Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SEJARAH

PROKLAMATOR DAN PERAN PARA TOKOH SEKITAR


PROKLAMASI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 4
NAMA KETUA : RISKY DIPTARAMA SILABAN
NAMA ANGGOTA : 1. NOVE ENMIA SIDABUTAR
2.RANI PELITA ALPRININE TOBING
3.REZA IRAWAN
4.RIDHO P BOANGMANALU
5.RISKY GODANG SOLIN
6.ROMAULI OKTAVIA SILABAN
KELAS : XI MIPA 1
PROKLAMATOR DAN PERAN PARA TOKOH SEKITAR
PROKLAMASI
1.PERAN SANG PROKLAMATOR
a) Ir. SOEKARNO

Ir.Soekarno adalah orang pertama yang mencetuskan konsep Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia. Soekarno dikenal sebagai Bapak Proklamator Republik Indonesia dan Presiden Pertama
Negara Kesatuan Republik Indonesia periode 1945-1967.
BIOGRAFI Ir. SOEKARNO
 Nama Lengkap : Ir. Soekarno
 Nama Panggilan : Bung Karno
 Nama Kecil : Kusno
 Tempat&tanggal lahir : Surabaya,6 Juni 1901
 Agama : Islam
 Nama Istri : Fatmawati,Hartini,Ratna Sari Dewi,Kartini Manopo,Haryati,Yurike
Sanger,dan Heldy Djafar
 Nama Anak : Dari Fatmawati yaitu
Guntur,Megawati,Rachmawati,Sukmawati,Guruh ; dari Hartini yaitu Taufan & Bayu ;
dari Ratna Sari Dewi yaitu Kartik
 Pendidikan : HIS di Surabya, Hogere Burger School (HBS), Technisce Hoogeschool
(THS) di Bandung
 Wafat : Jakarta,21 Juni 1970
 Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur

PERANAN Ir. SOEKARNO DALAM MEMPERJUANGKAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK


INDONESIA
Ir. Soekarno merupakan salah satu pahlawan yang memiliki peran yang sangat besar bagi
kemerdekaan Indonesia. Perjuangannya bersama dengan pehlawan yang lainnya tidaklah mudah sampai
bisa membuat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.Soekarno adalah bapak bangsa yang
sering disebut dengan putra Sang Fajar. Soekarno adalah anak dari Raden Sukemi Sosrodiharjo dan Ida
Nyoman Rai.
Sejak muda Soekarno sudah sering bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti
Haji Oemar Said (H.O.S) Cokroaminoto, Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Ahmad Hasan. Kiprah
Soekarno pun berlanjut ke bidang politik. Kemudian, sang proklamator merumuskan ajaran
Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli
1927. Tujuan diberdirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka.
Kompeni yang tidak senang dengan pergerakan Soekarno mengambil tindakan agar pemerintahan
Hindia-Belanda saat itu masih bisa berdiri kokoh di tanah jajahannya. Akibatnya Belanda menjebloskan
Soekarno ke penjara Sukamiskin yang berada di di Bandung pada 29 Desember 1929.
Delapan bulan mendekam di jeruji besi, ia pun baru disidangkan. Dalam pidato pembelaannya yang
berjudul “Indonesia Menggugat”, beliau menggambarkan kondisi politik internasional dan keadaan
rakyat Indonesia di bawah belenggu kolonialisme.
Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.
Setelah bebas pada tahun 1931, beliau bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya.
Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, pada tahun 1933. Empat
tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.
Sampai pada akhirnya Soekarno dan pahlawan lainnya berhasil memerdekakan Indoneisia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno berperan sebagai perumus naskah teks proklamasi kemerdekaan
Indonesia dan juga pembaca teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Demikian adalah sejarah perjuangan Ir. Soekarno dalam meraih kemerdekaan Indonesia dari tangan
penjajahan kolonial Belanda.

b) Drs.Moh.Hatta

Biografi Drs.Moh.Hatta
 Nama : Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980
Ayah: Muhammad Djamil
Ibu :  Siti Saleha
Istri : Rahmi Rachim
 Anak :
Meutia Farida
Gemala
Halida Nuriah
 Riwayat Pendidikan 
Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916)
Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921)
Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)
 Karir :
Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945)
Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (Januari 1948 – Desember
1949)
Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet Republik
Indonesia Serikat (Desember 1949 – Agustus 1950)
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
 Pada 22 Juni BPUPKI membentuk panitia kecil yang dikenala dengan panitia sembilan yang
beranggotakan Ir. Soekarno, Bung Hatta, Mohammad Yamin, Ahmad Soebardjo, A.A. Maramis,
Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosujoso.
 Pada 9 Agustus 1945, bersama dengan Ir.Soekarno dan KRT Radjiman Wedyodiningrat, Bung
hatta pergi ke Dalat, Vietnam untuk dilantik oleh Panglima Asia Tenggara Jenderal Terauchi
sebagai ketua dan wakil ketua PPKI.
 Pada tanggal 16 Agustus 1945, terjadi penculikan Bung Karno dan Bung Hatta oleh golongan
pemuda dan mereka membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok dan penculikan
ini dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok. Penculikan ini di lakukan agar proklamsi segera
dilaksanakan secepatnya.
Menjadi Wakil Presiden RI ke-1 Dan Pengunduran Diri Sebagai Wakil Presiden
 Pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pukul 10.00 WIB, Proklamsi
Kemerdekaan dibacakan. Berselang sehari yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Bung Hatta resmi
menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Bung Karno.
 Setelah menjadi wakil presiden, Bung Hatta masih aktif dalam memberikan ceramah ke berbagai
lembaga pendidikan tinggi. Pada tanggal 12 Juli 1947, Hatta mengadakan Kongres Koperasi yang
pertama (ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia) dan Bung Hatta ditetapkan menjadi Bapak
Koperasi Indonesia.
 Pada 21 Juli 1947, terjadi Agresi Militer Belanda I. Pada saat hendak menyetujui Perjanjian
Renville yang berakibat jatuhnya kabiet Amir, kemudian terbentuk Kabinet Hatta pada 29
Januari 1948 dengan Hatta yang saat itu menjadi Perdana Menteri menjadi Menteri ertahana
pula.
 Pada tahun 1955, Bung Hatta menyatakan bahwa parlemen dan konstituante telah terbentuk
dan Ia akan mengundurkan diri karena menurutnya dengan pemerintahan parlementer kepala
negara hanya simbol maka wakil presiden sudah tidak diperlukan. Pada 20 Juli 1956, Bung Hatta
menulis surat untuk Ketua DPR namun ditolah secara halus, kemudian ia menulis kembali surat
yang sama pada tanggal 23 November 1956 yang berisi bahwa ia akan mengundurkan diri
sebagai Wakil Presiden pada 1 Desember 1956. Setelah 11 tahun menjabat menjadi wakil
presiden, DPR mengabulkan permintaan Hatta mengundurkan diri pada sidang DPR 30
November 1956.
Setelah Pengunduran Diri Sebagai Wakil Presiden Dan Wafatnya Mohammad Hatta
 Setelah mengundurkn diri, untu menambah penghasilan dari menulis buku dan mengajar. Pada
tahun 1963, saat Presiden Soekarno berada pada puncak kejayaannya, Bung Hatta jatuhsakit
dan perlu perawatan ke Swedia yang alatnya lebih lengkap.
 Pada 15 Agustus 1972, Pada upacara kenegaraan di Istana Negara , Presiden Soeharto
menyatakan bahwa Bung Hatta dianugrahi Bintang Republik Indonesia Kelas I .
 Setelah dirawat selama 11 hari di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Pada 14 Maret
1980 pada pukul 18.56 Bung Hatta meninggal dunia. Keesokan harinya, Beliau disemayamkan di
rumahnya di jalan Diponegoro 57, Jakarta dan kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir,
Jakarta dengan upacara kenegaraan yang dipimpin oleh wakil presiden Adam Malik. Pada Tahun
1986, saat pemerintahan Soeharto, Bung Hatta ditetapkan sebagai pahlawan Proklamator dan
pada tahun 2012 tepatnya pada tanggal 7 November Beliau ditetapkan sebagai Pahlawan
Nasional.
2. PERAN PARA TOKOH SEKITAR PROKLAMASI
a) Ahmad Subarjo

 Nama Lengkap : Achmad Subardjo Alias Achmad Soebardjo | Raden Achmad Soebardjo
Djojoadisoerjo
 Agama : Islam
 Tempat Lahir : Karawang, Jawa Barat, Indonesia
 Tanggal Lahir : Senin, 23 Maret 1896
Biografi
Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo adalah Menteri Luar Negeri Pertama Indonesia, ia
mempunyai gelar Meester in de Rechten yang diperoleh dari menempuh pendidikannya di Universitas
Leiden, Belanda setelah sebelumnya menempuh pendidikan di Hogere Burger School, Jakarta (saat ini
setara dengan Sekolah Menengah Atas). Lahir di Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 1896.
Nama Achmad Soebardjo adalah nama pemberian ibunya setalah sebelumnya ia mempunyai nama
Teuku Muhammad Yusuf, pemberian dari ayahnya yang masih mempunyai keturunan bangsawan Aceh
dari Pidie, nama belakang Djojoadisoerjo ia tambahkan sendiri saat dewasa.
Bersama Mohammad Hatta, ia menjadi perwakilan Indonesia untuk menghadiri persidangan antar
bangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan
kemudian di Jerman. Sekembalinya di Indonesia, Achmad Soebardjo yang pernah aktif dalam organisasi
Jong Java melanjutkan perjuangannya dengan menjadi anggota organisasi Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Di kediaman Laksamana Muda Maeda, ia juga ikut serta dalam menyusun naskah proklamasi
bersama Soekarno dan Muhammad Hatta yang kemudian naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 ia dilantik sebagai Menteri Luar Negeri, itu menjadikannya Menteri Luar
Negeri pertama di Republik Indonesia. Ia juga menjadi Duta Besar di Switzerland antara tahun 1957 -
1961.
Dalam usia 82 tahun, di Rumah Sakit Pertamina, Kebayoran Baru, ia mengembuskan napas terakhir
dikarenakan flu yang menimbulkan komplikasi. Yang kemudian dimakamkan di Cipayung, Bogor. Pada
tahun 2009 pemerintah mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional.
b) Sukarni Kartodiwiyo

Biografi Sukarni
 Nama : Sukarni Kartodiwirjo
 Tempat/tanggal lahir : Blitar,14 Juli 1916
 Wafat : 7 mei 1971
Sukarni Kartodiwirjo adalah orang yang menculik Sukarno dan Bung Hatta. Namun, motif dari
penculikan tersebut untuk memaksa dua pemimpin bangsa itu segara memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Langkah tersebut ia ambil karena gerah menunggu sikap Sukarno dan Bung Hatta yang masih
menunggu dan melihat situasi. Padahal, saat itu Jepang sudah tunduk pada Sekutu. Berikut ini kisah
perjalan Sukarni, tokoh penentu momen proklamasi.
PERANAN SUKARNI PADA PEMBACAAN TEKS PROKLAMASI
1. Aktivis militan yang pantang kompromi
Naskah Proklamasi hasil tulisan tangan Bung Karno yang disimpan oleh pihak Arsip Nasional Republik
Indonesia (ANRI). (IDN Times/Irfan Fathurohman)
Sukarni adalah laki-laki yang lahir pada 14 Juli 1916 di Blitar, Jawa Timur. Sukarni merupakan anak dari
Kartodiwirjo dan Supiah.
Ia terkenal sebagai aktivis militan yang pantang berkompromi. Sejak kecil, Sukarni sudah sangat
membenci penjajah Belanda. Bahkan, ia gemar berkelahi dengan anak-anak kolonial.
Kebencian terhadap penjajah Belanda tertanam di dalam diri Sukarni karena gurunya yaitu
Mohammad Anwar. Sang guru adalah tokoh pergerakan Indonesia saat itu.
Pada usia 14 tahun, Sukarni bergabung dengan organisasi perhimpunan Indonesia Muda. Sikap kritis,
pejuang, dan tanpa komprominya semakin membara. Hingga pada usianya yang ke 20, Sukarni diangkat
menjadi Ketua Pengurus Besar Indonesia Maju.
2. Sebagai pemimpin muda yang kritis, Sukarni diincar oleh Belanda
Soekarni Kartodiwirjo Sebagai pemmpinan anak muda kritis, Sukarni pun diincar oleh Belanda.
Belanda melakukan usaha-usaha penangkapan. Dengan langkah gesit, Sukarni berhasil lolos.
Sayang, beberapa tahun menjalani hidup untuk menghindari kejaran Belanda, Sukarni pun ditangkap
di Balikpapan.
Seperti dikutip dari berbagai sumber, pada masa penjajahan Jepang, Sukarni dan teman-temannya
dibebaskan. Bahkan di era itu, ia sempat bekerja di kantor berita ANTARA.
3. Sukarni dan peristiwa Rengasdengklok
Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu tanpa syarat. Sukarni menilai momen
kekosongan kekuasaan Indonesia saat itu sangatlah penting untuk memerdekakan rakyat.
Dikutip dari buku '100 Tokoh yang Mengubah Indonesia' oleh Penerbit Narasi, Sukarni dan kaum
muda pun berapi-api untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, para kaum tua lebih
berhati-hati dan menunggu.
Alhasil, Sukarno dan Bunga Hatta yang menjadi pemimpin saat itu pun diculik oleh Sukarni dan
kawan-kawannya pada 16 Agustus 1945. Mereka membawa Sukarno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat agar jauh dari intimidasi Jepang.
Walaupun sempat menjalani diskusi sengit, mereka pun sepakat untuk mengumandangkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
4. Semangat kemerdekaan Sukarni tidak pernah padam hingga akhir hayatnya
Setelah momen proklamasi, Sukarni menghimpun 2 pemuda demi mendukung Pemerintah Indonesia.
Pada 3 September 1945, ia mengambil alih stasiun kereta api, angkutan umum hingga stasiun radio.
Bukan hanya itu saja, Sukarni dan kaum muda juga menyelenggarakan rapat besar di lapangan Ikada.
Hal itu untuk mendesak peralihan kekuasaan Jepang ke Indonesia.
Pada 7 Mei 1971, Sukarni meninggal dunia dengan tenang karena cita-cita kemerdekaan telah ia
raih. Sukarni dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.

c) Sayuti Melik

biografi sayuti
 Nama : Sayuti Melik
 Tempat/ Tanggal Lahir : Kadisobo, Rejodani, Sleman, Yogyakarta pada 25 November 1908
 Tempat/ Tanggal Wafat : Jakarta pada 2 Maret 1989
Peran atau Kontribusi dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia :
Sayuti Melik turut menjadi saksi penyusunan teks proklamasi kemerdekaan, di ruang makan rumah
Laksamana Maeda. Dalam hal ini, ia mewakili golongan pemuda bersama Sukarni. Saat proses
penyusunan naskah proklamasi, Sayuti Melik membantu Ir. Soekarno. Sedangkan Mohammad Hatta
dibantu oleh Sukarni.
Dalam buku yang berjudul Sejarah Museum Perumusan Naskah Proklamasi (1990) yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan
bahwa Sayuti Melik mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan
Mohammad Hatta. Setelah Sayuti Melik mengusulkan hal tersebut, Sukarni segera mengumumkan jika
naskah proklamasi hanya perlu ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama rakyat Indonesia.
Usulan tersebut diterima oleh para hadirin yang datang.
Kemudian Ir. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi yang telah
disusun sebelumnya. Ditemani oleh BM. Diah, Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi tersebut di
ruang bawah dekat dapur rumah Laksamana Maeda. Saat proses pengetikan naskah, Sayu Melik
melakukan perubahan tiga kata, yakni kata 'tempoh' diganti menjadi 'tempo'. Kata 'wakil-wakil Bangsa
Indonesia' diubah menjadi 'Atas Nama Bangsa Indonesia' serta pengubahan tulisan bulan dan hari.
d) Burhanuddin Mohammad Diah

Burhanuddin Mohammad Diah atau yang biasa dikenal dengan BM Diah merupakan satu diantara
segelintir tokoh yang menjadi saksi perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pria kelahiran Aceh 7 April 1917 ini merupakan seorang wartawan.BM Diah ditugaskan untuk
menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia ke seluruh negeri.
Bahkan BM Diah menyelamatkan teks proklamasi asli yang ditulis oleh Ir. Soekarno.Hal ini dikarenakan
saat teks proklamasi diketik ulang oleh Sayuti Melik, teks proklamasi yang asli dibuang ke tempat
sampah.
BM Diah menyebarkan berita proklamasi menggunakan surat kabar.Pada Oktober 1945, BM Diah
menerbitkan surat kabar Merdeka.BM Diah meninggal dunia pada 10 Juni 1996.
Masa Muda
BM Diah merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara dari pasangan Mohammad Diah dan Siti
Sa'dah.
Burhanuddin merupakan saudagar yang kaya raya dan terpandang di Aceh.Kehidupan yang kaya raya
tidak dapat dinikmati oleh BM Diah, karena ayahnya hidup boros dan tidak meninggalkan harta bagi
anak-anaknya.
Kemudian ibunya membesarkan BM Diah seorang diri.Ibu dan sauadara-saudaranya berjualan emas,
intan, dan pakaian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Ketika BM Diah berumur delapan tahun, ibunya meninggal dunia.Kemudian BM Diah diasuh oleh
kakak perempuannya yakni Siti Hafsyah.
BM Diah mengawali pendidikannya dengan bersekolah di HIS (Hollandsch-Inlandsche School).Namun
BM Diah tidak mau bersekolah dibawah ajaran guru Belanda, kemudian BM Diah melanjutkan
pendidikan ke Taman Siswa di Medan, Sumatera Utara.
BM Diah meninggalkan Medan dan pergi ke Jakarta pada umur 17 tahun.BM Diah melanjutkan
pendidikan di Ksatrian Institut dan dipimpin oleh Dr. EE Douwes Dekker.Jurusan yang dipilih jurnalistik
dan BM Diah banyak belajar menjadi wartawan dari Douwes Dekker.
BM Diah tidak memiliki biaya ketika melanjtkan sekolah di Ksatrian Institut, namun Douwes Dekker
mengijinkan BM Diah untuk tetap bersekolah bahkan dipercaya menjadi sekretaris di sekolah tersebut.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, BM Diah kembali ke Medan dan bekerja sebagai Redaktur
harian Sinar Deli.
BM Diah memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan bekerja di harian Sin Po sebagai tenaga
honorer.Setelahnya, BM Diah pindah ke Warta Harian dan akhirnya mendirikan usahanya sendiri yakni
Pertjatoeran Doenia yang terbit bulanan.
Peran
Setelah BM Diah mendirikan Harian Merdeka, pada 1950an muncul istilah Personal Journalism.BM
Diah pernah bertolak belakang dengan pandangan militer.Akibatnya BM Diah sering berpindah tempat
untuk menghindari kejaran militer.
Bahkan saat pemerintah orde baru yang telah dikuasai militer mengganti nama Tionghoa menjadi
China dan Republik Rakyat Tiongkok menjadi Republik Rakyat China, Harian Merdeka tetap berani
menyebut istilah Tionghoa dan Tiongkok.
BM Diah juga pernah menjabat sebagai birokrat.Pada 1959, BM Diah diangkat menjadi Duta Brsar
RI untuk kerajaan Inggris Raya pada 1962.Kemudian pada orba, BM Diah diangkat menjadi Menteri
Penerangan pada kabinet Ampera 1966.BM Diah juga pernah menjadi anggota DPR dan DPA.
Satu diantara kisah menariknya yakni BM Diah memungut kertas naskah proklamasi tulisan tangan
Soekarno yang telah dibuang ke tempat sampah di rumah Laksamana Maeda.Naluri BM Diah sebagai
wartawan untuk menyimpan kertas yang telah dibuang sebagai bukti setiap peristiwa.

e) Latief Hendraningrat

Biografi latief
 Nama : Latief Hendraningrat
 Kelahiran : 15 Februari 1911, Jakarta
 Meninggal : 14 Maret 1983, Jakarta
 Pendidikan: Rechtshoogeschool te Batavia
Peran
Pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, Latief Hendraningrat termasuk
golongan muda yang mempelopori terjadinya Kemerdekaan Indonesia. Berasal dari siaran radio, kaum
muda Indonesia mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Para
pemuda menuntut Soekarno dan Hatta untuk mempercepat Kemerdekaan Indonesia, namun Soekarno
menolak karena masih menunggu realisasi janji dari Jepang yang akan memberi kemerdekaan kepada
Indonesia dalam waktu dekat.
Para pemuda meminta Latief Hendraningrat sebagai salah satu perwira PETA tertinggi di Jakarta
untuk meyakinkan Soekarno-Hatta, dan terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Pada saat itu, Latief Hendraningrat menjadi orang PETA yang paling bertanggungjawab atas keamanan
Jakarta saat itu. Ia menggantikan tugas atasannya, Kasman Singodimejo,
Pada 17 Agustus 1945, anak-anak muda berdatangan menuju Lapangan Ikada (kini area Monumen
Nasional). Mereka mendengar bahwa di sana Soekarno-Hatta akan menyatakan proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Namun, sesampainya di Lapangan Ikada, tentara Jepang sudah siap dengan
senjata lengkap. Rupanya deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia bukan dilakukan di Lapangan
Ikada, melainkan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat yang merupakan kediaman Soekarno.
Latief Hendraningrat tidak hanya mengamankan halaman depan rumah Soekarno yang digunakan
sebagai lokasi proklamasi kemerdekaan. Ia juga menempatkan beberapa prajurit PETA pilihannya untuk
berjaga-jaga di sekitar jalan kereta api yang membujur di belakang rumah itu. Usai pembacaan teks
proklamasi, Latief bertindak sebagai pengibar sang saka Merah-Putih bersama Suhud Sastro Kusumo.
f) S.Suhud

S. Suhud merupakan salah satu seorang pengibar bendera pisaka saat Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56.
BIOGRAFI SINGKAT S. SUHUD
 Nama Lengkap : Suhud Sastro Kusumo
 Lahir : Pada tahun 1920
 Wafat : Pada tahun 2012
PERANAN S. SUHUD DALAM MEMPERJUANGKAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Suhud Sastro Kusumo (S. Suhud) merupakan salah seorang pengibar bendera pusaka saat Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56.
S. Suhud merupakan anggota Barisan Pelopor dan menjadi pendamping Latif Hendraningrat.
Soediro sebagai wakil kepala barisan pelopor saat 14 Agustus 1945 menugaskan Suhud dan beberapa
pelopor untuk menjaga keluarga Soekarno. Kemudian pada 16 Agustus 1945, S. Suhud melaporkan
apabila Soekarni dan Chaerul Saleh datang. Namun kedatangan Soekarni dan Chaerul Saleh tidak
dicurigai oleh S. Suhud.
Pada 17 Agustus 1945, Soediro memanggil para pembantunya untuk menyebarluaskan berita
bahwa akan ada acara penting di kediaman Soekarno. K. Gunadi diberikan tugas untuk menyerahkan
instruksi tertulis yang ditujukan kepada anggota pelopor. Ketika Soediro tiba di Ikada, Soediro kaget
karena penuh dengan tentara Jepang dan bersenjata.Soediro menanyakan kepada dr Muwardi, dan
Muwardi mengatakan jika proklamasi dilaksanakan di rumah Soekarno. Kemudian S. Suhud
diperintahkan untuk menyiapkan tiang bendera.
Pada saat itu telah hadir beberapa tokoh yakni walikota Soewirjo, Dr Muwardi, Mr Wilopo, Mr Abdul
Gafar Pringgodigdo, Tabrani, SK Trimurti. Acara proklamasi Kemerdekaan Indonesia diawali dengan
pembacaan proklamasi oleh Soekarno disambung pidato singkat, pengerekan bendera merah putih,
sambutan Soewirjo dan sambutan Dr Muwardi. Soekarno membaca naskah proklamasi Kemudian
dilanjutkan Soekarno berpidato tanpa teks dan dilanjutkan dengan berdoa.
Trimurti awalnya ditunjuk untuk melakukan pengibaran bendera, namun Trimurti menolak, dan
mengusulkan untuk dilakukan oleh prajurit. Latief Hendradiningrat yang masih memakai seragam PETA
dan didampingi dengan S. Suhud. Suasana yang cukup tegang karena masih di bawah pengawasan
Jepang membuat pengibaran bendera di tiang bambu.
Bambu tersebut diberi tali dan ditanam beberapa langkah dari teras rumah Soekarno.
g) Suwiryo

Biografi suwiryo
 Nama : Raden Suwiryo
 Tempat,Tanggal Lahir :Wonogiri, 17 Februari 1903
 Meninggal : Jakarta, 27 Agustus 1967 pada umur 64 tahun
Suwiryo adalah seorang tokoh pergerakan Indonesia. Beliau juga pernah menjadi Walikota Jakarta
dan Ketua Umum PNI. Beliau juga pernah menjadi Wakil Perdana Mentri pada Kabinet Sukiman-Suwiryo.
Pendidikan dan pekerjaan
Suwiryo menamatkan AMS dan kuliah di Rechtshogeschool namun tidak tamat. Suwiryo sempat
bekerja sebentar di Centraal Kantoor voor de Statistik. Kemudia ia bergiat di bidang partikelir, menjadi
guru Perguruan Rakyat, kemudian memimpin majalah Kemudi. Menjadi pegawai pusat Bowkas
"Beringin" sebuah kantor asuransi. Pernah juga menjadi pengusaha obat di Cepu.
Perjuangan Awal perjuangan
Di masa mudanya Suwiryo aktif dalam perhimpunan pemuda Jong Java dan kemudian PNI. Setelah
PNI bubar tahun 1931, Suwiryo turut mendirikan Partindo. Pada jaman kependudukan Jepang, Suwiryo
aktif di Jawa Hokokai dan PUTERA.
Menjadi Wakil Walikota Jakarta
Proses Suwiryo menjabat sebagai walikota dimulai pada Juli 1945 di masa pendudukan Jepang. Kala
itu dia menjabat sebagai wakil walikota pertama Jakarta, sedangkan yang menjadi walikota seorang
pembesar Jepang (Tokubetsyu Sityo) dan wakil walikota kedua adalah Baginda Dahlan Abdullah. Dengan
kapasitasnya sebagai wakil walikota, secara diam-diam Suwiryo melakukan nasionalisasi pemerintahan
dan kekuasaan kota.
Peralihan kekuasaan dari Jepang
Pada 10 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu setelah bom atom dijatuhkan di kota
Hiroshima dan Nagasaki. Berita takluknya Jepang ini sengaja ditutup-tutupi. Tapi Suwiryo, dengan berani
menanggung segala akibat menyampaikan kekalahan Jepang ini pada masyarakat Jakarta dalam suatu
pertemuan. Hingga demam kemerdekaan melanda Ibu Kota, termasuk meminta Bung Karno dan Bung
Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Perpindahan kekuasaan dari Jepang dilakukan tanggal
19 September 1945 dan Suwiryo ditunjuk jadi Walikota Jakarta tanggal 23 September 1945.
Setelah proklamasi kemerdekaan
Ketika kedua pemimpin bangsa ini memproklamirkan kemerdekaan, Suwiryo-lah salah seorang yang
bertanggungjawab atas terselenggaranya proklamasi di kediaman Bung Karno. Semula akan
diselenggarakan di Lapangan Ikada (kini Monas) tapi karena balatentara Jepang masih gentayangan
dengan senjata lengkap, dipilih di kediaman Bung Karno.
Meninggal dunia
Enam tahun terakhir masa hayatnya, Suwiryo berjuang melawan penyakit yang tidak dapat
dilawannya, akhirnya beliau meninggal pada 27 Agustus 1967 dan dimakamkan di Taman makam
Pahlawan Kalibata.

h) Dr.muwardi

 Nama Lengkap : Dokter Muwardi


 Tempat Lahir : Pati, Jawa Tengah
 Tanggal Lahir : 30 Januari 1907
Biografi
Bunga bangsa, Dr. Muwardi adalah salah satu pahlawan kemerdekaan RI. Dia lahir di Pati, Jawa
Tengah pada tahun 1907. Muwardi adalah seorang dokter lulusan dari School Tot Opleiding Voor
Indische Artsen (STOVIA). Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan mengambil spesialis di
sekolah Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).
Dalam organisasi, Muwardi sudah aktif karena dia pernah menjadi Pemimpin Umum Pandu
Kebangsaan (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada saat Proklamasi Kemerdekaan, dia memiliki peran
penting di dalamnya. Pada tanggal 16 Agustus 1945 dia memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga
Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monas) yang rencananya akan digunakan sebagai tempat membaca
teks proklamasi. Usai proklamasi, Barisan pelopor Istimewa juga dibentuk oleh Dr Muwardi untuk
menjaga rumah dari Presiden dan Wakil Presiden yang juga proklamator (Soekarno-Hatta).
Suwardi mengganti nama baris barisan menjadi Benteng, ketika pusat barisan itu pindah ke Solo
pada tahun 1964. Sebelum pindah di Solo, dan ketika masih di Jakarta, dia juga ikut dalam pertempuran
melawan Inggris. Suwardi tetap menjalankan bisnis sebagai dokter walaupun aktif di berbagai
organisasi. Lalu bersama dokter lainnya dia mendirikan sekolah kedokteran di Jebres Solo kemudian
sekolah itu pindah ke Klaten. Untuk menghadapi pemberontakan PKI, beliau mendirikan Gerakan Rakyat
Revolusioner.
Ketika PKI melakukan brutal pada 11 September 1948 di Madiun, dan Pada tanggal 13 september
tahun 1948 di Solo PKI melakukan aksi penculikan dan pembunuhan. Dr, Muwardi turut menjadi korban
kebiadaban PKI tersebut,dia diculik dan bunuh diri pada saat akan pergi menjalankan praktik sebagai
dokter di rumah sakit Jebres.
Suwardi diberi gelar sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada tanggal 04 Agustus 1964,
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.190 Tahun 1964.
i) Sutan Syahrir

Biografi Sutan Syahrir


 Nama : Sutan syahrir
 Tempat/tanggal lahir : Padang panjang,5 Maret 1909
 Wafat : 9 April 1966
Peranan Sutan Syahrir pada pembacaan proklamasi
Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa bersejarah yang akan selalu dikenang karena menjadi
momen Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Kemedekaan Indonesia dapat diraih setelah rakyat Indonesia beserta para tokoh
memperjuangkannya dengan berbagai cara.
Salah satu tokoh berpengaruh yang membuat proklamasi kemerdekaan dapat terlaksana adalah
Sutan Sjahrir.
Mengetahui kabar kekalahan Jepang
Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Orang yang pertama kali mendengar atau mengetahui berita kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II
ialah Sutan Sjahrir.
Berita kekalahan Jepang ini awalnya berusaha ditutupi, tetapi berhasil terdengar oleh Sutan Sjahrir,
melalui siaran radio yang saat itu dilarang.
Selama Perang Dunia II, Sutan Sjahrir terus mengikuti perkembangannya dengan cara sembunyi-
sembunyi mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri.
Begitu mengetahuinya, Sutan Sjahrir segera menghubungi Chairil Anwar dan menyebarluaskan berita
tersebut kepada para pemuda pro-kemerdekaan.
Sutan Sjahrir juga langsung menginfokan kabar tersebut kepada Mohammad Hatta. Akan tetapi,
reaksi yang ia dapatkan tidak seperti yang diharapkan.
Moh Hatta sempat tidak memercayai berita tersebut dan memilih untuk menunggu kepastian
bahwa Jepang memang betul-betul kalah.
Merasa kecewa, Sutan Sjahrir memilih pola pergerakan yang nonkooperatif dengan menggunakan
gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang.
Menculik Soekarno dan Hatta
Sutan Sjahrir dan para golongan muda lainnya mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun, Soekarno dan Hatta tidak memenuhi permintaan para golongan muda, karena mereka ingin
proklamasi dilaksanakan melalui PPKI, organisasi kemerdekaan bentukan Jepang.
Alhasil, untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang, Sutan Sjahrir berinisiatif
untuk mengasingkan mereka ke Rengasdengklok.
Selama di pengasingan, Soekarno dan Hatta terus dibujuk agar bersedia melakukan proklamasi
kemerdekaan Indonesia selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 1945.
Akhirnya, karena terus didesak oleh golongan muda, Soekarno menyetujui usulan tersebut.
Soekarno dan Hatta pun segera dibawa kembali ke Jakarta dan memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945.

j) Frans Sumarto Mendur

Biografi Frans Sumarto


 Nama : Frans Sumarto Mendur
 Lahir : 16 April 1913
 Wafat : 24 April 1971
Peran atau Konstribusi dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Fotografer yang mengabadikan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus
1945. Bersama saudara kandungnya, Alex Mendur.
Frans adalah seorang fotografer jurnalistik Indonesia yang foto-foto Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia adalah satu-satunya foto yang diterbitkan dari acara bersejarah tersebut.
Dia juga memotret foto ikonik lainnya yang merekam perjuangan bangsa muda.
Frans bekerja di surat kabar Asia Raya ketika ia mendengar bahwa proklamasi akan diumumkan oleh
Sukarno di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56.[3] Setelah kemerdekaan, Frans bekerja
sebentar di surat kabar Merdeka.

k) Syahruddin

Biografi Syahruddin
 Nama : Syahruddin
 Lahir : Curup, Sumatra Selatan pada 17 September 1919
 Wafat :
Peran atau Konstribusi dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Majalah Tempo di sana. Dengan kariernya sebagai wartawan muda Kantor Berita Domei (kini LKBN
Antara). Salah satu berita yang dibuat adalah tentang teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang
dilaksanakan pada Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10:00 WIB, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta
Pusat.
Berbagai strategi dan taktik yang dilakukan Sjahruddin untuk menyebarluaskan berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia ke semua orang. Strategi yang dilakukannya adalah melompat tembok belakang
kantor radio tersebut.

i) Wuz Dan Yusuf Ronodipuro

Biografi
 Nama : Yusuf Ronodipuro
 Lahir : 30 September 1919 Hindia Belanda Salatiga, Hindia Belanda
 Meninggal : 27 Januari 2008 (umur 88) Indonesia Jakarta Selatan, Indonesia
 Pekerjaan : Wartawan, Diplomat
 Dikenal atas : Menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Mendirikan Radio Republik
Indonesia
Peran F. Wuz dan Yusuf Ronodiputo dalam penyebaran berita ptoklamasi di Indonesia
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat
terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan
Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami
keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat
berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya
ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta
dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah
sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B.
Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin.
Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali
berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio
sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi
Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan
diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut,
pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai
kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya
dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf
Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan
bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan
pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi
kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan
melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20
Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi.
Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan
Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan
plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan
Respect our Constitution, August 17!(Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!) Melalui berbagai
cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di
wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan
secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang
ikut menyebarkan berita proklamasi.

m) Lambertus Nicodemus Palar

Biografi Lambertus Nicodemus Palar


 Nama : Lambertus Nicodemus Palar
 Kelahiran : 5 Juni 1900, Rurukan
 Meninggal : 13 Februari 1981, Jakarta
 Pendidikan : Technische Hoogeschool te Bandoeng
 Jabatan sebelumnya : Perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (1950–1953)
Peran
Palar bergabung dengan usaha pengakuan internasional kemerdekaan Indonesia dengan menjadi
Wakil Indonesia di PBB pada tahun 1947. Posisi ini dijabatnya sampai tahun 1953. Pada masa jabatannya
peristiwa-peristiwa penting terjadi seperti konflik antara Belanda dan Indonesia, pengakuan
kemerdekaan Indonesia oleh Belanda, dan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB.
Pada saat konflik antara Belanda dan Indonesia, Palar memperdebatkan posisi kedaulatan
Indonesia di PBB dan di Dewan Keamanan walaupun pada saat itu dia hanya mendapat gelar "peninjau"
di PBB karena Indonesia belum menjadi anggota pada saat itu. Setelah Agresi Militer II yang dikecam
oleh Dewan Keamanan PBB, Perjanjian Roem Royen disetujui yang kemudian diikuti dengan Konferensi
Meja Bundar dan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Indonesia menjadi anggota ke-60 di PBB pada tanggal 28 September 1950.Pada saat berpidato di
muka Sidang Umum PBB sebagai Perwakilan Indonesia di PBB paling pertama, Palar berterima kasih
kepada para pendukung Indonesia dan berjanji Indonesia akan melaksanakan kewajibannya sebagai
anggota PBB. Palar tetap di PBB sampai saat dia ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia di India pada
tahun 1953. Pada tahun 1955, Palar diminta kembali ke Indonesia dan ikutserta dalam persiapan
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika, yang mengumpulkan negara-negara di Asia dan Afrika di mana
kebanyakan dari negara tersebut baru merdeka.Setelah pelaksanaan konferensi, Palar memulai kembali
tugas diplomatisnya melalui jabatan Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet merangkap Jerman Timur.
Dari tahun 1957 sampai 1962, dia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kanada dan setelah itu kembali
menjadi Duta Besar di PBB sampai tahun 1965. Karena konflik antara Indonesia dan Malaysia dan
setelah Malaysia terpilih untuk masuk Dewan Keamanan PBB, Sukarno mencabut keanggotaan
Indonesia di PBB. Palar kemudian menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Pada saat
kepemimpinan Suharto pada tahun 1966, Indonesia kembali meminta masuk keanggotaan PBB melalui
pesan yang disampaikan kepada Sekretaris Jendral PBB oleh Palar.
Palar pensiun dari tugas diplomatisnya pada tahun 1968 setelah melayani bangsanya dalam
permulaan usaha dan konflik Indonesia dan setelah dia berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dalam
arena diplomatis. Palar kembali ke Jakarta, tetapi tetap giat melalui tugas mengajar, pekerjaan sosial,
dan tugasnya sebagai penasehat Perwakilan Indonesia di PBB. Lambertus Nicodemus Palar meninggal di
Jakarta pada tanggal 13 Februari 1981. Dia meninggalkan isterinya, Johanna Petronella "Yoke" Volmers,
dan anak-anaknya Mary Elizabeth Singh, Maesi Martowardojo, dan Bintoar Palar.

n) Sumitro Djojohadikusumo

Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo adalah salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal.
Murid-muridnya banyak yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti J.B. Sumarlin, Ali
Wardhana, dan Widjojo Nitisastro
Biografi Sumitro Djojohadikusumo
 Nama Lengkap : Sumitro Djojohadikusumo
 Tempat & Tanggal Lahir : 29 Mei 1917
 Wafat : Pada 9 Maret 2001, Jakarta
 Tempat Pemakaman : TPU Karet Bivak, Jakarta
 Pasangan : Dora Sigar
 Anak : Biantiningsih Miderawati, Mariani Ekowati, Prabowo Subianto,
Hashim Sujono
 Orang Tua : Margono Djojohadikoesoemo & Siti Katoemi Wirodiharjo
PERANAN SUMITRO DJOJOHADIKUSUMO DALAM MEMPERJUANGKAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN
REPUBLIK INDONESIA
Soemitro Djojohadikusumo adalah ahli ekonomi yang turut memperjuangkan pengakuan
Internasional terhadap kedaulatan Indonesia. Meskipun ia memiliki latar belakang pendidikan ekonomi,
namun kemampuannya dalam melakukan diplomasi sangat menngagumkan. Pada tahun 1946, Soemitro
Djojohadikusumo mendengar kabar adanya konflik bersenjata antara Belanda dan Indonesia.
Mendengar kabar tersebut, Soemitro Djojohadikusumo bertekad kembali ke Indonesia untuk membantu
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Soemitro Djojohadikusumo tiba di Indonesia pada awal tahun
1947. Setibanya di Indonesia, ia diangkat sebagai staf Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Pada 14 Agustus 1947, Soemitro Djojohadikusumo ditunjuk sebagai salah satu delegasi
Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success, New York. Dalam sidang tersebut,
Soemitro Djojohadikusumo hadir bersama Sutan Sjahrir, Agus Salim, Charles Tambu dan Soedjatmoko.
Mereka bersama-sama menghimpun simpati dari negara-negara Internasional untuk mendukung
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, tim diplomat Indonesia juga mengungkapkan bahwa
Indonesia bersedia menyelesaikan konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda dengan cara-cara
damai. Pada akhirnya, Sidang Dewan Keamanan PBB menghasilkan sebuah resolusi untuk menyelesaikan
permasalahan Indonesia dan Belanda dengan damai melalui badan arbitrase.
Soemitro Djojohadikusumo menanggapi resolusi Dewan Keamanan PBB dengan mengajukan
beberapa usulan cemerlang. Ia mengusulkan pembentukan sebuah komisi pengawasan perdamaian
yang bertugas untuk menjamin perdamaian antara Indonesia dan Belanda terkait penyelesaian masalah
kedua negara. Selain itu, Soemitro Djojohadikusumo juga menuntut Dewan Keamanan PBB untuk
memerintahkan penarikan kekuatan militer Belanda di Indonesia. Tuntutan tersebut mendapat
dukungan dari mayoritas peserta sidang seperti, Amerika Serikat, Australia, Brazil, Kolombia, Polandia,
Ukraina dan negara-negara Timur Tengah.

*Sekian dan Terimakasih >_<

Anda mungkin juga menyukai