi dan kerjasama otoritas moneter dan pemerintah untuk menjaga inflasi dan daya beli agar
pemulihan ekonomi RI dapat terus berlanjut. Selain itu Pemerintah juga dinilai perlu untuk
meningkatkan efektivitas penyaluran subsidi sekaligus terus mendorong perbaikan komunikasi
kebijakan publik agar kebijakan yang didapat tercapai. Bagaimana pendapat anda terkait dengan
efektivitas kebijakan moneter dan fiskal RI menghadapi ancaman inflasi dan krisis global?
Jelaskan!

Jawab :
Potensi krisis pangan tampak nyata mengingat bahwa kedua negara merupakan pemain utama
dalam perdangangan hasil-hasil pertanian. Data organisasi pangan dan pertanian (FAO)
menyebutkan bahwa Rusia merupakan pengahsil 11 persen gandum dunia. Sementara Ukraina
menyumbang 3 persen dalam perdagangan gandum dunia pada tahun 2021.
Banyak negara, terutama di Afrika, Eropa Timur, dan Asia Tengah bergantung pada impor bahan
pangan dari kedua negara. Rusia dan Ukraina bahkan memasok sampai 80 persen kebutuhan
gandum di Kenya, Somalia, Ethopia, Armenia, Mongolia, Azerbajian, dan beberapa negara
lainnya. Perang yang disertai blockade di Pelabuhan Ukraina di laut Hitam juga menyebabkan
negara itu tidak mampu mengekspor produk pertaniannya ke negara lain. Sanksi negara itu tidak
mampu mengekspor produk pertaniannya ke negara lain. Sanksi negara Barat ke Rusia turut
andil dalam memperparah kondisi pasokan pangan dunia. Meski perang Rusia-Ukraina
memberikan dampak besar terhadap ketahanan ketahanan ketahanan pangan banyak negara,
kondisi pangan Indonesia diperkirakan akan tetap aman pada tahun ini, meski sebagian
kebutuhan harus dipenuhi dengan impor.
Kebijakan moneter dan fiskal tidak hanya digunakan saat perekonomian dilanda krisis.Kebijakan
tersebut dilaksanakan untuk teta pmenjaga kestabilan perekonomian dan mencapai stabilitas
ekonomi. Kebijakan ini juga dilakukan untuk menstabilkan perekonomian dalam keadaan yang
sedang inflasi maupun deflasi.space. Sepemahaman saya, jika ekonomi Indonesia sekarang
masih dalam tahap yang aman, pemerintah sudah harus menyiapkan strategi jitu untuk
mengendalikan inflasi ke depan ketika kondisi ekonomi global semakin buruk.
2. Bauran kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas Rupiah juga harus didukung oleh
kebijakan fiskal, salah satunya terkait mendorong dan memperbaiki sisi supply dan sektor
industri. Bagaimana pendapat saudara terkait dengan dampak pelemahan Rupiah ke Ekonomi
RI? dan bagaimana antisipasi yang harus dilakukan BI dan pemerintah? Jelaskan!
Jawab :
Menurut pemahaman saya, Kurs rupiah memang tidak stabil. Kadang menguat, kadang melemah
terhadap dolar. Pernah rupiah selemah-lemahnya berhadapan dengan dolar. Situasi tersebut
terjadi saat Soeharto masih menjadi Presiden tahun 1998 dan kemudian lengser karena tak bisa
menangani krisis ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari anjloknya rupiah. Ada beragam
faktor yang menyebabkan melemahnya kurs rupiah. Mulai dari diferensiasi inflasi, diferensiasi
suku bunga, defisit neraca berjalan, utang publik, ketentuan perdagangan, sampai stabilitas
politik dan ekonomi.
Perubahan nilai tukar (kurs) mata uang suatu negara yang cenderung melemah sering kali
dipandang negatif. Nyatanya, kondisi tersebut tak selamanya buruk. Ada hal positif yang bisa
diambil dari melemahnya kurs rupiah.
Untuk dampaknya, mulai dari karyawan bergaji dollar sangat diuntungkan, keuntungan eksportir
dalam negeri meningkat, barang impor menjadi mahal, barang local kian laris di pasaran, suku
bunga menjadi naik, resiko bagi pertumbuhan kredit, pelemahan rupiah dapat mengancam
obligasi dan surat utang negara. Bagaimana dengan antisipasinya?
Dengan Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mencegah inflasi adalah dengan
mengurangi pengeluaran pemerintah, meningkatkan tarif pajak, serta melakukan pinjaman.
Selain kebijakan fiskal dan moneter, cara mengatasi inflasi oleh pemerintah juga dapat dengan
meningkatkan hasil produksi, mempermudah masuknya barang impor, menstabilkan pendapatan
masyarakat (tingkat upah), menetapkan harga maksimum, serta melakukan pengawasan dan
distribusi barang. Pemerintah dapat memberikan subsidi atau membuat peraturan yang
mendorong pengusaha-pengusaha menjadi lebih produktif sehingga hasil produksinya bisa
bertambah. Dengan adanya hasil produksi yang lebih banyak, akan ada banyak barang yang bisa
dibeli masyarakat, sehingga jumlah uang beredar bisa kembali seimbang.
Pemerintah juga bisa menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan menetapkan kebijakan
yang mempermudah masuknya barang impor. Seperti dengan penurunan bea masuk impor atau
membuat peraturan yang mempermudah impor.

3. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) tanggal 22 Desember 2022 kembali
mengambil kebijakan moneter yang searah dengan kebanyakan Bank Sentral di dunia saat ini.
Suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diputuskan naik 25 bps menjadi
5,50%. Data statistik menunjukkan sejak lima bulan terakhir, BI telah memompa suku bunga
acuannya dari 3,5% menjadi 5,5%. Apakah kebijakan moneter ketat tersebut hanya dilakukan
Indonesia? Jawabannya tentu tidak. Sebagai pembanding, misalnya, paska meletusnya perang
Rusia-Ukraina, Bank Sentral Amerika (The Fed) perlahan mulai mengetatkan moneternya.
Kurang dari satu tahun terakhir ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya (Fed Funds
Rate) hingga 425 bps (menjadi 4,25% - 4,5%). Ini juga merupakan rekor kenaikan paling agresif
yang diambil The Fed dalam rentang 15 tahun terakhir. Meskipun makin melandai, The Fed
diprediksi akan tetap manaikkan Fed Funds Rate hingga di atas 5% pada tahun 2023. Mengapa
Bank Sentral di dunia saat ini ramai-ramai menaikkan suku bunga? Ada apa dengan ekonomi
dunia dan Indonesia? Konsekuansi apa yang akan dituai pasca pengetatan moneter tersebut?
Bagaimana tantangannya di tahun 2023? Jelaskan menurut pendapat saudara
Jawab :
Menurut sepemahaman saya, Kenaikan suku bunga menjadi salah satu instrumen populer yang
digunakan bank sentral untuk mengendalikan inflasi. Inflasi dapat menurunkan daya beli
masyarakat. Adapun kenaikan suku bunga dilakukan bank sentral untuk menekan permintaan
sehingga diharapkan menurunkan inflasi. Kenaikan suku bunga pada umumnya berpengaruh
terhadap penurunan jumlah uang beredar di bank dan sebaliknya penurunan suku bunga bank
akan mendorong peningkatan jumlah uang beredar.
Kenaikan suku bunga pada umumnya berpengaruh terhadap penurunan jumlah uang beredar di
bank dan sebaliknya penurunan suku bunga bank akan mendorong peningkatan jumlah uang
beredar. Tantangannya yakni pemerintah harus bisa mengantisipasi era bunga yang naik karena
jika tidak akan berdampak pada pelambatan pertumbuhan kredit perbankan sehingga
menghambat momentum pemulihan ekonomi. Pemerintah terangnya bisa ikut menjaga stabilitas
kurs rupiah dengan memperkuat kinerja ekspor manufaktur, perbaikan kebijakan devisa hasil
ekspor (DHE) ditambah penguatan bilateral swap mata uang lokal. Dari sisi fundamental
ekonomi pemerintah sebaiknya menjaga penyaluran kredit subsidi terutama ke Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM).

Anda mungkin juga menyukai