Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hadirnya pandemi COVID-19 telah membawa perubahan terhadap dunia dengan berbagai
tantangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Di Indonesia, COVID-19 telah
menjangkiti lebih dari 1,3 juta orang sejak kasus pertama diumumkan pada bulan Maret 2020,
setidaknya 35.000 orang telah meninggal dunia. Namun, upaya untuk menghambat penyebaran
virus COVID-19 telah menghambat kegiatan perekonomian dan dampaknya terhadap tingkat
kesejahteraan sosial semakin dirasakan masyarakat. Setelah menunjukkan pencapaian penurunan
kemiskinan beberapa tahun belakangan ini, tingkat kemiskinan kembali meningkat setelah
pandemi COVID-19 . Satu dari 10 orang di Indonesia hari ini hidup di bawah garis kemiskinan
nasional. Tingkat kemiskinan anak juga dapat meningkat secara signifikan. Dampak negatif
terhadap keadaan sosial-ekonomi dari pandemi bisa menjadi jauh lebih buruk tanpa adanya
bantuan sosial dari pemerintah.
Covid-19 atau yang lebih dikenal sebagai Virus Corona telah menjadi perhatian publik
sejak kemunculannya terdeteksi di Tiongkok untuk kali pertama di awal tahun 2020.
Meninggalnya ribuan jiwa akibat virus ini membuatnya menjadi pusat perhatian banyak negara,
termasuk Indonesia.
Pandemi COVID-19 terbukti telah memberikan tekanan pada kondisi ekonomi dan sosial di
Indonesia sejak akhir tahun 2019. Dampak ekonomi ini berdampak luas di seluruh wilayah
Indonesia. Perekonomian masing-masing daerah terancam, ditambah dengan kondisi daerah
yang lebih buruk dari sebelumnya. Karena hal tersebut, pemerintah Indonesia langsung
mengambil
langkah agresif agar angka penyebaran bisa ditekan semaksimal mungkin.
Indonesia lebih memilih pembatasan sosial (social distancing) sebagai solusi daripada
melakukan lockdown yaitu mengunci akses masuk dan keluar wilayah bagi siapapun untuk
mencegah penyebaran virus yang umumnya digunakan oleh kebanyakan negara. Inti dari
pembatasan sosial adalah menjauhi diri dari aktivitas sosial secara langsung dengan orang lain,
sedangkan lockdown berarti suatu wilayah akan diisolasi dan terjadi pemberhentian total semua
aktivitas di wilayah tersebut. Alasan fundamental kenapa Indonesia lebih memilih
memberlakukan pembatasan sosial adalah banyak masyarakat Indonesia yang mengandalkan
upah harian, jadi akan rawan mereka tidak bisa mencari mata pencaharian apabila lockdown
diberlakukan.
Karena Indonesia adalah negara berkembang, maka masalah kemiskinan merupakan
masalah yang penting dan pokok dalam upaya pembangunannya. Keberagaman pandangan
tentang kemiskinan menunjukan bahwa kemiskinan merupakan fenomena multi dimensi.
Fenomena ini membuat pengukuran kemiskinan menjadi tidak mudah. Namun demikian,
kemiskinan tetap harus diukur sebagai gambaran dan bahan pengambilan kebijakan
penanggulangan kemiskinan.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana kondisi perekonomian dimasa pandemi bagi masyarakat menengah ke bawah ?
2.Bagaimana upaya pemerintah untuk memperbaiki statistik ekonomi?
3.Bagaimana cara masyarakat bertahan di tengah pandemi?

1.3 Tujuan penelitian


1.Untuk mengetahui bagaimana Covid-19 mempengaruhi perekonomian masyarakat menengah
ke bawah.
2.Untuk mengetahui kondisi perekonomian masyarakat menengah ke bawah saat pandemi
Covid-19
3.Untuk mengetahui upaya memperbaiki perekonomian masyarakat menengah ke bawah saat
pandemi Covid-19

1.4 Manfaat Penelitian


1.Untuk mengetahui dampak yg disebabkan dari covid -19
2. Untuk mengetahui apa saja upaya yg dilakukan untuk menangani Covid -19
3. Untuk mengetahui statistik ekonomi di masa pandemi
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Pandemi covid -19
Menurut situs Itjen Kemdikbud, pengertian pandemi COVID-19 adalah wabah yang terjadi
secara serempak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas. Pandemi merupakan
penyakit menular (epidemi) yang menyebar hampir di seluruh negara atau benua dan biasanya
mengenai banyak orang. Contoh penyakit yang menjadi pandemi adalah Coronavirus Disease
2019 (COVID-19).

2.2 Metode penulisan


Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka.Studi pustaka yaitu metode pengumpulan
data yang diarahkan kepada pemcarian data dan informasi melalui dokumen -dokumen ,baik
dokumen tertulis,foto-foto ,gambar , maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penelitian.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1.Kondisi perekonomian masyarakat menengah ke bawah di tengah pandemi


3.1.1 Pengertian Masyarakat Menengah
Kelas menengah atau middle class adalah sekelompok masyarakat yang mampu mencukupi
dirinya sendiri. Mereka tidak masuk ke kelompok orang kaya atau kelompok orang miskin,
mereka berada di tengah. Terkadang mereka juga mampu membeli keinginan yang di luar
kebutuhan utama seperti melakukan liburan atau memiliki mobil.

Kelompok ini yang saat ini tengah mendominasi Indonesia. Menurut Asian Development
Bank, middles class Indonesia adalah mereka yang punya pengeluaran mulai dari US$2-20 per
harinya. Apabila menggunakan perhitungan ini ada lebih dari 100 juta penduduk Indonesia yang
hidup di taraf ini.

3.2 Kondisi Perekonomian Masyarakat menengah ke bawah di Masa Pandemi

Indonesia di hadapkan dengan banyak persoalan dalam aspek ekonomi akibat dari pandemi
Covid-19. Kondisi ekonomi di Indonesia nampak memprihatinkan, ekonomi secara global 2020
diperkirakan bisa jatuh seperti depresi 1930, bukan lagi seperti tahun 2008 atau 1998. Kondisi ini
juga memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional. Di Indonesia sendiri
berbagai sektor harus terkendala dalam proses operasi, seperti pabrik-pabrik yang harus
menghentikan proses operasi karena kondisi tidak memungkinkan.

Kondisi perekonomian di Indonesia dan upaya pemulihannya saat ini menjadi fokus baru
dalam upaya penanganan. Trend ekonomi ini menjadi topik kajian Ekonomi dalam Pandemi: Asa
Ekonomi dan Langkah Pemulihan yang diadakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa
Universitas Islam Indonesia (LEM UII), secara daring pada Selasa, (30/6).

Dosen program studi Manajemen Institut Teknologi & Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta,
Muhammad Sarwani, S.E., M.M. selaku pembicara menjelaskan adanya dampak Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) dalam jumlah yang besar, sebagai bagian dari krisis ekonomi. “PHK
sendiri sudah pasti. Kementerian ketenagakerjaan sendiri melaporkan ada 2,9 Juta karyawan
yang di PHK (per Mei 2020), sedangkan KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) justru
lebih tinggi, ada 6,4 juta karyawan,” Jelasnya.

Tidak hanya PHK secara massal, dari bagian pemilik usaha sendiri juga mendapati kerugian.
“Selain PHK, permintaan, suplai, produksi, tersendat. Kemudian usaha-usaha jadi gulung tikar,
ya itu sudah pasti seperti yang kita sering lihat,” Imbuhnya.

Wartawan Senior sekaligus dosen manajemen ini juga menyampaikan beberapa perkiraan
pelemahan ekonomi akibat pandemi. Di antaranya adalah penurunan angka perekonomian
Indonesia dalam beberapa kuartal. “Pada Kuartal II 2020, diperkirakan akan mengalami
penurunan sebesar 3,8 persen. Lalu pada kuartal ke III diperkirakan akan menurun sebesar 1,6
persen. Jadi kalau berturut-turut minus, Indonesia sudah masuk resesi,” tuturnya.

Sarwani menambahkan dampak pelemahan ekonomi tersebut secara global. “Bahkan


perekonomian dunia akan menurun sebesar tujuh persen, terparah sejak perang Dunia 2.

3.3 Bentuk Statistik Ekonomi di Masa Pandemi

Dampak pandemi COVID-19 pada aktivitas perekonomian diprediksi akan berlangsung


cukup lama. Jika hal ini terjadi, kemungkinan besar masyarakat dunia akan mengalami resesi
atau krisis ekonomi yang parah. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi bahwa
pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 akan turun hingga −3%. Resesi ini akan mendorong
munculnya orang miskin baru. Hasil studi Sumner, Hoy, dan Ortiz-Juarez (2020) yang mencakup
138 negara berkembang dan 26 negara berpendapatan tinggi menunjukkan bahwa pandemi
COVID-19 akan memunculkan sekitar 85 juta orang miskin baru.
Bagaimana dengan Indonesia? Bank Dunia (2020) memproyeksikan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada 2020 hanya akan mencapai 2,1%. Dalam skenario terburuk, angka
proyeksi tersebut bisa turun menjadi −3,5%. Angka tersebut lebih rendah daripada pertumbuhan
ekonomi pada 2019 yang hanya sebesar 5%.  Guncangan ekonomi di Indonesia juga diprediksi
akan mendorong munculnya orang miskin baru.
Kami melakukan sebuah studi untuk mengestimasi dampak COVID-19 pada tingkat
kemiskinan di Indonesia (Suryahadi, Al Izzati, dan Suryadarma, 2020). Simulasi tingkat
kemiskinan pada 2020 dilakukan dalam beberapa skenario dengan menggunakan data Survei
Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas). Dalam simulasi tersebut kami menggunakan lima proyeksi
pertumbuhan ekonomi pada 2020 dari beberapa lembaga dan hasil studi, yakni pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,2% (Bank Indonesia, 2020), 3,1% (Rogers, 2020), 2,1% (World Bank, 2020),
1,2% (Yusuf, 2020), dan 1% (The Economist Intelligence Unit, 2020). Semua proyeksi tersebut
menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2020. Data BPS pun
menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2020 yang hanya sebesar
2,97% (BPS, 2020).

Kami mengacu pada guncangan ekonomi yang terjadi dalam periode 2005–2006 sebagai
tolok ukur dalam melakukan simulasi. Dalam periode tersebut pertumbuhan ekonomi Indonesia
melambat dan, pada saat yang sama, tingkat kemiskinan naik.

Hasil simulasi dampak pandemi COVID-19 pada tingkat kemiskinan di Indonesia dibagi
menjadi tiga skenario berdasarkan tingkat keparahan, yaitu paling ringan, moderat, dan paling
berat. Dalam skenario paling ringan, ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 4,2% dan tingkat
kemiskinan akan naik dari 9,2% (angka pada September 2019) menjadi 9,7% pada akhir 2020,
atau sekitar 1,3 juta lebih orang akan menjadi miskin. Dalam skenario moderat, ekonomi
Indonesia akan tumbuh sebesar 2,1% dan tingkat kemiskinan akan mencapai 11,4%, atau akan
ada 6 juta orang miskin baru. Dalam skenario paling berat, ekonomi Indonesia hanya akan
tumbuh sebesar 1% dan tingkat kemiskinan akan naik menjadi 12,4%, atau sebanyak 8,5 juta
lebih orang akan jatuh miskin.
Jika tingkat kemiskinan sebesar 12,4% benar-benar terjadi, upaya untuk menurunkannya akan
sangat sulit dilakukan. Dalam kondisi seperti itu, Pemerintah Indonesia perlu melakukan upaya
yang sangat besar dan masif untuk mencapai target RPJMN 2024.

3.4 Upaya Pemerintah Untuk Memperbaiki Statistik Ekonomi

Pemda mempunyai peran strategis dalam mendorong percepatan dan efektivitas


pemulihan ekonomi nasional. Pemda memahami struktur ekonomi daerah, demografi, dan
kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Di samping itu, kebijakan APBD dapat disinergikan
untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi di daerah.

Di samping itu, masyarakat dan pelaku usaha termasuk UMKM juga mempunyai peran
yang strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Pemerintah memberikan
kemudahan/stimulus fiskal dan moneter, seyogyanya disambut dengan positif oleh pelaku usaha
dengan menggerakkan usahanya secara baik.

Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional

Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan moneter
yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana APBN untuk
pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun.

Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III. Meskipun tidak
bertumbuh positif, diharapkan ekonomi nasional tidak berkontraksi sebesar triwulan II.
Selanjutnya triwulan IV, diharapkan ekonomi nasional bertumbuh positif sehingga kontraksi
tahun 2020 bisa ditekan sekecil mungkin. Sementara itu, pada tahun 2021, diharapkan ekonomi
nasional akan mengalami recovery secara siginifkan.

Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat 3 (tiga) kebijakan yang dilakukan yaitu
peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi
ekonomi dan ekpansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan
sinergy antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait.
Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri, semakin banyak
konsumsi maka ekonomi akan bergerak. Konsumsi sangat terkait dengan daya beli masyarakat.
Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar Rp172,1 triliun untuk
mendorong konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui
Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik dan lain-lain. Pemerintah juga
mendorong konsumsi kementerian/Lembaga/pemerintah daerah melalui percepatan realisasi
APBN/APBD. Konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam negeri sehingga memberikan
multiplier effects yang signifikan.

Pemerintah berusaha menggerakkan dunia usaha melalui pemberian insentif/stimulus


kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM, pemerintah antara lain memberikan penundaaan
angsuran dan subsidi bunga kredit perbankan, subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat dan
Ultra Mikro, penjaminan modal kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian insentif pajak misalnya
Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung Pemerintah. Untuk korporasi, Pemerintah
memberikan insentif pajak antara lain bebas PPh Pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh
Pasal 25 dan pengembalian pendahuluan PPN; menempatkan dana Pemerintah di perbankan
untuk restrukturisasi debitur. Pemerintah juga memberikan penjaminan modal kerja untuk
korporasi yang strategis, prioritas atau padat karya.

Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia menjaga


stabilisasi nilai tukar Rupiah, menurunkan suku bunga, melakukan pembelian Surat Berharga
Negara, dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Tujuan penurunan suku bunga
adalah meningkatkan likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas dunia usaha.

3.5 Cara Masyarakat Bertahan di Tengah Pandemi

3.5.1 Cara Masyarakat Kecil Bertahan di Tengah Pandemi

. Pandemi Covid-19 memang memberikan luka bagi sektor kesehatan, sosial, dan juga
perekonomian.  Berdasarkan hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN), pandemi Covid-19 ini sangat berpengaruh terhadap ekonomi
keluarga. 
Hasil riset tersebut menunjukkan, tak sedikit masyarakat kecil yang terdampak perekonomiannya
pandemi Covid-19 akhirnya mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. 

“Individu atau rumah tangga banyak melakukan cara untuk bertahan di masa pandemi, antara
lain mencoba keuntungan pekerjaan lain, beralih ke pekerjaan lain seperti pertanian atau
perkebunan,” demikian video pemaparan hasil risel tersebut, Senin (13/12). 

Tak hanya mencari pundi-pundi rupiah tambahan, masyarakat bahkan ada yang mengurangi
konsumsi alias berhemat. Selain itu, mereka yang berdagang juga melakukan pemasaran secara
daring. 

Kemudian, untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tak sedikit yang membuat ramuan tradisional
dan meminumnya.

3.5.2 Cara Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Pandemi

Saat ini, beberapa upaya telah dilakukan pemerintah, contohnya melalui kebijakan
restrukturisasi pinjaman, bantuan modal tambahan, pelonggaran pembayaran tagihan listrik, dan
dukungan pembiayaan lainnya. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga
dikembangkan untuk mendukung UMKM. Sejumlah Rp 112,84 triliun telah diterima oleh lebih
dari 30 juta UMKM pada tahun 2020.

Salah satu kebijakan yang menonjol yaitu pembebasan pajak bagi UMKM selama pandemi.
UMKM sangat terpengaruh dengan adanya penurunan konsumsi dan penjualan, maka
perpanjangan pembebasan pajak harus dipertimbangkan. UMKM dapat menyisihkan uang pajak
untuk pengeluaran operasional/modal kerjanya, sehingga mereka dapat bertahan selama
pandemi. Pemerintah pun dapat mengelola penerimaan pajak untuk mendorong konsumsi dan
pertumbuhan.

"Momentum pemulihan ekonomi harus terus dipertahankan dengan memfasilitasi akses


permodalan melalui regulasi yang tepat, salah satunya perpanjangan pembebasan pajak bagi
UMKM. Selanjutnya, ekosistem digital Indonesia dapat ditingkatkan,” kata Shirley.
Selain itu, dengan menggandeng pemerintah daerah, start-up dan e-commerce dapat mendorong
pertumbuhan UMKM dengan meningkatkan pembelian produk lokal. Agen distribusi dan
pemasaran dapat disebarkan bagi UMKM melalui jaringan kemitraan yang kuat.

Sementara itu, sistem rantai pasokan yang lebih transparan dan efisien perlu diterapkan bagi
produsen lokal. Start-up atau e-commerce dapat berkontribusi sebagai inkubator UMKM dalam
memastikan kualitas produk dan pengembangan bisnis.

 
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jadi berdasarkan informasi diatas dappat kita simpulkan bahwa Pandemi Covid -19 benar benar
memberikan dampak yg buruk bagi perekonomian masyarakat.Pandemi covid -19 telah membuat
para pelaku UMKM kehilangan penghasilan mereka,begitu juga dengn masyarakat kelas
menengah lainnya.Namun Pemerintah telah berupaya keras untuk menghadapi Pandemi yang
terjadi saat ini.Kiranya karya ilmiah ini dapat menjawab topik yang kami bahas yaitu
“Perekonomian di Era Pandemi”

4.2 Saran

Melalui tulisan di atas kita telah tahu bahwa covid-19 sangat berbahaya dan dapat merusak
perekonomian kita.Maka dengan itu seyogianya kita semua dapat menjaga diri satu sama lain
dari covid -19.Dan mari kita bantu pemerintah menangani masallah Pandemi ini dengan cara
patuh pada protokol kesehatan dan memakai masker saat keluar rumag.

Daftar Pustaka
https://www.modalrakyat.id/blog/kelas-menengah\
https://www.uii.ac.id/ekonomi-di-masa-pandemi-covid-19/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13287/Strategi-Kebijakan-Pemulihan-Ekonomi-
Nasional.html
https://amp.kontan.co.id/news/begini-upaya-umkm-bertahan-di-tengah-pandemi-covid-19
https://amp.kontan.co.id/news/begini-cara-masyarakat-kecil-bertahan-di-tengah-pandemi-covid-
19
https://smeru.or.id/id/content/estimasi-dampak-pandemi-covid-19-pada-tingkat-kemiskinan-di-
indonesia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pandemi_Covid-19

MAKALAH PEREKONOMIAN DI ERA


PANDEMI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA KELOMPOK : 1.NURUL LINGGA


2.SYALOM SINTURI
KELAS : XI MIPA 2

Anda mungkin juga menyukai