Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EKONOMI MAKRO

KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO PEMERINTAH

PENGANTAR ILMU EKONOMI

Oleh :

Nama : Masna Karina Kalsum (A1D022120)

Prodi : Agroteknologi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2022
I. PENDAHULUAN

EKONOMI MAKRO

Ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari tentang perekonomian
secara menyeluruh, tentang cara ekonomi berperan dalam skala besar. Cabang keilmuan dari
ekonomi ini mempelajari fenomena ekonomi yang luas, seperti inflasi, tingkat harga, tingkat
pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, produk domestik bruto (PDB), dan perubahan tingkat
pengangguran. Ekonomi makro untuk mengukur seberapa baik kinerja suatu perekonomian, untuk
memahami kekuatan apa yang mendorongnya, dan untuk memproyeksikan cara agar kinerja dapat
meningkat.
Pada dasarnya, dengan mempelajari ilmu ekonomi, manusia dapat menemukan petunjuk
mengenai kebijakan apa yang bisa diambil untuk menanggulangi suatu permasalahan ekonomi
tertentu. Ekonomi makro yang merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi dapat membantu
memecahkan permasalahan kebijakan ekonomi secara makro. Permasalahan kebijakan ekonomi
makro mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengendalian
perekonomian secara umum. Fokus utama pengendalian ekonomi makro adalah mengusahakan
agar perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang, terhindar dari keadaan yang dapat
mengganggu keseimbangan umum. Ada tiga masalah ekonomi makro jangka pendek yang harus
diatasi setiap saat. Ketiga masalah yang dimaksud adalah:
1. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang hampir dialami oleh semua
negara. Pembicaraan tentang inflasi selalu dikaitkan dengan kenaikan harga karena harga
merupakan indikator penting pada inflasi. inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat
kecenderungan kenaikan harga–harga secara umum dan terus menerus. Jika dalam masyarakat
terjadi kenaikan satu atau beberapa barang (dan bersifat sementara), maka kondisi itu tidak
dianggap sebagai inflasi dan tidak diperlukan kebijakan khusus untuk mengatasinya.
Walaupun inflasi tidak secara otomatis menurunkan standar hidup, namun inflasi tetap
menimbulkan beberapa masalah karena 3 alasan:
a. Inflasi dapat mengakibatkan redistribusi pendapatan diantara anggota mastarakat.
b. Inflasi dapat menyebakan penurunan efisiensi ekonomi.
c. Inflasi dapat menyebkan perubahan out-put dan kesempatan ke dalam masyarakat.
2. Pengangguran
Pengangguran terjadi karena jumlah tenaga kerja melebihi tingkat kesempatan kerja
yang ada. Negara berkembang biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi sehingga
angkatan kerja juga tinggi. Apabila angka kesempatan kerja tidak seimbang dengan angka
tingginya pertumbuhan penduduk maka angka pengangguran akan meningkat.
3. Ketimpangan Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah neraca yang memuat ikhtisar dari segala transaksi yang
terjadi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu
tertentu, biasanya satu tahun. Transaksi dalam neraca pembayaran menyangkut barang-
barang dan jasa dalam bentuk ekspor maupun impor. Transaksi dinanciil seperti pemberian
atau penerimaan kredit kepada atau dari negara lain, penanaman modal di luar negeri dan
transaksi- transaksi yang bersifat unilateral seperti pembayaran transfer dari orang- orang yang
tinggal di luar negeri tidak sama dengan jumlah penerimaan yang diperoleh dari luar negeri,
selisihnya dapat berupa surplus atau defisit pada neraca pembayaran. Ketidakseimbangan
dalam neraca pembayaran suatu negara dapat dikatakan merupakan masalah apabila
ketidakseimbangan tersebut cukup besar. Kalau kenyataan itu terjadi, maka diperlukan
kebijakan pemerintah untuk mengatasinya.

II. PEMBAHASAN

RESESI TAHUN 2023

Dampak pandemi Covid-19 dapat dirasakan oleh semua orang di berbagai penjuru dunia.
Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat selama dua tahun lebih yang bertujuan untuk meredam
penyebaran Covid-19 sangat memengaruhi jalannya perekonomian. Terjadinya stagflasi ekonomi
membuat banyak pengusaha mengalami kebangkrutan. Beruntung, pemerintah Indonesia cepat
mengambil tindakan antisipasi penyebaran Covid-19, sehingga pemulihan kesehatan masyarakat
terhadap serangan bahaya Covid-19 cepat teratasi.
Pemerintah Indonesia bersama DPR melalui Undang-Undang nomor 2 tahun 2020 yang
menetapkan Perpu Nomor 1 Tahun 2020 menjadi UU, mengatur kebijakan keuangan negara dalam
rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas
sistem keuangan. Keberhasilan Indonesia dalam pemulihan kesehatan dari pandemi Covid-19
mendapat pengakuan dunia, dan menjadi contoh bagi negara lainnya. Dengan pulihnya kesehatan
dan pemberantasan penyebaran Covid-19 yang baik mampumengembalikan perekonomian
kembali bangkit.
Kebijakan pemerintah melindungi kesehatan masyarakat berupa vaksinasi, biaya perawatan
pasien covid, insentif tenaga kesehatan, pembangunan fasilitas kesehatan dan lainnya secara
massiv, mempercepat pemulihan covid. Selain dibidang kesehatan, pemulihan perekonomian pun
tak luput dari perhatian. Melalui Belanja Negara, APBN sebagai shock absorber berupaya
menjangkau dan melindungi seluruh masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi.
Perekonomian dan stabilitas perdagangan di dunia belum kembali normal pasca pandemi
Covid-19, diperparah terjadi perang Rusia dengan Ukraina. Kedua negara yang merupakan
produsen komoditas penting di dunia, seperti migas, gandum, kedelai, pupuk dan lainnya. Pasokan
komoditas tersebut terhambat tersalur ke beberapa negara di Eropa sehingga menimbulkan krisis
energi dan pangan. Akibatnya, harga-harga komoditas tersebut meningkat tajam. Inflasi pun tak
terhindari akibat menurunnya pasokan migas dan pangan.
Kondisi perekonomian Indonesia yang menghadapi tekanan ekonomi global akibat pandemi dan
perang Rusia-Ukraina dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut di tengah perlambatan di banyak negara.

Pertumbuhan ekonomi Kuartal III diperkirakan masih cukup kuat, didukung konsumsi
rumah tangga dan ekspor yang diperkirakan menjadi penopang utama. Purchasing
Manufactur Index (PMI) Indonesia meneruskan akselerasi di tengah kontraksi dan
pelemahan manufaktur di negara-negara besar, seperti Eropa, Tiongkok, dan Korea Selatan.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan tumbuh lebih baik di tahun 2022, sejalan
dengan proyeksi yang dilakukan oleh lembaga internasional terkemuka seperti ADB (5,4
persen), IMF (5,3 persen), Bloomberg (5,2 persen), Bank Dunia (5,1 persen). Di tengah
beragam tantangan, kinerja APBN September 2022 tetap positif dan terkendali, ditopang
pendapatan yang sangat baik.

Belanja negara mulai tumbuh, namun tetap perlu terus diakselerasi. Pengelolaan fiskal
yang inklusif dan pruden di tengah kondisi kenaikan suku bunga dan pelemahan nilai tukar,
mendorong penurunan kebutuhan pembiayaan. Secara keseluruhan, APBN 2022 berkinerja
baik, namun berbagai ketidakpastian dan risiko akibat tekanan global harus diwaspadai dan
dimitigasi.

2. Kinerja Ekonomi Indonesia Masih Tumbuh Kuat

Pemulihan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat di tengah pelemahan prospek


ekonomi global. Dari sisi eksternal, kinerja Neraca Perdagangan terus melanjutkan surplus,
yaitu pada bulan September surplus sebesar USD4,99 miliar, didukung peningkatan ekspor
komoditas khususnya batu bara dan CPO. Ekspor dan impor bulan September 2022 tumbuh
positif dipengaruhi menguatnya harga komoditas global dibandingkan tahun sebelumnya, di
mana ekspor tumbuh 20,28 persen (yoy) dan impor tumbuh 22,02 persen (yoy).

3. Pendapatan Negara Melanjutkan Kinerja yang Baik

Pertumbuhan pendapatan masih tinggi sebagai bukti pemulihan ekonomi yang terus terjaga,
sokongan harga komoditas yang masih di level relatif tinggi, dan dampak berbagai kebijakan.
Hingga September 2022, Pendapatan Negara tercapai sebesar Rp1.974,7 triliun atau 107,0
persen dari Pagu, tumbuh 45,7 persen (yoy). Secara nominal, realisasi komponen Pendapatan
Negara yang bersumber dari penerimaan Pajak mencapai Rp1.310,5 triliun, penerimaan Bea
dan Cukai sebesar Rp232,1 triliun, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar
Rp431,5 triliun.

4. Kinerja PNBP sampai dengan akhir September 2022 mencapai Rp431,5 triliun (89,6persen
dari Pagu)

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, realisasi PNBP tumbuh 34,4 persen (yoy) yang
terutama didorong dari Pendapatan SDA, KND, dan PNBP Lainnya. Realisasi PNBP SDA
migas tumbuh 76,8 persen (yoy), terutama didorong kenaikan rata-rata ICP selama delapan
bulan terakhir. Selanjutnya, realisasi PNBP SDA non-migas tumbuh 100,7 persen (yoy),
terutama disebabkan kenaikan pendapatan pertambangan minerba. Selanjutnya, realisasi
PNBP dari KND tumbuh 37,6 persen, terutama berasal dari dividen BUMN Perbankan yang
tumbuh 80,9 persen. Realisasi PNBP lainnya tumbuh 41,1 persen, didorong Pendapatan
Penjualan Hasil Tambang. Sementara itu, realisasi PNBP dari BLU terkontraksi 27,2 persen
akibat turunnya Pendapatan Pengelolaan Dana Perkebunan Kepala Sawit.
Indonesia masih tetap resilien didukung kinerja APBN yang baik dan langkah antisipatif
pengadaan utang antara lain: (i) penyesuaian target penerbitan utang tunai; (ii) penerbitan SBN
Valas menyesuaikan kondisi market yang volatile dan kondisi kas yang masih cukup ample; (iii)
optimalisasi SBN domestik melalui SKB III; (iv) penerbitan SBN Ritel sebagai upaya perluasan
basis investor domestik; dan (v) fleksibilitas Pinjaman Program.
Peran masyarakat dalam membantu penguatan perekonomian dan ketahanan ekonomi
Indonesia sangat diharapkan. Inflasi diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral
di negara Eropa dan Amerika dengan menaikkan tingkat bunga acuan yang akan berdampak juga
pada kebijakan yang diambil bank sentral di negara lainnya. Berikut beberapa saran Menurut I
Wayan Nuka Lantara Ph.D, pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari Universitas
Gadjah Mada (UGM) memberikan saran dalam menghadapi peningkatan inflasi dan ancaman
resesi di tahun 2023:

1. Mencari Tambahan Pemasokan


2. Investasi Jadi Cara Efektif Lawan Dampak Inflasi
Pilihan investasi yang cocok untuk mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi global adalah
lebih banyak pada aset investasi yang tergolong aman. Dalam hal ini, Wayan mencontohkan
jenis investasi yang aman dilakukan yaitu deposito, emas, dan surat berharga yang diterbitkan
oleh negara.
3. Mengatur Pengeluaran
Jangan sampai pengeluaran membengkak. Lebih melakukan penghematan pada pos-pos
pengeluaran yang dianggap kurang penting atau bisa ditunda.

Guna mengendalikan laju inflasi di daerah, Menteri Dalam Negeri, Tito


Karnavian menyampaikan beberapa arahannya, diantaranya:
1. Melakukan komunikasi publik yang tidak membuat masyarakat panik dan mengupayakan
masyarakat tetap tenang.
2. Mengaktifkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID pada tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota agar bersinergi dan konsisten dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya.
3. Mengaktifkan Satgas Pangan di daerah yang memiliki tugas melaporkan harga dan
ketersediaan komoditas untuk dilaporkan kepada kepala daerah, selanjutnya secara berjenjang
dilaporkan kepada Kemendagri dan mengecek langsung ke lapangan terkait harga dan ketersediaan
komoditas termasuk masalah yang terjadi (suplai/distribusi).
4. BBM subsidi tepat sasaran ke masyarakat tidak mampu, untuk masyarakat miskin karena
80persen dari Rp.502 triliun subsidi BBM tidak tepat sasaran, sehingga perlu pengawasan oleh
Pemda dan bantuan pengawasan dari penegak hukum.
5. Laksanakan gerakan penghematan energi seperti mematikan lampu yang tidak perlu di siang
hari.
6. Gerakan tanam pangan cepat panen, yakni gerakan menanam tanaman seperti cabai bawang
dan lain-lain sebagai upaya mencukupi ketersediaan pangan rumah tangga, gerakan ini perlu
diinisiasi dari seluruh komponen masyarakat seperti PKK, Babinsa, Babinkamtibmas.
7. Laksanakan Kerja sama Antar Daerah (KAD) yang meliputi seluruh komoditas pangan
strategis, setiap item komoditas dikaji oleh setiap daerah, di mana daerah yang kekurangan
komoditas mengambil dari daerah yang surplus.
8. Intensifkan jaringan pengaman sosial seperti anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT),
anggaran Bansos, anggaran Desa, realokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Bansos Pusat.
9. BPS dan BI beserta Provinsi mengumumkan angka inflasi hingga tingkat Kabupaten/Kota.
10. Jadikan isu pengendalian inflasi sebagai isu prioritas, sehingga seluruh stakeholder harus
bersinergi seperti saat penanganan pandemi Covid-19.

III. PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Dapat disimpulkan bahwa prospek perekonomian secara global terus menurun akibat
eskalasi risiko global seperti lonjakan inflasi, volatilitas harga komoditas, isu geopolitik, serta
potensi resesi. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup kuat,
didukung konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor.
Selain itu, secara keseluruhan kinerja APBN cukup baik dan masih mencatatkan surplus
ditopang kinerja fiskal secara holistik, baik dari pendapatan yang tumbuh kuat maupun
optimalisasi belanja yang tetap terjaga. Dengan dukungan kinerja APBN yang baik tersebut, defisit
dapat ditekan sehingga pembiayaan utang juga dapat dikurangi.
Namun demikian, potensi risiko tetap perlu diwaspadai serta dimitigasi untuk menjaga peran
APBN sebagai shock absorber agar tetap sehat dan kokoh dalam menghadapi ancaman dan risiko
global yang berkepanjangan.
Dengan kerjasama yang baik antara Pemerintah Pusat, Daerah, pengusaha dan masyarakat,
kondisi perekonomian Indonesia mampu menahan laju inflasi dan melalui badai resesi di tahun
2023. Masyarakat diharapkan untuk tidak panik kemudian menarik dana di bank-bank, tetap
melakukan investasi dalam negeri guna menyokong produksi komoditas domestik dan ekspor.
Selain itu, menunda membeli barang impor dan mencintai produk domestik dan tidak membeli
mata uang asing secara berlebihan karena akan berdampak meningkatkan inflasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, Surti. (2022). Ekonomi Makro: Mempelajari Perekonomian Secara Menyeluruh. Diakses
pada https://www.fortuneidn.com/finance/bayu/ekonomi-makro-adalah.
Priyono, Teddy, C. (2016). Esensi Ekonomi Makro. Sidoarjo: Zifatama Publisher.
Rodani, A. (2022). Kiat Mengatasi Laju Inflasi dan Ancaman Resesi Tahun 2022. Diakses pada
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-kalbar/baca-artikel/15622/Kiat-Mengatasi-Laju-
Inflasi-dan-Ancaman-Resesi-Tahun-2023.html.
Wulandari, T. (2022). Apa yang Terjadi saat Resesi 2023? Begini Risiko dan Penyebabnya.
Diakses pada https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6331427/apa-yang-terjadi-saat-
resesi-2023-begini-risiko-dan-penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai