Anda di halaman 1dari 9

Indonesia terancam Resesi, Covid-19 Penyebab atau Pendorong

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ekonomi Makro

Disusun Oleh :

Fitria Elsa Nur Rachman

2020116027

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SAHID
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
C. Pembahasan.......................................................................................................................... 4
Penyebab Resisi Ekonomi Indonesia ....................................................................................... 4
Dampak Terjadinya Resesi Akibat Covid - 19 ........................................................................ 5
Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Resesi Ekonomi ........................................................... 5
D. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSAKA ...................................................................................................................... 9

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini perekonomian global termasuk Indonesia mengalami ketidakpastian dan mengarah pada
resesi ekonomi karena pandemi Covid-19. Perekonomian Indonesia hingga saat ini masih
dibayangi oleh virus Corona. Terutama di tengah kembali mengganasnya virus asal China ini di
dalam negeri.Penyebaran virus Corona atau Covid-19 kembali melonjak setelah libur lebaran
bulan lalu. Meski larangan mudik telah ditetapkan pemerintah, namun masih banyak warga yang
nekat melakukannya.
Ketidaktaatan sebagian warga ini membuat penyebaran virus semakin luas. Tercermin dari angka
peningkatan kasus yang terus mencatatkan rekor baru. Rekor tertinggi harian tercatat kemarin,
Kamis (24/6/2021) dengan penambahan 20.574 kasus positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2021 mencapai Rp3 969,1 triliun dan
atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2 683,1 triliun.
Ekonomi Indonesia triwulan I-2021 terhadap triwulan I-2020 mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 0,74 persen (yoy). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 13,12 persen. Sementara itu, dari sisi
pengeluaran Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah
Tangga (PK-LNPRT) menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 4,53 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan I-2021 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 0,96 persen (qtq). Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi
pada Lapangan Usaha Jasa Pendidikan sebesar 13,04 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar
43,35 persen.
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan I-2021 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,70 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 0,83 persen (yoy). Kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua mencatat
pertumbuhan tertinggi sebesar 8,97 persen (yoy) dengan peranan sebesar 2,44 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II
2021 dari kisaran 7,1 persen-8,3 persen menjadi 7,1 persen-7,5 persen. Revisi dilakukan karena
lonjakan kasus covid-19 menekan aktivitas ekonomi.
Kendati begitu, ia mengaku masih optimis pertumbuhan di kuartal II tidak banyak terpengaruh
dari pelaksanaan PPKM Darurat yang mulai berlaku 3 Juli hingga 20 Juli 2021.

3
B. Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah yang diambil berdasarkan latar belakang :


1. Apa penyebab ekonomi Indonesia mengalami resesi ?
2. Apa saja dampak yang dialami jika terjadi resesi di Indonesia ?
3. Apa upaya pemerintah untuk mengatasi keadaan ekonomi Indonesia yang mengalami
resesi ?

C. Pembahasan

Penyebab Resisi Ekonomi Indonesia


Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (PDB) menurun
atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu
tahun. Resesi yang terjadi pada suatu negara dapat menyebakan penurunan pada seluruh aktivitas
ekonomi seperti lapangan kerja, investasi dan lapangan pekerjaan. Resesi juga dapat diartikan
bahwa telah terjadi penurunan harga-harga (deflasi), atau telah terjadinya peningkatan harga-harga
3 barang (inflasi). Penurunan PDB riil menjadi indikator paling penting dan sebagai bobot penentu
yang cukup besar saat resesi terjadi. Awal mula terjadinya resesi ekonomi karena diakibatkan oleh
krisis ekonomi di suatu negara.

Terjadinya resesi perekonomian pada suatu negara dapat berpengaruh negatif kepada
kegiatan ekonomi satu sama lain, seperti investasi yang menurun dapat mempengaruhi tingkat
produksi atau komoditas yang juga mengalami penurunan. Resesi perekonomian suatu negara
dalam jangka panjang dapat mengakibatkan depresi ekonomi yang bisa berakibat pada
kebangkrutan ekonomi. Pemulihan kondisi ekonomi sudah sangat sulit ketika suatu negara
memasuki tahap depresi ekonomi.

Virus Covid-19 telah mempengaruhi perekonomian negara-negara dunia. Bahkan, saking


besarnya dampak pandemi ini hingga membuat banyak negara mengalami resesi ekonomi. Faktor-
faktor penyebab menurunnya ekonomi Indonesia ketika wabah Virus Covid-19 ini hingga terjadi
resesi yaitu, pertama faktor bawaan dari China yang terkait langsung dengan perekonomian
Indonesia. China yang merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia sejak 2011, menurut data
Badan Pusat Statistik, nilai ekspor non-migas Indonesia ke China mencapai 25,7 Miliar dollar AS,
terus meningkat pada tahun 2019 hingga menyentuh angka 44,5 Miliar Dollar AS. Kedua, faktor
dari perekonomian global secara keseluruhan. Penyebaran virus Covid19 hingga ke 176 negara
telah menambahkan ketidakpastian ekonomi global setelah sebelumnya terjadi perang dagang
antara China dan Amerika Serikat, keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan pergeseran-pergeseran
geopolitik Internsional. Ketidakpastian ekonomi tersebut semakin meningkatkan tekanan terhadap
perkonomian Indonesia hingga mengalami resesi. Ketiga, faktor lokal dari penyebaran Covid-19

4
di Indonesia. Faktor ini pada awalnya sempat dipandang sebelah mata. Namun, melihat
perkembangan yang terjadi pada beberapa hari terakhir, dengan banyaknya kasus infeksi Covid-
19 di Indonesia, tampaknya dampak lokal dari penyebaran Covid-19 justru akan jauh lebih besar.
Apalagi pada kuartal II-2021 sekarang ini Indonesia mengahadapi mutan covid yang lebih ganas.

Dampak Terjadinya Resesi Akibat Covid - 19

Ada beberapa dampak langsung yang dirasakan masyarakat jika terjadi resesi.

Pertama, turunnya pendapatan di kelompok masyarakat menengah dan bawah secara signifikan.
Dengan menurunnya pendapatan, maka dikhawatirkan jumlah orang miskin akan semakin
banyak.

Kedua, penduduk kota bisa saja berkurang, tetapi sebaliknya, penduduk desa akan
bertambah. Desa akan menjadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-
daerah jika adanya gelombang PHK masal.

Ketiga, resesi juga akan berimbas pada mereka yang sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja
baru akan makin sulit bersaing, karena jumlah lowongan pekerjaan menurun. Sementara,
perusahaan kalaupun akan melakukan proses rekruitmen, akan memprioritaskan karyawan yang
sudah berpengalaman.

Keempat, ke depan konsumsi rumah tangga bisa saja tertahan. Pasalnya, masyarakat akan
cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier, sehingga fokusnya hanya pada
barang kebutuhan pokok dan kesehatan saja.

Kelima, konflik sosial di masyarakat berpotensi untuk meningkat karnea ketimpangan yang
semakin lebar. Orang kaya bisa tetap survive, selain karena aset mereka masih cukup, juga
karena digitalisasi. Sementara kelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan
WFH, apalagi saat pendapatan juga menurun. Sebenarnya jika semua masyarakat dapat melatih
dan mengembangkan keterampilannya masing – masing, pasti ada saja peluang untuk survive
dalam keadaan ini. Tidak sedikit orang yang banting setir saat keadaan ekonomi sedang tidak
baik.

Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Resesi Ekonomi


IMF menilai positif kebijakan yang mencakup pengendalian pandemi di sektor kesehatan,
kebijakan stimulus fiskal, kebijakan moneter akomodatif, pelonggaran kebijakan makro dan
mikroprudensial, serta kebijakan burden sharing Bank Indonesia (BI) dengan
pemerintah. Selanjutnya, kelanjutan upaya reformasi struktural dengan penerapan omnibus law

5
dan pengembangan infrastruktur untuk mendukung pemulihan
ekonomi. (https://nasional.kontan.co.id/news/imf-memuji-sinergi-kebijakan-pemerintah-dan-bi-
dalam-menghadapi-pandemi-covid-19)

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam memperbaiki ekonomi pada fase
penyebaran pandemi Covid-19 . Untuk mengantisipasi kontraksi yang lebih dalam pada kuartal –
kuartal selanjutnya, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan – kebijakan fiscal.

Implementasi kebijakan Fiskal di Indonesia berdasar PERPU Nomor. 1 Tahun 2020 mengenai
Kebijakan dan Stabilitas Sektor Keuangan Negara yang berlaku sejak 31 Maret 2020, antara lain:

1. Penetapan batas deficit Anggaran Negara diatas 3% dari PDB pada periode penanganan
COVID-19 sampai tahun fiscal 2022 dan deficit akan kembali pada angka paling tinggi sebesar
3% pada 2023.

2. Adanya penyesuaian tariff pajak, antara lain:


a. Pajak pendapatan perusahaan sebesar 22% pada 2020 dan 2021, menjadi 20% di tahun
2022
b. Pajak Penghasilan Badan Terbuka untuk Publik dengan kriteria jumlah saham yang disetor
dapat diperjualbelikan paling sedikit sebesar 40% dengan persyaratan tertentu, akan
dengan tariff pajak 3% lebih rendah dari pajak penghasilan pada poin 2a.

3. Kemudahan dalam pelaksanaan pajak yaitu:


 Kebijakan pengajuan keringanan pajak akan diperpanjang hingga 6 bulan
 Masa pengembalian pajak hingga kurun waktu 1 tahun
 Waktu jatuh tempo tentang klaim pengembalian pajak, keberatan pajak, pengurangan atau
penghapusan sanksi pajak diperpanjang dalam waktu 6 bulan.

4. Pembebasan kepabeanan dan cukai terhadap barang import yang terkait dengan pegembangan
industry Dalam Negeri.

Selain kebijakan fiskal, pemerintah juga menerapkan kebijakan moneter untuk mendorong
investasi dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Kebijakan ini secara umum ditempuh
oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk menjaga dan mencapai kestabilan mata uang.
Penetapan tingkat suku bunga dan pengendalian jumlah uang beredar merupakan salah satu
strategi yang digunakan untuk menstabilkan mata uang.

Dalam UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI), yaitu mengenai fungsi BI dalam
menjaga kestabilan moneter dan juga menjaga kestabilan keuangan dan kedua hal ini sangat terkait
dan menunjang dalam upaya menstabilkan nilai rupiah. (Sabirin, 2020) Bank Indonesia sebagai
lembaga yang menetapkan kebijakan moneter negara, tertuang dalam PERPU No 1 Tahun 2020

6
yaitu dengan memberikan wewenang kepada Bank Indonesia untuk memberi pinjaman likuiditas
jangka pendek baik kepada bank baik sistemik maupun selain bank sistemik. Memberi akses
penyaluran dana pada sector swasta melalui repo utang Pemerintah melalui perbankan. Menerima
pengajuan pinjaman likuiditas khusus jika bank sistemik yang sebelumlah telah menerima
pinjaman likuiditas jangka pendek namun masih mengalami kesulitan likuiditas kepada BI. Selain
kebijakan BI diatas, Pemerintah juga akan mengatur program penjaminan selain program
penjaminan simpanan dengan menerbitkan peraturan pemerintah untuk mencegah krisis system
keuangan yang lebih dalam.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam situs resminya, menyatakan bahwa OJK telah merespon
kondisi perekonomian Indonesia saat ini yaitu dengan diterbitkannya Peraturan OJK No. 11/PJOK.
03/2020, mengenai stimulus terhadap perekonomian nasional sebagai kebijakan counter cyclical
dari dampak penyebaran Covid-19. Kebijakan ini berlaku untuk seua lembaga keuangan
konvensional maupun syariah dan berlaku hingga 31 Maret 2021. Kebijakan OJK tersebut antara
lain: mendukung diterapkannya kebijakan-kebijakan oleh Bank yang dapat memberikan
rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi debitur dan UMKM yang terdampak oleh penyebaran
COVID-19 serta yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank, kebijakan-
kebijakan antara lain: menilai kualitas kredit meningkatkan kualitas pembiayaan dan mengtur
tentang penilaian kualitas aset. Penyaluran Kredit lain yang baru oleh Bank kepada debitur dengan
perlakuan khusus sesuai POJK. Serta melakukan pelaporan berkala oleh Bank sejak akhir April
2020. OJK juga memberi perintah pada lembaga jasa keuangan untuk dapat melakukan
penggabungan, konsolidasi atau konversi, pengecualian kewajiban beberapa lembaga keuangan
untuk melakukan pengungkapan di pasar modal, ketetapan terhadap ketentuan untuk teknologi
informasi dan terahir tentang sanksi yang diberikan kepada orang-orang yang sengaja
mengabaikan atau menghalangi kewenangan OJK dengan hukuman minimal 4 hingga 12 tahun
penjara serta denda sebesar Rp 10 hingga 300 Miliar. Dan bagi perusahaan yang melakukan
pelanggaran, maka dihukum dengan denda minimum 1 trilyun.

D. Kesimpulan

Upaya untuk mengatasi dampak pandemik Covid-19 ini, Pemerintah perlu menerapkan
berbagai kebijakan fiscal pada pendapatan dan pengeluaran negara dalam rangka menjaga
pertumbuhan dan kestabilan perekonomian Indonesia.

Di sisi pendapatan, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah tentang optimalisasi
kontribusi dari sisi pendapatan pemerintah, terutama yang bersumber baik dari PPN dan PPh.
Termasuk didalamnya adalah dalam sistem perpajakan, strategi kebijakan fiskal yang dinamis
serta memperbarui sistem perpajakan nasional melalui reformasi regulasi dan administrasi
perpajakan modern.

7
Di sisi pengeluaran, realisasi penggunaan dana penanganan Covid-19 ini agar tepat sasaran
dengan prioritas pencegahan pandemik Covid-19 harus lebih diperhatikan oleh pemerintah.
Pemerintah perlu menekan defisit anggaran dengan melakukan revisi terhadap anggaran yang
tersusun dalam APBN agar penggunaannya lebih optimal selama masa pandemic Covid-19.

Menyusun prioritas penanganan yang tepat dalam merefleksikan kebutuhan serta


keberpihakan kepada masyarakat kecil yang paling terdampak, serta memperkuat basis data
untuk mengatasi dan terlibat secara langsung pada sector sosial ekonomi, juga dengan lebih
memperhatikan comparative advantage yang dimiliki setiap daerah di Indonesia, dengan
heterogenitas dampak yang terjadi akibat pandemic Covid-19 ini. Selain belajar dari pengalaman
bangsa Indonesia dalam mengalami krisis perkonomian yang lalu, hendaknya bangsa Indonesia
juga meninjau langkah-langkah kebijakan perekonomian dari Negaranegara lain.

8
DAFTAR PUSAKA

(https://nasional.kontan.co.id/news/imf-memuji-sinergi-kebijakan-pemerintah-dan-bi-dalam-
menghadapi-pandemi-covid-19)
(https://nasional.kontan.co.id/news/bps-catat-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-minus-074-pada-
kuartal-i-2021)
(https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13017/Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-
Mengadapi-Dampak-Covid-19.html)
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135560/peraturan-ojk-no-11pojk032020-tahun-
2020#:~:text=03%2F2020%2C%20LN.2020,GO.ID%20%3A%2011%20HLM.&text=Peraturan
%20OJK%20ini%20mengatur%20mengenai,tetap%20memperhatikan%20prinsip%20kehati%2
Dhatian.)
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135060/perpu-no-1-tahun-2020)

Anda mungkin juga menyukai