Anda di halaman 1dari 8

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

DAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA


Prolog

Suasana kota Jakarta sangat lengang, sepi dan mencekam. Namun ketenangan itu justru sangat
mencekam. Di beberapa tempat masih berlalu lalang tentara Jepang menjaga keamaan wilayah
Jakarta. Suasana dan kondisi kota dicekam oleh berita-berita kekalahan tentara Jepang di berbagai
front pertempuran. Dan tentara Jepang semakin terlihat gelisah namun tetap melaksanakan tugas
pengawasan dan ketertiban di berbagai sudut kota Jakarta. Tersebutlah di suatu tempat, pada
tanggal 15 Agustus 1945, di Laboratorium Bakteriologi (Jakarta Pusat) diadakan pertemuan beberapa
pemuda dan mahasiswa. Pemimpin pertemuan tersebut adalah Sukarni dan Chaerul Shaleh.

ADEGAN 1

Sukarni : “Baiklah pertemuan ini kita mulai. Apakah kalian sudah mendengar berita terbaru hari
ini ?”

Para pemuda : “Belum. Memangnya apa itu, Bung?”

Sukarni : “Barusan, Saya dan Sutan Syahrir mendengar berita dari radio BBC London di Bandung yang
menginformasikan bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.”

Chairul Shaleh : “Berarti, keadaan ini membuat Jepang tidak akan mampu memenihi janjinya. Maka
kita harus melakukan sesuatu untuk kemerdekaan bangsa kita sendiri.”

Sukarni : “Benar. Demikianlah, Saya mengumpulkan kalian semua di sini untuk membahas keadaan
kali ini. Kita memanfaatkan keadaan ini, untuk segera menyusun kemerdekaan kita sendiri.”

Darwis : “Maka dari itu, mari kita sepakat untuk menolak segala bentuk ‘hadiah’ kemerdekaan dari
Jepang karena kita akan menyusun kemerdekaan sendiri.”

Wikana : “Bung Darwis benar, Kemerdakaan itu adalah hak dan persoalan rakyat yang harus segera
diproklamasikan. Namun kita tidak mungkin menyatakan kemerdekaan itu sendiri. Mari kita semua
meminta kepada Ir. Soekarno dan Bung Hatta untuk memutuskan segala hubungan dengan Jepang.”
Sutan Syahrir : “Baiklah, Jika kalian semua setuju, bagaimana jika saudara Wikana dan Darwis
menemui kedua tokoh tersebut untuk membicarakan lebih lanjut dan menyampaikan keputusan kita
ini. Bagaimana kalau pertemuan kita siang ini kita tutup sampai di sini saja. Kalian semua, bisa pulang
ke kediaman masing- masing dan menunggu Soekarno dan Bung Hatta angkat suara.”

Wikana : “Baiklah kalau begitu, Bung. Sampai jumpa besok pagi. Kami pergi dulu. Terimakasih atas
informasinya.”(menjabat tangan Sukarni dan Chairul Shaleh)

Para Pemuda : (Berjabat tangan satu-satu dengan Sukarni dan Chairul Shaleh)

Wikana : “Assalamu’alaikum”

Sukarni : “Wa’alaikumsalam”

ADEGAN 2

Wikana dan Darwis tiba di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Jakarta, sekitar
pukul 21.00. WIB. Keduanya menyampaikan hasil-hasil keputusan rapat. Pada pertemuan itu, telah
datang pula beberapa tokoh nasionalis seperti Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, Samsi, Buntaran,
Sudiro dan Ahmad Subardjo.

Wikana : “Assalamu’alaikum”

Ir. Soekarno : “Wa’alaikumsalam. Ada apa gerangan saudara kemari? Mari masuk.”

Wikana & Darwis: (duduk)

Darwis : “Begini, Bung. Tadi, Saudara Chairul Shaleh dan Sukarni mendengar berita Jepang menyerah
kepada Sekutu di Radio BBC London di Bandung. Maka dari itu tadi siang kami dari golongan para
pemuda berkumpul mengedakan rapat dan hasilnya adalah, semua pemuda setuju agar Bung
Soekarno dan Bung Hatta segera menyusun kemerdekaan Indonesia.”

Moh. Hatta : “Apa yang dikatakan oleh Saudara Darwis benar. Namun sebaiknya kebenaran tentang
berita tersebut dipastikan terlebih dahulu. Dan itu harus direncanakan dan diputuskan dahulu oleh
PPKI.”

Wikana : “Namun sebaiknya Bung Hatta dan Bung Soekarno harus memutuskan hubungan apapun
yang berkaitan dengan Jepang. Sebab, kemerdekaan adalah hak kita, Bung. Bukan hak Jepang. Maka
dari itu kami kemari dengan mendesak agar proklamasi kemerdekaan dinyatakan langsung esok hari,
tepat pada tanggal 16 Agustus tahun 1945.”

Ir. Soekarno : “ Tidak bisa begitu. Saya adalah ketua PPKI dan saya harus bicarakan ini terlebih dahulu
dalam sidang PPKI itu besuk pagi.”

Wikana : “Saya tidak setuju bung karena PPKI adalah bentukan pemerintah Jepang. Kita harus
gunakan kesempatan ini untuk merdeka ini atas inisiatif kita sendiri, tanpa campur tangan Jepang”.

Ir. Soekarno : “Tidak bisa begitu. Kalian tidak bisa memaksakan diri.

Wikana : “ Begini saja bung Karno. Anda harus memproklamasikan kemerdekaan sesuai dengan
keinginan dan keputusan para pemuda. Atau....

Ir. Soekarno : “ Atau apa...?

Wikana : Atau akan terjadi pertumpahan darah, apabila bung Karno tidak mau mengikuti kemauan
kami.

Ir. Soekarno : Apa kamu bilang? ..... Baik-baik, seret saya ke pojok sebelah sana sekarang juga. Saya
rela mati untuk kamu jadikan korban dan pertumpahan darah itu?

Wikana : Bu...bu..kan begitu bung. Maksud saya adalah apabila bung Karno tidak bersedia
memproklamasikan kemerdekaan itu paling lambat besuk siang, maka dipastikan akan terjadi
pertumpahan darah sia-sia dari mereka yang bertindak sendiri-sendiri. Bisa dari pihak Jepang atau
dari pihak rakyat yang sudah muak dengan penjajahan ini.

Ir. Soekarno : Tidak, saya tetap tidak setuju. Berapa kekuatan kamu untuk bisa menjamin keamanan
bila proklamasi akan dilaksanakan besuk pagi. Berapa? Kamu tidak bisa menjawab bukan...

Hatta : Cukup-cukup, tidak perlu diperpanjang lagi. Sebaiknya kalian para pemuda pulang terlebih
dahulu dan tinggalkan tempat ini. Kami akan rundingkan dulu segala sesuatunya.

Wikana : Baiklah, kami minta diri dulu. Tapi ingat bung bung semua yang hadir di sini. Kami tidak
akan menyerah sampai proklamasi kemerdekaan dikumandangkan nanti.
Darwis : “Baiklah Terimakasih. Kami pergi dulu, Assalamu’alaikum”

Hatta : “Wa’alaikumsalam.”

Darwis dan Wikana pun pulang ke kediaman masing-masing. Sementara itu, para Golongan Tua tetap
berkumpul di kediaman Ir. Soekarno untuk merundingkan hasil rapat Para Pemuda yang telah
dibicarakan oleh Wikana dan Darwis tadi.

Bung. Hatta : “Apa pendapat saudara sekalian mengenai hasil rapat para pemuda tadi?”

Ir. Soekarno : “Kemungkinan kita tak dapat memenuhi permintaan para pemuda tersebut, karena hal
itu sangat mendadak dan terlalu terburu buru. Lagi pula kebenaran dari berita tersebut juga harus
kita pastikan kebenarannha”

Ahmad Subardjo : “Benar. Sebaiknya kita jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Menurut
saya, sebaiknya kita mempertahankan PPKI dahulu dan siap mengadakan sidang besuk pagi.”

Ir. Soekarno : “Baiklah, pada tanggal 16 Agustus 1945 direncanakan akan diadakan sidang PPKI untuk
membicarakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Waktunya masih lebih dari cukup untuk
merumuskan naskah proklamasi. Karena sesuai rencana akan kita memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia selambatnya tanggal 24 Agustus 1945 pekan depan. Baik, Rapat kali ini selesai
sampai di sini.”

Adegan 3

Sementara itu, menjelang 16 Agustus 1945, tepat pukul 24.00 WIB di Asrama Baperpi, Cikini 71
Jakarta, para pemuda berkumpul yang dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, Dr. Muwardi, cudanco
Singgih, dan Chaerul Shaleh.

Chaerul Shaleh : “Begini, menurut laporan Wikana dan Darwis setelah bertemu Bung Karno dan Bung
Hatta, nampaknya mereka (golongan tua) takkan menyetujui usulan kita walaupun sudah didesak
seperti tadi. Dan kita tidak mungkin melakukan proklamasi sendiri tanpa keterlibatan mereka berdua.
Ketokohan mereka berdua sudah diakui dan menjadi faktor penentu, menjadi kunci keberhasilan
proklamasi kemerdekaan ini. Kita harus mempunyai jalan keluar dari semua ini.”

Sukarni : “Benar sekali. Ada saran?”

Cudanco Singgih : “Bagaimana kalau kita mengasingkan Ir. Soekarno dan Bung Hatta keluar dari
Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang? Bagaimana?”

Jusuf Kunto : “Di mana kita akan mengasingkan mereka, Bung?”

Cudanco Singgih : “Bagaimana jika Rengasdengklok, suatu kota di Kawedanan di Karawang? Karena
tempat ini merupakan markas PETA di bawah Cudanco Subeno, dan letaknya di bawah komando
PETA Purwakarta yang mempunyai hubungan erat dengan Daidan PETA di Jakarta.”

Darwis : “Saya akan memanggil Shodanco Subeno untuk hal ini.”(menemui Subeno)
“Assalamualaikum”

Subeno : “Waalaikumsalam, ada apa Darwis?”

Darwis : “Kami akan menculik Bung Karno dan Bung Hatta untuk mendesak mereka agar segera
melaksanakan proklamasi”

Subeno : “Apa? Menculik mereka?” (dengan terkejut)


Darwis : “Iya, dan kami sepakat untuk membawa mereka ke Rengasdengklok, bisakah kau
memberikan keamanan kepada kami dan mencarikan kami tempat untuk menyembunyikan
Soekarno-Hatta ?

Subeno : “Tentu, saya akan mengamankan anda semua. Untuk tempat, nanti kita pakai rumah Jiaw
Kie Song.”

Darwis : “Baiklah, Terima Kasih Subeno.”

Subeno : “Sama-sama”

Darwis : “Subeno setuju dan kita akan ditempatkan di rumah Jiaw Kie Song.

Shaleh : “Kapan kita akan menculik Bung Karno dan Bung Hatta?

Wikana : “Secepatnya, besok subuh? Anda setuju?

Soekarni : “Pukul berapa tepatnya?”

Shaleh : Pukul 04.00, bagaimana?

Pemuda : “Setuju!”

Adegan 4

Para permuda pun menyetujui ide Sudanco Singgih tersebut. Tepat pukul 04.00 WIB, Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda menuju Rengasdengklok. Rombongan ini berangkat
dari kediaman Soekarno yang dikawal oleh pasukan PETA di bawah pimpinan cudanco Singgih. Pada
saat itu Soekarno dan Fatmawati sedang selesai makan saur.

Wikana : (mengetuk pintu dari lemah menjadi semakin keras) “Bung Karno, Bung Karno!” Bung
Karno. Buka pintu sekarang......

Soekarno : (membuka pintu) “Iyaa, ada apa?”

Shaleh : “Anda harus ikut kami untuk menuju ke suatu tempat. Cepatlah berbenah, Bung Hatta sudah
menunggu di mobil.

Soekarno : “Haahhhh....Untuk apa aku ikut dengan kalian?”

Wikana : “Sudah jangan banyak bertanya dulu. Ini sudah jadi kesepakatan kami - para pemuda Bung,
kami akan membawa anda dan Bung Hatta ke suatu tempat yang aman agar keselamatan kalian
berdua terjamin”

Adegan 5

Rombongan pemuda yang membawa Soekarno dan Hatta tiba di Rengasdengklok. Bung Hatta telah
sampai terlebih dahulu sebelum Bung Karno. Keduanya dibawa ke sebuah ruangan di dalam rumah
Jiaw Kie Song.

Hatta : “Sebenarnya apa mau kalian sehingga aku dibawa kemari?”

Soekarni : “Kami ingin anda dan Bung Karno segera melaksanakan proklamasi

(Soekarno, Wikana, Fatmawati masuk ke ruangan)

Hatta : “Bung Karno!”


Soekarno : “Hatta, ternyata kau sudah di sini.”

Hatta : “Iyaa, mereka membawaku kemari, mereka membawa Fatma dan Guntur juga?”

Soekarno : “Iyaa, bung Hatta, benar. Soekarni, ada apa sebenarnya?”

Soekarni : “Begini Bung, kami ingin anda berdua segera memproklamasikan kemerdekaan kita.
Jepang sudah menyerah Bung, ini saat yang tepat untuk kita memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.”

Soekarno: “Mengapa kau begitu mudah percaya kabar itu Karni? Jepang pasti akan memerdekakan
kita. Tapi bukan sekarang.”

Wikana : “Saya tidak setuju dengan itu Bung, kami para pemuda ingin kemerdekaan atas jerih payah
kami sendiri, bukan karena hadiah dari Jepang.”

Soekarni : “Itu benar Bung, bila kita merdeka atas hadiah Jepang, maka kita adalah bentukan Jepang,
kita bisa dijajah lagi Bung.”

Soekarno : “Saya minta kalian bersabar, Kami tahu para golongan muda tidakabaran seperti ini,
namun semua butuh waktu. Semua harus dipertimbangkan masak-masak, karena ini menyangkut
persoalan besar

Moh. Hatta : “Benar sekali. Kami akan mengusahakan semuanya dan secepatnya. Saudara tidak usah
khawatir dengan semuanya.”

Soekarni : Namun tetap kami tidak sependapat bila proklamasi kemerdekaan harus melibatkan PPKI.
PPKI adalah bentukan pemerintah Jepang. Jadi kemerdekaan kita harus kita sendiri yang melakukan.
Dan kami sudah siapkan naskah proklamasinya.

Soekarno : Tidak, sekali tidak tetap tidak. Kalian tidak bisa memaksakan hal itu kepada kami. Kalian
sendiri saja yang melakukan proklamasi itu, seperti yang kalian kehendaki. Kalau kalian memaksa,
saya tidak takut mati. Bunuh kami sekarang juga.

Soebeno : Baiklah bung Karno dan bung Hatta. Kita akhiri perdebatan kita ini dulu. Kami sudah
siapkan tempat untuk beristirahat. Nanti kita berunding lagi.

(Upaya pemuda untuk menekan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tidak berhasil. Karena wibawa dan daya
kharismatik keduanya, para pemuda merasa segan untuk melakukan penekanan)

Adegan 6

Di Jakarta rapat pertama PPKI, hari Kamis pagi, tanggal 16 Agustus 1945 batal dilakukan karena ketua
PPKI, Soekarno, dan M. Hatta yang sedianya akan memimpin sidang tidak diketahui keberadaannya.
Dan dari keterangan seorang pemuda, Ahmad Soebardjo mengetahui bahwa Bung Karno dan Bung
Hatta dibawa ke suatu tempat (Rengasdengklok). Maka Ahmad Soebardjo meminta kepada para
pemuda untuk mengantarnya ke Rengasdengklok. Para pemuda pun meminta jaminan dan Ahmad
Soebardjo menyanggupi bahwa proklamasi akan dilaksanakan besuk pagi Jumat, 17 Agutus 1945
paling lambat jam 12.00 siang. Maka para pemuda kemudian mengijinkan dan membawanya untuk
menemui Soekarno dan Mokhammad Hatta di Rengasdengklok. Terlihat Ir. Soekarno dan M. Hatta
sedang mengadakan pembicaraan dengan Sudanco Singgih mengenai segeranya proklamasi
dilaksanakan.
C. Singgih : “Kami tetap pada keputusan kami bung, bahwa proklamasi kemerdekaan harus
secepatnya dilaksanakan sebelum tentara Sekutu masuk ke wilayah kita. Kekosongan kekuasaan atau
vacuum of power ini saat yang sangat tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Janji
bala tentara Jepang sudah tidak bisa diharapkan lagi.

Soekarno : “Begini, saya akan cek dulu semuanya, termasuk berkonsultasi dengan pimpinan tentara
jepang, apakah kita masih bisa melakukan proklamasi sesuai janji mereka kepada kita. Baru setelah
itu saya akan tentukan sikap. Maka tidak ada gunanya saya ditahan di sini. Dan tidak mungkin
proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan di tempat terpencil seperti ini.

Hatta : “ Benar apa yang dikatakan Bung Karno. Proklamasi ini peristiwa sangat penting. Momentum
yang sangat menentukan bagi perjalanan bangsa kita selanjutnya. Juga peristiwa peralihan
kekuasaan dari bangsa penjajah kepada bangsa Indonesia. Namun agar tidak menimbulkan korban
sia-sia, harus dilaksanakan secara cermat dengan pertimbangan yang masak. Inilah revolusi kita,
revolusi Indonesia.

Kemudian datanglah Akhmad Soebardjo diantar oleh seorang pemuda.

Soekarno : Hai Bung Bardjo, apa kabar? Bagaimana suasana Jakarta sekarang? Saya dan bung Hatta
dibawa ke sini.

Soebardjo : Kabar baik bung. Iya, suasana Jakarta semakin menegangkan. Rapat PPKI yang sedianya
berlangsung tadi pagi batal karena tidak ada ketuanya yang akan memimpin sidang. Tapi sudahlah,
kita bisa bertemu kembali dalam keadaan selamat.

Soekarno : “Itulah bung, kita jadi korban keinginan para pemuda yang grusa-grusu ini. Jadi
bagaimana sebaiknya, apa yang harus kita lakukan?”

Soebardjo : “Saya bisa tiba di sini tadi setelah bersitegang dengan mereka. Dan saya baru diantar ke
tempat ini setelah saya jaminkan kepala saya bahwa selambatnya besuk siang proklamasi akan
dilaksanakan. Tentu tidak di sini, di tempat yang terpencil ini.”

C. Singgih : “Baiklah, Saya gembira karena rupa-rupanya telah ada titik terang bahwa tuntutan kami
akan dipenuhi. Saya akan atur untuk secepatnya bung-bung bertiga ini bisa kembali ke Jakarta untuk
merencakan proklamasi kemerdekaan bangsa kita ini. Saya juga akan menyampaikan rencana
proklamasi kepada rekan-rekan dan pemimpin yang ada di Jakarta.

Dan sepakatlah para Golongan Tua dan Para pemuda, bahwa Proklamasi akan dilaksanakan di
Jakarta. Diputuskan pada malam itu juga agar semuanya kembali ke Jakarta. Sekitar pukul 23.00 WIB,
rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta. Segera segera menuju ke rumah pimpinan tertinggi
tentara Jepang, Nishimura untuk menyampaikan rencana persiapan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Namun ternyata Jendral Nisihimura tidak bersedia bertanggung jawab karena sudah
mendapat perintah dari pihak Sekutu untuk tidak mengubah status quo di Indonesia. Dengan
jawaban itu maka Ir. Soekarno berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia memang harus oleh
bangsa Indonesia sendiri, tanpa campur tangan Jepang. Ir. Soekarno dan Moh. Hatta kemudian
datang ke rumah Laksamana Maeda, di sana sudah menanti B.M Diah dan surat kabar Asia Raya,
Semaun Bakri dari Jawa Kokokai, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan para anggota PPKI.

Adegan 7

Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 23.00 WIB, rombongan tiba di Jakarta.
Mr. Soebardjo: “Bagaimana kita membicarakan naskah proklamasi untuk mendeklarasikan
kemerdekaan kita ?”

Shaleh : “Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari sudah malam dan pihak Jepang tak
mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan sekarang, apalagi jika mereka tahu bahwa kita hendak
membicarakan rencana proklamasi.”

Mr. Soebardjo : “Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang, Laksamana Maeda.”

Adegan 8

(Rombongan kemudian berangkat ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1)

Mr. Soebardjo : (mengetuk pintu)

Laksamana Maeda : “Selamat malam, Ada apa, Bung ?”

Mr. Soebardjo : “Maaf kami mengganggu Anda malam-malam begini. Kami perlutempat untuk
membicarakan rencana kemerdekaan yang akan dilangsungkan esok hari.”

Laksamana Maeda : “Benarkah itu ? Kalau begitu,masuklah. Saya turut gembira mendengar kabar ini.
Silakan gunakan ruangan yang kalian butuhkan, saya jamin keamanan anda sekalian disini. Saya akan
pergi istirahat dulu.”

Chairul Shaleh : “Terimakasih, Pak Perwira.

Setelah sampai di rumah Laksamana Maeda yang terletak di Jalan Imam Bonjol nomor 1, Bung Karno
pergi menemui Nishimura agar merubah status dan keadaan di Indonesia. Namun Nishimura tidak
mau. Sehingga Bung Karno kembali ke rumah Laksamana Maeda. Di ruang makan dalam rumah
Laksamana Maeda, berkumpullah Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ahmad Soebardjo, Soekarni, Sayuti
Melik dan BM. Diah untuk merumuskan naskah proklamasi.

Soekarno : “Saudara-saudara, bagaimana bunyi naskah proklamasi kita ?” (menulis kata


“PROKLAMASI” sambil mengejanya)

Soebardjo : “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.” Soekarno :
“Baik, sudah saya tulis”

Hatta : “Lanjutannya Bung, Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain dilaksanakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkatsingkatnya.”

Soekarno : (menulis sambil mengeja)” Jakarta, 17-8-05. Wakil bangsa Indonesia. Yak, sudah selesai,
apakah anda semua setuju ?”

Pemuda : “Setuju”

Hatta : “Lalu, siapa yang akan menandatangani naskah ini?”

Soebardjo : “Bagaimana kalau naskah ini ditandatangani semua yang hadir?”

Soekarni : “Saya rasa jangan, terlalu banyak yang bertanda tangan. Menurut saya, lebih baik Bung
Karno dan Bung Hatta saja yang menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia”

Semuanya : “Setuju.”

Soekarno : “Sayuti, tolong kau ketikkan naskah ini.”


Sayuti :”Siap bung.” (keluar untuk mengetik naskah proklamasi)

Hatta : “Kapan kita akan melaksanakan proklamasi?”

Soekarno : “Menurut saya, tanggal 17 adalah tanggal baik. Sebagaimana Al-Quran diturunkan tanggal
17, selain itu dalam sehari semalam orang Islam sholat sebanyak 17 rakaat. Jadi, bagaimana kalau
hari ini, Jumat legi, tanggal 17 Agustus ?”

Soekarni : “Setuju Bung, lebih cepat lebih baik. Pukul berapa kita akan melaksanakannya?”

Hatta : “Pukul 10.00 tepat, bagaimana?”

Semuanya : “Setuju”

Adegan 9

Jumat pagi pukul 10.00, semua orang telah berkumpul di halaman depan rumah Ir. Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta untuk mendengarkan pelaksanaan proklamasi. Bung Karno,
Bung Hatta, keluar ke serambi depan rumah diikuti Ibu Fatmawati. Bung Karno mendekati mikrofon
sebelum membacakan proklamasi dan mengucapkan pidato pendahuluan.

Soekarno : Saudara-saudara sekalian, saya telah meminta saudara-saudara hadir, disini untuk
menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah bangsa kita. Berpuluh-puluh tahun kita
bangsa Indonesia berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun.
Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita
tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di zamanJepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan
nasional tidak ada henti-hentinya. Di dalam zaman jepang ini, tampaknya kita menyadarkan diri
kepada mereka, tetapi pada hakikatnya kita tetap menyusun tenaga kita sendiri, tetapi kita percaya
pada kekuatan senidiri.

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita dalam
tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangannya sendirikan dapat
berdiri dengan kuatnya, maka kami tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-
muka rakyat Indonesia. Permusyawaratan itu telah seiya- sekata berpendapat bahwa sekaranglah
datang waktunya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara ! Dengan ini kami
menyatakan kebulatan tekat itu.

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya. Jakarta hari 17 bulan 08 tahun 05 Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno Hatta

Demikianlah saudara-saudara ! Kita sekarang telah merdeka ! Tidak ada satu ikatan lagi yang
mengikat tanah air kita dan bangsa kita. Mulai saat ini kita menyusun Negara kita. Negara merdeka,
Negara Republik Indonesia merdeka. Kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan
kita ini. (Pengibaran Bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat diiringi lagu
Indonesia Raya oleh semua orang yang hadir)

Anda mungkin juga menyukai