Anda di halaman 1dari 10

20 Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia dan Perannya

1. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno merupakan salah satu tokoh hebat yang berjuang dalam meraih kemerdekaan
Indonesia dan merupakan tokoh pertama yang menjadi presiden Republik Indonesia. Ir.
Soekarno, atau biasa disebut Bung Karno, lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa
Timur dan meninggal pada tanggal 21 Juni 1970. Pada masa itu, Bung Karno memiliki
konsep teks proklamasi yang ingin dibacakan kepada rakyat Indonesia. Bung Karno juga
yang menyusun teks proklamasi bersama dengan Bung Hatta di rumah Laksamana Tadashi
Maeda. Kemudian Bung Karno juga berperan dalam membacakan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur no. 56 daerah DKI Jakarta.

2. Drs. Moh. Hatta

Drs. Moh Hatta atau biasa disebut dengan Bung Hatta, lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di
daerah Bukittingi, Sumatera Barat dan meninggal pada tanggal 14 Maret 1980 pada umurnya
yang telah menginjak 77 tahun. Bung Hatta juga merupakan seseorang yang telah
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan merupakan wakil presiden pertama yang
memimpin Indonesia bersama Bung Karno. Bung Hatta memiliki peran yang besar juga
dalam proklamasi kemerdekaan, dimana beliau ikutserta dalam menyusun naskah proklamasi
bersama dengan Bung Karno dan Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Tadashi Maeda.
Selain itu, Bung Hatta juga seseorang yang menandatangani naskah proklamasi bersama
dengan Bung Karno.

3. Mr. Achmad Soebardjo Djojoadisurjo

Mr. Achmad Soebardjo merupakan Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia, seorang


diplomat, dan seorang pahlawan Nasional Indonesia. Beliau adalah Menteri luar negeri
pertama di Indonesia dan memiliki gelar Meester in de Rechten yang diperoleh di Unicersitas
Leiden, Belanda pada tahun 1933. Achmad Soebardjo berperan dalam penyusunan konsep
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia di rumah seorang laksamana muda Jepang
bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

4. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir (dengan ejaan lama: Soetan Sjahrir) lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat
pada 5 Maret 1909 dang meninggal pada tanggal 9 April 1966 di Zurich, Swiss pada umur 57
tahun. Beliau adalah seorang politikus keturunan Bugis dan perdama Menteri pertama di
Indonesia. Beliau menjabat sebagai perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945
hingga 20 Juni 1947 dan meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik. Sutan
Syahrir ditetapkan sebagai salah seorang pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April
1966 berdasarkan Keppres no. 76 tahun 1966. Sutan Syahrir berperan sebagai pemimpin
perlawanan bawah tanah untuk menyerang dan melawan Jepang pada masa-masa
proklamasi.

5. Sayuti Melik

Mohamad Ibnu Sayuti, atau biasa lebih dikenal dengan Sayuti Melik, diketahui dalam sejarah
sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau juga
merupakan suami dari Soerastri Karma Trimurti yang bekerja sebagai seorang wartawati dan
aktifis perempuan pada zaman pergerakan dan zaman pasca kemerdekaan. Peran beliau
dalam membantu berjalannya proklamasi adalah dengan mengetik naskah Proklamasi yang
disempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno.

6. Soekarni Kartowirjo

Soekarni merupakan salah satu Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Gelar Pahlawan
Nasional Indonesia Sukarni disematkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7
November 2014 kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta. Sukarni berperan
dalam masa proklamasi dengan mengusulkan agar teks proklamasi kemerdekaan Indonesia
untuk ditandatangi oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Ketahui
pula mengenai Sejarah Sumpah Pemuda.

7. Burhanuddin Mohammad Diah (B.M. Diah)

Burhanuddin Mohammad merupakan seorang pejuah kemerdekaan, diplomat, tokoh pers, dan
pengusaha Indonesia. B.M. Diah berperan sebagai wartawan dan bertugas untuk menyiarkan
kabar berita bahwa Indonesia telah merdeka ke seluruh penjuru tanah air pada masa
proklamasi kemerdekaan.

8. Jusuf Kunto

Jusuf Kunto lahir pada tanggal 8 Agustus 1921 di Salatiga. Jusuf Kunto memiliki nama asli
Kunto sebelum akhirnya diganti menjadi Jusuf Kunto sejak tahun 1937. Jusuf Kunto
merupakan salah satu anggota PETA yang ikut menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdngklok pada tanggal 16 Agustus 1945 bersama Sukarni dan beberapa anggota PETA
lainnya. Simak juga sejarah PETA pembela tanah air.

9. Latief Hendraningrat dan Suhud

Abdul Latief Hendraningrat merupakan salah satu prajurit PETA dengan pangkat Sudanco
dan pengibar bendera Sang Saka Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur 56 berdampingan dengan Suhud Sastro Kusumo.

10. Suwirjo

Raden Suwiryo merupakan salah satu Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia yang
pernah menjadi walikota Jakarta dan ketua umum PNI. Selain itu, beliau juga pernah menjadi
wakil perdana Menteri pada cabinet Sukiman-Suwiryo. Pada saat menjabat sebagai gubernur
Jakarta, beliaulah yang mengusahakan agar kegiatan upacara proklamasi berjalan dengan
aman dan lancar. Ketahui pula mengenai Kerusuhan Mei 1998.

11. Frans Sumarto Mendur

Frans Sumarto Mendur merupakan salah satu dari fotografer yang mengabadikan detik-detik
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai perekan sejarah, hasil potret beliau
pada peristiwa perjuangan kemerdekaan menjadi alasan mengapa sekarang kita bisa melihat
foto upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
12. Syahruddin

Syahruddin merupakan seorang telegrafis di kantor berita Jepang (DOMEI) dalam masa
penjajahan Jepang di Indonesia. Beliaulah yang berjasa dalam menyebarkan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia secara sembunyi-sembunyi pada tanggal 17 Agustus
1945 pukul 4 sore. Simak juga sejarah radio.

13. Jusuf Ponodipuro

Jusuf Ponodipuro pada awalnya dikenal sebagai penyiar kemerdekaan Republik Indonesia
secara luas dan merupakan duta besar Indonesia. Beliau berperan dalam menyebarkan berita
proklamasi pada saat ia bekerja di Radio Hoso Kyoku.

14. Wikana

Wikana adalah seorang Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama Chaerul Saleh,
Sukarni, dan pemuda lainnya dalam menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Beliau
merupakan utusan yang menyampaikan keputusan kaum pemuda kepada Soekarno-Hatta.

15. Chaerul Saleh

Chaerul Saleh berperan besar dalam peristiwa Rengasdengklok dan menuntut Soekarno-Hatta
untuk segera membacakan proklamasi kemerdekaan. Pada tahun 1946, beliau bergabung
dalam Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka dan menuntut kemerdekaan 100%. Pada
1948, Tan Malaka mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner dan menunjuk Chaerul Saleh
sebagai sekretaris.

16. Dr. Muwardi

Muwardi berperan dalam membacakan teks pembukaan UUD 1945 yang dibentuk oleh
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan masuk ke dalam sejarah pembentukan
PPKI. Beliau juga merupakan ketua Barisan Pelopor untuk seluruh Jawa dan memerintahkan
Barisan Pelopor untuk menjaga Lapangan Ikada yang rencananya akan digunakan sebagai
tempat pembacaan teks proklamasi sehari sebelum pembacaan.

17. Sudiro

Sudiro merupakan walikota Jakarta pada periode 1953 – 1960 dan menjadi saksi dalam
perumusan naskah proklamasi.

18. A.M. Hanafi

Hanafi emiliki peranan besar dalam meyakinkan Bung Karno untuk membacakan teks
proklamasi. Tanpa beliau, Bung Karno tidak berani untuk membacakan teks karena adanya
ancaman Jepang untuk membasmi siapa saja yang melawan.

19. A.R. Baswedan


A.R. Baswedan merupakan salah satu anggota BPUPKI dan memiliki peran dalam
mendapatkan pengakuan de facto dan de jure bagi eksistensi Indonesia. 20. Adam Malik

Adam Malik merupakan mantan Menteru Indonesia dan merupakan salah satu pahlawan
Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1998. Peran beliau dalam proklamasi adalah
sebagai wartawan yang menyampaikan berita proklamasi ke seluruh Indonesia.

Berikut adalah susunan keanggotaan PPKI:

 Ir. Soekarno – ketua


 Drs. Moh. Hatta – wakil ketua
 prof. Mr. Dr. Soepomo – anggota
 KRT Radjiman Wedyodiningrat – anggota
 KRT Radjiman Wedyodiningrat- anggota
 R. P. Soeroso – anggota
 Soetardjo Kartohadikoesoemo – anggota
 Kiai Abdoel Wachid Hasjim – anggota
 Ki Bagus Hadikusumo – anggota
 Otto Iskandardinata – anggota
 Abdoel Kadir – anggota
 Pangeran Soerjohamidjojo – anggota
 Pangeran Poerbojo – anggota
 Dr. Mohammad Amir – anggota
 Mr. Abdul Abbas – anggota
 Teuku Mohammad Hasan – anggota
 Dr. GSSJ Ratulangi – anggota
 Andi Pangerang – anggota
 A.A. Hamidan – anggota
 I Goesti Ketoet Poedja – anggota
 Mr. Johannes Latuharhary – anggota
 Drs. Yap Tjwan Bing – anggota

Namun selanjutnya, tanpa sepengetahuan dari pihak Jepang, anggota PPKI bertambah 6
orang yaitu:

 Achmad Soebardjo – penasihat


 Sajoeti Melik – anggota
 Ki Hadjar Dewantara – anggota
 R.A.A. Wiranatakoesoema – anggota
 Kasman Singodimedjo – anggota
 Iwa Koesoemasoemantri – anggota
Anggota BPUPKI
Anggota BPUPKI berjumlah 62 orang yang terdiri dari tokoh-tokoh Indonesia, ditambah
delapan perwakilan dari Jepang. Berikut adalah daftar lengkap anggota BPUPKI:
Ketua: KRT Radjiman Wedyodiningrat
Wakil Ketua: Ichibangase Yosio dan Raden Pandji Soeroso
Anggota:

 Soekarno
 Mohammad Hatta
 Ki Hajar Dewantara
 Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja
 Samsi Sastrawidagda
 Sukiman Wiryosanjoyo
 Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat
 KH A Ahmad Sanusi
 KH Wahid Hasyim
 H Agus Salim
 Raden Ashar Sutejo Munandar
 Abdul Kahar Muzakir
 Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo
 Raden Ruseno Suryohadikusumo
 KH Abdul Halim Majalengka (Muhammad Syatari)
 KRMT Ario Wuryaningrat
 Ki Bagus Hadikusumo
 KH Mas Mansoer
 KH Masjkur
 Agus Muhsin Dasaad
 Liem Koen Hian
 Mas Aris
 Mas Sutarjo Kartohadikusumo
 AA Maramis
 Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro
 Mas Susanto Tirtoprojo
 Mohammad Yamin
 Raden Ahmad Subarjo
 Raden Hindromartono
 AR Baswedan
 Raden Mas Sartono
 Raden Panji Singgih
 Raden Syamsudin
 Raden Suwandi
 Raden Sastromulyono
 Yohanes Latuharhary
 Raden Ayu Maria Ulfah Santoso
 Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
 Oey Tiang Tjoei
 Oey Tjong Hauw
 Bandoro Pangeran Hario Purubojo
 PF Dahler
 Parada Harahap
 Soepomo
 Pangeran Ario Husein Jayadiningrat
 Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma
 Raden Abdul Kadir
 Raden Abdulrahim Pratalykrama
 Raden Abikusno Cokrosuyoso
 RAA Purbonegoro Sumitro Kolopaking
 Raden Adipati Wiranatakoesoema V
 Raden Mas Margono Joyohadikusumo
 RMTA Suryo
 R Otto Iskandardinata
 Raden Panji Suroso
 Raden Ruslan Wongsokusumo
 Raden Sudirman
 Raden Sukarjo Wiryopranoto
 Raden Buntaran Martoatmojo
 Bendoro Pangeran Hario Bintoro
 KRT Rajiman Wedyodiningrat
 Tan Eng Hoa
 Itibangase Yosio
 Matuura Mitukiyo
 Miyano Syoozoo
 Tanaka Minoru
 Tokonami Tokuzi
 Itagaki Masumitu
 Masuda Toyohiko
 Ide Teitiroo

Budi Utomo
Oragnisasi yang diawali dr. Wahidin Soedirohoesodo yang berkeliling Jawa untuk melakukan
sosialisasi pentingnya pendidikan. Selain itu, terdapat dana pendidikan untuk yang kurang
mampu. Dana tersebut disebut dengan Studie Fond. Pada 1907, Wahidin bertemu denghan
Soetomo, mahasiswa STOVIA dan membentuk organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908.
Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh bangsa Indonesia dan
beranggotakan mahasiswa STOVIA. Berdirinya organisasi merupakan awal kebangkitan
nasional atau pergerakan nasional. Sehingga ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional.

Sarekat Islam
Organsiasi tersebut berawal dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan Haji Samanhudi
di Solo pada 1905. Organisasi tersebut dibentuk untuk melindungi pengusaha lokal agar
dapat bersaing dengan pengusaha non lokal dalam dagang batik. Kemudian SDI dirubah
menjadi Sarekat Islam (SI) dan diketuai oleh HOS Tjokroaminoto pada 1912. SI kemudian
menjadi besar karena semua orang boleh bergabung dalam organisasi jika beragam Islam.
Namun pada 1921, SI terpecah menjadi dua kubu yaitu SI Putih dan SI Merah. SI Putih
berpusat di Yogyakarta dan SI Merah berpusat di Semarang.

Indische Partij
Indische Partij Didirkan di Bandung pada 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yaitu Dr
EFE Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), RM Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara), serta dr Tjipto Mangoenkoesoemo. Indische Partij bertujuan untuk
mengembangkan rasa nasionalisme, menciptakan persatuan antara orang Indonesia dan
Bumiputera. Selain itu juga mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Organisasi
tersebut mengkritik pemerintah kolonial Belanda. Kritikan ditulis oleh RM Suwardi yang
berjudul Als ik een Nederlander was (Seandainya aku seorang Belanda). Sehingga pada 4
Mei 1913, organisasi tersebut dianggap partai terlarang dan ketiga tokoh tersebut diasingkan
ke Belanda.

Perhimpunan Indonesia Organisasi yang didirkan Belanda pada 1908 yang awalnya diberi
nama Indische Vereeniging oleh Soetan Kasajangan Soripada dan RM Noto Suroto.
Kemudian 1925 dirubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Istilah Indonesia
digunakan untuk menunjukkan identitas diri bangsa dan negara serta menggantikan kata
Hindia Belanda. Baca juga: Biografi Samanhudi, Pahlawan dan Pedagang Batik Tokoh yang
tergabung adalah Mohammad Hatta, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.
Perhimpunan Indonesia berjuang dengan kekuatan sendiri dan tidak meminta kepada
pemerintah kolonial Belanda. Organisasi ini memiliki majalah dengan nama Hindia Poetra
dan menjadi Indonesia Merdeka.

Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV)


Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) Didirikan pada 9 Mei 1914 oleh Henk
Sneevliet, anggota Partai Buruh Sosial Demokrat Belanda dan rekannya di Surabaya.
Organisasi ini menganut paham Marxisme dan berganti nama menjadi Partai Komunis Hindia
pada 23 Mei 1920. Pada Desember 1920 berubah nama lagi menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI). PKI diketuai oleh Semaun. Pada tanggal 13 November 1926, PKI
melancarkan pemberontakan di Jawa dan Sumatera yang kemudian dikalahkan oleh kolonial
Belanda.

Partai Nasional Indonesia (PNI)


Partai Nasional Indonesia (PNI) PNI merupakan perkumpulan yang dibentuk Soekarno pada
tanggal 4 Juli 1927. PNI bergerak dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Setelah Kongres
tahun 1928 di Surabaya, anggotanya semakin meningkat sehingga mengkhawatirkan
pemerintah kolonial. Akhirnya pada 29 Desember 1929 empat tokoh PNI, yaitu Soekarno,
Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen, dan Soepriadinata ditangkap dan dihukum oleh Pengadilan
Bandung.

Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati dimulai di Jawa Barat pada 11 - 15 November 1946. Melalui
perundingan ini, Indonesia dan Belanda membahas soal status kemerdekaan Indonesia.
Perjanjian Linggarjati ini terjadi lantaran waktu itu Jepang berusaha menetapkan status quo di
Indonesia yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda. Dapatkan
informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Kemudian, Indonesia dan
Belanda pun diundang untuk melakukan perundingan di Hooge Veluwe oleh pemerintah
Inggris. Dalam perundingan tersebut, Indonesia meminta Belanda untuk mengakui
kedaulatan atas Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. Namun, Belanda hanya menerima untuk
mengakui Indonesia atas Pulau Jawa dan Madura saja. Alhasil perundingan tersebut gagal
dilakukan. Kemudian pada 25 Maret 1947, di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka),
Perjanjian Linggarjati terbentuk dan ditandangani oleh kedua belah pihak. Isi dari Perjanjian
Linggarjati yakni:
1. Belanda mengakui secara de facto atas eksistensi Negara Republik Indonesia yang
meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam bentuk membentuk negara
Serikat, yang salah satu negaranya adalah Republik Indonesia.
3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Perundingan Renville
Perundingan Renville terjadi pada tanggal 1 Agustus 1947, di mana Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi sebuah gencatan senjata antara Belanda-
Indonesia. Jenderal Van Mook dari Belanda memerintahkan pasukannya melakukan gencatan
senjata pada 5 Agustus. 20 hari kemudian, 25 Agustus, Dewan Keamanan berusaha untuk
menyelesaikan konflik antara Indonesia dengan Belanda melalui saran dari Amerika Serikat.
Agar konflik dapat mereda dengan damai, dibentuklah Komisi Tiga Negara yang telah
disetujui kedua belah pihak, yaitu Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Pemerintah RI dan
Belanda pada 17 Agustus 1947 sudah lebih dulu sepakat untuk melakukan gencatan senjata
sampai Perjanjian Renville disetujui, tetapi perang terus berlanjut. Sampai akhirnya
Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 Januari 1948 antara Indonesia dengan Belanda di
atas geladak kapal perang Amerika Serikat yang berlabuh di Jakarta. Isi dari Perjanjian
Renville:
1. Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia.
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda.
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di
Jawa Barat dan Jawa Timur. Baca juga: Mengapa Perjanjian Linggarjati Merugikan
Indonesia

Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian Roem Royen dibentuk oleh Indonesia dan Belanda untuk menyelesaikan konflik di
awal kemerdekaan. Perjanjian tersebut kemudian ditandatangani pada 7 Mei 1949. Isi dari
perjanjian Roem-Royen sebenarnya untuk mempertegas kesediaan berdamai antara kedua
belah pihak, Indonesia dan Belanda. Memiliki proses yang sangat alot, pertemuan ini pun
perlu dihadiri oleh Mohammad Hatta juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dalam
perjanjian ini, pihak delegasi Republik Indonesia menyatakan bersedia untuk:

1. Dalam perjanjian ini, pihak delegasi Republik Indonesia menyatakan bersedia untuk:
Mengeluarkan perintah kepada pengikut Republik yang bersenjata untuk
menghentikan Perang Gerilya.
2. Bekerjasama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan.
3. Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) untuk mempercepat "penyerahan"
kedaulatan yang sungguh lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak
bersyarat.

Perjanjian Roem-Royen untuk Belanda yaitu:


1. Belanda menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.
2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan
politik.
3. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang
dikuasai oleh RI sebelum tanggal 19 Desember 1948 dan tidak akan meluaskan
negara atau daerah dengan merugikan Republik.
4. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat.
5. Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan setelah
pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.

Konferensi Inter Indonesia I

Pada 19 Juli 1949, diselenggarakan Konferensi Inter Indonesia I yang dipimpin oleh Drs.
Mohammad Hatta. Konferensi tersebut masih terkait dengan Perjanjian Roem Royen yang
ditandatangani pada 7 Mei 1949. Salah satu isi dari perjanjian tersebut berbunyi "RI akan
turut serta dalam KMB dengan maksud mempercepat penyerahan kedaulatan tidak
bersyarat". Oleh karena itu, sebelum KMB diselenggarakan, perlu terlebih dulu diadakan
pendekatan antara RI dengan BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg atau Pertemuan
Musyawarah Federal). Untuk itu, pada 19 sampai 22 Juli 1949, diadakan Konferensi Inter
Indonesia I (KII) yang diselenggarakan di Hotel Toegoe, Yogyakarta. KII pertama ini
membahas tentang pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) terutama mengenai
susunan dan hak-hak negara bagian atau otonom. Dari perundingan KII pertama didapatkan
hasil:

Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan demokrasi dan federalisme. RIS akan dikepalai seorang presiden konstitusional
dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggungjawab kepada DPR. Akan dibentuk dua badan
perwakilan, yaitu sebuah DPR dan sebuah Dewan Perwakilan Negara Bagian (Senat).
Pertama kali dibentuk DPR sementara. Pemerintah Federal Sementara akan menerima
kedaulatan bukan saja dari pihak Negara Belanda, melainkan pada saat yang sama juga dari
Republik Indonesia.
Konferensi Inter Indonesia II

Konferensi Inter Indonesia II terjadi di Jakarta pada 31 Juli sampai 3 Agustus 1949.
Konferensi kedua ini masih dipimpin oleh Moh. Hatta untuk membahas masalah pokok yang
telah disetujui di Konferensi Inter Indonesia I. RI dan BFO (Bijeenkomst Voor Federal
Overleg atau Pertemuan Musyawarah Federal) setuju untuk membentuk Panitia Persiapan
Nasional guna menyelenggarakan suasana tertib sebelum dan sesudah KMB (Konferensi
Meja Bundar). Setelah masalah internal ini disepakati, maka bangsa Indonesia telah menjadi
satu kesatuan dan siap menghadapi KMB. Pada tanggal 4 Agustus 1949 delegasi RI pun
diangkat untuk dirundingkan di KMB di bawah pimpinan Drs. Mohammad Hatta. Sedangkan
untuk delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.

Konferensi Meja Bundar (KMB)


Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan sebuah pertemuan yang terjadi di Den Haag,
Belanda dari 23 Agustus sampai 2 November 1949. KMB dihadiri oleh perwakilan Republik
Indonesia, Belanda, dan BFO. Tujuan diadakannya KMB ini adalah untuk mengakhiri
perselisihan yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda. Sebelumnya, Indonesia telah lebih
dulu melakukan berbagai macam perjanjian, seperti Linggarjati, Renville, dan Roem Royen,
untuk membuat Belanda bersedia menyerahkan kedaulatan pada Republik Indonesia Serikat.
Setelah melalui berbagai macam pembahasan, pada 2 November 1949, Konferensi Meja
Bundar menghasilkan keputusan:
1. Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir
Desember 1949.
2. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda. Dalam uni tersebut, Indonesia dan Belanda
akan bekerja sama.
3. Indonesia dan Belanda memiliki kedudukan yang sederajat. Indonesia akan
mengembalikan semua milik Belanda dan membayar utang-utang Hindia Belanda
sebelum tahun 1949.
4. Masalah Irian Barat akan dibahas satu tahun kemudian.

Anda mungkin juga menyukai