Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rifhaldy Fadhlur Jamaludin

NIM : 20/471500/PSP/07162
Program Studi : Magister Administrasi Publik 73
Mata Kuliah : Ekonomi untuk Kebijakan Publik
Teori Ekonomi Makro

Berdasarkan pada buku Curatman (2010) bahwa teori makro ekonomi merupakan perilaku-
perilaku individu dalam ekonomi mikro menjadi satu, atau secara agregrat (keseluruhan). Pada teori
makro yang menjadi perhatian tidak lagi produksi satu perushaan dan harga suatu barang, tetapi
produksi total dan tingkat harga umum (perekonomian suatu negara). Pada ekonomi makro menurut
Curatman (2010) bahwa pembahasannya mencakup konsep pendapatan nasional, mekanisme
penentuan pendapatan nasional melalui interaksi antara permintaan agregat (konsumsi, investasi,
belanja pemerintah, sektor luar negeri) dan penawaran agregat (funsgi produksi agregat dan pasar
tenaga kerja).

Adapun Pendapat dari Abidin, Muhaemin & Salam (2020) bahwa Ilmu ekonomi makro adalah
ilmu ekomoni yang mengnalisis unit-unit terbesar atau keseulurahan dari perkonomian yang
mencakup:

1. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional merupakan keseluruhan pendapatan suatu negara yang dibahas secara
luas oleh ekonomi makro.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara yang berdasarkan pertumbuhan produk domestik bruto
setiap periode tertentu
3. Tingkat Tenaga Kerja Penuh (Pengangguran)
Tingkat kesempatan kerja penuh dan pengangguran merupakan analisis ekonomi makro
untuk menganalisis sebab-sebab terjadinya pengangguran dan pengaruhnya terhadap
perekonomian makro
4. Tingkat Harga Secara Umum (Inflasi)
Tingkat harga secara keseluruhan yang terjadi dalam perekonomian menjadi bahasan
ekonomi untuk menganalisis sebab-sebab terjadinya inflasi dan akibatnya terhadap
perekonomian secara keseluruhan.
5. Necara Pembayaran Internasional (kegiatan Eskpor–Impor)
Neraca pembayaran internasional yang berkaitan ekspor– impor merupakan pembahasan
ekonomi makro untuk mengalisis sektor perdagangan luar negeri dan akibatnya pada
perekonomian domestik (dalam negeri).

Menurut Pendapat dari Abidin, Muhaemin & Salam (2020) bahwa salah satu aspek penting
penting ciri kegiatan perekonomian yang titik analisis dalam teori ekonomi makro adalah pandangan
bahwa sistem ekonomi pasar bebas tidak selalu dapat diwujudkan. Dalam teori ekonomi klasik atau
leberalisme bahwa perekonomian akan menyesuaikan semua kegiatan ekonomi melalui mekanisme
pasar bebas akan mewujudkan perekonomian yang stabil sebagi berikut:
1. Penggunaan tenaga kerja penuh
2. Kestabilan tingkat harga
3. Pertumbuhan ekonomi yang baik
Berdasarkan pada buku dari Abidin, Muhaemin & Salam (2020) bahwa Pada kenyataan asumsi
para ekonom klasik mengenai pendapatnya pasar merupakan mekanisme yang paling efesien dalam
mengalokasikan sumberdaya tidak selalu benar, hal ini terbukti bahwa akibat saran para ekonom
liberal menyebabkan depresi atau resesi ekonomi di Eropa pada tahun 1920-an. Dalam kondisi ini,
maka peran dan fungsi kebijakan ekonomi pemerintah sangat penting, kebijakan ekonomi pemerintah
yang sangat penting adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi penawaran dan
permintaan uang melalui instrumen tingkat bunga dan kredit domestik.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijkan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi pengeluaran atau
pembelanjaan pemerintah dan perpajakan.
3. Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan segi penawaran kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menstimulasi
pertumbuhan ekonomi melalui pemberian intensif bantuan kepada perusahaan untuk dapat
meningkat produksinya

Menurut Curatman (2010) terdapat beberapa masalah pokok ekonomi makro


1. Masalah Inflasi
Inflasi secara definsi adalah kenaikan harga secara umum yang terjadi terus menerus. Inflasi
menjadi masalah karena hal ino menyagkut daya beli masyarakat suatu negara. Jika harga
umum mengalami kenaikan tetapi jika tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan per
kapita, maka daya beli masyarakat menjadi sangat berkurang. Jika daya beli semakin kurang
berarti negara tersebut akan bertambah miskin.
2. Masalah Pengangguran
Adanya pengangguran berarti menunjukan perekonomian negara itu tidak dalam kondisi full-
employment. Ada faktor produksi yang tidak terpaka (berlebih) yaitu tenaga kerja.
3. Masalah Kesimbangan Neraca Pembayaran
Neraca Pembayaran merupakan informasi keadaan keuangan satu negara secara umum. Jika
negara tersebut memiliki kondisi surplus berarti negara itu memiliki cadangan devisa yang
besar. Cadangan devisa itu digunakan untuk membiayai impor barang-barang dari luar negeri.
Semakin besar cadangan devisa suatu negara berarti semakin baik negara itu karena mampu
membeli barang yang lebih banyak
4. Masalah Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi dapat diliat dari adanya peningkatan di dalam GDP (Gross Domestic
Product) dan GNP (Gross National Product).

Kasus Negara : Indonesia

Kondisi di Indonesia sendiri apa yang sudah dirancang dan disusun oleh pemerintah
mengenai anggaran Negara diakhir tahun 2019 yang akan dilaksanakan atau dijalankan di
tahun 2020 terjadi perubahan baik dari sisi anggaran maupun dalam hal perencanaan.
Pemerintah harus melakukan refocusing dan realokasi APBN tahun 2020, semua dijadwal
ulang kembali oleh pemerintah sejak masuknya wabah Covid-19 dibulan Maret 2020.
Pemerintah mengeluarkan Perpu pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun 2020. Tentang
Kebijakan keuangan negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan pandemi
Covid-19. Anggaran Negara sebagian besar dialihkan untuk bidang kesehatan dalam
menangani kasus Covid-19, dimana pemerintah menanggung seluruh biaya kesehatan bagi
semua masyarakat yang terpapar Covid-19 Sebagian anggaran pembangunan sementara
dialihkan oleh pemerintah untuk penanganan pandemi Covid-19. Karena wabah ini membuat
krisis kesehatan yang tak terhindarkan.
Langkah awal yang dilakukan di Indonesia sendiri untuk mengurangi penyebaran
wabah tersebut dengan dibentuknya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan
untuk menjaga kesehatan masyarakat pemerintah gencar mengampanyekan kepada
masyarakat untuk mematuhi dan melakukan protokol kesehatan yaitu 3M (Memakai masker,
Mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir dan Menjaga jarak). Untuk mengurangi
penularan yang cepat dan tinggi di masyarakat akhirnya pemerintah memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk daerah-daerah yang tingkat penularannya
cukup tinggi.
Semua kegiatan mulai dibatasi, memindahkan kegiatan dan aktivitas diluar rumah
menjadi semuanya dilakukan di rumah saja. bekerja dilakukan dari rumah atau WFH, sekolah
ditiadakan dan pembelajaran dilakukan secara daring, kegiatan ibadah dimasjid tidak boleh
dilakukan (sholat jumat, sampai sholat tarawih dibulan puasapun ditiadakan dan berlanjut
sampai dengan sholat Idul Fitri), bahkan pemerintah sampai melarang mudik lebaran,
pembatasan kegiatan ditempat/fasilitas umum, pembatasan di moda transportasi dan
pembatasan lainnya.
Dampak pemberlakuan PSBB terhadap kegiatan ekonomi sangat terasa sekali
membuat aktivitas ekonomi menurun tajam karena adanya pembatasan dalam proses
produksi, distribusi dan kegiatan operasional lainnya. Pemberlakuan PSBB membuat banyak
sektor yang terdampak cukup signifikan akibat pandemi, seperti sektor pariwisata,
perdagangan dan perhotelan. Pembatasan ini membuat pemilik usaha harus mengurangi jam
kerja dan juga mengurangi pegawai yang melakukan proses produksi. Namun ada sejumlah
sektor yang bertahan di masa pandemi, terutama sektor-sektor yang sangat dibutuhkan
seperti sektor kesehatan, telekomunikasi, dan layanan pesan antar dan ekspedisi.
Pembatasan-pembatasan ini, memaksa dunia usaha mengurangi jam kerja bahkan
sampai pada pengurangan jumlah pegawai yang melakukan proses produksi pada usaha
mereka. Work From Home atau kerja dari rumah merupakan salah satu langkah yang wajib
diterapkan. Lebih dari itu, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan
mulai merebak disana sini akibat tidak adanya pemasukan dan pendapatan dari kegiatan
usaha, sementara biaya terus membengkak. Merumahkan pegawai merupakan langkah yang
dilakukan untuk memangkas biaya produksi guna mengimbangi adanya penurunan
pendapatan yang drastis. Hal ini jelas memukul perekonomian Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-
2021 melejit hingga 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy). Dengan demikian,
Indonesia berhasil kembali ke zona positif pertumbuhan ekonomi, setelah beberapa triwulan
terakhir berada dalam tekanan resesi akibat dampak pandemi Covid-19. Capaian ini
merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 17 tahun yang lalu. Secara garis besar, pertumbuhan
ekonomi di kuartal II-2021 ini membuat ekonomi Indonesia kembali ke angka positif.

Menurut Laporan Kementrian PPN tentang perkembangan Ekonomi Indonesia


Triwulan 1 bahwa Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya
sebesar 25 bps Keputusan tersebut dilakukan sebagai upaya lanjutan untuk mendorong
momentum pemulihan ekonomi nasional sejalan dengan inflasi yang rendah. Perekonomian
Indonesia pada triwulan I tahun 2021 terkontraksi 0,71 persen (YoY), membaik dibandingkan
kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Perbaikan tersebut ditopang oleh
peningkatan kinerja sektor eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi di negara mitra
dagang utama, terutama Tiongkok dan Amerika Serikat. Ditinjau dari lapangan usaha,
pemulihan ekonomi didorong oleh pertumbuhan positif yang terjadi pada enam sektor yakni
industri, pengadaan air, jasa keuangan, pertanian, perdagangan listrik dan gas, serta real
estat. Sementara itu, sektor lainnya menunjukkan kontraksi yang menipis.
Kondisi pemulihan ekonomi global tentu memengaruhi perekonomian Indonesia.
Pada Juli 2021, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi 2021 berkisar 3,5 hingga
4,3 persen (y-o-y), tumbuh signifikan jika dibandingkan kondisi di tahun 2020 yang
pertumbuhannya terkontraksi dan bernilai negatif. Optimisme pertumbuhan ini ditopang oleh
keberlanjutan program vaksinasi yang mendorong kenaikan mobilitas sehingga konsumsi
rumah tangga membaik. Selain itu, laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2021
juga memperlihatkan pertumbuhan yang perlahan membaik.
Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-
2021 tumbuh sebesar 7,07 persen (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi perlahan membaik
dibandingkan kondisi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 yang terkontraksi hingga -5,32
persen (y-o-y). Ditengah pemulihan ekonomi yang berangsur membaik, ekonomi Indonesia
menghadapi risiko dari melonjaknya kasus Covid-19 pada akhir Juni 2021. Lonjakan ini terjadi
karena mutasi varian baru Covid-19 sehingga membuat pemerintah kembali menerapkan
kebijakan pembatasan mobilitas. Kebijakan ini tentu akan berpengaruh pada capaian
pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang.

Daftar Pustaka

ABIDIN, ZAENAL, ABD MUHAEMIN, and ABD SALAM. (2020). "PENGANTAR EKONOMI MAKRO."

Badan Pusat Statistika (2021). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA : DAMPAK ADANYA PROGRAM
PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (PEN) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA DI MASA
PANDEMI

Curatman, A. (2010). Teori Ekonomi Makro. Deepublish.

Kementirian PPN/Bappenas (2021). PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA TRIWULAN I


TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai