Anda di halaman 1dari 25

ANALISA TERHADAP KEBIJAKAN FISKAL DAN

MONETER INDONESIA DALAM MENGHADAPI


PANDEMI COVID-19

MAKALAH
EKONOMI MAKRO

Oleh:
DWI APRILIA
NIM. 22812144045

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak virus yang dijumpai di dunia ini, baik virus yang mampu
menyebabkan penyakit terhadap hewan serta manusia, salah satu diantaranya ialah
corona virus. Virus ini memiliki beberapa jenis dimana sudah diketahui mampu
menyebabkan infeksi di sistem penafasan, diawali dengan gejala flu ringan hingga
penyakit serius misalnya Sindrom Pernafasan Timur Tengah atau disebut sebagai
penyakit MERS dan SARS. Virus corona ini turut menyebabkan penyakit corona
virus COVID-19. (WHO, 2020) Dengan mewabahnya Covid-19 yang awalnya
terjadi di Wuhan, China dimana penyebarannya mulai tidak tekendali di segala
penjuru dunia. Kasus pertama kali terhadap fenomena penularan Covid-19 ini
masih sangatlah membingungkan, hal ini dikarenakan informasi yang berkaitan
terhadap fenomena ini belum tersedia secara lengkap. Katadata.com pada laporan
yang ditulisnya terkait fenomena menyebarnya virus corona sampai dengan bulan
Juni telah tercatat 28,3 ribu kasus di segala penjuru dunia. Jumlah dari kasus
terbanyak dijumpai di Tiongkok, yaitu 28 ribu kasus. Penyebaran terhadap virus ini
sudah terjadi di 28 negara. Akan tetapi konfirmasi terhadap dua kasus pasien positif
Covid-19 pertama baru pemerintah Indonesia lakukan di tanggal 2 Maret 2020.
(Pranita:2020) Data yang didapatkan melalui learnbonds.com, virus novel corona
(2019-nCo V) menjadi epidemi paling mahal sepanjang 20 belakangan ini.
Kerugian ekonomi yang tercatat diakibatkan oleh fenomena ini di Tiongkok
diestimasikan sejumlah US$ 62 miliar. Jumlah ini tentunya melebihi kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh fenomena Ebola dimana sebesar US$ 53 miliar.
Fenomena ini mengakibatkan melemahnya perekonomian dari Tiongkok. Akan
tetapi apabila ditinjau melalui produk domestik bruto (PDB) global, hingga saat ini
Tiongkok menyumbang 17%, dimana secara langsung kegoyahan terhadap
perekonomian ini dirasakan oleh negara lainnya. Negara yang paling merasakan
dampak dari hal ini ialah Hong Kong, dimana diprediksi bahwa pertumbuhan
perekonomiannya mulai menurun sebesar 1,74%. Disusul dengan Korea Selatan
(0,41%), Brasil (0,32%) , Australia (0, 29%) dan Indonesia (0,26%) di tahun 2020.
Suryahadi menguraikan bahwa dengan melemahnya ekonomi yang diakibatkan
oleh Covid-19 bisa mendorong terjadinya peningkatan terhadap jumlah penduduk
miskin di Indonesia. Dampak terburuknya, apabila pertumbuhan ekonorni terjadi
sekadar sebesar 1 %, bisa menyebabkan 12,4% tingkat kemiskinan di Indonesia.
Angka kamiskinan ini mengalami peningkatan apabila dilakukan perbandingannya
terhadap tahun 2019 sejumlah 9,2%, yang mana untuk memberikan bantuan
terhadap masyarakat miskin baru tentunya dibutuhkan suatu program perlindungan
sosial. (Suryahadi, 2020) bersandar kepada kementrian keuangan, dalam Surat
Perintah, SP – 27 /KLI/2020, sesuai terhadap terdapatnya perturan PSBB dan WFH,
Pemerintah menerbitkan kebijakan pada sistem perpajakan yakni melalui
diberlakukannya relaksasi pembayaran PPh Pasal 29 OP dan pelaporan SPT PPh
OP, dimana mengakibatkan realisasi pendapatan Negara dari PPh Pasal 29 OP tidak
optimal. Di samping hal tersebut, pendapatan Negara sumbernya dari Kepaeanan
dan Cukai secara nominal dari penerimaan Cukai dan Bea Masuk (BM), tumbuh
hingga angka 23,60% (yoy), sumbernya dari jumlah pendapatan Cukai dengan
pertumbuhan 36,50% (yoy). Akan tetapi berdasar kepada sisi realisasi penerimaan
Bea Keluar kumulatif akan mengalami pertumbuhan yang negatif 32,56% (yoy).
Persoalan ini dikarenakan penurunan volume impor, yang mana mengakibatkan
timbulnya suatu kontraksi terhadap pertumbuhan penerimaan dari sektor pajak
perdagangan internasional, persoalan ini mengakibatkan menurunnya harga
komoditas, serta melambatnya aktivitas ekspor barang mentah yang diakibatkan
oleh menyebarnya Virus Covid-19. Peranan yang dimiliki oleh kebijakan fiskal
dalam stabilisasi sektor ekonomi pada sebuah negara tentunya berkaitan terhadap
kebijakan moneter. Cazacu (2015:12). Nainggolan dalam situs
www.djkn.kemenkeu.go.id, ataupun di bidang moneter sudah pemerintah
Indonesia ambil guna menangani wabah Covid-19. Pada sektor fiskal, kebijakan
menitikberatkan terhadap aktivitas dan revisi terhadap alokasi anggaran yang sudah
Pemerintah lakukan. Presiden Joko Widodo, sudah mengeluarkan Inpres
No.4/2020, terkait instruksi pada seluruh jajaran kementrian dan juga para
pimpinan tidak terkecuali para pejabat di tingkat daerah guna lebih mempercepat
untuk memfokuskan kembali aktivitas, melakukan pengalokasian anggaran turut
ketika mengadakan barang/jasa persoalan ini ialah upaya guna mengatasi
permasalahan wabah Covid-19. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis
membuat makalah ini dengan judul: “ Analisa Terhadap Kebijakan Fiskal dan
Moneter Indonesia Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”.
1.2 Kajian Teori
1.2.1 Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter Mankiw (2013:315) menguraikan bahwa fokus dan
tujuan yang terkandung di dalam kebijakan moneter dan fiskal tersebut mempunyai
sejumlah perbedaan. Mengubah variabel yang berbeda di dalam perekomonian di
tiap shock dengan berharap terdapatnnya suatu pertumbuhan pada sektor ekonomi,
terdapat sejumlah kebijakan yang dapat pemerintah lakukan, contohnya melalui
peningkatan belanja pemerintah. Harapannya dengan meningkatnya belanja
pemerintah dapat memberikan dorongan terhadap permintaan agregat, yang mana
bisa mengakibatkan meningkatnya harga barang. Dan ini bisa mengakibatkan
timbulnya inflasi yang diakibatkan oleh meningkatnya permintaan yang melebihi
dari jumlah penawaran. Untuk menangani terhadap tekanan inflasi ini, kebijakan
moneter yang hendak Bank Indonesia ambil ialah melalui peningkatan terhadap
suku bunga acuan. Persoalan ini bisa menyebabkan defisit fiskal turut membesar,
khususnya disaat pemerintah diwajibkan melakukan pembayaran terhadap bunga
utang yang dimilikinya. Dikarenakan fokus dari kebijakan moneter yang bertolak
belakang terhadap kebijakan fiskal, tentunya dua kebijakan ini termasuk ke dalam
dua kebijakan yang saling berkaitan.
1.2.2 Tujuan Kebijakan Moneter
Selayaknya yang telah diuraikan pada UU No. 3 Tahun 2004 tentang
Kebijakan Moneter Bank Indonesia, tujuan yang terkandung di dalam kebijakan
moneter yaitu menjaga kestabilan terhadap nilai rupiah. Untuk mendorong
terwujudnya kestabilan tersebut, banyak aspek yang memberikan pengaruh ketika
hendak membentuk suatu keputusan yang berkaitan terhadap kebijakan moneter
Bank Indonesia. Berikut ialah sejumlah tujuan yang terkandung di dalam kebijakan
moneter:
1. Memberikan jaminan kepada Stabilitas Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di dalam sebuah negara seharusnya berlangsung
secara terkendali dan berkelanjutan. Persoalan ini bisa diimplementasikan
dengan keseimbangan arus barang/jasa terhadap peredaran uang.
Dikarenakan hal tersebut, tujuan yang terkandung di dalam kebijakan
moneter ialah menjaga stabilitas ekonomi dengan mengatur dan
menetapkan peredaran uang di masyarakat.
2. Mengontrol Inflasi
Supaya bisa menekan inflasi, tentunya Bank Indonesia melakukan
penetapan terhadap kebijakan yang tujuannya membatasi peredaran uang di
masyarakat dan menjaga ketersediaan uang di bank. Yang mana, suatu
tujuan yang terkandung di dalam kebijakan moneter ialah mengontrol
inflasi.
3. Mendorong Terjadinya Peningkatan terhadap Lapangan Pekerjaan
Tujuan yang terkandung di dalam kebijakan moneter Bank Indonesia
selanjutnya yakni mendorong terjadinya peningkatan terhadap lapangan
pekerjaan. Dengan stabilnya uang yang beredar mengakibatkan
peningkatan terhadap kegiatan produksi. Melalui peningkatan ini, tentunya
dibutuhkan sumber daya untuk mengelolanya. Yang mana persoalan ini bisa
menjadi suatu lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
4. Menjaga Stabilitas Harga Barang di Pasar
Tujuan yang terkandung di dalam kebijakan moneter ini harapannya dapat
menjaga stabilitas harga pasar. Di saat harga yang beredar di pasar menjadi
stabil, tentunya mengakibatkan timbulnya kepercayaan di hati masyarakat
atas tingkat harga saat ini dan diwaktu yang akan datang. Yang mana
mengakibatkan tingkat daya beli antar periode tetap sama. Kestabilan harga
ini dapat dikelola dengan keseimbangan peredaran uang, permintaan
barang, dan produksi barang.
5. Menjaga Keseimbangan Neraca Pembayaran Internasional
Kebijakan moneter tidak sekadar memberi suatu pengaruh kepada kegiatan
pada sektor ekonomi di dalam negeri saja, akan tetapi turut luar negeri.
Suatu tujuan yang terkandung di dalam kebijakan moneter ialah menjaga
keseimbangan neraca pembayaran Internasional. Perwujudan terhadap
persoalan ini bisa dilakukan dengan menstabilkan jumlah barang ekspor dan
impor sama besarnya. Disebabkan hal tersebut, bukan menjadi suatu hal
yang mengherankan apabila pemerintah kerap mengevaluasi persoalan ini.
6. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Semua dampak terhadap kebijakan moneter ini harapannya bisa
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Karena demi mewujudkan tujuan
tersebut, tentunya dibutuhkan keberhasilan di setiap komponennya.
Contohnya, dengan adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, kontrol
tingkat inflasi, aktivitas produksi dan permintaan barang, dan berbagai
aktivitas lainnya.
1.2.3 Kebijakan Fiskal
Teori Keynes merupakan pedoman di dalam filosofi kebijakan ini dimana
timbul sebagai reaksi yang ditimbulkan oleh depresi besar yang berlangsung di
dalam sistem ekonomi Amerika di tahun 1930-an. Kritik yang Keynes sampaikan
kepada ahli ekonomi Klasik yakni perekonomian akan senantiasa full employment.
Akan tetapi sistem pasar bebas yang Keynes kemukakan tidak serta merta
menyelesaikan keadaan dari pekerjaan penuh, hal ini dikarenakan dibutuhkannya
peran serta dari pemerintah untuk membentuk suatu kebijakan, yakni kebijakan
fiscal dan moneter. Hal ini disebabkan, setiap bertambahnya belanja negara
bukanlah sekadar melakukan perelokasian terhadap sumber daya dari sektor swasta
kepada pemerintah, akan tetapi dibarengi dengan adanya multiplier effect terhadap
belanja tersebut. (Mankew, 2013:303) Teori angka pengganda fiskal yang Keynes
sampaikan ini berdasar kepada pemikiran bahwa ekspansi fiskal bisa
mengakibatkan dampak pengganda pada permintaan agregat yakni kemampuan
penawaran agregat ketika memberikan respon atas meningkatnya permintaan
agregat, yang mana kenaikan harga tidak akan terjadi.
1.2.4 Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan kebijakan fiskal adalah, sebagai berikut:
1. Mengakibatkan peningkatan atas kualitas dari Sumber Daya Manusia
(SDM)
Suatu masalah yang dihadapi pada sektor perekonomian di Indonesia
hingga sekarang ialah permasalahan yang berkaitan dengan pengangguran
yang diakibatkan oleh kurangnya SDM. Kebijakan fiskal dipercaya bisa
menyelesaikan masalah ini dengan program untuk meningkatan kualitas
SDM. Melalui terdapatnya program untuk meningkatkan kualitas SDM
harapannya tenaga kerja yang sudah berada di rentang usia produktif sudah
mempunyai suatu keahlian yang mana mereka dapat berkompetisi di dunia
kerja. Hal ini mengakibatkan masalah yang berhubungan terhadap
pengangguran bisa diselesaikan melalui terdapatnya kebijakan fiskal.
2. Mengontrol stabilitas harga
Kenaikan harga barang dapat timbul melalui sejumlah aspek, dimulai
dengan demand pasar sampai dengan timbulnya fenomena monopoli yang
dijalankan oleh sejumlah oknum. Dalam hal ini pemerintah menerbitkan
kebijakan fiskal dengan tujuan mencegah terjadinya hal tersebut, yang mana
hal ini bisa mengakibatkan peningaktan harga. Suatu tujuan dari
dibentuknya suatu kebijakan fiskal ialah mengontrol harga barang supaya
senantiasa dapat masyarakat jangkau dan mencegah lonjakan dan
penurunan harga secara signifikan dikarenakan ulah dari pihak yang tidak
bertanggung jawab.
3. Menjaga dan juga melakukan pengembangan terhadap perekonomian
negara
Selayaknya yang telah diuraikan di atas, apabila kebijakan fiskal melalui
pengelolaan terhadap penerimaan dan pengeluaran negara dalam rangka
supaya ekonomi pada sebuah negara senanitasa bertumbuh. Dikarenakan
hal tersebut, penerapan terhadap kebijakan fiskal bisa menciptakan
sejumlah inovasi baru dan memberikan pengaruh kepada segenap sektor
perekonomian negara, yang mana pertumbuhan ekonomi dari suatu negara
bisa terjadi secara baik.
4. Terwujudnya keadilan sosial
Dengan kebijakan fiskal yang mengelola terkait penerimaan dan
pengeluaran negara ialah untuk mengupayakan terwujudnya kesejahteraan
dan perlindungan sosial. Suatu tindakan yang pernah dijalankan guna
mewujudkan keadilan sosial ialah melalui Program Pemulihan Ekonomi
Nasional yang Kementerian Keuangan keluarkan agar masyarakat ekonomi
bawah dan rentan dapat bertahan diakibatkan fenomena Covid-19.
Persoalan ini bisa mengakibatkan terwujudnya keadilan sosial yang dapat
senegap masyarakat Indonesia rasakan.
5. Mendorong laju investasi
Guna membentuk suatu iklim investasi yang lebih baik bagi pelaku pasar
modal yang mana menjadi tujuan dari kebijakan fiskal, maka yang dapat
dilakukan ialah dengan menstabilkan ekonomi. Hal ini dikarenakan
transaksi paling besar pada perekonomian Indonesia berasal dari investasi
yang masuk. melalui kestabilan ekonomi ini bisa membentuk suatu rasa
kepercayaan di dalam diri investor untuk melakukan penanaman terhadap
modal yang dimilikinya, yang mana negara turut mendapatkan pajak yang
lebih besar lagi melalui banyaknya investor yang masuk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Covid-19
Organisasi Kesehatan Dunia di tahun 31 Desember 2019 memperoleh laporan
mengenai sebuah penyakit di kota kota Wuhan, provinsi Hubei, China. Pada awal
Januari 2020, Pemerintah China menemukan bahwa mereka telah menemukan
virus corona, penyakit yang mempengaruhi saluran pernapasan. Virus corona atau
Covid-19 secara cepat sudah mengalami penyebaran ke berbagai negara dan dalam
waktu kurang dari dua bulan . Virus tersebut sudah mengalami penyerangan kepada
lebih dari 100 negara (termasuk Indonesia), membunuh lebih dari 3.800 orang dan
memberikan penularan kepada 111.000 orang. Untuk menahan penyebaran
COVID-19 dunia memberlakukan lockdown. Di Indonesia sendiri melakukan
penerapan terhadap Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang yang diatur
oleh pemerintah pusat. Virus corona mmebrikan dampak di segala aspek kehidupan
di dunia. Virus corona memberikan dampak di segala aspek kehidupan di dunia.
Bukan hanya dampak di bidang kesehatan namun di bidang sosial, ekonomi,
pendidikan, pekerjaan dan politik. Berikut ini adalah penjelasan dari dampak pada
aspek kehidupan sejak ada covid-19 :
2.1.1 Dampak Pada Bidang Kesehatan
Covid-19 adalah sebuah penyakit baru yang menyebabkan terjadinya infeksi
sistem pernafasan baik yang ringan maupun akut serta radang paru. Covid-19
menyebar sangat cepat akan tetapi bisa berbahaya bagi sesorang yang lanjut usia
dan seseorang yang memiliki riwayat penyakit bawaan misalnya jantung, penyakit
diabetes serta seseorang yang mempunyai penyakit gangguan pernapasan akut.
Pada awal November 2022 ini. Benua Eropa menjadi benua dengan angka kasus
virus covid-19 paling banyak yakni sebesar 234.412.948 kasus. Kemudian Amerika
Serikat menjadi negara dengan angka kasus virus covid-19 paling banyak yaitu
sebesar 99.374.721 kasus. Untuk Indonesia berada pada urutan 20
dengan 6.497.786 kasus, dimana 158.663 meninggal dunia, dan 6.311.861 orang
sembuh.
Berikut ini adalah sepuluh negara yang mempunyai jumlah kasus covid-19
tertinggi di seluruh Dunia.
1. Amerika Serikat dengan 99.374.721 kasus dan 1.095.315 meninggal.
2. India dengan 44.654.638 kasus dan 529.077 meninggal.
3. Prancis dengan 36.813.385 kasus dan 156.994 meninggal.
4. Jerman dengan 35.619.687 kasus dan 153.694 meninggal.
5. Brasil dengan 34.870.394 kasus dan 688.205 meninggal.
6. Korea Selatan dengan 25.615.667 kasus dan 29.209 meninggal.
7. Inggris dengan 23.898.489 kasus dan 193.673 meninggal.
8. Italia dengan 23.531.023 kasus dan 179.101 meninggal.
9. Jepang dengan 22.360.872 kasus dan 46.711 meninggal.
10. Rusia, dengan 21.434.758 kasus dan 390.247 meninggal
2.1.2 Dampak Pada Bidang Sosial
Dalam menanggulangi penyebaran Covid-19 cara yang dilakukan adalah
dengan menjaga jarak sosial. Bersandar kepada Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit AS (CDC), yang dimaksud social distancing ialah
menghindari pertemuan di tempat yang ramai dan menjaga jarak 2 meter. Hal
tersebut termasuk kebijakan dalam melakukan pekerjaan, melakukan ibadah di
rumah, dan belajar. Social distancing berdampak besar pada kehidupan sosial
masyarakat Indonesia yang dikenal sangat guyup rukun (misalnya masyarakat saat
merayakan pernikahan, menghadiri upacara adat, kumpul bersama keluarga dan
rekan kerja, dll). Tentu saja, sejak mewabahnya virus Covid-19, persoalan tersebut
sudah tidak memungkinkan lagi.
2.1.3 Dampak Pada Bidang Ekonomi
Dampak paling besar akibat covid-19 yaitu pada sektor ekonomi. Dibuktikan
dengan proyeksi pemerintah Indonesia bahwa perekonomian hanya tumbuh -0,4-
2,3% pada 2020. Walaupun begitu pemerintah Indonesia masih optimis dimana
pada tahun 2021 perekonomian diestimasikan mengalami peningkatan 4,5-5,5%.
Sejumlah lembaga keuangan internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dari tahun 2020-2023. Sejumlah riset memprediksi covid-19 bisa
menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 1-4%.(Suryahadi, 2020:11) .
Gambar 1
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020-2023

Sumber: Suryahadi, et all (2020)


Kementerian Keuangan melalui Badan Kebijakan Fiskal (BKF) membuat
proyeksi mengenai peningkatan pengangguran dan pertumbuhan kemiskinan saat
Covid-19. Proyeksi ini disususn oleh Febrio Nathan Kacaribu selaku kepala BKF.
Proyeksi ini diantaranya perhitungan dasar (normal), berat dan sangat yakni untuk
perkirakan tingkat dasar, proyeksi untuk pengangguran terbuka (TPT) sejumlah
5,18% - 9,02% sedangkan kemiskinan pada angka 9,18% - 10,98% pada
perhitungan sangat berat.
Gambar 2
Proyeksi Pengangguran dan Kemiskinan Indonesia 2020

Sumber :katadata.co.id
BKF Kementerian Keuangan telah membentuk suatu sebuah proyeksi
kenaikan angka kemiskinan tahun 2020 diakibatkan oleh pandemi Covid-19.
Tingkat kemiskinan yang terjadi di Jawa mengalami peningkatan yang sangatlah
pesat, dengan jumlah penduduk miskin di Jawa diperkirakan mencapai 2,75 juta.
Sumatera meningkat menjadi 1,11 juta dan Sulawesi menjadi 300.000. Selain itu,
Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan sebesar 250 ribu jiwa. Untuk Maluku dan
Papua, jumlah penduduk miskin diproyeksikan meningkat menjadi 190.000 ribu
jiwa.
Gambar 3
Proyeksi Pengangguran dan Kemiskinan Indonesia 2020

Sumber :katadata.co.id
Pandemi COVID-19 berdampak kepada perubahan rata-rata pengeluaran
rumah tangga per kapita antara tahun 2019 dan 2020., dengan perkiraan turun -
1,17% menjadi -2,88%, apabila pertumbuhan pada tahun 2020 diperkirakan
sejumlah 4.2% dan 3%, Tetapi, penurunan itu bisa melambung hingga -4.16%, -
5.44%, dan -5.72% jika pertumbuhan tahun 2020 diperkirakan mengalami
perlambatan di tiap sektornya hingga 2,1% , 1,2% , dan 1 %. (Suryahadi, et all
2020: 8)
Tabel 1
Hasil Estimasi rata-rata pengeluaran pendapatan per kapita Rumah Tangga
Tahun 2020

Sumber : Suryahadi, et all (2020)


Terdapat tiga regulasi yang sudah pemerintah Indonesia keluarkan untuk
mengurangi dampak ekonomi serta dampak sosial dari Covid-19. Tiga regulasinya
ialah, sebagai berikut :
1. Perppu No. 1 Tahun 2020 terkait kebijakan keuangan
2. PP No. 21 Tahun 2020
3. Kepres No. 11 Tahun 2020 tentang peraturan Pembatasan Berskala Besar
dan darurat kesehatan di masa pandemic Covid-19
Pengamat ekonomi mewaspadai hal terburuk apabila kerugian yang bisa
timbul dari engangguran yang meningkat dikarenakan kebijakan lockdown yang
dikeluarkan oleh pemerintah , hal ini di sebabkan oleh masyarakat tidak beraktivitas
di luar rumah yang mana mengakibatkan terhambatnya aktivitas produksi dan
distribusi. Pelajaran yang bisa kita petik dari pemerintah China adalah sudah sukses
dan penuh kesigapan dalam bertindak menangani Covid-19. Misalnya,
menyediakan unit perawatan intensif dan perluasan kapasitas rumah sakit.
melakukan pembangunan rumah sakit sementara, dan produksi massal peralatan
kesehatan, seperti ventilator dan masker dimana peralatan kesehatan ini sangat
dibutuhkan masyarakat. Sementara itu, fasilitas medis harus diberikan dana yang
kemudian digunakan guna menjalankan disinfeksi di ruang publik. Suatu persoalan
paling penting di masa pandemi Covid-19 yaitu tetap menjaga dan mendorong
terjadinya peningkatan atas kualitas kebersihan lingkungan. Penting juga untuk
mengidentifikasi semua kasus yang ada, dikarenakan persoalan ini adalah upaya
yang bisa menolong banyak nyawa (Sikki, 2020:13).
2.1.4 Dampak Pada Bidang Pendidikan
Di dalam sektor Pendidikan dampak yang dirasakan adalah pada saat proses
pembelajaran dilakukan di rumah menggunakan media daring seperti zoom, google
meet, atau penugasan melalui edmodo, dan lain sebagainya. Dalam proses
pembelajaran secara daring terdapat factor yang menggangu pelaksaan pembelaran
ini, antara lain :
1. Kurangnya penguasaan teknologi oleh pengajar maupun oleh murid.
2. Terbatasnya kepemilikan teknologi , persoalan ini disebabkan tidak seluruh
orang mampu untuk melakukan pembelian terhadap perangkat teknologi
yang digunakan untuk pembelajran daring.
3. Jaringan internet yang terkadang susah, khusunya untuk daerah yang
terpencil.
4. Pengeluaran yang dimeluarkan guru dan murid menjadi lebih banyak
karena digunakan untuk membeli kuota internet untuk menunjang
pembelajaran daring .
2.1.5 Dampak Pada Bidang Pekerjaan
Pada bidang pekerjaan banyak orang menganggur, dikarenakan perusahaann
tempat bekerja melakukan pengurangan pegawai untuk mencegah penyebaran
covid-19, banyak langkah-langkah berat yang digunakan oleh perusahaan untuk
memepertahankan bisnis perusahaan , itu semua dilakukan mengurangi kerugian
akibat covid -19.
2.1.6 Dampak Pada Bidang Politik
Pada Bidang Politik beberapa negara dampaknya membuat kegiatan
legislative di tangguhkan terlebih dahulu. Banyak pejabat di pemerintahan yang
terkena covid-19 sehingga harus melakukan isolasi, bahkan banyak pejabat
pemerintahan yang meninggal dunia, untuk proses pemilihan umum mungkin akan
dijadwalkan ulang untuk mengurangi penyebaran virus. Di Indonesia sendiri situasi
politik pada saat pandemi kurang baik. Hal ini dikarenakna media kadang
memberikan informasi yang memperburuk masyarakat, Berdasarkan hal tersebut
biasanya masyarakat kurang percaya akan pemerintah.
2.2 Penerapan Kebijakan Fiskal Indonesia Pada Saat Covid-19
Menurut PERPU Nomor. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan dan Stabilitas
Sektor Keuangan Negara yang mulai dilaksanakn sejak 31 Maret 2020, penerapan
kebijakan fiskal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dari pendapatan domestik bruto untuk periode menangani covid-19 hingga
tahun fiskal 2022 serta defisit bisa kembali ke angka tertinggi yaitu sejumlah 3
% di 2023 dan hal ini digunakan untuk menetapkan batas defisit Anggaran
Negara diatas 3% .
2. Terdapat tarif pajak baruyang disesuaika, untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
a) Pada tahun 2022 pajak pendapatan perusahaan menjadi 20%, sebelumnya
tarif pajak pada tahun 2020 dan 2021 sebesar 22%
b) Pada Pajak Penghasilan Badan Terbuka akan kena tarif pajak 3% lebih
rendah pajak penghasilan, hal ini untuk Publik yang memiliki kriteria
jumlah saham yang disetor bisa dilakukan jual-beli minimal sejumlah 40%
melalui berbagai syarat tertentu
3. Pelaksanaan pajak yang semakin mudah, lebih jelasnya sebagai berikut :
a) Perpanjangan hingga 6 bulan untuk pengajuan keringanan pajak
b) Sampai kurun waktu 1 tahun untuk masa pengembalian pajak
c) Perpanjangan selama 6 bulan untuk waktu jatuh tempo mengenai klaim
untuk mengembalikan pajak, mengurangi atau menghapus sanksi pajak
keberatan pajak
4. Barang impor untuk pegembangan industri dalam negeri dibebaskan cukai dan
kepabeanan
Terus menjaga kontinuitas fiskal pada tahun 2020 merupakan komitmen
pemerintah Indonesia. Terdapat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara
hingga bulan April 2020 sejumlah Rp74,47 triliun persoalan tersebut sama dengan
0,44 % pendapatan domestik bruto. Kemudian untuk pembiayaan sampai dengan
April 2020 sebesar Rp221,84 triliun melonjak sejumlah 53,58 % (yoy), dimana
sumbernya dari pembiayaan hutang.
Pada awal bulan Maret silam, diakibatkan oleh ketidakpastian situasi yang
diakibatkan covid-19 menyebabkan sentimen negatif pasar keuangan. Namun sejak
April situasi pasar uang dianggap mulai stabil walaupun begitu tetap harus dipantau
volatilitasnya. Pada bulan yang sama SUN dalam global bonds di terbitkan
pemerintah. Guna mendorong biaya yang timbul diakibatkan covid-19, hal tersebut
dijalankannya strategi pembiayaan APBN 2020 .
Kemudian pemerintah Indonesia mensinergikan Bank Indonesia di dalam
SKB No 190/KMK.08/2020 untuk Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Indonesia , untuk melakukan antisipasi terhadap keadaan yang bisa membahayakan
stabilitas keuangan Indonesia diakibatkan oleh covid-19. Berdasarkan SKB
tersebut Bank Indonesia bisa melakukan pembelian terhadap Surat Berharga
Negara jangka panjang yang mempunyani sifat tradable pada pasar perdana.
Dilaksankan dalam 2 tahap, yakni saat rangkaian lelang SBSN serta SUN pada
tanggal 21 dan 28 Aaril 2020. PP nomor 23 tahun 2020 tentang Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN yang diperkenalkan pemerintah Indonesia, hal tersebut adalah
upaya memberdayakan UMKM akibat covid-19 dimana sulit iprediksi yang
menyebabkan sistem perekonomian Indonesia menjadi lemah. Tetapi kebijakan
fiska tetap l pemerintah terapkan dalam menjaga kestabilan perekonomi Indonesia.
Angka defisit di proyeksi pemerintah dimana APBD mengalami pelebaran 6,27
persen terhadap PDB. Pemerintah harus senantiasa memprioritaskan prinsip kehati-
hatian, akuntabel dan transparan dalam pemenuhan kebutuhan belanja Negara
utamanya dimana memprioritaskan covid-19 serta untuk memulihkan
perekonomihan diakibatkan covid-19. (Puspasari, Rahayu, 2020).
2.3 Analisa Mengenai Kebijakan Fiskal Indonesia Pada Saat Covid-19
Sudah banyak penelitian yang telah dilakukan dalam melakukan analisa
terhadap kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah indonesia. Penilitian-
penilitian yang sudah dilakukan diantarnya mengenai fleksibilitas pajak menjadi
intrumen kebijakan fiskal dalam menangani krisis akibat covid 19. Adiyanta (2020)
memaparkan bahwa melalui strategi kebijakan fiskal yang relatif baik serta sukses
menjalankan reformasi peraturan dan sistem perpajakan modern mengakibatkan
kesuksesan yang akan bangsa Indonesia rasakan untuk terbebas dari krisis ekonomi.
Pengalaman tersebut menjadi pelajaran yang penting untuk pemerintah Indonesia
karena bertujuan membuat kebijakan dan antisipasi atas dampak keuangan dan
moneter akibat pandemi covid-19, dapat disimpulkan:
1. Pajak digunakan untuk instrument kebijakan fiskal yang mempunyai peran
dalam mengatur dan menjaga stabilitas perekonomian Indonesia akibat dari
relaksasi dan kontraksi ekonomi, dimana dari sisi peneriman negara yang
berkelanjutan bersifat fleksibel
2. Melakukan pengoptimalan fungsi dari alokasi anggaran belanja negara yang
seimbang sebagai pelaksana kebijakan fiskal dimana sukses mendorong
terjadinya peningkatan terhadap daya saing investasi dan upaya untuk
mengantisipai melemahnya perekonomian global sebagai akibat dari pandemi
covid-19 .
Penilitian lain yang dijalankan oleh Silalahi, et all (2020: 156) tentang
kebijakan fiskal pemerintah Indonesia, dimana pemerintah menitikberatkan kepada
kebijakan dari sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Target penerimaan atas pajak,
realokasi pendapatan untuk APBN 2020 dan menjalankan digitalisasi pajak yang
dimana ini dilakukan revisi untuk mencapai target penerimaan negara. Mengurangi
defisist APBN pada sisi pengeluaran negara sama seperti sebelumnya pada sisi ini
pemerintah juga melakukan revisi anggara . Tahapan stimulus anggaran yang
pemerintah lakukan sebanyak 3 kali , yakni :
1. Pertama pada bulan Februari sejumlah Rp 8,5 triliun dalam rangka
memperkokoh perekonomian negara untuk sektorpariwisata,
2. Kedua sebesar Rp 22,5 triliun yang penganggarannya dilakukan di bulan
Maret.
3. Dan yang ketiga pemerintah melakukan kebijakan fiskal dan nonfiskal yang
bertujuan guna memberikan suatu dorongan kepada sektor industri serta agar
memudahkan kegiatan ekspor dan impor, dana yang dikeluarkan sebesar Rp.
405 triliun pada akhir bulan Maret digunakan untuk dana kebijakan kesehatan.
Setelah penerapan kebijakan fiskal kepada pendapatan dan belanja negara
dalam upaya guna menjaga kestabilan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Pemerintah harus lebih menitikberatkan terhadap pernaan dari pendapatan yang
diperoleh dari PPN dan PPh pada sisi penerimaan . Pemerintah seharusnya
memperhatikan aspek realisasi penggunaan dana di bagian pengeluaran, dana
tersebut harus diperhatikan pemerintah supaya tepat sasaran serta fokus pada
kegiatan prioritas dalam mencegah pandemi covid-19. Pemerintah dalam menakan
defisit anggaran dari bebagai pembiayaan yang dilakukan melakukan revisi atau
refocusing APBN suapaya bisa mengoptimalkan penggunaannya saat pandemic
covid-19. (Silalahi, et all. 2020:166)
2.4 Penerapan Kebijakan Moneter Indonesia Dalam UU No. 23 tahun 1999
Pada Saat Covid-19
Penerapan Kebijakan Moneter di indonesia Indonesia terdapat pada UU No.
23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia, tentang fungsi Bank Indonesia dalam
menjaga kestabilan moneter serta menjaga kestabilan keuangan, kedua hal tersebut
saling berterkaitan dalam upaya menunjang menstabilkan nilai rupia. Sebagai
sebuah lembaga yang melakukan penetapan terhadap kebijakan moneter negara
yang tercantum pada PERPU No 1 Tahun 2020, Bank Indonesia diberikan
wewenang untuk:
1. Pada bank sistematik ataupun selain bank sistematik dapat diberi pinjaman
likuiditas jangka pendek
2. Melalui repo utang Pemerintah lewat perbankan dapat memberikan suatu akses
untuk menyalurkan dana di sektor swasta
3. Jika ada bank sistemik dimana sebelumnya sudah mendapatkan pinjaman
likuiditas jangka pendek namun masih menjumpai suatu kesulitan likuiditas
kepada Bank Indonesia bisa menerima pengajuan pinjaman likuiditas khusus .
Selain pemaparan kebijakan dari Bank Indonesia di atas, aturan lainnya yaitu
pemerintah turut melakukan pengaturan terhadap program penjaminan tida
termasuk program penjaminan simpanan. Pemerintah menerbitkans sebuah
peraturan guna melakukan pencegahan terhadap krisis sistem finansial yang lebih
dalam. Otoritas Jasa Keuangan melalui situs resminya, memberikan pernyataan
bahwa Otoritas Jasa Keuangan sudah memberikan respon terhadap kondisi
perekonomian Indonesia sekarang dibuktikandengan dilakukannya penerbitan
terhadap Peraturan OJK No. 11/PJOK. 03/2020, sebagai kebijakan counter cyclical
mengenai stimulus terhadap perekonomian nasional dari dampak pandemic covid-
19. Diberlakukan bagi seluruh lembaga keuangan konvensional ataupun syariah
dan diberlakukan sampai 31 Maret 2021. Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan adalah
mendukung implementasi dari sejumlah kebijakan oleh Bank yang memberi suatu
dorongan pada pertumbuhan ekonomi UMKM dan debitur akibat dari pandemi
covid-19 dan yang menghadapi kesulitan untuk membayarkan hutang kepada Bank.
Sejumlah kebijakan tersebut, diantaranya:
1. Melakukan peningkatan kualitas pembiayaan , melakukan penilaian kualitas
kredit, serta memberikan aturan mengenai kualitas aset.
2. Perlakuan khusus sesuai dengan POJK terhadap penyaluran Kredit lain yang
baru oleh Bank kepada debitur.
3. Bank menjalankan pelaporan berkala semenjak akhir April 2020.
Otoritas Jasa Keuangan memberikan perintah terhadap lembaga jasa keuangan
agar bisa menjalankan suatu konsolidasi atau konversi, melakukan penggabungan,
serta melakukanpengecualian hutang sejumlah lembaga keuangan agar
menjalankan pengungkapan di pasar modal, ketentuan untuk teknologi informasi
harus tepat serta mengenai hukuman yang diberikan pada sejumlah individu yang
secara penuh kesengajaan mengabaikan atau menghalangi kewenangan Otoritas
Jasa Keuangan, hukumannya yaitu minimal 4 sampai dengan 12 tahun penjara dan
denda sejumlah Rp 10 sampai dengan 300 Miliar. Denda minimum 1 triliyun untuk
perusahaan yang melakukan pelanggaran.
2.5 Analisa Mengenai Kebijakan Moneter Indonesia Pada Saat Covid-19
Dampak yang timbul diakibatkan oleh pandemi covid-19 memberikan
dampak terhadap fluktuasi ekonomi pada pergerakan yang negatif dimana dalam
penilitian ini dapat disimpulkan pasar cenderung ke arah negatif, hal tersebut
disebabkan oleh tingkat sentiment investor yang rendah terhadap pasar. Kebijakan
fiskal dan moneter memberikan langkah strategis dimana ini sangat dibutuhkan
serta diharapkan bisa memberikan dorongan pada ekonomi indonesia.
Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan ekonomi global yang cukup
signifikan, terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas ekspor Indonesia ke
China. Didasarkan pada analisis sensitivitas dimana menguraikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia sangatlah dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi
global yang terjadi sekarang. Dalam mempertahankan kebijakan pembatasan biasa
memberikan dampak kepada berlanjutnya penurunan ekonomi, dimana tidak bisa
tertolong walaupun menggunakan sejumlah insentif dan stimulus yang sudah
pemerintah keluarkan. Pada sisi lain dengan tidak menjaga jarak bisa memberikan
risiko pada penambahan jumlah korban diakibatkan oleh virus covid-19. Pada saat
new normal di Indonesia, banyak instansi pemerintah seperti Bappenas, sudah
mempersiapkan protokol kesehatan agar masyarakat merasa aman dalam
melakukan aktivitas. Untuk mencerminkan kebutuhan dan berpihak pada
masyarakat kecil harus menyusun skala penanganan yang tepat,masyarakat yang
dimaksud adalah golongan masyarakat yang paling terkena dampak dari covid-19,
penguatan basis data untuk penanganan dan pemerintah ikut campur tangan
mengenai sosial ekonomi secara langsung. Penyusunan roadmap harus
mempertimbangkan mempertimbangkan gambaran kewilayahan secara mutlak.
Lebih memperhatikan Ciri khas suatu wilayah harus diperhatikan sebab ada
heterogenitas hal tersebut adalah akibat dari covid-19, selain itu juga ada
keunggulan komparatif dimana berbeda untuk seluruh wilayah di Indonesia.
Indonesia seharusnya menyiapkan sebuah program perlindungan sosial dimana bisa
membantu orang miskin baru, tidak termasuk orang miskin lama. Dalam
melakukan pemastian terhadap efektivitas sosial terhadap program perlindungan,
perlunya Indonesia mengakaji ulang terhadap pengalaman di dalam program yang
sama di krisis yang dulu , dan Indonesia harus mempelajari penanganan yang
dilakukan oleh negara lainnya .
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pemerintah Indonesia perlu menerapakan kebijakan fiskal untuk unsur
pendapatan dan pengeluaran yang di lakukan pemerintah, hal tersebut dilakukan
guna menjaga pertumbuhan dan kestabilan ekonomi di Indonesia, upaya ini
dilakukan guna melakukan penanganan terhadap dampak yang timbul dari pandemi
covid-19 . Pemerintah harus memperhatikan pada bagian pendapatan, dengan
pemerintah mengoptimalkan kontribusi pada pendapatan, terutama dari PPN dan
PPh. Termasuk di dalamnya ialah pada sistem perpajakan, kedinamisan strategi
kebijakan fiskal dan juga melakukan upaya pembaharuan terhadap sistem
perpajakan nasional dengan reformasi regulasi dan administrasi perpajakan
modern. Di sisi pengeluaran, realisasi terhadap pemanfaatan dana untuk menangani
Covid-19 ini supaya tepat terhadap sasaran dimana memprioritaskan langkah untuk
mencegah pandemi Covid-19 seharusnya lebih pemerintah perhatikan. Pemerintah
harus mengurangi defisit anggaran melalui revisi kepada anggaran yang disusun di
dalam APBN supaya anggaran yang digunakan lebih oprimal sepanjang masa
pandemi Covid-19 terjadi.
Pemerintah Indonesia perlu menerapakan kebijakan moneter dengan
melakukan penyusunan terhadap prioritas penanganan yang tepat ketika
mengestimasikan kebutuhkan dan juga berpihak pada masyarakat kecil yang paling
merasakan dampak dari fenomena ini, dan juga memperkokoh basis data guna
menangani dan berperan serta secara langsung di dalam sektor sosial ekonomi, serta
lebih menitik beratkan kepada comparative advantage yang tiap daerah miliki,
melalui heterogenitas dampak yang timbul diakibatkan oleh pandemi Covid-19 ini.
Di samping belajar dari pengalaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk
menghadapi krisis perkonomian yang lalu, seharusnya bangsa Indonesia turut
melakukan peninjauan terhadap sejumlah tahapan yang ditempuh dalam kebijakan
perekonomian dari negara lain.
3.2 Saran
Pemerintah Indonesia harus menerapkan kebijkan fiskal dan kebijakan
moneter dengan baik agar mampu mengurangi dampak dari pandemi covid-19
untuk menjaga pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, serta Indonesia harus belajar
daru krisis pada masa lalu dan cara penanganan dari negara lain untuk menangani
pandemi covid-19. Hal tersebut perlu dilakukan agar masyarakat merasa dilindungi
dan merasa aman dari dampak yang ditimbulkan pandemi covid-19 , walaupun pada
kenyataannya dampakanya sudah dirasakan di berbagai bidang.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyanta, FC.Susila. (2020). Fleksibilitas Pajak sebagai Instrumen Kebijaksanaan


Fiskal untuk Mengantisipasi Krisis Ekonomi sebagai Akibat Dampak
Pandemi Covid-19, Administrative Law & Governance Journal. Volume 2
Issue 1: 162-181

Cazacu, A. M. (2015). Fiscal-Monetary Policy Interaction. Svar Evidence From A


Cee Country. European Scientific Journal, 45 (3), 1857 – 7881.

Hertinawati, H. (2021). Analisa terhadap Kebijakan Fiskal dan Moneter Indonesia


dalam Menghadapi Wabah Pandemi Covid-19. Jurnal SEKURITAS
(Saham, Ekonomi, Keuangan dan Investasi), 4(2), 118-130.

Indonesia (2020). Surat Perintah, SP – 27 /KLI/2020: 1-5 Tentang: Pemerintah


Waspada Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia..
Jakarta : Kementrian Keuangan

Indonesia. (2020). Perpu No. 1 tahun 2020 Tentang : Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas SIstem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Diseas 2019 (Covid-19) dan atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Internasional dan/ atau Stabilitas
SIstem Keuangan. Jakarta: Sekertariat Negara.

Katadata.co.id (2020)

Mankiw, N. G. (2013). Macroeconomics Eight Edition. New York: Worth


Publishers

Nainggolan, Edward UP. (2020). Kebijakan Fiskal dan Moneter menghadapi


Dampak Covid19, djkn.kemenkeu.go.id.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13017/Kebijakan-Fiskal-
dan-MoneterMengadapi-Dampak-Covid-19.html

OJK. (2020) Tentang OJK ojk.co.id:https://www.ojk.go.id/id/tentang-


ojk/Pages/Tugasdan-Fungsi.aspx.

OJK. (2020). Ringkasan eksekutif Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 11/PJOK.
03/2020, tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan
countercyclical dampak penyebaran Covid-19 (PJOK Stimulus Dampak
Covid-19). Pokok-pokok pengaturan POJK Stimulus Dampak COVID-19.
Jakarta : OJK
Puspasari, Rahayu. (2020) Kebijakan Fiskal Pemerintah Yang Pruden Dalam
Menghadapi Pandemi,
kemenkeu.go.id.https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-
pers/siaranpers-kebijakan-fiskal-pemerintah-yang-pruden-dalam-
menghadapi-pandemi/

Sikki, Kaisar Lahiya. (2020). Kebijakan Ekonomi Arab Saudi dalam


Mengantisipasi Pandemi Covid-19, Journal of Islamic Civilization. Volume
2, No. 1: 8-16

Silalahi, et all. (2020). Strategi Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia dalam


Menghadapi Dampak Pandemi COVID-19. Jesya : Jurnal Ekonomi &
Ekonomi Syariah Vol 3 No 2: 156-167

Suryahadi, Asep et all. (2020). The Impact of Covid-19 Outbreak on Poverty : An


Estimation for Indonesia. Smeru working Paper. The Smeru Research
Institute, Jakarta.

WHO. (2020). Q&A on Coronaviruses (COVID-19). Who.int. :


https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-
2019/question-andanswers-hub/q-a-detail/q-a-
coronaviruses#:~:text=symptoms.

WHO. (2020). WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard, covid-


19.who.int.
https://covid19.who.int/?gclid=Cj0KCQjw6575BRCQARIsAMpksOTQFl
FjoxhXSLH8v0SFJtdF-cWI5KbZm

Anda mungkin juga menyukai