Judul ;
Pandemi Covid 19 dan konsolidasi Ekonomi Domestik dan Global dalam menghadapi
perlambatan Ekonomi sebagai Tantangan bagi masa depan Ekonomi Indonesia
DISUSUN OLEH :
BENI IQBAL : NIM 2170202010020
Dosen Pembimbing
Dipenghujung Akhir Tahun 2021 Indonesia dan Dunia masih dibayang-bayangi dengan situasi
Pandemi Covid 19 walaupun secara umum kita dapat melihat penurunan kasus penyebaran yang
terpantau diseluruh dunia namun meskipun begitu kita harus tetap waspada terutama menghadapi
Ancaman Varian baru virus corona delta plus. Disisi lain sektor yang paling terpukul ditengah
pandemi yang telah berlangsung hampir dua tahun ini adalah sektor ekonomi ritel dan UMKM
walaupun ada peralihan model transaksi dari pasar offline berpindah ke marketplace pasar online dan
ritel serta UMKM kita cukup adaftif dalam masa pandemi ini namun tidak dapat dihindari
perlambatan ekonomi semakin kentara dan terasa karena kecenderungan masyarakat untuk
membelanjakan uangnya lebih selektif dan karena pembatasan mobilisasi sektor pariwisatapun ikut
terpuruk.
Kita dapat memahami kehati-hatian pemerintah untuk melonggarkan mobilisasi walaupun Indonesia
telah hampir melaksanakan vaksin dua kali untuk satu orang sudah mencapai sebanyak 119.151.818
jiwa sudah lebih 30% dan hampir mencapai 50% (data dari kemenkes dikutip dari cnn indonesia) dari
total penduduk Indonesia, namun masih saat ini dibuat regulasi oleh pemerintah yang mewajibkan
penggunaan PCR dalam perjalanan terutama moda Udara dan Kereta Api, hal ini masih diperdebatkan
dan menuai kontroversi di masyarakat.
Walaupun Pemulihan Ekonomi Indonesia pasca pandemi dinilai cukup cepat diantara negara negara di
Dunia dan ditengah gencarnya Ekonomi Pembangunan terutama pembangunan infrastruktur nasional
di negeri kita sangat kita harapkan bahwa pemerintah memberi perhatian yang sama untuk
membangun Sumber daya Manusia Indonesia terutama dalam hal membangun daya beli masyarakat
karena pada dasarnya Ekonomi memerlukan output dan infrastruktur yang dibangun akan termanfaat
secara maksimal bila SDM kita cukup andal dan mampu memanfaatkan Infrastruktur yang telah
disiapkan.
Tugas Esai ini dengan Judul “Pandemi Covid 19 dan konsolidasi Ekonomi Domestik & Global dalam
menghadapi perlambatan Ekonomi sebagai Tantangan bagi masa depan Ekonomi Indonesia “ dibuat
untuk memenuhi Tugas mandiri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi semester 1 dengan dosen
pembimbing Bapak Dika Setiagraha. SE.MM tentunya masih banyak kekurangan dan diperlukan
bimbingan bagi penulis agar dapat lebih baik kedepannya, Demikian sekilas prakata dari saya selamat
membaca dan semoga esai ini dapat menjadi inspirasi kedepannya.
Beni Iqbal
A. DARI KRISIS 2008 KE KRISIS 2021
Sebelum Pandemi Covid 19 dan Perang Dagang Amerika vs China terjadi di 2019 hingga sekarang,
Indonesia Pernah Menghadapi krisis Ekonomi Global pada tahun 2008 yang dimulai dari Yunani dan
dipicu kasus property martgage di USA. Itu merupakan tahun penghujung dari masa suram krisis
ekonomi global yang berlangsung antara 2007 hingga 2008. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan
Moneter Bank Indonesia dalam publikasinya berjudul “Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014: Krisis
Finansial Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia” menyebut bahwa krisis ekonomi
global diawali pada 9 Agustus 2007. BNP Paribas, bank yang berkantor pusat di Perancis, menyatakan
ketidaksanggupan untuk mencairkan sekuritas subprime mortgage asal AS. Subprime mortgage
merupakan istilah bagi kredit perumahan yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki rekam
jejak kredit yang buruk atau belum pernah memiliki kredit. Kredit ini dianggap berisiko. Ada sangat
banyak dana yang terkuras untuk kredit ini.
Pada 2002, penyaluran subprime mortgage di AS mencapai $200 miliar, lalu meningkat jadi $500
miliar pada 2005. Kredit macet di AS tersebut menjadi mula bagi krisis keuangan global, terutama
bagi negara-negara yang memiliki hubungan perdagangan dengan AS. Pada 2008, atas terjadinya
krisis, terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, dari 2,7 persen di 2007 menjadi 1 persen. Padahal,
masih merujuk publikasi Bank Indonesia, IMF memproyeksikan pertumbuhan ada di angka 1,3
persen. krisis ekonomi global juga menyebabkan perlambatan pertumbuhan perdagangan. Dalam lima
tahun sebelumnya pertumbuhan perdagangan dunia rata-rata mencapai 8,1 persen. Namun, angkanya
langsung anjlok menjadi 4,1 persen di 2008. Krisis ekonomi juga menyebabkan turunnya harga
berbagai komoditas, tak terkecuali minyak. Pada Juli 2008 harga minyak per barel dipatok di angka
$147 per barel, lalu menurun menjadi $47 per barel pada Desember 2008.
Kesukaran ekonomi ini membuat dunia ekonomi lesu. The Federal Reserve, bank sentral AS, bahkan
harus menurunkan suku bunga kredit ke level 0,25 persen pada akhir 2008 agar publik mau kembali
mengambil kredit. Akibat lainnya dari krisis ekonomi global tersebut ialah pelemahan dolar terhadap
mata uang lain. Pada triwulan II-2008, nilai tukar dolar mencapai Rp9.193. Dolar kemudian melemah
ke level Rp8.007 pada triwulan III-2008. Pelemahan dolar ini salah satu sebabnya ialah hilangnya
kepercayaan publik atas dolar, krisis ekonomi yang dipicu gagal bayar properti mortgage ini menyebar
hingga ke seluruh dunia Indonesia berhasil melewati fase krisis ini karena secara domestik Indonesia
dapat mengandalkan sektor konsumsi domestiknya sehinggah pertumbuhan ekonomi juga tetap terjaga
di 5% disaat itu pemerintahan SBY-JK juga membuat kebijakan yang sangat intens untuk merangsang
sektor konsumsi dan daya beli masyarakat dengan memberikan insentif insentif kepada kelas
menengah seperti insentif kepada PNS/BUMN/TNI-POLRI dan memberikan stimulus-stimulus
kepada UMKM berupa kredit lunak, kredit tanpa bunga dan untuk masyarakat miskin disalurkan dana
BLT pemerintah tidak memberikan stimulus kepada kelompok ekonomi menegah keatas karena
kecenderungan kelompok ekonomi ini ditengah krisis lebih suka mengamankan asetnya dalam bentuk
surat hutang dan emas daripada berbelanja dan perlu diketahui bahwa untuk menggenjot
pemasukannya pemerintahan pada waktu itu tidak pernah menyelenggarakan Tax Amnesty.
Indonesia merupakan salah satu ekonomi yang cukup stabil untuk investasi dan berbisnis pasca krisis
ekonomi pada 1998, perekonomian Indonesia secara perlahan menunjukan peningkatan. Namun sejak
krisis keuangan global pada 2007, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan mencapai
puncaknya pada 2009 dengan tingkat pertumbuhan hanya mencapi 4,6%. Dengan semakin baiknya
pondasi ekonomi dan keuangan di Indonesia, krisis tersebut tidak menimbulkan dampak negatif yang
berkepanjangan. Demikianlah pengalaman dari krisis ekonomi 2008 dan bagaimana strategi
pemerintah menghadapinya.
Kembali ke tahun 2021 ini kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah
pada akhir Juli 2021 berada di angka Rp 6.570,17 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 40,51%. Posisi utang tersebut mengalami kenaikan sekitar Rp
15,61 triliun dibandingkan dengan posisi utang pada akhir bulan Juni 2021 yang sebesar Rp 6.554,56
triliun.“Kondisi ekonomi Indonesia yang masih berada dalam fase pemulihan akibat perlambatan
ekonomi yang terjadi di masa pandemi Covid-19, menyebabkan posisi utang Pemerintah Pusat secara
nominal mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, namun rasio
utang terhadap PDB mengalami penurunan dari bulan sebelumnya,” tulis Kemenkeu dalam APBN
KITA Edisi Agustus, Selasa (31/8).
Pertama, memanfaatkan fleksibilitas instrumen utang dengan pinjaman luar negeri yang biayanya lebih
efisien, konversi pinjaman ke pinjaman dengan biaya murah dan risiko yang rendah, serta
melakukan debt swap.
SBN)* Surat Berharga Negara
Debt swap artinya membayar utang dengan cara menukarnya menjadi program pembangunan tertentu
yang menjadi perhatian negara donor.
Kedua, dari sisi penerbitan SBN, pemerintah berupaya untuk menerbitkan SBN dengan biaya yang
efisien dan memanfaatkan dukungan Bank Indonesia sebagai standby buyer. Selain itu, juga melakukan
liabilities management untuk menekan biaya utang di masa depan yang secara tidak langsung
berdampak mengurangi jumlah utang. Ketiga, pemerintah menjaga komposisi utang domestik lebih
besar daripada utang valuta asing. Selain pinjaman luar negeri yang memang direncanakan lebih kecil
porsinya, kepemilikan SBN oleh asing sudah jauh menurun. Melihat lebih rinci, hingga 4 Agustus
posisi kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh investor asing hanya sebesar 22,56%, sedangkan
pemegang SBN terbesar adalah bank domestik sebesar 32,23%. Keempat, untuk mendukung kelanjutan
pembangunan infrastruktur di Indonesia, pemerintah terus mengupayakan berbagai alternatif
pembiayaan kreatif dan inovatif sehingga diharapkan dapat mengurangi beban APBN seperti melalui
skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) serta blended financing.
Meski demikian, pemerintah akan tetap memantau berbagai faktor risiko yang perlu diwaspadai.
Beberapa di antaranya adalah akses dan kecepatan vaksinasi yang belum merata sehingga pengendalian
pandemi dan pemulihan ekonomi menjadi tidak seragam. “Munculnya virus Corona varian Delta dan
masih fluktuatifnya kasus Covid-19 berkorelasi kuat terhadap perkembangan ekonomi yang masih
terus bergejolak,” tulis Kemenkeu.
Tidak dapat dipungkiri lagi Indonesia adalah Pemain Utama Globalisasi baik di Kawasan Regional
Asia Tenggara dan Asia Pada Umumnya maupun Internasional dikarenakan karena letak strategis dn
luas teritorialnya Indonesia tidak mungkin tidak dilibatkan dalam konstelasi global, walaupun begitu
kita harus tetap berusaha Konsolidasi Ekonomi Domestik kita akan mampu menopang dan
menguatkan peran yang tak dapat terelakan lagi ini yang menuntut peran nyata Indonesia dalam green
ekonomi berkelanjutan yang memberi manfaat bagi pelaku ekonomi dan masyarakat kita namun
mampu menjaga keberlangsungan sumber daya alam , melindungi hutan kita, flora dan fauna dan
melindungi paru-paru dunia , sebagai negara yang terpilih di Presidensi G-20 Indonesia sedang
mempertaruhkan seluruh nama baiknya dalam perhelatan ini .
E.DAFTAR PUSTAKA
Allison, Graham,& Blackwill, Robert D, Wyne Ali. LEE KUAN YEW Master berpengetahuan luas
tentang Tiongkok, Amerika Serikat , Dan Dunia (kata Pengantar; Herry A. Kissinger) 2017
Raswa, Ewo. Monalisa. Hermawan, Lili. Rahman,Dudi.Maningkas, Roy Indonesia’s Economic Review
2004-2012 Surviving Crisis“ A Ques For Prosperity”Indonesia Finance Today (Agustus 2012)