Anda di halaman 1dari 7

PAPER PEREKONOMIAN INDONESIA

“INDONESIA TETAP MENJADI TITIK TERANG DALAM MEMBURUKNYA


EKONOMI GLOBAL”

Disusun Oleh : Kelompok A / Kelas C-1

042011133149 Rizky Andri Kurniawan

042011133174 Angga Ragil Pangestu

042011133196 Laksmana Fadil Pradana

042111133143 Abid Rifat Ibrahim

042111133175 Achmad Rayhan

042111133213 Faradisa Aulia

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada pertengahan Juli 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan
prospek ekonomi global yang suram. Ditengah krisis inflasi global yang membutakan
peluang ekonomi banyak negara, dengan beberapa diperkirakan akan menghadapi resesi
tahun ini. Dana Moneter Internasional telah melukiskan pandangan optimis untuk Indonesia,
yang telah bernasib lebih baik daripada negara lain dalam menahan guncangan pandemi dan
Rusia perang di Ukraina, dan pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung.

Pemimpin IMF, Kristalina Georgieva berbicara kepada Menteri Keuangan Indonesia


Sri Mulyani pada 12 Oktober, pemimpin IMF menyatakan bahwa Indonesia telah mencapai
pertumbuhan yang pesat karena stabilitas politik dan perekonomian yang memegang erat
prinsip yang terstruktur. Beliau juga menyebutkan perkembangan terakhir ekonomi global
dan menyatakan keprihatinan tentang risiko bagi banyak negara di masa mendatang. Ia
menilai, perlu dirancang mekanisme untuk meminimalkan risiko resesi jika kekuatan
ekonomi global terus tergerus.

Pihak IMF sebelumnya menjelaskan secara teknikal hanya ada sekitar 15 persen
negara di dunia yang akan jatuh ke jurang resesi, sejumlah negara sudah mengalami krisis,
salah satunya Sri Lanka dan Pakistan. Saat ini sudah ada 16 negara dan 28 negara lainnya
bisa disebut berpotensi memasuki jurang resesi. Namun, IMF juga memprediksi sebanyak 31
dari 72 negara akan mengalami resesi. Hal ini disebabkan adanya kontraksi dalam produk
domestik bruto riil yang berlangsung selama dua kuartal.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Perekomian Indonesia ditengah Global Economy


Sekian banyaknya peristiwa resesi yang dialami oleh banyak negara-negara ternyata
IMF menyatakan bahwa Indonesia menjadi titik terang saat ekonomi dunia suram, Menteri
Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan Indonesia akan terus aktif mendukung pembangunan
rencana dan langkah-langkah lebih terstruktur dan terwujud sehingga meminimalisir risiko
multi-krisis, menambahkan bahwa ekonominya masih relatif sehat dan aman di tengah risiko
resesi. Beliau juga menyatakan bahwa Indonesia mencatat tingkat pertumbuhan ekonomi
5,4% pada Kuartal II sementara inflasi masih terkendali, di 5,95% lebih rendah dari perkiraan
6,8%. Selain itu, arus masuk investasi yang kuat (investasi domestik dan asing), yang
menunjukkan modal meningkat sebesar 35% menjadi Rp302 triliun (sekitar US$19,6 miliar)
pada kuartal kedua tanda setelah Pandemi COVID-19. Selain itu, ULN pemerintah juga
mengalami penurunan sebesar USD 397,4 miliar atau sekitar Rp 6.147,55 triliun hingga akhir
Agustus 2022. Angka ini lebih rendah dari utang luar negeri bulan sebelumnya sebesar
$400,2 miliar. Dan utang korporasi juga akan berkurang.

Sedangkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto


menyatakan pada 11 Oktober bahwa meskipun ada ketegangan geopolitik dan krisis energi
yang memburuk, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh setidaknya 5,2% tahun ini. Ini
telah mencatat arus masuk investasi yang kuat, termasuk investasi domestik dan asing,
katanya, mengutip statistik yang menunjukkan bahwa modal naik 35% menjadi 302 triliun
rupiah (sekitar 19,6 miliar USD) di Triwulan ke-2, yang merupakan pertanda baik seiring
pemulihan ekonomi. setelah pandemi COVID-19. Indonesia berpeluang besar untuk tetap
kuat dan stabil karena ditopang oleh sumber daya alam yang melimpah, termasuk sektor
pertanian, tulang punggung perekonomiannya, yang telah menunjukkan kekuatannya dalam
menghadapi pandemi global Covid-19 yang ada.
2.2. Pencapaian Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia sampai 2022 masih menunjukkan kinerja yang positif.
Beberapa indikatornya adalah:
 Tingkat inflasi yang masih rendah sebesar 3,19 persen pada semester I 2022.
Inflasi ini mempengaruhi kenaikan harga barang/jasa dan mempengaruhi daya
beli masyarakat. Pemerintah dan otoritas lainnya berusaha menekan kenaikan
harga barang. Pemerintah melakukan subsidi untuk komoditas yang memberikan
multiplier effect dan berdampak pada masyarakat berpenghasilan rendah
(misalnya subsidi BBM, listrik, pupuk) dan menyediakan barang termasuk
kebutuhan pokok.
 Surplus neraca perdagangan mencapai USD 7,56 miliar per April 2022. Nilai
ekspor bulan April tumbuh 47,76 persen, sementara impor tumbuh sebesar 21,97
persen. Surplus tersebut juga merupakan sinyal positif terhadap ketahanan
eksternal ekonomi Indonesia. Dari suplus tersebut juga tergambar struktur
ekonomi Indonesia yang semakin baik dimana manufaktur memberikan
kontribusi pertumbuhan ekspor sebesar 27 persen. Oleh sebab itu, kebijakan
pemerintah untuk melakukan hilirisasi produk harus terus dilaksanakan. Hal ini
akan memberikan nilai tambah yang tinggi untuk perekonomian nasional dan
menciptakan lapangan kerja.
 Pertumbuhan Ekonomi pada Quartal I yang mencapai 5,01 persen
menggambarkan aktivitas ekonomi bertumbuh. Beberapa sektor penyumbang
pertumbuhan ekonomi tersebut adalah industri pengolahan, farmasi dan obat-
obatan, perdagangan, pertambangan, transportasi, konsumsi masyarakat, dan
investasi. Bank Dunia melalui Laporan Indonesia Economic Prospect bulan Juni
2022, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1 persen tahun
2022.
 Pendapatan perpajakan semester I 2022, telah mencapai Rp 868,3 triliun atau
58,5 persen dari target tahun 2022 senilai Rp 1.485 triliun. Adapun penyumbang
utamanya antara lain kenaikan harga komoditas, berhasilnya pemulihan ekonomi
dan tumbuhnya usaha di beberapa sektor termasuk industri pengolahan.
Penerimaan pajak juga ditopang oleh tumbuhnya konsumsi rumah tangga,
meningkatnya investasi dan peningkatan ekspor yang signifikan.
 Utang Indonesia per akhir Mei 2022 adalah sebesar Rp7.002,24 triliun. Utang
tersebut merupakan instrumen pembangunan untuk sektor-sektor yang
memberikan multiplier effect misalnya infrastruktur di sektor perhubungan,
pertanian, dan sektor energi. Infrastruktur tersebut memperlancar arus manusia
dan barang, menciptakan sentra pertumbuhan ekonomi baru, meningkatkan daya
saing ekonomi dan meningkatkan produktivitas sektor pertanian, perkebunan,
industri pengelolahan dan pariwisata. Jumlah utang tersebut berada pada
posisi yang aman dengan pertimbangan,
1. Jumlah utang sebesar 38,88 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia, jauh di bawah rasio utang yang diamanatkan UU Keuangan Negara,
yakni sebesar 60 persen dari PDB.
2. Porsi utang didominasi Surat Berharga Negara sebesar 88,2 persen yang
menggambarkan kemandirian pembiayaan, peran masyarakat dalam
pembangunan serta resiko yang minimal.
3. Utang didominasi Rupiah sebesar 70,68 persen, sehingga mengurangi resiko
terhadap fluktuasi nilai tukar dan mengoptimalkan sumber daya domestik.
4. Porsi utang jangka panjang lebih dari 90 persen dari total Utang, sehingga
Pemerintah mempunyai kesempatan dan keleluasaan untuk mengambil
kebijakan pembayaran utang yang lebih baik.
BAB 3

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan banyaknya peristiwa resesi yang dialami
banyak negara ternyata IMF menunjuk Indonesia sebagai titik terang saat ekonomi
global sedang gelap. Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang relatif
sehat dan aman hingga tahun 2022, meskipun ada risiko resesi. Beberapa pencapaian
perekonomian Indonesia, antara lain inflasi yang masih rendah, surplus perdagangan
yang membaik, pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut, penurunan penerimaan pajak
dan utang Indonesia. Selain itu, Indonesia berpeluang besar untuk tetap kuat dan stabil
karena ditopang oleh sumber daya alam yang melimpah.

3.2 Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran kebijakan terhadap pemulihan perekonomian
Indonesia agar tetap terjaga tidak terjerumus pada resesi global perekonomian yaitu
pemerintah juga akan fokus pada pembangunan infrastruktur kesehatan dan digital,
industry yang direvitalisasi dan ekonomi hijau, dengan meningkatkan pendapatan negara
dan juga spanding better, dan memperkuat di sektor lain, misalnya kepada para pelaku
UMKM. Selain itu, adanya koordinasi terkait otoritas fiskal untuk mengarahkan ekonomi
suatu negara menjadi lebih baik dengan cara mengubah maupun memperbarui
pengeluaran serta pemasukan pemerintah harus responsif secara optimal..
DAFTAR PUSTAKA
Republika.co.id. (2022, 24 Oktober). Indonesia Titik Terang di Tengah Resesi Ekonomi
Dunia. Oleh: Nidia Zuraya. Diakses pada 31 Oktober 2022, dari
https://www.republika.co.id/berita/rk8qhd318/indonesia-titik-terang-di-tengah-resesi-
ekonomi-dunia
Cnnindonesia.com. (2022, 12 Oktober). IMF Sebut RI Jadi Titik Terang saat Ekonomi Dunia
Suram. Oleh: Tim Redaksi. Diakses pada 31 Oktober 2022, dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221012083447-532-859352/imf-sebut-ri-
jadi-titik-terang-saat-ekonomi-dunia-suram
Radioidola.com. (2022, 13 Oktober). IMF Menyebut Indonesia Layaknya Titik Terang saat
Ekonomi Global Memburuk, Ini Sebuah Apresiasi atau Diplomasi. Oleh: Heri CS.
Diakses pada 31 Oktober 2022, dari https://www.radioidola.com/2022/imf-menyebut-
indonesia-layaknya-titik-terang-saat-ekonomi-global-memburuk-ini-sebuah-apresiasi-
atau-diplomasi/

Anda mungkin juga menyukai