Anda di halaman 1dari 14

Drama Sekitar Proklamasi

SCENE I

Tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu dan
pada tanggal 9 Agustus 1945 giliran Kota Nagasaki yang dijatuhi oleh bom
atom oleh Sekutu pula. Kejadian ini memberikan penderitaan bagi rakyat
Jepang. Pasukan Jepang semakin lemah dan pada tanggal 12 Agustus 1945
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat
sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah
timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi

Terauchi         : ”Saudara Sukarno, Hatta, dan Radjiman saya sebagai utusan


dari pemerintah Jepang ingin menyampaikan suatu hal yaitu Jepang akan
segera memberikan Kemerdekaan kepada Indonesia sesuai dengan janji
Perdana Menteri Kuniaki Koiso.”

Soekarno        : ”Dengan cara apa Jepang akan memberikan pernyataan


merdeka kepada Indonesia?”

Terauchi         : ”Dengan memproklamirkan kemrdekaan Indonesia dan itu


dapat dilaksanakan beberapa hari ke depan tergantung cara kerja PPKI.”

Hatta                : ” Benar saya sangat setuju karena PPKI adalah badan yang
bertanggung jawab untuk menyusun proklamasi kemerdekaan.”

Radjiman        : ” Saya sependapat dengan anda Bung.”(menoleh kepada


Hatta) tetapi kita harus tetap menyegerakan memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia bung!”

Terauchi         : ”Maaf, tetapi pihak Jepang meminta Proklamasi kemerdekaan


dibacakan pada tanggal paling cepat pada tanggal 24 Agustus 1945.”

Soekarno        : ”Akan saya pikirkan kembali permintaan anda, karena kami


harus membicarakannya dengan PPKI. ” Baik kalau begitu kami harus undur
diri, terima kasih.”

Terauchi            : ”Baiklah, hati-hati di jalan.”


Adegan            : (Soekarno, Hatta, Radjiman berdiri dan berpamitan dengan
Terauci lalu bergegas meninggalkan kantor dari marsekal Terauchi)

SCENE II

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hiroto memerintahkan penghentian


permusuhan terhadap sekutu, setelah sebelumnya yaitu pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945 sekutu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima dan
Nagasaki. Berita tentang genjatan senjata yang dilakukan oleh Jepang ini
disiarkan di radio Jepang dari Tokyo. Ternyata siaran tersebut tertangkap di
Indonesia dan Sutan Syahrir mendengarnya.

Sutan Syahrir  : Apakah kalian sudah mendengar berita tentang kekalahan


Jepang?

Sukarni            : Belum, Bung. Benarkah itu? Apa yang terjadi dengan


Jepang?

Sutan Syahrir  : Dari yang kudengar, Sekutu telah menjatuhkan bom di Kota
Hiroshima dan Nagasaki. Oleh sebab itulah, Jepang melakukan genjatan
senjata.

Chaerul Saleh  : Kalau begitu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi di negeri
kita. Kita harus memfaatkan momen ini!

SCENE III

            Setelah mendengar berita kekalahan Jepang, Chaerul Saleh segera


merencanakan pertemuan dengan anggota golongan muda lainnya untuk
membicarakan masalah proklamasi kemerdekaan. Pertemuan ini
dilangsungkan di sebuah rumah di Jl. Cikini No. 71 Jakarta pukul 20.00 WIB

Chaerul Saleh  : Teman-teman sekalian, sudahkah kalian mendengar berita


tentang kekalahan Jepang?
Wikana            : Belum, kawan. Darimana engkau tahu tentang itu?

Chaerul Saleh  : Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan Syahrir, ia


mendengar siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan
senjata itu.

Darwis             : Berarti negeri kita sekarang dalam kondisi Vacumm of 


Power?

Chaerul Saleh : Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian semua disini


untuk membicarakan masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk
memproklamirkan kemerdekaan.

Sukarni            : Tepat sekali. Kalau begitu, kita harus membagi tugas. Saya,
Wikana, dan Chaerul Saleh akan pergi ke kediaman Ir. Soekarno untuk
menyampaikan kabar ini. Sedangkan untuk Bung Darwis akan memerintahkan
anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari jepang.

SCENE IV

            Tanggal, 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00 WIB, di Jl.


Pegangsaan Timur no.56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno,
berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung
Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan.

Chaerul Saleh  : Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan
revolusi!

Sukarni            : Kita harus segera merebut kekuasaan! Kami sudah siap


mempertaruhkan jiwa kami!

Wikana            : Betul, kita harus memproklamasikan kemerdekaan ini!


Apabila Bung Karno tidak mau mengucapkan pengumuman itu malam ini
juga, besok akan terjadi pertumpahan darah!

            Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Ir. Soekarno naik darah
dan berdiri menuju Wikana sambil berkata :
Ir. Soekarno    : Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah
leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!

Moh. Hatta      : Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah kami katakan,
mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri?
Mengapa meminta Ir. Soekarno untuk melakukan hal itu?

Chaerul Saleh  : Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu


diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah meyerah
dan takluk dalam “Perang Sucinya”!. Mengapa bukan kita yang menyatakan
kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?

Ir. Soekarno    : Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan
kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang? Kita tidak akan
mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita
akan tegak diatas kekuatan sendiri.

Wikana            : Tapi semakin cepat kita memproklamsikan kemerdekaan ini


akan semakin cepat pula kita akan terbebas dari semua belenggu yang
menyiksa ini.

Moh. Hatta      : Baiklah, tapi kita perlu waktu untuk beruding sebentar

SCENE V

            Setelah perdebatan antara golongan tua dan golongan muda,


kemudian golongan tua yang berada di kediaman Ir. Soekarno yaitu Moh.
Hatta & Achmad Soebardjo beserta Ir.Soekarno sendiri langsung
membicarakan masalah tersebut di sebuah ruangan yang berbeda. Setelah
berunding, semua golongan tua kembali keruangan dimana Sukarni, Wikana,
dan Chaerul Saleh yang sudah menanti mereka.

Moh. Hatta      : Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak
tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Apalagi tentang kemerdekaan
Indonesia.

            Akhirnya, dengan berat hati Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh


meninggalkan kediaman Ir. Soekarno.
SCENE VI

            Setelah meninggalkan tempat kediaman Ir. Soekarno mereka tetap


bersikukuh untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka pun
menyusun strategi bagaimana membujuk Ir. Soekarno dan Moh. Hatta untuk
memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin. Akhirnya mereka
memutuskan untuk mengasingkan kedua tokoh itu ke Rengasdengklok agar
terhindar dari pengaruh Jepang di Jakarta. Penculikan ini terbagi menjadi
dua yaitu penculikan Moh. Hatta di kediamannya dan penculikan Ir.Soekarno
di kediamannya. Penculikan atas Moh.Hatta terlebih dahulu terlaksana dan
Moh.Hatta langsung dibawa ke Rengasdengklok .Tepat pukul 04.00 WIB
Sutan Syahrir,Chaerul Saleh dan Darwis tiba di kediaman Ir.
Soekarno.Mereka pun langsung masuk rumah Ir.Soekarno

Sutan Syahrir   : “Maaf Bung Karno kami terpaksa melakukan tindakan


ini!”(langsung mengikat tangan Soekarno)

Ir. Soekarno     : “Sebenarnya ini ada apa? Kenapa kalian mengikat tangan
saya? Jangan main-main kalian!”(masih dalam kebingungan dan berusaha
melawan)

Darwis menyisir ke seluruh ruangan kediaman Ir.Soekarno. Mereka bertemu


dengan Fatmawati istri Soekarno

Darwis             : “Hal yang terjadi pada Bung Karno terpaksa kami lakukan
juga kepada ibu”

Fatmawati        : “ Lepaskan! Lepaskan! Saya tidak mengetahui hal apa yang


telah terjadi!” (terus berteriak dan melawan namun tak berhasil)

Setelah berhasil mengikat kedua tangan Fatmawati, Darwis mengawal


Fatmawati ke arah ruang tamu dimana disana Ir. Soekarno telah terikat
kedua tangannya.

Ir. Soekarno     : “ Kenapa kalian juga tega melakukan hal ini kepada anak dan
istriku?”
Fatmawati        : “ Sebenarnya apa yang telah terjadi ? Apa salah kami?”
(menginginkan jawaban pasti)

Chaerul Saleh  : “Sudah diam! (membentak). Jangan banyak bertanya! Kami


akan menjelaskanya nanti.,

            Rombongan penculikan Ir.Soekarno telah tiba di Rengasdengklok.


Di tempat penculikan ini, Moh.Hatta telah tiba telebih dahulu. Ir.Soekarno,
dan Fatmawati langsung di suruh duduk di kursi seperti Moh.Hatta dengan
tangan masih terikat.

Ir.Soekarno      : “Tidak hanya saya dan istri saya yang kalian culik, namun
Bung Hatta juga ?”

Sutan Syahrir   : “Golongan muda melakukan tindakan tegas ini agar Bung
Karno dan Bung Hatta segera memproklamirkan Kemerdekaan!”

Bung Hatta       : “ Kalian semua memang keras kepala!( membentak). Sudah


berapa kali saya dan Bung Karno menyatakan tidak setuju dengan keputusan
ini!”

Darwis             : “ Kenapa kita tidak menggunakan kesempatan emas ini


sebaik mungkin?”

Ir. Soekarno     : “ Berita kekalahan Jepang atas Sekutu belum dapat


dipercayai kebenarannya”

Chaerul Saleh : “ Apa Bung Karno dan Bung Hatta tidak mempercayai berita
yang dibawakan Sultan Syahrir”.

Bung Karno     : “ Saya belum percaya sebelum ada bukti yang akurat”.

SCENE VII

            Sementara itu di Jakarta, Ahmad Subarjo sibuk mencari informasi


kebenaran tentang kekalahan Jepang atas Sekutu yang tiba-tiba dikagetkan
dengan hilangnya Soekarno dan Moh.Hatta.Peristiwa ini baru diketahui oleh
Ahmad Soebardjo pukul 08.00 WIB.Keberadaan Soekarno dan Hatta
akhirnya diketahuinya dari Wikana.Dan telah terjadi kesepakatan pula antara
golongan tua yaitu Ahmad Subarjo dan Wikana dari golongan muda untuk
mengadakan proklamasi di Jakarta. Berdasarkan kesepakatan itu Ahmad
Subarjo, Sudiro sekertaris pribadi Ahmad Subarjo, dan Jusuf Kunto pergi ke
Rengasdengklok untuk menjemput rombongan Soekarno. Rombongan Ahmad
Subarjo telah tiba di Rengasdengklok

            Setelah, sampai di Rengasdengklok, Ahmad Soebardjo segera


melakukan perundingan dengan para golongan muda  yang ada disana.

Ahmad Subarjo : “ Lepaskan mereka sekarang juga, kita dapat membahas


permasalahan ini dengan baik-baik”.

Chaerul Saleh    : “Tidak bisa begitu saja, jika Bung Karno dan Bung Hatta
tidak egois dengan pendiriannya, kita juga tidak akan melakukan tindakan
ini!”.

Ahmad Subarjo : “ Memang kesempatan emas ini harus kita gunakan sebaik
mungkin. Tetapi, berita kekalahan Jepang atas Sekutu telah terbukti
kebenarannya?”.

Darwis               : “ Golongan muda sendirilah yang mendengar berita tersebut


melalui radio.”

Ahmad Subarjo : “Proklamasi Kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari juga,


paling lambat pukul 12.00 WIB.”

Sutan Syahrir     : “ Apakah perkataan itu bisa terbukti adanya?”

Ahmad Subarjo : “ Jika terbukti saya ingkar, nyawa saya sebagai jaminannya.
Sekarang lepaskan mereka!”

Sutan Syahrir     : “ Baiklah kami setuju dengan keputusan ini .”

SCENE VIII

            Setelah selesai perundingan di Rengasdengklok, semua anggota


golongan tua maupun muda kembali ke Jakarta untuk membahas lanjut
rencana proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945
Akan tetapi, mereka tidak bisa langsung kembali ke Jakarta, karena dihadang
oleh tentara PETA. Setelah Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada
komandan tentara PETA di Rengasdengklok bahwa kemerdekaan akan segera
diproklamasikan keesokan harinya, Ahmad Soebardjo diperbolehkan
membawa mereka kembali ke Jakarta pada malam itu juga.

Akhirnya, pada tanggal 16 agustus 1945 rombongan Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Setelah menurunkan
Fatmawati di kediaman Ir. Soekarno, Dalam perumusan teks proklamasi,
semula akan dilakukan di Hotel Des Indes 16 Agustus 1945 pkl. 23.00 WIB,
tetapi pihak hotel tidak mengizinkan adanya kegiatan selepas 22.30 WIB.
Dengan keadaan seperti ini Ahmad Soebardjo membawa mereka langsung
menuju rumah Laksamana Maeda di Jln Imam Bonjol No.1 Jakarta.

Ahmad Soebardjo   : (mengetuk pintu) Selamat malam.

Laksamana Maeda  : Selamat malam, Ada apa, Bung ?

Ahmad Soebardjo   : Maaf kami mengganggu Anda malam-malam begini.


Kami perlu tempat untuk membicarakan rencana kemerdekaan yang akan
dilangsungkan esok hari.

Laksamana Maeda  : Kalau begitu, masuklah. Saya turut gembira mendengar


kabar ini . Saya berjanji akan menjaga keselamatan  kalian

Chairul Shaleh         : Terimakasih, Pak. Ruangan mana yang bisa kami


pakai ?

Laksamana Maeda  : Kalian bisa menggunakan ruang makan dan serambi


depan. Saya akan pergi istirahat dulu.

Chairul Shaleh         : Baiklah Pak.

               Perumusan Teks Proklamasi dilakukan di ruang makan rumah


Laksamana Maeda. Ir. Soekarno, Moh Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo
membahas perumusan naskah proklamasi. Lalu, muncullah beberapa
perdebatan.
Mr. Ahmad Soebarjo : “Bagaimana jika kalimat pertama dalam teks
proklamasi adalah ‘Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia’ ?

Ir. Soekarno              : “Usul yang bagus Bung !”

Moh. Hatta                : “Itu bagus, apalagi jika kita menambahkan kata-kata
‘Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya’ di kalimat kedua ?”

Ahmad Soebardjo     : “Mengapa begitu Bung?”

Moh. Hatta :              “Karena menurut saya, kalimat pertama hanya


mencerminkan kemauan bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri,
karena itu pernyataan terakhir sebaiknya berisi pemindahan kekusaan itu
perlu.”

Ahmad Soebardjo dan Ir. Soekarno : Baik, kami setuju Bung.”

       

Acara Perumusan naskah proklamasi berjalan lancar.Tidak ditemukan


kesulitan untuk menemukan rumusan yang tepat. Sebagai hasil pembicaraan
mereka dari Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo, di perolehlah
rumusan yang di tulis tangan oleh Ir. Soekarno.

SCENE IX

Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, dibacakanlah rumusan


naskah proklamasi untuk yang pertama kalinya di depan para hadirin yang
berada di rumah Laksamana Maeda yang langsung disetujui. Namun ada
beberapa pendapat dari para hadirin.

B.M. Diah                  : Saya punya usul. Bagaimana jika kata “tempoh”,


diganti menjadi “tempo?”

Ahmad Soebardjo      : Dan saya juga punya usul. Bagaimana jika Djakarta 17 
- 8 – 05 diganti menjadi Djakarta hari 17 boelan 08 tahoen 05?
Sukarni                       : Kalau begitu saya mempunyai usul lagi. Bagaimana
jika kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti menjadi “Atas nama
Bangsa Indonesia”?”

Ir. Soekarno               : Semua usul kalian sangat bagus. Bagaimana Bung


Hatta ? Kalau saya setuju

Moh. Hatta                 : Saya juga setuju.

Setelah diperoleh kesepakatan mengenai teks proklamasi, Ir. Soekarno


memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks proklamasi

Ir. Soekarno        `       : Tolong kau ketik teks proklamasi ini. Jagalah teks ini
baik-baik.

Sayuti Melik                : Baik, Bung. Saya akan mengetiknya(dengan segera


mengetik teks tersebut)

Sayuti Melik pun mengetik teks tersebut. Kemudian Naskah Asli dari
Ir.Soekarno dibuang oleh Ir.Soekarno sendiri. B.M Diah yang melihat hal
tersebut, langsung mengambil naskah tersebut dan menyimpannya tanpa ada
yang mengetahui

B.M Diah                     : Sayang sekali kalau kertas ini dibuang, apalagi kertas
ini sangat berharga dan sebagai bukti sejarah bagi Kemerdekaan Indonesia
lebih baik aku simpan saja

Setelah Naskah ketikan dari Sayuti Melik telah selesai diketik. Namun
kemudian timbullah persoalan tentang siapa saja yang akan menandatangani
naskah proklamasi.

Chairul Shaleh            : Menurut saya, sebaiknya naskah ditandatangi oleh


seseorang namun jangan ditandatangani oleh anggota PPKI.

B.M Diah                   : Memang kenapa ? Lantas siapa yang akan


menandatanganinya?
Chairul Shaleh            : PPKI kan lembaga bentukkan Jepang . Kita sudah
sepakat tadi untuk melaksanakan proklamasi tanpa campur tangan Jepang.

Ahmad Soebardjo      : Kau benar, Nak. Bagaimana ini , Bung ?

Ir. Soekarno               : Adakah dari kalian yang punya pendapat untuk


menyelesaikan masalah ini?

Sukarni                       : Saya punya usul. Yang menandatangani teks cukup


dua orang saja yaitu Anda dan Bung Hatta sebagai wakil dari bangsa
Indonesia. Bagaimana?

Ir. Soekarno               : Baiklah, terimakasih atas kepercayaan kalian

Semua persiapan proklamasi rampung pada pukul 04.30 WIB.Lalu  Muncul


lagi persoalan mengenai tempat pembacaan proklamasi yang awalnya di
laksanakan di Lapangan Ikada lalu dipindahkan di Rumah Ir. Soekarno
sendiri, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.Kemudian semua orang
yang berada disitu pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan
gembira.

SCENE X

        Setelah pulang kerumah masing-masing, kemudian para pemuda


mengirimkan kurir-kurir untuk menyampaikan bahwa saat proklamasi telah
tiba. Mereka juga mengatur pelaksanaan penyiaran berita proklamasi
kemerdekaan. Menyebarkan beberapa pamfleet ke penjuru Jakarta dan
sekitarnya. Pengeras suara diusahakan adanya. Semua dilakukan agar rakyat
dapat turut menyaksikan momen paling berharga untuk bangsa Indonesia.
Pada saat yang sama, Ir. Soekarno dan Ibu Fatmawati sampai di kediaman
mereka dan berbincang sejenak.

Ir. Soekarno    : Alhamdulillah akhirnya semua berjalan dengan lancar. Terima


kasih ibu telah menemani saya di saat-saat yang cukup menguras pikiran ini.
Ibu Fatmawati : Iya, terimakasih ,Gusti Allah yang telah memberikan jalan
pada bangsa kita untuk memproklamasikan kemerdekaan. Oh iya pak, apakah
kalian sudah merencanakan bagaimana proklamasi besok akan berlangsung ?

Ir. Soekarno    :  Sudah, kita akan melaksanakan upacara bendera, yang nanti
akan di iringi lagu Indonesia Raya karya Bung Supratman.

Ibu Fatmawati : Bukankah kita belum punya bendera ? Lantas bagaimana ?

Ir. Soekarno    : Ya ampun, Bapak sampai lupa, Bu. Kalau begitu bagaimana
jika Ibu saja yang menjahitkan bendera ?

Ibu Fatmawati : Tapi Ibu tidak punya kain, Pak. Kain yang ada hanya kain
merah dan putih. Apa tidak apa-apa?

Ir. Soekarno     : Tentu saja. Buatlah bendera yang sederhana. Yang penting
kita sudah berusaha untuk menyediakannya.

Ibu Fatmawati : Baiklah, Pak. Dan, Ibu punya ide. Kita namakan saja
benderanya “Sang Saka Merah Putih”. Bagaimana ?

Ir. Soekarno    : Ide yang bagus. Ya, bendera pusaka “Sang Saka” dan warna
nya merah putih , menjadi “Sang Saka Merah Putih” !

Ibu Fatmawati : Ya sudah, sebaiknya Bapak bersiap sana. Menyusun pidato


yang nanti akan bapak bacakan.

SCENE XI

Hari Jum’at pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di Jl.
Pegangsaan Timur No.56 , dilangsungkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Tiba saatnya Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia…
Beberapa Tokoh-tokoh pejuang Indonesia telah hadir di lokasi. Dan seorang
fotografer juga datang.

Suasana menjadi sangat hening. Ir. Soekarno dan Hatta dipersilahkan maju
beberapa langkah dari tempatnya semula. Ir. Soekarno mendekati mikrofon.
Dengan suaranya yang lantang dan mantap, Ir. Soekarno pun membacakan
pidato pendahuluan sebelum beliau membacakan teks proklamasi.
Pidato Ir. Soekarno :

               Saudara-saudara sekalian ! Saya telah minta Saudara hadir disini,


untuk menyaksikan peristiwa maha penting dalam sejarah bangsa kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang umtuk merdeka.
Bahkan telah beratus-ratus tahun lamanya, gelombang aksi kita tidak putus
dalam berjuang untuk memerdekakan negeri ini. Kita jatuh bangun menyusun
kekuatan untuk menggapai cita-cita Indonesia bebas dari penjajahan bangsa
lain. Semalam, kami para pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari berbagai
penjuru bergabung untuk memusyawarahkan dan permusyawaratan itu seiya-
sekata berkata : inilah saatnya bagi kita untuk mengobarkan api revolusi
kemerdekaan Indonesia. Saudara sekalian ! Dengan ini kami menyatakan
kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan bangsa


Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain,
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya

Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05

“Atas nama bangsa Indonesia”

 Soekarno-Hatta

”Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu


ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita
menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia
merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita
itu“. Merdekaaaaaa......!!!!!!

Acara, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. Soekarno dan


Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi
muka, lebih kurang dua meter di depan tiang. Tanpa ada yang menyuruh,
Latief Hendraningrat yang berseragam PETA berwarna hijau dekil dan S.
Suhud maju ke dekat tiang bendera , Bendera pun diikat pada tali dibantu
oleh Latief Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa ada
yang memimpin, para hadirin dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Bendera dikerek dengan lambat sekali, untuk menyesuaikan dengan
irama lagu Indonesia Raya yang cukup panjang.

Peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia ini berlangsung


sekitar satu jam. Meski sederhana namun upacara itu dilakukan denan
hikmat. Indonesia pun merdeka,dan  bangsa baru telah lahir.

Anda mungkin juga menyukai