Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandemi covid-19 telah mengguncang perekonomian dunia. Salah satu dampak dari
pandemi tersebut adalah meningkatnya pengangguran (Baker et al., 2020), dan krisis substansial
dimana tidak ada kepastian kapan pandemi ini akan berakhir meskipun telah ditemukan vaksin
(Jorda et al, 2020). Dalam rentang waktu beberapa bulan saja virus ini telah menjangkiti hampir
seluruh di dunia, tak terkecuali Indonesia. Berbagai efek mulai bermunculan dengan adanya
penyebaran virus ini sehingga menyebabkan kondisi pandemi global covid-19. Semua Negara
dihadapan pada kondisi dimana masyarakatnya terjangkit sehingga hampir semua aspek
kehidupan manusia mengalami perubahan. Dari berbagai sektor yang terganggu akibat adanya
virus ini, salah satunya adanya sektor ekonomi (Bahtiar & Saragi, 2020).
Covid-19 menimbulkan banyak tantangan bagi setiap individu masyarakat, dimana salah
satu dampak yang dialami masyarakat adalah kerapuhan finansial (finansial fragility). Financial
fragility memiliki dampak jangka panjang bagi individu atau perusahaan pada segi financial
optimism. Menurut beberapa prediksi beberapa pakar ekonomi dunia hingga nasional, tampak
bahwa kondisi ekonomi merupakan salah satu sektor yang mengalami dampak cukup parah.
Beberapa prediksi tersebut diantaranya oleh Doorn ekonom senior World Bank memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 ini akan berada di bawah 5%. Parahnya lagi,
ekonomi Indonesia bisa tak tumbuh sama sekali alias 0% karena wabah uang melanda. Lebih
jauh dijelaskan bahwa menurunnya ekonomi Indonesia disebabkan oleh defisit yang lebih tinggi,
pertumbuhan yang lebih lambat, depresiasi nilai tukar rupiah, guncangan suku bunga dan lebih
banyak pinjaman untuk membiayai paket stimulus (Kontan, 2020).
Selama pandemi banyak masyarakat yang berpenghasilan rendah menghadapi dampak
pandemi dengan sangat buruk, sehingga memunculkan sentimen negatif pada krisis ekonomi
tersebut dan kecenderungan lemahnya harapan optimis dalam keuangan mereka untuk masa
depan (Das et al, 2020). Tidak hanya itu saja, sektor ekonomi rumah tangga pun mnegalami
dampak dari terjadinya wabah Covid-19. Menteri keuangan juga menyatakan bahwa wabah
corona akan berdampak besar pada laju konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek. Turunnya
konsumsi membuat pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia bakal merosot
menjadi 2,3% hingga -0,4%. Angka ini jauh di bawah asumsi anggara pendapatan dan belanja
negara (APBN) 2020 yang mencapai 5,3%. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi
akan turun ke 2,3% bahkan dalam skenario yang lebih cukup besar dari sisi konsumsi karena
tidak lagi melakukan aktivitas sehingga konsumsi akan menurun cukup tajam dari 3,22% hingga
1,60% (Warta Ekonomi, 2020).
Pandangan pesimis masyarakat mendominasi optimism mereka tentang prospek keadaan
ekonomi (Jacobsen et al, 2014), oleh karena itu upaya membatasi penurunan optimism akan
mampu memberikan dampak substansial yang baik bagi individu atau masyarakat. Sedangkan
survey yang dilakukan Institute Of International Finance (IFF) menemukan bahwa terjadinya
pandemi Covid-19 mengakibatkan kenaikan hutang pada ekonomi rumah tangga (Baker, 2020)
menemukan kecenderungan rumah tangga meningkat pada pengeluaran kartu kredit dan untuk
makan.
Pengelolaan ekonomi rumah tangga adalah tindakan untuk merencanakan, melaksanakan,
memonitor, mengevaluasi, dan mengendalikan perolehan dan penggunaan sumber-sumber
ekonomi keluarga khususnya keuangan agar tercapainya tingkat pemenuhan kebutuhan seluruh
anggota keluarga secara optimum dan memastikan adanya stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
keluarga (Komunitas MK). Financial optimism memposisikan bobot yang lebih tinggi pada hasil
yang diinginkan dan sebaliknya menempatkan bobot yang rendah pada hasil yang tidak
diinginkan (Bjuggren & elert, 2019). Financial optimism sangat penting untuk saat ini
dikarenakan akan mampu membantu individu, kelompok masyarakat atau perusahaan untuk
pulih dari situasi pendemi ini.
Salah satu upaya yang diduga dapat melemahkan fragility pada individu atau masyarakat
adalah financial literacy. Individu yang memiliki financial literacy yang baik akan mampu
meminimalisir timbulnya kerapuhan finansial pada diri mereka. Dalam pengelolaan keuangan di
dalam keluarga maka keluarga dituntut untuk mampu menentukan pilihan berbagai macam
kegiatan atau pekerjaan guna mencapai tujuan tersebut. Membuat keputusan ekonomi yang
cerdas adalah suatu pilihan, dan pilihan ini memerlukan upaya. Selain upaya, individu juga perlu
memahami syarat-syarat yang tepat dalam membuat keputusan ekonomi sehari-hari. Terkait
upaya dan persyaratan tersebut maka pengelolaan ekonomi menjadi suatu pilihan yang sebaiknya
dimiliki oleh seseorang. Hanya saja pada kenyataannya tidak semua orang sementara,
pemerintah Indonesia menerapkan sistem di rumah saja yakni masyarakat Indonesia diharuskan
untuk diam dan bekerja dirumah masing-masing, dan dengan adanya aturan ini membuat para
pekerja dan buruh pabrik terpaksa diam di rumah, dikurangi gajinya, dan beberapa perusahaan
melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) padahal masih produktif untuk bekerja. Sehingga
dampak covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, perekonomian, tetapi juga pada tenaga
kerja.
Dalam penelitian ini berfokus kepada ibu rumah tangga dikarenakan perempuan dinilai
kurang optimis dibandingkan laki-laki, misalnya saja kurang optimis dalam kondisi ekonomi dan
keuangan pribadi (Jacobsen dkk, 2014). Para ahli berpendapat bahwa wanita lebih mudah
mengalami depresi ketika dihadapkan dalam suatu masalah (Yoon & Kim, 2018). Hal tersebut
akan berdampak pada hubungan negatif antara financial fragility selama pandemi covid-19
terhadap financial optimism. Tanpa disadari, kondisi ekonomi yang semakin sulit membuat
pelaku ekonomi rumah tangga diperhadapkan pada situasi tetap diam seperti petunjuk protokol
kesehatan (stay home) ataukah mengambil langkah inisiatif bekerja apa saja untuk mendapatkan
nafkah hidup. Dalam kondisi dilematis seperti ini, tidak mengherankan apabila covid rawan
menyerang ekonomi rumah tangga.
Sekalipun pemerintah mengucurkan dana untuk dalam berbagai bantuan seperti bantuan
tunai langsung, pembagian sembako, listrik gratis dan lain sebagainya namun hal itu belumlah
mampu mengembalikan kondisi ekonomi rumah tangga kembali normal seperti semula, karena
sekali lagi bantuan-bantuan tersebut tidak selamanya diberikan. Kondisi ini juga diperparah
dengan semakin banyaknya jumlah pasien yang terpapar covid-19 sehingga menambah tekanan
psikologis ekonomi rumah tangga untuk kembali beraktivitas normal.
Bagi pekerja mandiri, berbagai bantuan pemerintah dapat membantu masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pokok namun tidak semua kebutuhan dipenuhi. Hal inilah yang
mendorong sektor ekonomi rumah tangga berupaya untuk melakukan tanggung jawab kepada
keluarga walaupun berisiko yaitu dapat tertular covid-19. Kondisi lain yang dihadapi ekonomi
rumah tangga yaitu setelah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) cenderung kembali ke
sektor pertanian. Bagi pelaku ekonomi rumah tangga, peluang diberlakukannya kebijakan New
Normal oleh pemerintah merupakan stimulus untuk mengembalikan bekerja dan atau melakukan
aktivitas bisnis. Dalam hal ini pelaku ekonomi rumah tangga yang memiliki bisnis dalam ini
UMKM dapat kembali beraktivitas sedangkan dari sudur pandang pemerintah diberlakukannya
new normal diharapkan akan menguntungkan perekonomian Indonesia dari ekonomi makro
hingga mikro ekonomi.
Terlepas dari berbagai efek demi efek yang dialami ekonomi rumah tangga, kecerdikan
mengelola berbagai sumber daya yang ada dalam rumah tangga menjadi bagian yang tak
terpisahkan. Karena dengan kecerdasan mengelola semua sumber daya dalam rumah tangga
maka meningkatkan peluang bertahan dalam pandemi covid-19. Salah satu sumber daya dalam
ekonomi rumah tangga yaitu keuangan. Keuangan rumah tangga memainkan peranan penting
dalam kesejahteraan rumah tangga. Oleh karena itu, apa yang sebaiknya dilakukan dan
bagaimana melakukannya merupakan hak krusial untuk dilakukan. Terputusnya keuangan rumah
tangga tentunya tidak dapat dibiarkan terus terjadi sehingga perlu adanya mata pencarian
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Fokus penelitian terkait financial fragility individu dan rumah tangga telah dilakukan oleh
beberapa penelitian terdahulu seperti Vandone, Bacchiocchi, dan Anderloni (2011); (Room dan
Merikull, 2017); (Brunetti, Giardia, dan Torricelli, 2016); (Ampudia, Vlokhoven, dan Ochowski,
2016). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu hanya
berfokus padan financial fragility dan keterkaitannya pada financial literacy, sedangkan dalam
penelitian ini mengembangkan penelitian tersebut dengan menambahkan variabel financial
optimism yang sangat tepat untuk diteliti di masa pandemi covid-19 yang secara fenomena
banyak dijumpai penurunan financial optimism pada masyarakat Indonesia.
Dalam penelitian ini memberikan wawasan baru untuk literatur para masyarakat dan
mahasiswa yang ada di Indonesia terkait dampak financial fragility yang tidak terkontrol dalam
diri individu atau masyarakat, yang dapat mendorong individu semakin sulit untuk pulih secara
finansial dari institusi pandemi. Selain itu, ketahanan financial yang semakin baik akan mampu
mendorong peningkatan financial optimism pada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran pengaruh Financial Fragility terhadap Financial Optimism?
2. Bagaimana peran pengaruh Financial Resilience terhadap Financial Optimism?
3. Apakah Financial Literacy berperan sebagai moderasi pada pengaruh Financial
Fragility dan Financial Resilience terhadap Financial Optimism?
C. Kontribusi
1. Mengobservasi, menyelidiki serta menginterpretasikan financial fragility dalam
menurunkan financial optimism dan financial literacy
2. Mengobservasi, menyelidiki serta menginterpretasikan financial resilience dalam
meningkatkan financial optimism.
3. Menegobservasi, menyelidiki serta menginterpretasikan peran moderasi financial
literacy dan financial resilience terhadap financial optimism.
4. Memberikan informasik serta literature berupa financial fragility, financial resilience,
financial optimism dan financial literacy khususnya kepada perusahaan agar dapat
segera mendapatkan kepulihan finansial selama pandemi.
5. Bagi masyarakat khususnya calon mahasiswa akuntansi dan lulusan prodi akuntansi
supaya lebih meningkatkan kesadaran isu financial optimism dan financial fragility
yang akan menjadi suatu motivasi bagi dirinya dalam emningkatkan survive individu
dalam menghadapi pandemi.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menginterpretasikan financial fragility
dalam menurunkan financial optimism dan financial literacy
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan
Memberikan informasik serta literature berupa financial fragility, financial
resilience, financial optimism dan financial literacy khususnya kepada perusahaan
agar dapat segera mendapatkan kepulihan finansial selama pandemi.
b. Bagi masyarakat
Supaya lebih meningkatkan kesadaran isu financial optimism dan financial fragility
yang akan menjadi suatu motivasi bagi dirinya dalam emningkatkan survive
individu dalam menghadapi pandemi.
E. Hipotesis
Mengacu pada rumusan yang diajukan, maka hipotesis penelitian yang diusulkan adalah :

H 1=¿ Diduga pengaruh Financial Fragility berdampak terhadap Financial Optimism


H 2=¿ Diduga pengaruh pengaruh Financial Resilience berdampak terhadap Financial
Optimism
H 3=¿ Diduga pengaruh Financial Literacy berperan sebagai moderasi pada pengaruh
Financial Fragility dan Financial Resilience terhadap Financial Optimism

F. Definisi Operasional
Berikut ini definisi operasional dari variable dalam penelitian ini :
1. Financial Fragility merupakan Kerapuhan finansial didefinisikan sebagai keadaan
ekonomi di mana kekayaan bersih kolektif seseorang terlalu kecil.
2. Financial Optimism merupakan kepercayaan diri bahwa seseorang memiliki
kemampuan untuk menghadapi tantangan tersebut secara langsung dan meningkatkan
keuangan.
3. Financial Resilience adalah Ketahanan finansial dan kemampuan untuk menahan
peristiwa kehidupan yang berdampak pada pendapatan dan/atau aset seseorang.
4. Literacy Financial adalah kemampuan untuk memahami dan secara efektif
menggunakan berbagai keterampilan keuangan, termasuk manajemen keuangan pribadi,
penganggaran, dan investasi.

Anda mungkin juga menyukai